PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Suatu hasil karya kreatif yang akan memperkaya kehidupan manusia akan
dapat menghabiskan waktu bertahun-tahun untuk mengembangkannya. Apabila si
pencipta karya-karya tersebut tidak diakui sebagai pencipta atau tidak dihargai,
karya-karya tersebut mungkin tidak akan pernah diciptakan sama sekali.
Hak Atas Kekayaan Intelektual (selanjutnya disebut HAKI) merupakan
hak atas kekayaan yang timbul atau lahir dari kemampuan intelektual manusia.
HAKI memang menjadikan karya-karya yang timbul atau lahir karena adanya
kemampuan intelektual manusia yang harus dilindungi. Kemampuan intelektual
manusia dihasilkan oleh manusia melalui daya, rasa, dan karsanya yang
diwujudkan dengan karya-karya intelektual. Karya-karya intelektual juga
dilahirkan menjadi bernilai, apalagi dengan manfaat ekonomi yang melekat
sehingga akan menumbuhkan konsep kekayaan terhadap karya-karya intelektual.1
Dalam perkembangannya, muncul pelbagai macam HAKI yang
sebelumnya masih belum diakui atau diakui sebagai bagian daripada HAKI.
Dalam perlindungan Persetujuan Umum tentang Tarif dan Perdagangan (General
Agreement on Tariff and trade – GATT) sebagai bagian daripada pembentukan
Organisasi Perdagangan Dunia (WTO) telah disepakati pula norma-norma dan
standar perlindungan HAKI.yang meliputi 2 :
1. Hak Cipta dan hak-hak lain yang terkait (Copyright and Related
Rights).
2. Merek (Trademark, Service Marks and Trade Names).
3. 1
Indikasi Geografis (Geographical Indications).
4. Desain Produk Industri (Industrial Design).
5. Paten (Patents) termasuk perlindungan varitas tanaman.
1
Suyud Margono, Komentar Atas Undang-Undang Rahasia Dagang, Desain Industri,
Desain Letak Sirkuit Terpadu, CV. Novindo Pustaka Mandiri, Jakarta 2001, hal. 4.
2
Sudargo Gautama, Hak Milik Intelektual dan Perjanjian Internasional, TRIPs, GATT,
Putaran Uruguay (1994), Bandung, PT. Citra Aditya Bakti, 2001, hal. 17.
2
B. Rumusan Masalah
Sesuai dengan uraian latar belakang tersebut, maka pembahasan dalam
skripsi berjudul “Penentuan Pencipta Atas Album Slank perdana hingga
kelima dan Penyelesaian Sengketanya (Studi Kasus Sengketa Antara Pihak
Bongky Marcel Melawan Group Band Slank)”, akan di batasi pada
permasalahan-permasalahan sebagai berikut:
1. Bagaimana penentuan pencipta dan pemegang hak cipta atas
Album Perdana hingga kelima Slank?
2. Bagaimana proses penyelesaian sengketa Album Perdana hingga
kelima Slank di luar pengadilan ?
C. Tujuan penelitian
Setiap penelitian dalam penulisan ilmiah pasti mempunyai tujuan yang
ingin dicapai, demikian halnya dalam penulisan skripsi ini juga mempunyai tujuan
penulisan yaitu sebagai berikut :
1. Untuk mengetahui penentuan pencipta dan pemegang hak
cipta atas Album Perdana hingga kelima Slank
3. Untuk mengetahui proses penyelesaian sengketa Album Perdana
hingga kelima Slank di luar pengadilan
D. Manfaat Penelitian
Manfaat secara khusus yaitu merupakan suatu studi dibidang HAKI di
mana penulis berharap penelitian ini dapat memberikan gambaran secara jelas
mengenai bagaimana menyelesaikan suatu sengketa lagu atau musik tidak
pada jalur litigasi seperti pengadilan, akan tetapi menggunakan jalur non-
litigasi yakni jalur alternatif penyelesaian sengketa yang merupakan hal yang
4
BAB II
METODE PENELITIAN
1. Pendekatan Penelitian
Metode penelitiannya adalah dengan studi kasus yang
menggunakan pendekatan yuridis normatif. Penelitian dengan pendekatan
yuridis normatif artinya permasalahan yang ada diteliti berdasarkan
peraturan perundang-undangan yang ada dan literatur-literatur yang ada
kaitannya dengan permasalahan3.
2. Bahan Penelitian
Data sekunder adalah data dari penelitian kepustakaan dimana
dalam data sekunder terdiri dari 3 ( tiga ) bahan hukum, yaitu bahan
hukum primer, bahan hukum sekunder, dan bahan hukum tertier sebagai
berikut :
a) Bahan Hukum Primer adalah bahan hukum yang sifatnya mengikat berupa
peraturan perundang-undangan yang berlaku dan ada kaitannya dengan
permasalahan yang dibahas, meliputi :
- UU No. 19 Tahun 2000 tentang Hak Cipta.
- UU No. 30 Tahun 1999 tentang Arbitase dan Alternatif
Penyelesaian Sengketa.
b) Bahan Hukum Sekunder adalah bahan hukum yang sifatnya menjelaskan
bahan hukum primer, dimana bahan hukum sekunder berupa buku
literatur, hasil karya sarjana. Literatur tersebut antara lain :
- Buku-buku tentang Penelitian Hukum Normatif
- Buku-buku tentang HAKI
- Buku-buku tentang Alternatif Penyelesaian Sengketa
- Website-website tentang HAKI dan Alternatif Penyelesaian Sengketa
khususnya sengketa musik atau lagu.
3
Roni Hanitijo Soemitro, Metodologi Penelitian Hukum dan Jarimetri, Jakarta, Cet. IV,
Ghalia Indonesia, 1990, hal. 11.
6
4
Ibid.
5
Ibid.,hal. 13
7
BAB III
TINJAUAN PUSTAKA
6
Djumhana dan R. Djubaedilah IV, Hak Milik Intelektual (Sejarah, Teori, dan
Prakteknya di Indonesia), Cetakan kedua, PT. Citra Aditya Bakti, Bandung, 2003, hal 2
7
Ibid.
8
Ibid.
8
3. Imam Trijono
Berpendapat bahwa hak cipta mempunyai arti tidak saja si pencipta
dan hasil ciptaannya yang mendapat perlindungan hukum, akan tetapi
juga perluasan ini memberikan perlindungan kepada yang diberi
kepada yang diberi kuasapun kepada pihak yang menerbitkan
terjemah daripada karya yang dilindungi oleh perjanjian ini.
16
Ibid., hal. 148.
17
Ibid.
14
- Ciptaan orisinil
Jangka waktu perlindungan hukum diberikan berlaku selama hidup Pencipta dan
terus berlangsung hingga 50 (lima puluh) tahun setelah pencipta meninggal dunia.
Berdasarkan Pasal 29 UUHC, perlindungan tersebut diberikan berbentuk :
a. Buku, program komputer, pamflet, susunan perwajahan ( Lay
Out ), karya tulis yang diterbitkan, dan semua hasil karya tulis ;
b. Ceramah, kuliah, pidato, dan ciptaan lain yang sejenis dengan itu ;
c. Alat peraga yang dibuat untuk kepentingan pendidikan dan ilmu
pengetahuan
d. Cipta lagu atau musik dengan atau tanpa teks ;
e. Drama atau drama musikal, tari, koreografi, pewayangan, dan
pantomin ;
f. Seni rupa dalam segala bentuk seperti seni lukis, gambar, seni ukir,
seni kaligrafi, seni pahat, seni patung, kolase dan seni terapa ;
g. Arsitektur ;
h. Peta ;
i. Seni batik ;
j. Foto grafi ;
k. Sinemato grafi ;
- Ciptaan derivatif
Merupakan suatu ciptaan yang bersifat turunan, jangka waktu perlindungan hak
ciptanya adalah 50 tahun sejak ciptaan tersebut diumumkan. Ciptaan tersebut
antara lain berupa terjemah, tafsir, saduran, bunga rampai, database, dan karya
lain dari hasil pengalih wujudan.18
18
Ibid.
15
22
Ibid., hal. 23.
23
OK. Saidin, Aspek Hukum Hak Kekayaan Intelektual, PT.Raja Grafindo Persada,
Jakarta, 2001, hal.507.
17
a. Dijamin kerahasiaan
sengketa para pihak.
b. Dapat dihindari
keterlambatan yang diakibatkan hal prosedural dan administratif.
c. Para pihak dapat
memilih arbiter yang menurut keyakinan memiliki kemampuan,
pengetahuan, pengalaman serta latar belakang yang cukup mengenai
masalah yang disengketakan, jujur, dan adil.
d. Para pihak dapat
menentukan pilihan untuk dapat menyelesaikan masalah serta proses dan
tempat penyelenggaraan arbitrase.
e. Putusan arbitrase
merupakan putusan yang mengikat para pihak dan langsung dapat
dilaksanakan.
Jika dibandingkan dengan alternatif-alternatif yang lain untuk
menyelesaikan sengketa, maka institusi arbitrase merupakan lembaga
penyelesaian sengketa yang paling mirip dengan badan peradilan, terutama jika
ditinjau dari prosedur yang berlaku, kekuatan putusannya, keterikatan dengan
hukum yang berlaku atau dengan aturan main yang ada.
Menurut UU. No. 30 tahun 1999, maka pihak pemohomn (claimant) harus
mengajukan surat tuntutan (statement of claim), diikuti oleh jawaban (statement
of defence) dan jika ada tuntutan balasan (counter claim) dari pihak termohon
(respondent). Selanjutnya diikuti dengan pemanggilan untuk hearing dan
pemeriksaan saksi, saksi ahli, dan pembuktian lainnya. Setelah itu arbitrase baru
memberikan putusannya.24
2. Negosiasi
Pada prinsipnya dengan negosiasi dimaksudkan sebagai suatu proses
tawar menawar atau pembicaraan untuk mencapai suatu kesepakatan terhadap
24
Munir Fuady, Arbitrase Nasional (Alternatif Penyelesaian Sengketa), PT. Citra Aditya
Bakti, Bandung, 2000, hal. 41.
18
suatu masalah tertentu yang terjadi diantara para pihak. Negosiasi dilakukan
baik karena telah ada sengketa diantara para pihak, maupun hanya karena
belum ada kata sepakat disebabkan belum pernah dibicarakan masalah
tersebut.25
3. Mediasi
Mediasi adalah salah satu alternatif dalam menyelesaikan sengketa.
Yang dimaksud dengan mediasi adalah suatu proses negosiasi untuk
memecahkan suatu masalah melalui pihak luar yang tidak memihak dan
netral dan akan bekerja dengan pihak yang bersengketa untuk membantu
menemukan solusi dalam menyelesaikan sengketa tersebut secara
memuaskan bagi kedua belah pihak. Pihak ketiga yang membantu
menyelesaikan masalah tersebut disebut dengan Mediator. Pihak mediator
tidak mempunyai kewenangan untuk memberi putusan terhadap sengketa
tersebut, melainkan hanya berfungsi untuk membantu dan menemukan solusi
terhadap para pihak yang bersengketa tersebut. pengalaman, integritas dan
kemampuan dari pihak mediator tersebut diharapkan dapat mengefektifkan
proses negosisasi diantara para pihak.26
Akan tetapi di samping harapan digantungkan kepada pengalaman,
kemampuan dan integritas dari pihak mediator, kedudukan mediator sebagai
pihak penengah itu saja sudah sangat membantu penyelesaian sengketa
tersebut. Sebab jika pihak ketiga yang netral tidak ikut terlibat, maka diantara
para pihak akan terjadi saling mencurigai, salah pengertian, salah persepsi,
kurang komunikasi, bersikap emosi, bersikap menang-kalah dan sebagainya.
Penyelesaian sengketa melalui mediasi banyak keunggulannya,
diantaranya sebagai berikut27 :
a. Relatif murah dibandingkan dengan alternatif penyelesaian sengketa yang
lain.
25
Ibid., hal. 42.
26
Ibid. hal. 47.
27
Ibid.
19
4. Konsiliasi
Seperti dalam mediasi, konsiliasi juga merupakan suatu proses
penyelesaian sengketa diantara para pihak dengan melibatkan pihak ketiga
yang netral. Hanya saja peranan yang dimainkan oleh seorang mediator
dengan konsiliator yang berbeda, sungguhpun dalam praktek antara istilah
mediasi dan konsiliasi sering saling dipertukarkan.29
Seperti juga mediator, tugas dari konsiliasi hanyalah sebagai pihak
fasilitator untuk melakukan komunikasi diantara para pihak sehingga dapat
diketamukan solusi oleh para pihak sendiri. Dengan demikian pihak
28
Ibid.
29
Ibid.,hal. 52.
20
Akan tetapi disini tidak dapat dikatakan melanggar hak cipta apabila33 :
1. Suatu ciptaan pihak lain
digunakan untuk keperluan pendidikan, penelitian dan hal-hal non komersil
lainnya.
2. Penggunaan ciptaan pihak
lain untuk keperluan pembelaan dalam suatu proses sengketa baik di dalam
maupun di luar jalur pengadilan.
3. Perbanyakan suatu ciptaan
bidang ilmu pengetahuan dalam huruf braile untuk keperluan tuna netra.
4. Perubahan yang dilakukan
atas karya arsitektur seperti ciptaan bangunan berdasarkan pertimbangan
teknis. Maksudnya adalah apabila karya arsitektur tersebut misalkan
membahayakan keselamatan umum maka dapat diubah tanpa seizin
penciptanya.
5. Pembuatan salinan cadangan
suatu program komputer yang bukan untuk keperluan komersil.
33
Ibid., hal. 21.
34
Penjelasan Undang-Undang No. 19 Tahun 2002
22
bahwa lagu atau musik tersebut merupakan suatu kesatuan karya cipta.35 Dalam
UUHC pengertian lagu dan musik merupakan satu kesatuan.
Berbeda dengan pengertian tentang lagu dan musik berdasarkan kamus
bahasa Indonesia dimana dalam pengertuian tersebut dipisahkan antara
pengertian lagu dengan musik. Lagu merupakan suatu syair atau lirik yang
mempunyai irama.36 Sedangkan musik adalah suatu komposisi yang terdiri dari
notasi-notasi yang mempunyai melodi berirama.37
35
Hulman Panjaitan, Loc.Cit.
36
Tim Penyusun Kamus Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa, Kamus Besar
Bahasa Indonesia, Balai Pustaka, Jakarta, 1988, hal. 657.
37
Ibid., hal. 761.