Anda di halaman 1dari 4

MODUL 3

NYERI DAN GANGGUAN SARAF TEPI

Skenario 3:
Wajah dingin ku
Pak Mujid, laki-laki usia 43 tahun, datang ke puskesmas karena ia merasakan hal yang
aneh dengan wajahnya, dahinya tidak dapat dikerutkan, kelopak matanya tidak dapat menutup
dan sudut mulut tidak dapat digerakkan ke atas. Keluhannya tersebut hanya dirasakan di wajah
sebelah kirinya saja. Dari anamnesis diketahui bahwa beliau adalah seorang buruh lepas diyang
tinggal di daerah terpencil dan harus menempuh perjalanan kurang lebih 45 menit mengendarai
sepeda motor dari rumah ketempat bekerja nya setiap pagi dan pulang pada malam hari serta
mengalami sakit kepala sebelah, berdenyut, disertai fotofobia, fonofobia, nausea dan muntah.
Keluhan ini berlangsung selama 30 menit atau terkadang bisa berjam-jam. Sebelum sakit kepala
ia juga mengalami gangguan penglihatan. Kemudian pak Mujid dirujuk ke RS Cut Meutia untuk
dilakukan pemeriksaan lanjutan.

Bagaimanakah anda menjelaskan kejadian yang terjadi pada pak Mujid?


16 KP. 2.2.3.1 Pemeriksaan Neurofisiologi dr. Basli, Sp.S
17 KP. 2.2.3.2 Mekanisme Nyeri dr. Basli, Sp.S
18 KP. 2.2.3.3 Headache dr. Basli, Sp.S
19 KP. 2.2.3.4 Gangguan Saraf Tepi dr. Basli, Sp.S
20 KP. 2.2.3.5 Gangguan Medulla Spinalis dan Bells’palsy dr. Basli, Sp.S
21 KP. 2.2.3.6 Penyakit Neuromuscular dan Neuropati dr. Basli, Sp.S

Termino
1.nyeri : digambarkan sebagai sensasi tidak menyenangkan yang terjadi bila kita
mengalami cedera atau kerusakan pada tubuh
2.fotofobia : kondisi mata terasa sakit atau tidak nyaman ketika melihat cahaya terang.
3.fonofobia : juga disebut ligyrofobia atau sonofobia, adalah ketakutan atau kebencian pada
suara keras
4.nausea :mual kondisi yang menyebabkan pusing dan ingin muntah
1.apakah diagnosis penyakit yang dialami pasien tersebut?
Pasien menderita Penyakit Bell’s palsy
Bell’s palsy atau prosoplegia adalah kelumpuhan fasialis tipe lower motor neuron (LMN) akibat
paralisis nervus fasial perifer yang terjadi secara akut dan penyebabnya tidak diketahui
(idiopatik) di luar system saraf pusat tanpa disertai adanya penyakit neurologis lainnya

2.apaka ada kaitan antara pekerjaan dengan penyakit yang dialami oleh pasien tersebut?
3.bagaimana mekanisme yang mendasari nyeri kepala sebelah?
patofisiologi migren masih belum jelas, namun ada tiga teori yang dapat
menjelaskan mekanisme terjadinya migren.
Teori pertama adalah teori vaskular
yang menyebutkan bahwa pada serangan migren terjadi vasodilatasi arteri ekstra
kranial.
Teori kedua adalah teori neurologi
yang menyebutkan bahwa migren
adalah akibat perubahan neuronal yang terjadi di area otak yang berbeda dan
dimediasi perubahan sistem neurotransmisi.
Teori ketiga
menyebutkan tentang perubahan vaskular akibat disfungsi neuronal
sehingga terjadi vasodilatasi meningeal
4.pemeriksaan apa saja yang dilakukan pada pasien?
Beberapa pemeriksaan penunjang yang penting untuk menentukan letak lesi dan derajat
kerusakan n. fasialis
1) Uji kepekaan saraf (nerve excitability test)
Pemeriksaan ini membandingkan kontraksi otot-otot wajah kiri & kanan setelah diberi rangsang
listrik. Perbedaan rangsang lebih 3,5 mA menunjukkan keadaan patologik dan jika lebih 20 mA
menunjukkan kerusakan n.fasialis ireversibel.
2) Uji konduksi saraf (nerve conduction test)
Pemeriksaan untuk menentukan derajat denervasi dengan cara mengukur kecepatan hantaran
listrik pada nervus fasialis kiri dan kanan.
3) Elektromiografi
Pemeriksaan yang menggambarkan masih berfungsi atau tidaknya otot-otot wajah.
4) Uji fungsi pengecap 2/3 bagian depan lidah
Gilroy dan Meyer (1979) menganjurkan pemeriksaan fungsi pengecap dengan cara
sederhana yaitu rasa manis (gula), rasa asam dan rasa pahit (pil kina). Elektrogustometri
membandingkan reaksi antara sisi yang sehat dan yang sakit dengan stimulasi listrik pada 2/3
bagian depan lidah terhadap rasa kecap pahit atau metalik. Gangguan rasa kecappada BP
menunjukkan letak lesi n. fasialis
setinggi khorda timpani atau proksimalnya
5) Uji Schirmer
Pemeriksaan ini menggunakan kertas filter khusus yang di letakkan di belakang kelopak mata
bagian bawah kiri dan kanan. Penilaian berdasarkan atas rembesan air mata pada kertas
filter; berkurang atau mengeringnya air mata menunjukkan lesi n.fasialis setinggi ggl.
genikulatum
5.bagaimana terapi yang tepat bagi pasien tersebut?
1) Istirahat terutama pada keadaan akut
2) Medikamentosa
Prednison : pemberian sebaiknya selekaslekasnya terutama pada kasus BP yang secara
elektrik menunjukkan denervasi. Tujuannya untuk mengurangi odem dan mempercepat
reinervasi. Dosis yang dianjurkan 3 mg/kg BB/hari sampai ada perbaikan, kemudian
dosis diturunkan bertahap selama 2 minggu.
3) Fisioterapi
Sering dikerjakan bersama-sama pemberian prednison, dapat dianjurkan pada stadium
akut. Tujuan fisioterapi untuk mempertahankan tonus otot yang lumpuh.
Cara yang sering digunakan yaitu : mengurut/ massage otot wajah selama 5 menit pagisore
atau dengan faradisasi
4) Operasi
Tindakan operatif umumnya tidak dianjurkan pada anak- anak karena dapat menimbulkan
komplikasi lokal maupun intracranial.
Tindakan operatif dilakukan apabila :
– Tidak terdapat penyembuhan spontan
– Tidak terdapat perbaikan dengan
pengobatan prednisone
– Pada pemeriksaan elektrik terdapat denervasi total.

6.apa saja factor risiko terkena migraine?


1. Perubahan hormonal
Beberapa wanita yang menderita migren merasakan frekuensi serangan
akan meningkat saat menstruasi. Bahkan ada diantaranya yang hanya
merasakan serangan migren saat menstruasi. Istilah ‘menstrual migraine’
sering digunakan untuk menyebut migren yang terjadi pada wanita saat
dua hari sebelum menstruasi dan sehari setelahnya. Ini terjadi disebabkan
penurunan kadar estrogen.
2. Kafein
Kafein terkandung dalam banyak produk makanan seperti minuman
ringan, teh, cokelat, dan kopi. Kafein dalam jumlah yang sedikit akan
meningkatkan kewaspadaan dan tenaga, namun bila diminum dalam dosis
yang tinggi akan menyebabkan gangguan tidur, lekas marah, cemas dan
sakit kepala.
3. Puasa dan terlambat makan
Puasa dapat mencetuskan terjadinya migren oleh karena saat puasa terjadi
pelepasan hormone yang berhubungan dengan stres dan penurunan kadar
gula darah.
4. Ketegangan jiwa (stres)
baik emosional maupun fisik atau setelah istirahat
dari ketegangan.
5. Cahaya kilat atau berkelip
Cahaya yang terlalu terang dan intensitas perangsangan visual yang terlalu
tinggi akan menyebabkan sakit kepala pada manusia normal. Mekanisme
ini juga berlaku untuk penderita migren yang memiliki kepekaan cahaya
yang lebih tinggi daripada manusia normal.
6. Makanan
Penyedap makanan atau MSG dilaporkan dapat menyebabkan sakit
kepala, kemerahan pada wajah, berkeringat dan berdebar-debar jika
dikonsumsi dalam jumlah yang besar pada saat perut kosong. Fenomena
ini disebut ‘Chinese Restaurant Syndrome’.Aspartam atau pemanis buatan
pada minuman diet dan makanan ringan, dapat menjadi pencetus migren
bila dimakan dalam jumlah besar dan jangka waktu yang lama.
7. Banyak tidur atau kurang tidur
Gangguan mekanisme tidur seperti tidur terlalu lama, kurang tidur, sering
terjaga tengah malam, sangat erat hubungannya dengan migren dan sakit
kepala tegang, sehingga perbaikan dari mekanisme tidur ini akan
membantu mengurangi frekuensi timbulnya migren.
8. Faktor cuaca
Polusi udara, temperatur, suhu ruang yang tidak stabil dipercaya
mempunyai pengaruh secara signifikan terhadap insidensi terjadinya
migren.

Anda mungkin juga menyukai