Anda di halaman 1dari 16

LAPORAN KEGIATAN

SEMESTER 1
PROGRAM KERJA TIM DOTS
(DIRECTLYOBSERVED TREATMENT SHORT COURSE)

I. Pendahuluan

Tuberculosis merupakan penyakit menular langsung yang disebabkan oleh kuman TB (Mycobacterium
Tuberculosis).Sebagian besar kuman TB menyerang paru, tetapi dapat juga menyerang organ tubuh lainnya.

Penularan penyakit TB melalui droplet (udara) sehingga penularan TB dari satu pasien ke pasien lain
sangatlah mudah, terlebih didukung dengan status imunitas yang rendah.

Dengan bertambahnya kasus TB, WHO mengembangkan strategi penanggulanganan TB yang dikenal
dengan Strategi DOTS (Directly Observed Treatment Short-Course) dan telah terbukti sebagai strategi
penanggulangan yang secara ekonomis paling efektif.Penerapan strategi DOTS, disamping secara cepat
menekan penularan, juga mencegah berkembangnya MDR TB.

II. LatarBelakang

Di Indonesia, TB merupakan masalah utama kesehatan masyarakat. Jumlah pasien TB di Indonesia


merupakan ke-2 terbanyak di dunia setelah India dan Cina.
Diperkirakan sekitar sepertiga penduduk dunia telah terinfeksi oleh Mycobacterium Tuberculosis. Sekitar
75% pasien TB adalah kelompok usia produktif. Situasi TB didunia semakin memburuk, jumlah kasus TB
meningkat dan banyak yang tidak berhasil disembuhkan.Menyikapi hal tersebut, WHO mencanangkan TB
sebagai kedaruratan dunia (Global Emergency).
Fokus utama DOTS adalah penemuan dan penyembuhan pasien, prioritas diberikan kepada pasien TB tipe
menular. Strategi ini akan memutuskan rantai penularan TB dan dengan demikian menurunkan insiden TB di
masyarakat.
Strategi DOTS terdiri dari 5 komponen kunci :
1. Komitmen politis.
2. Pemeriksaan dahak mikroskopis yang terjamin mutunya.
3. Pengobatan jangka pendek yang standar bagi semua kasus TB dengan tatalaksana kasus yang tepat,
termasuk pengawasan langsung pengobatan.
4. Jaminan ketersediaan OAT yang bermutu.
5. Sistem pencatatan dan pelaporan yang mampu memberikan penilaian terhadap hasil pengobatan pasien
dan kinerja program secara keseluruhan.

Untuk menjamin keberhasilan penanggulangan TB, kelima komponen tersebut di atas harus dilaksanakan
secara bersamaan.Strategi DOTS telah dibuktikan dengan berbagai ujicoba lapangan dapat memberikan
angka kesembuhan yang tinggi.Bank dunia menyatakan strategi DOTS merupakan strategi kesehatan yang
paling cost effective.
Penanggulangan TB merupakan program nasional yang harus dilaksanakan di seluruh unit pelayanan
kesehatan termasuk Rumah Sakit.Khusus bagi pelayanan pasien tuberculosis di Rumah Sakit dilakukan
dengan strategi DOTS.Hal ini memerlukan pengelolaan yang lebih spesifik.Karena dibutuhkan kedisiplinan
dalam penerapan semua prosedur opersioanal yang ditetapkan, disamping itu perlu adanya koordinasi antar
unit pelayanan dalam bentuk jejajring serta penerapan standar diagnosa dan terapi yang benar, dan
dukungan yang kuat dari jajaran direksi Rumah Sakit berupa komitmen dalam pengelolaan
penanggulanganTB.Penanggulangan Penyakit TB dan HIV merupakan komitmen global dan nasional saat ini
dalam upaya mencapai target pembangunan Millenium.
Dalam hal ini Rumah sakit Umum Pindad telah berpartisipasi dalam rangka memberantas angka kematian
akibat TB dengan strategi DOTS yang merupakan program Nasional
III. Tujuan
a. Tujuan Umum
Tujuan dari pembentukan Tim DOTS di Rumah Sakit Umum Pindad adalah untuk mengkoordinasikan
pelayanan DOTS di RS Pindad, mengumpulkan segala bentuk informasi pasien tersangka TB dan TB positif,
memonitor dan memberi pelayanan pengobatan serta konseling pasien TB positif.
b. Tujuan Khusus
a) Menurunkan angka kesakitan dan angka kematian TB.
b) Memutuskan rantai penularan, serta mencegah terjadinya MDR TB di RSU Pindad
c) Melindungi petugas kesehatan dan masyarakat dari penularan penyakit menular.

IV. KegiatanPokokdanRincianKegiatan

1 Pelayanan Pasien TB
a) Tatalaksana Pasien TB.
 Penjaringan Suspek
 Diagnosis
 Klasifikasi Penyakit dan Tipe pasien
b) Tatalaksana Pengobatan TB.
c) Tatalaksana Pengawasan Minum Obat.
d) Tata Laksana Pemantauan dan Hasil pengobatan TB.
e) Tata Laksana Penjaringan Suspek TB MDR,TB DM,TB HIV dan Investigasi kontak pada kasus anak
dibawah 5 tahun( PP INH)

2. Kegiatan Rutin
a) Rapat Tim TB setiap 3 bulan
b) Pencatatan dan pelaporan kepada DKK dilakudan offlinekan setiap 3 bulan
c) Pengajuan logistik program TB DOTS dilakukan setiap 3 bulan
d) Membuat POJOK DOTS sebagai tempat edukasi pasien TB, pencatatan dan pelaporan pasien TB.
e) Sistem Form TB DOTS terintegrasi (proker 2017)
f) Penatalksanaan TB dengan strategi DOTS (untuk semua DPJP)
g) Terlaksananya pelayanan Klinik TB DOTS Mandiri

3. Pengembangan SDM (Pendidikan dan Pelatihan Staff)


a. Pelatihan pencegahan penularan TB in-house training untuk semua petugas RS.
b. Pelatihan Penanggulangan TB untuk Tim TB sesuai jadwal DKK.
4. Penyuluhan
a. Penyuluhan ke masyarakat terkait TB berkoordinasi dengan PKMRS
b. Membuat brosur tentang TB – koordinasi dengan Tim PPI RS dan PKMRS
5. Penyusunan Program Kerja tahunan
a) Perhitungan dan pengumpulan data evaluasi kegiatan TB triwulan.
b) Penyusunan rencana kegiatan dan anggaran TB tahun 2018.
c) Pelaporan hasil Program Kerja ke Pimpinan RS.

6. Peningkatan Mutu Pelayanan TB


a) Analisa Indikator Mutu pelayanan TB DOTS
b) Penyusunan Pedoman, Kebijakan dan SPO TB.disesuaikan dengan update keilmuan
c) Evaluasi fungsi tim TB DOTS

V.PELAKSANAAN KEGIATAN

I Pelayanan Pasien TB
A.Tatalaksana pasien TB
1. Penjaringan suspek
Dilakukan pada pasien rawat jalan maupun rawat inap yang berada dalam lingkungan Rumah Sakit umum
Pindad dan memenuhi standar diagnosis yang ditetapkan oleh standar internasional penanganan TB.

Yang termasuk suspek TB antara lain :


a. Semua orang yang datang ke rumah sakit dengan keluhan batuk berdahak 2 (dua) minggu atau lebih
dianggap sebagai seorang tersangka (suspek) pasien TB, dan perlu dilakukan pemeriksaan dahak
secara mikroskopis.
b. Semua kontak dengan pasien TB Paru BTA positif yang menunjukkan gejala yang sama harus
dianggap sebagai seorang suspek TB dan dilakukan pemeriksaan dahak.
c. Semua keluarga pada penderita TB Anak yang menunjukkan gejala yang sama harus dianggap
sebagai seorang suspek TB dan dilakukan pemeriksaan dahak.

2. Diagnosis
A. Diagnosis TB Paru Dewasa
Diagnosis TB Paru dewasa ditegakkan dengan ditemukannya kuman TB melalui pemeriksaan dahak
mikroskopis atau melaui TCM Tidak dibenarkan mendiagnosis TB hanya berdasarkan pemeriksaan foto
toraks saja.Foto toraks tidak selalu memberikan gambaran yang khas pada TB paru, sehingga sering
terjadi overdiagnosis.Selain untuk diagnosis, pemeriksaan dahak digunakan juga untuk menilai
keberhasilan pengobatan dan menentukan potensi penularan.
Pemeriksaan dahak untuk diagnosis dilakukan dengan mengumpulkan 2(dua) spesimen dahak yang
dikumpulkan dalam satu hari kunjungan yang berurutan berupa dahak Sewaktu-Pagi (S-P) Sewaktu –
sewaktu (S_S)
P (Pagi) : dahak dikumpulkan di rumah pada pagi hari,segera setelah bangun tidur pagi. Pot dibawa dan
diserahkan sendiri kepada petugas laboratorium.
S (Sewaktu): dahak dikumpulkan di laboratorium pada hari kedua, saat menyerahkan dahak pagi

B. Diagnosis TB Anak
Setelah dokter melakukan anamnesis, pemeriksaan fisik, dan pemeriksaan penunjang, maka dilakukan
pembobotan dengan sistem skor. Pasien dengan skor lebih atau sama dengan 6 (enam) harus
ditatalaksana sebagai pasien TB dan mendapat OAT (Obat Anti Tuberkulosis). Bila skor kurang dari 6 tetapi
secara klinis kecurigaan ke arah TB kuat, maka perlu dilakukan pemeriksaan diagnostik lain sesuai indikasi
untuk memperkuat diagnosis TB seperti bilas lambung, patologi anatomi, pungsi lumbal, pungsi pleura, foto
tulang dan sendi, funduskopi, CT scan, dan lain-lain.
Sistem Skoring TB Anak
Parameter 0 1 2 3 Jumlah

Kontak TB Tidak jelas laporan BTA positif


keluarga, BTA
negatif atau
tidak tahu,
BTA tdk jelas

Uji Tuberculin negatif positif (≥10mm


atau ≥5mm pada
keadaan
imunosupresi)

Berat bawah garis klinis gizi


badan/keadaan gizi merah(KMS) atau buruk BB/U <
60%
BB/U < 80%

Demam tanpa ≥ 2 minggu


sebab jelas

Batuk* ≥ 3 minggu

Pembesaran ≥ 1cm,
kelenjar limfe koli,
aksila, inguinal jumlah >1, tidak
nyeri

Pembengkakan ada pembengkakan


tulang/sendi
panggul,
lutut,falang

Foto toraks normal/ kesan TB

tidak jelas

Jumlah

*batuk dimasukkan dalam skor setelah disingkirkan penyebab batuk kronis lainnya seperti asma, sinusitis
dan lain-lain
Interpretasi:

≥ 6 (enam) : dapat ditatalaksana sebagai pasien TB

<6 (enam) : tetapi klinis sangat mencurigakan TB maka perlu dilakukan pemeriksaan diagnostik lainnya
sesuai indikasi ,untuk ditatalksana PP INH.

C. Diagnosis TB Ekstra Paru


Gejala dan keluhan tergantung organ yang terkena misalnya kaku kuduk pada meningitis TB, nyeri dada
pada TB Pleura, pembesaran kelenjar limfe superfisial pada lymphadenitis TB, dan lain-lain. Diagnosis
pasti sering sulit ditegakkan sedangkan diagnosis kerja dapat ditegakkan berdasarkan gejala klinis TB
yang kuat dengan menyingkirkan kemungkinan penyakit lain. Ketepatan diagnosis tergantung pada
metode pengambilan bahan pemeriksaan dan ketersediaan alat-alat diagnostik, misal uji mikrobiologi,
patologi anatomi, dan lain-lain.
Seorang pasien TB ekstra paru sangat mungkin juga menderita TB Paru.Oleh karena itu perlu
dilakukan pemeriksaan dahak.Jika hasil pemeriksaan dahak negatif, dapat dilakukan foto toraks.

3. Klasifikasi Penyakit dan Tipe Pasien


a. Klasifikasi berdasarkan organ tubuh yang terkena
1. Tuberkulosis Paru
2. Tuberkulosis Ekstra Paru

b. Klasifikasi berdasarkan hasil pemeriksaan dahak mikroskopis (pada TB Paru)


1. Tuberkulosis BTA Positf
2. Tuberkulosis BTA negatif
c. Klasifikasi berdasarkan tingkat keparahan penyakit
1. TB paru BTA negatif foto thoraks positif dibagi berdasarkan tingkat keparahan penyakitnya, yaitu
bentuk berat dan ringan. Bentuk berat bila gambaran foto toraks memperlihatkan gambaran
kerusakan paru yang luas (misal proses ‘far advanced’), dan atau keadaan umum pasien buruk.
2. TB ekstra-paru dibagi berdasar pada tingkat keparahan penyakit, yaitu
 TB ekstra paru ringan, misalnya : TB kelenjar limfe, pleuritis eksudatif unilateral, tulang (kecuali
tulang belakang), sendi, dan kelenjar adrenal.
 TB ekstra paru berat misalnya meningitis, milier, perikarditis, peritonitis, pleuritis eksudatif bilateral,
TB tulang belakang, TB usus, TB saluran kemih dan alat kelamin.

d. Klasifikasi berdasarkan riwayat pengobatan sebelumnya


Klasifikasi berdasar riwayat pengobatan sebelumnya dibagi menjadi beberapa tipe pasien yaitu :
1. Baru
Adalah pasien yang belum pernah diobati dengan OAT atau sudah pernah menelan OAT kurang
dari satu bulan (4 minggu).
2. Kambuh (Relaps)
Adalah pasien tuberkulosis yang sebelumnya pernah mendapat pengobatan Tuberculosis dan telah
dinyatakan sembuh atau pengobatan lengkap, didiagnosis kembali dengan BTA positif (apusan
atau kultur).
3. Pengobatan setelah putus berobat (Default)
Adalah pasien yang telah berobat dan putus berobat 2 (dua) bulan atau lebih dengan BTA positif.
4. Gagal (Failure)
Adalah pasien yang hasil pemeriksaan dahaknya tetap positif atau kembali positif pada bulan
kelima atau lebih selama pengobatan.
5. Pindahan (Transfer In)
Adalah pasien yang dipindahkan dari UPK yang memiliki register TB lain untuk melanjutkan
pengobatannya.
6. Lain-lain
Adalah semua kasus yang tidak memenuhi ketentuan di atas.Dalan kelompok ini termasuk kasus
kronik, yaitu pasien dengan hasil pemeriksaan masih BTA positif setelah selesai pengobatan
ulangan.

A. Tata Laksana Pengobatan TB


a. Prosedur dan Tata Cara Pengobatan TB
Pengobatan TB dilakukan dengan prinsip-prinsip sebagai berikut :
1. OAT harus diberikan dalam bentuk kombinasi beberapa jenis obat, dalam jumlah cukup dan dosis
tepat sesuai dengan kategori pengobatan. Tidak diperkenankan menggunakan OAT tunggal
(monoterapi). Penggunaan OAT Kombinasi Dosis Tetap (OAT-KDT) lebih menguntungkan dan
sangat dianjurkan.
2. Untuk menjamin kepatuhan pasien menelan obat, dilakukan pengawasan langsung (DOT= Directly
Observed Treatment) oleh pengawas menelan obat (PMO).
3. Pengobatan TB diberikan dalam 2 (dua) tahap, yaitu tahap awal (intemsif) dan tahap lanjutan.

Panduan OAT yang digunakan oleh Program Nasional Penanggulangan Tuberkulosis di Indonesia adalah :
1. Kategori 1 : 2HRZE atau 4 (HR)3
2. Kategori 2 : 2HRZES atau (HRZES) atau 5(HR)3E3
3. OAT sisipan : HRZE
4. OAT Anak : 2HRZ atau 4HR

Sebelum memulai pengobatan TB, pasien dan PMO harus mendapatkan edukasi mengenai hal-hal di bawah
ini:
 Cek domisili pasien. Jika domisili pasien TB di luar wilayah Sukoharjo, rujuk ke UPK terdekat, kecuali
ada pertimbangan khusus (bekerja di wilayah Sukoharjo atau karyawan Rumah Sakit Indriati atau
perjanjian kerja sama perusahaan hanya dengan RS Indriati). Jelaskan kepada pasien dan keluarga
bahwa alasan merujuk adalah untuk memperkecil kemungkinan DO.
 Apa itu penyakit TB, bagaimana cara penularannya, pencegahan penularan, dan bagaimana gejala TB.
 Rencana pengobatan : berapa lama, cara pengobatan (oral saja atau oral + injeksi), frekuensi kontrol,
biaya-biaya yang mungkin akan dikeluarkan selama pengobatan. Jika pasien dan atau keluarga merasa
berat dengan biaya-biaya yang akan dikeluarkan selama masa pengobatan, rujuk ke puskesmas untuk
pengobatannya.
 Pengaturan nutrisi.
 Efek samping obat yang mungkin timbul.
 Pengobatan tidak boleh terputus walau pasien sudah tidak ada keluhan atau merasa sehat, perlu
dijelaskan pula risiko jika putus berobat.

B. Tata Laksana Pengawasan Menelan Obat


Persyaratan PMO (Pengawas Minum Obat)
 Seseorang yang dikenal, dipercaya, dan disetujui baik oleh petugas kesehatan maupun pasien, selain
itu harus disegani dan dihormati oleh pasien.
 Seseorang yang tinggal dekat dengan pasien.
 Bersedia membantu pasien dengan sukarela.
 Bersedia dilatih dan mendapat penyuluhan bersama-sama dengan pasien.
a.Siapa yang bisa menjadi PMO
Sebaiknya PMO adalah petugas kesehatan.Bila tidak ada petugas kesehatan yang memungkinkan,
PMO dapat berasal dari kader, guru, anggota PKK, tokoh masyarakat atau keluarga.
b.Tugas PMO
 Mengawasi pasien TB agar menelan obat secara teratur sampai selesai pengobatan.
 Memberi dorongan kepada pasien agar mau berobat teratur.
 Mengingatkan pasien untuk periksa ulang dahak pada waktu yang telah ditentukan.
 Memberikan penyuluhan pada anggota keluarga pasien TB yang mempunyai gejala mencurigakan TB
untuk segera memeriksakan diri.

C. Tata Laksana Pemantauan dan Hasil pengobatan TB


a. Pemantauan Kemajuan Pengobatan TB
Pemantauan kemajuan hasil pengobatan TB Paru dewasa dilaksanakan dengan pemeriksaan ulang
dahak mikroskopis. Pemeriksaan mikroskopis dilakukan dengan memeriksa spesimen dahak
sebanyak dua kali (Sewaktu dan Pagi).Hasil pemeriksaan dinyatakan negatif bila ke 2 (dua) spesimen
tersebut negatif.Bila salah satu spesimen positif atau keduanya positif, hasil pemeriksaan ulang dahak
tersebut dinyatakan positif.
b. Hasil Pengobatan TB (BTA Positif)
1. Sembuh
Pasien telah menyelesaikan pengobatan secara lengkap dan pemeriksaan ulang dahak hasilnya
negatif pada Akhir Pengobatan (AP) dan minimal satu pemeriksaan follow up sebelumnya negatif.

2. Pengobatan Lengkap
Pasien yang telah menyelesaikan pengobatannya secara lengkap tetapi tidak memenuhi
persyaratan sembuh atau gagal.
3. Meninggal
Pasien yang meninggal dalam masa pengobatan karena sebab apapun.
4. Pindah
Pasien yang pindah berobat ke UPK lain dengan register TB03 yang lain dan hasil pengobatannya
tidak diketahui.
5. Default (Putus berobat)
Pasien yang tidak berobat 2 (dua) bulan berturut-turut atau lebih sebelum masa pengobatannya
selesai.
6. Gagal
Pasien yang hasil pemeriksaan dahaknya tetap positif atau kembali positif pada bulan kelima atau
lebih selama pengobatan.

D. Tata Laksana Penjaringan Suspek TB MDR Dan Kolaborasi TB-HIV, TB DM


a. Penjaringan Suspek TB MDR
Kegiatan penemuan pasien TB MDR diawali dengan penemuan suspek TB MDR. Suspek TB
MDR adalah semua orang yang mempunyai gejala TB dan memenuhi salah satu kriteria di bawah ini :
1. Kasus kronik atau gagal pengobatan kategori 2 (dua).
2. Paien TB dengan hasil pemeriksaan dahak tetap positif setelah bulan ketiga pengobatan kategori 2
(dua).
3. Pasien TB yang pernah diobati > 1 (satu) bulan di sarana non DOTS termasuk dengan OAT TB
MDR misalnya fluorokuinolon dan kanamisin.
4. Pasien gagal pengobatan kategori 1 (satu).
5. Pasien kategori 1(satu) dengan hasil pemeriksaan dahak tetap positif setelah pemberian sisipan.
6. Kasus TB kambuh (kategori 1 atau kategori 2).
7. Pasien TB kategori 1 (satu) atau kategori 2 (dua) yang sudah berobat > 1 (satu) bulan kemudian
lalai atau default datang kembali untuk menjalani pengobatan.
8. Suspek TB dengan keluhan, yang tinggal dekat dengan pasien TB MDR yang sudah terkonfirmasi.
9. Pasien TB – HIV.
10. Pasien Baru yang kontak erat dengan TB MDR
Pasien yang memenuhi salah satu kriteria di atas akan dilakukan rujukan ke RSHS dengan
dlengkapi form rujuk Susp MDR (dengan terlebih dahulu dilakukan pemeriksaan TCM ke faskes layanan
TCM terdekat )
b. Kolaborasi TB-HIV
Epidemi HIV sangat berpengaruh terhadap meningkatnya kasus TB, dan begitu pula sebaliknya
pengendalian TB tidak akan berhasil baik tanpa keberhasilan pengendalian HIV. Diperkirakan dalam 3-
5 tahun mendatang, 20-25% kasus TB pada beberapa negara di Asia Selatan dan Tenggara
berhubungan langsung dengan HIV

Maka jika ditemukan pasien dengan HIV positif maka akan langsung dilakukan penapisan TB dengan
cara pemeriksaan TCM TB.

c. Penapisan TB DM
Pada penyandang DM,resiko berkembangnya penyakit TB meningkat 3 kali lipat .risiko kegagalan
pengobatan ,kematian dan kekambuhan TB juga meningkat pada peyandang DM.oleh karena itu
penapisan TB dilakukan pada semua penyandang DM dengan dialkukan anamnesa gejala dan
pemeriksaan Thoraks.jika ditemukan kelaian pada hasil thoraks yang mengarah ke TB maka dilakukan
pemeriksaan lebih lanjut dengan pemeriksaan bakteriologis menggunakan TCM.jika pada penapisan
awal tidak ditemuka kelainan maka penapisan perlu diulang secara berkala manimal satu tahun sekali.
d. Investigasi Kontak
Investigasi Kontak(IK) adalah salah satu cara menemukan pasien TB secara aktif termasuk TB pada
anak.IK dilakukan pada kelompok yang kontak erat dengan TB berisiko.IK dilakukan dengan dua
strategi:
 Identifikasi Kontak
 Pemeriksaan untuk menentukan ada tidaknya infeksi laten atau sakit TB
2. Kegiatan Rutin
1. Rapat Tim TB setiap 3 bulan.
 Pembahasanan kegiatan dalam triwulan tersebut
 Sosialisasi update ilmu hasil pertemuan
 Pembahasan kendala dilapangan
2. Pencatatan dan pelaporan ke DKK dilakukan setiap 3 bulan sekali
 Pencatatan dilakukan rutin setiap hari melaui:
 petugas pojok DOTS :TB 06, 05,01.02.,03 09,10, SITT, investigasi kontak ,buku bantu pindah,
buku bantu rujuk pindah atau rujuk suspek MDR
 Petugas KIA :TB 06,05,01.02 anak.TB 01 PP INH,TB 15,16 buku bantu penjaringan
IK(Investigasi Kontak)
 Petugas Ranap :TB 06,05,01,02
 Petugas IGD: TB 06,05
 Laboratorium:Rekap data pasien cek BTA awal (AB)dan follow up (DE,FG,HI)
 Pencatatan dan dilaporkan bulanan
 Pojok DOTS: Laporan suspek TB, temuan kasus baru,angka kesembuhan,angka mangkir,data
pasien non DOTS ,indicator mutu.
 KIA: laporan PP INH
 Laboratorium :TB 04 (Rekap data pasien cek BTA awal dan follow up),stok opname logistik
 Farmasi: Data kunjungan pasien DOTS dan NON DOTS,Laporan stok opname Logistik
 Pencatatan dan pelaporan Tiga bulanan
 Pojok DOTS; Penemuan suspek Triwulan,penemuan kasus triwulan tersebut,laporan konversi
triwulan sebelumnya,laporan keberhasilan triwulan tahun sebelumnya, serta pencatatan rutin
harian dan bulanan (follow up dilakukan terus setiap hari sesuai jumlah pasien TB ON OAT
yang ada di RSU Pindad kurang lebih berjalan 800-1000 pasien data berdasarkan dari TW
4,2016, dan TW 1,2,3,4 2017 dan TW 1,2 2018 untuk TB anak dan TB dewasa
 Poli KIA :evaluasi PP INH
 Laboratorium: Pengisian TB 12,13, serta pencatatan harian dan bulanan . laporan preparat uji
silang.
 Farmasi : Pengsisian TB 13,serta laporan rutin harian dan bulanan

3. Pengajuan logistik program TB DOTS dilakukan secara online setiap 3 bulan sekali meliputi
:pengajuan obat FDC anak,FDC dewasa kategori 1 dan 2,Propilaksis (PP INH),reagen ZN, pot
dahak,objek glas.
4. Membuat POJOK DOTS sebagai tempat edukasi pasien TB, pencatatan dan pelaporan pasien
TB.serta melaporkan pasien non DOTS untuk mengevaluasi kunjungan pasien TB
5. Semua form TB DOTS terintegrasi agar memudahkan dalam pemantauan (TB
06.05.01.02.04..13.15,16, dan TB 01 PP INH
6. Penatalaksanaan semua pasien TB menggunakan strategi DOTS
7. Pelayanan TB DOTS Mandiri Yakni melakukan penjaring suspek TB dan penatalaksanaan pasien TB
on OAT serta penjaringan Investigasi Kontak.

3. Pengembangan SDM (Pendidikan dan Pelatihan Staff )


1. Pelatihan pencegahan penularan TB in-house training untuk semua petugas RS.bekerjasama dengan
DIKLAT dan SDM
2. Pelatihan Penanggulangan TB untuk Tim TB sesuai jadwal DKK. Bekerjsama dengan DIKLAT dan
SDM
 Pelatihan petugas TB DOTS
 Pertemuan dengan DKK (update keilmuan petugas program di pelayanan)

4. Penyuluhan
1. Penyuluhan ke masyarakat terkait TB berkoordinasi dengan PKMRS (dilakukan 4 kali dalam satu
tahun) dengan melibatkan semua petugas Tim TB DOTS
2. Membuat brosur/banner tentang TB – koordinasi dengan Tim PPI RS dan PKMRS

.5. Penyusunan Program Kerja tahun 2018


1. Perhitungan dan pengumpulan data evaluasi kegiatan TB triwulan.2018
Meliputi temuan kasus dan suspek Trwulan berjalan, konversi triwulan sebelumnya,kesembuhan
triwulan tahun sebelumnya.
2. Penyusunan rencana kegiatan dan anggaran TB tahun 2018 mengikuti RKAP RS
3. Pelaporan hasil Program Kerja ke Pimpinan RS.
Meliputi: Laporan Bulanan, laporan semester dan laporan tahunan (MONEV)
.6. Peningkatan Mutu Pelayanan TB
1. Analisa Indikator Mutu di lakukan follow-up berkesinambungan setiap bulan pada semua pasien yang
sedang on OAT dan pelaporan dialkukan setiap bulan.meliputi:
- Proporsi pasien TB paru BTA Positif diantara suspek yang diperiksa dahaknya.
- Proporsi pasien TB paru BTA positif diantara seluruh pasien TB Paru.
- Proporsi pasien TB anak diantara seluruh pasien TB.
- Proporsi pasien TB ekstra paru diantara seluruh pasien TB
- Proporsi pasien TB Relaps BTA positif diantara seluruh pasien TB
- Proporsi pasien TB DMdiantara seluruh pasien TB
- Proporsi pasien TB HIVdiantara seluruh pasien TB
- Proporsi pasien TB mangkir ,meninggal,gagal/susp MDRdiantara seluruh pasien TB
- Proporsi pasien yang mendapatkan PP INH
2. Penyusunan Pedoman, Kebijakan dan SPO TB.dilakukan oleh unit
3. Evaluasi fungsi Tim TB DOTS dengan melakukan pemantauan kinerja masing masing koordinator TB
DOTS disetiap unit meliputi :
 Revisi tim TB DOTS menjadi Tim TB HIV
 Penambahan /pengurangan petugas tim TB DOTS
VI.Sasaran

1. Pelayanan Pasien TB di RSU Pindad tercapai 100 %


2. Kegiatan Rutin bisa tercapai 80%
3. Pengembangan SDM (Pendidikan dan Pelatihan Staff) bisa tercapai 80%
4. Penyuluhan dan pemberian informasi terkait TB bisa tercapai 80 %
5. Penyusunan Program Kerja dan pencatatan dan pelaporan rutin bisa tercapai 100%
6. Peningkatan Mutu Pelayanan TB bisa tercapai 80 %

V. Jadwal Pelaksanaan dan laporan kegiatan yang sudah terealisasi


Waktu Pelaksanaan

Kegiatan Januari -Juni 2018

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12

Pelayanan pasien TB

Planning
a.Tatalaksana Pasien TB.

 Penjaringan Suspek
Realisasi
 Diagnosis

 Klasifikasi Penyakit dan Tipe pasien

Planning
b.Tatalaksana Pengobatan TB.
Realisasi

Planning
c.Tatalaksana Pengawasan Minum Obat.
Realisasi

Planning
d.Tata Laksana Pemantauan dan Hasil pengobatan TB.
Realisasi

e.Tata Laksana Penjaringan

Planning
 Suspek TB MDR,
Realisasi

Planning
 TB DM,
Realisasi

Planning
 TB HIV 
Realisasi

Planning
 Investigasi kontak pada kasus anak dibawah 5 tahun
Realisasi

Kegiatan Rutin

Planning
a. Rapat Tim TB setiap 3 bulan
Realisasi

Planning
b. Pencatatan dan pelaporan ke DKK disetorkan setiap 3
bulan
Realisasi

Planning
c. Pengajuan logistik program T B DOTS dilakukan setiap
3 bulan
Realisasi

Planning
d. membuatpojok dots sebagai tempat edukasi pasien tb,
pencatatan dan pelaporan pasien tb.
Realisasi
e. Sistem Form TB DOTS terintegrasi,TB
Planning
06,05,01,02,03,04,13,16,15
 Baru terealisasi TB 06 Realisasi
f. Penatalaksanaan TB dengan strategi DOTS (untuk semua
Planning
DPJP)
 semua DPJP sudah menggunakan strategi DOTS Realisasi
 dr.Dedi Setiadi,SpBU sudah menatalaksana pasien
Realisasi
TB dengan startegi DOTS
Planning
g. Pelayanan pasien Khusus TB ( Klinik TB DOTS Mandiri
Realisasi
Pengembangan SDM (Pendidikan dan Pelatihan Staff
untuk update program)
Planning
a. Pelatihan pencegahan penularan TB in-house training
untuk semua RS.
Realisasi
b. Pelatihan dan pertemuan Penanggulangan TB untuk Tim
Planning
TB sesuai jadwal DKK.
 pelatihan Tim TB DOTS
 Pertemuan untuk RR (Reporting Record) Versi 10.04
Realisasi
pada tanggal 12 februari 2018
 Aplikasi dialayan Sistem SITT 10.04 Realisasi
 Pertemuan jejaring pelayanan TCMdi fasyankes (alur
Realisasi
TCM) 16 April 2018
 Aplikasi dilayanan Penjaringan pasien TB dengan sistem
Realisasi
TCM )faskes terdekat.
Penyuluhan
a.Penyuluhan ke masyarakat terkait TB berkoordinasi
Planning
dengan PKMRS 4 kali dalam satu tahun

 Penyuluhan mengenai TB kebal obat disampaikan oleh Realisasi


Siti ratri sudah terealisasi pada 22 Mei 2018

Penyuluhan mengenai TB laten sudah terealisasi Realisasi


sisampaikan oleh Puspita Angraeni pada 22 Mei 2018
Planning
bMembuat brosur tentang TB koordinasi dengan Tim PPI
RS dan PKMRS
Realisasi

Penyusunan Program Kerja tahunan

Planning
a. Perhitungan dan pengumpulan data evaluasi kegiatan TB
triwulan.
Realisasi

Planning
b. Penyusunan rencana kegiatan dan anggaran TB tahun
2018.
Realisasi

c. Pelaporan hasil Program Kerja ke Pimpinan RS. 

Planning
 Laporan Bulanan
Realisasi

Planning
 Laporan semester
Realisasi

Planning
 Laporan tahunan
Realisasi

Peningkatan Mutu Pelayanan TB 

Planning
a. Analisa Indikator Mutu pelayanan TB DOTS
Realisasi
b. Penyusunan Pedoman Kebijakan dan SPO TB Planning
disesuaikan dengan update keilmuan ( konsep
berkesinambungan) Realisasi

c.Evaluasi tugas tim TB DOTS Planning

 Revisi Tim TB DOTS Realisasi

 Penambahan petugas di pojok DOTS Realisasi

 Kolaborasi Tim TB HIV Realisasi

VI.EvaluasiKegiatan

1. Pelaksanaan pelayanan TB DOTS periode januari- juni 2018 sudah terealisasi 90 %

Kendala:

 Penapisan pada pasien hiv belum terealisasikan karena program hiv baru dimulai pada bulan april (SPO

on proses) sehingga belum dibuat pelaporan penapisan TB pada pasien HIV

 Penapisan TB pada pasien DM belum terealisasi (SPO on proses)

 Pelaksanaan PP INH pada anak belum maksimal,karena keluarga pasien belum bersedia untuk

melakukan pengobatan pada anaknya.(SPO on proses),

2. Kegiatan rutin sudah terealisasi 75%

Kendala: rencana sudah terjadwal februari 2017 .

 Pengaplikasian Form terintegrasi belum terealisasi sepenuhnya ( baru TB 06) masih menunggu jadwal

pengerjaan dari IT (IT masih mengerjakan pekerjaan sesuai skala prioritas)

3. Pengembangan SDM (pelatihan dan pertemuan) sudah terealisasi 75 %

 Kegiatan inhouse training TB DOTS sudah terealisasi laporan terlampir)

 Pendampingan penelitian dari FK unpad sudah terealisasi (laporan terlampir)

Pertemuan petugas dengan DKK sudah terealisasi

NO TANGGAL NAMA PETUGAS TEMA TINDAK LANJUT


Pertemuan untuk RR
(Reporting Record) Versi upadate SITT 10.03 menjadi
1 12/2/2018 Puspita angraeni,Amk 10.04 SITT 10.04
Aris
susanto,Amd,Perkes
Sosialisasi terkait alur
Pertemuan jejaring pelayanan pemeriksaan dan penapisan TB
2 16/4/2018 Teti Herawati,Amk TCM (alur TCM) dengan TCM di layanan
Kendala:

 Jadwal pelatihan bagi Tim TB DOTS belum ada dari DKK

4. Penyuluhan kepada semua pengunjung RSU Pindad sudah terealisasi 80 %

NO TANGGAL NAMA PETUGAS TEMA

1 22 Mei 2018 Siti Ratri wahyuningsih TB kebal obat

2 22/05/2018 Puspita Anggreni,Amk TB laten

5. Penyusunan program kerja tahunan dan pelaksnaannya untuk periode januari –juni 2018 sudah tercapai

100%

6. Peningkatan mutu pelayanan TB sudah terlaksana 70%

Kendala :penambahan petugas belum terealisasi (jadwal dari management akan dilakukan penambahan

petugas pojok DOTS bulan September 2018)

Bandung, 4 Juli 2018

Mengetahui Hormat Saya

Bagus Anindito Sp PD Dyah Sita Laksmi,dr


Kepala RSU Pindad Ketua TB DOTS
LAPORAN KEGIATAN
PROGRAM KERJA TIM DOTS
SEMESTER I
(JANUARI-JUNI )

BANDUNG
2018

Anda mungkin juga menyukai