Anda di halaman 1dari 14

RINGKASAN INOVASI ”KURSI TANGKAS”

(KURSI PENANTANG KARIES)

Wilayah kerja UPT Puskesmas Bontokassi terdiri dari 9 Sekolah


Dasar. Madrasah Ibtidaiyyah Swasta Sawakong adalah salah satu dari 9
sekolah tersebut yang memiliki karies (gigi berlubang) tertinggi yaitu DMF
(Decay : Gigi permanen berlubang, Missing : Gigi permanen hilang dan
indikasi cabut, Filling : Gigi permanen tertambal ) 45% dan def (decay :
Gigi sulung berlubang, ekstractie : gigi sulung berganti, filled: Gigi sulung
tertambal) 48% sesuai hasil pemeriksaan gigi berkala tahun 2016,
sehingga membutuhkan inisiatif untuk menurunkan karies di Mis
Sawakong.
Pada tahun 2016 sebanyak 25 % murid merasa takut diberikan
tindakan medik gigi di Dental Chair (kursi gigi) . Dan beberapa orang tua
murid tidak sempat membawa anaknya ke Puskesmas karena alasan
sibuk. Untuk mengatasi masalah tersebut dibutuhkan adanya pelayanan
kesehatan gigi di sekolah .
Kursi Tangkas ini menjadi suatu solusi yang sangat sederhana,
murah dan unik karena terbuat dari bambu tetapi secara standar peralatan
kesehatan memiliki kriteria yang sesuai Permenkes 75 Tahun 2014.
Dengan adanya Kursi Tangkas ini petugas dapat melakukan pelayanan
kesehatan gigi di sekolah berupa penanganan karies sehingga murid
dapat terbebas dari karies.
Sejak Januari 2017 inovasi ini berjalan diperoleh hasil
pemeriksaan Oktober 2018 adalah menurunnya karies pada murid SD di
wilayah kerja UPT Puskesmas Bontokassi sebanyak DMF-T 28% dan
def-t 20%. Dengan adanya Kursi Tangkas di sekolah, murid tidak harus
lagi diantar ke Puskesmas oleh orang tuanya.
Kehadiran murid mengikuti proses belajar di sekolah pada
tahun 2016 hanya sebanyak 76 % karena 24% tidak hadir karena sakit
gigi sedangkan tahun 2017 kehadiran peserta didik di sekolah meningkat
hingga 86 % dan tahun 2018 meningkat hingga 96%. Keberhasilan di
MIS Sawakong menerapkan Kursi Tangkas telah direplikasi oleh
SDN Tarowang Kecamatan Galesong Selatan Kabupaten Takalar
pada bulan Mei 2017. Diakhir tahun 2017 telah direplikasi oleh
seluruh Sekolah Dasar di wilayah kerja UPT Puskesmas Bontokassi.
1. ANALISA MASALAH
(Apa masalah yang dihadapi sebelum dilaksanakan inovasi)
Hasil Riset Kesehatan Dasar 2017 Keputusan Menteri
Kesehatan menunjukkan prevalesi karies gigi dalam 12 bulan terakhir
di Indonesia adalah 46,5% dan yang mempunyai pengalaman karies
sebesar 72,1%. Prevalensi karies aktif kelompok umur 12 tahun
sebesar 29,8% sedangkan pengalaman kaies 36,1%. Besarnya
kerusakan gigi yang belum ditangani dan memerlukan penumpatan
dan pencabutan pada usia 12 tahun sebesar 62,3% sedangkan
persentasi dari jumlah gigi tetap yang sudah ditambal pada usia ini
baru mencapai 0,7% dan telah terlanjur dicabut sebesar 26,2%.
Sehingga pelayanan kesehatan gigi dan mulut sebagai
bagian integral dari pelayanan kesehatan secara keseluruhan harus
mendapatkan perhatian maksimal, terutama pada anak usia dini (anak
sekolah dasar), sebagaimana yang dijelaskan dalam Peraturan
Menteri Kesehatan No. 89 Tahun 2015 tentang Upaya Kesehatan Gigi
dan Mulut dilaksanakan secara terpadu, terintegrasi dan
berkesinambungan, pada Pasal 4 dijelaskan bahwa ada tiga kelompok
sasaran yang rawan terhadap karies sehingga wajib mendapatkan
perhatian utama dalam pelayanan kesehatan gigi dan mulut yaitu : a.
Pelayanan kesehatan gigi dan mulut pada ibu hamil, b. Pelayanan
Kesehatan Gigi dan Mulut Anak dan Remaja dan c. Pelayanan
kesehatan gigi dan mulut pada kelompok usia lanjut.
Masalah yang paling mendasar adalah tentang pelayanan
kesehatan gigi dan mulut pada anak yaitu pada usia sekolah dasar
seperti yang terjadi di Mis Sawakong Kecamatan Galesong Selatan
Kabupaten Takalar yang mengalami angka karies tertinggi dari 9
sekolah dasar di wilayah kerja UPT Puskesmas Bontokassi yaitu :
DMF (Decay : Gigi permanen berlubang, Missing : Gigi permanen
hilang dan indikasi cabut ,Filling : Gigi permanen telah ditambal )
sebanyak 44,6% dan def (decay : Gigi sulung berlubang, ekstractie :
gigi sulung hilang/berganti, filled : Gigi sulung telah ditambal)
sebanyak 47,8% sesuai dengan hasil pemeriksaan berkala tahun
2016. (Terlampir di Grafik 1dan table 1)
Berdasarkan data tersebut di atas maka salah satu cara
yang dianggap mampu menurunkan karies bagi anak didik di sekolah
dasar adalah dengan menyediakan Kursi Tangkas di ruang UKS
(Usaha Kesehatan Sekolah). Kursi Tangkas ini digunakan sebagai
kursi untuk memberikan pemeriksaan gigi dan mulut dan pemberian
tindakan medik gigi dasar pada murid yang mengalami gangguan
kesehatan gigi berupa karies dengan indikasi tambal maupun indikasi
cabut.
Tindakan medik gigi dasar yang dapat diberikan di Kursi
Tangkas adalah mengacu pada Keputusan Menteri Kesehatan No.
284 Tahun 2006 Tentang Standar Pelayanan Asuhan Kesehatan Gigi
dan Mulut pada nomor urut ke 5 Tentang Tindakan Kuratif yang
meliputi : pencabutan gigi sulung, ART (Atraumatic Restoratif
Treathment), Penambalan, pencabutan gigi permanen dengan satu
akar, rujukan dan pencatatan/pelaporan.

2. SIAPA yang telah mengusulkan pemecahan masalah dan


BAGAIMANA inovasi pelayanan publik ini telah memecahkan
masalah tersebut ?

Pada tahun 2015 seorang Terapis Gigi dan Mulut yang


bernama : NURIDAH, AMKG diberikan SK oleh Kepala Pusekesmas
tentang Penanggungjawab UKGS (Usaha Kesehatan Gigi Sekolah) di
wilayah kerja UPT Puskesmas Bontokassi. Petugas UKGS inilah yang
berinovasi dan berkreasi untuk membebaskan murid Sekolah Dasar
dari karies sehingga tersedialah Kursi Tangkas sebagai kursi
penantang karies. Pelaksanaan inovasi KURSI TANGKAS dibina oleh
Petugas UKGS di Puskesmas Bontokassi di bawah pengawasan
Kepala Puskesmas. Kursi Tangkas ini berada di ruang UKS Sekolah
Dasar yang penggunaannya secara berkala sesuai jadwal tahunan
yang telah disepakati oleh Petugas UKGS Puskesmas dan Pihak
sekolah.
Kursi Tangkas digunakan sebagai alat untuk memeriksa kondisi
kesehatan gigi dan mulut perserta didik, memberikan tindakan medik
gigi dasar sesuai hasil pemeriksaan. Adapun kondisi gigi murid yang
tidak dapat ditangani di Kursi Tangkas maka dilakukan rujukan ke
Puskesmas dengan didampingi oleh orang tua murid atau guru UKS,
sedangkan bilamana masih tidak bisa tertangani di Puskesmas maka
dilakukan rujukan lanjutan ke Rumah Sakit.
Tujuan utama dalam penyediaan kursi tangkas adalah
membebaskan peserta didik dari karies melalui tindakan medik gigi
dasar oleh tenaga kesehatan gigi (dokter gigi dan terapis gigi) di
sekolah.
Agar program “kursi tangkas” ini bisa terlaksana dengan baik
maka perlu adanya prioritas dukungan dari pihak sekolah dan lintas
sektor yang terkait, tujuannya adalah untuk membantu dalam
menyiapkan sarana, prasarana dan peserta didik di sekolah .
Pada awalnya Nuridah, AMKG mengambil satu kelas yaitu
kelas empat sebagai sasaran pertama untuk dibebaskan dari
karies kemudian berkelanjutan ke kelas tiga dan seterusnya
sampai ke kelas satu sehingga semua kelas mendapatkan
pelayanan kesehatan gigi dan bias terbebas dari karies.

3. DALAM HAL APA PELAYANAN PUBLIK INI KREATIF DAN


INOVATIF
Kursi Tangkas ini dikatakan kreatif karena bentuknya yang unik dan
terbuat dari bahan bambu. Kursi Tangkas ini dianggap jauh dari
standar bila dibandingkan dengan dental chair (Kursi Gigi) yang
harganya sangat mahal . Pembuatan kursi tangkas ini sangat mudah
dan murah bila dibandingkan dengan Kursi Gigi yang ada di
Puskesmas, Rumah sakit maupun Dokter Gigi Praktek.
Dikatakan inovatif karena merupakan terobosan baru yang dapat
digunakan dalam pelayanan kesehatan gigi pada murid di ruang UKS
sehingga dengan adanya kursi tangkas sebagai kursi tempat melayani
peseta didik yang mengalami masalah dalam hal kesehatan giginya
maka petugas UKGS mampu membebaskan anak didik dari karies .
Proses pembuatan kursi tangkas ini sangat sederhana karena terdiri
dari : bahan ( bambu, paku, tali, bahan penghalus ) dan alat ( gergaji,
parang, palu dan meteran).
PERINCIAN BIAYA PEMBUATAN KURSI TANGKAS
NO URAIAN HARGA
1. BAMBU Rp. 200.000,-
2. PAKU Rp. 5.000,-
3. TALI NILON Rp. 5.000,-
4. CAT/PLITUR Rp. 80.000,-
5 ONGKOS TUKANG Rp. 300.000,-
TOTAL Rp. 590.000,-

Kursi Tangkas ini dibuat oleh Bapak Dg.Ngitung sebagai pengrajin


bambu yang terampil yang beralamat di Jl. Pallantikang Kabupaten
Takalar.
Proses pembuatannya membutuhkan waktu sekitar lima hari.

4. Bagaimana strategi pelaksanaan inovasi pelayanan publik ini ?


Dalam melaksanakan inovasi ini dibutuhkan kerja sama lintas
sektor. Kami sebagai Inovator Kursi Tangkas di UPT Puskesmas
Bontokassi melakukan advokasi terhadap beberapa lintas sektor
terkait yaitu Kepala MIS Sawakong, Para guru, Kepala Desa
Sawakong, Camat Galesong Selatan, Dinas Pendidikan dan Dinas
Kesehatan.
Setelah advokasi mendapatkan jawaban yang positif maka kami
membuat bukti kesepakatan/MOU (Memorandum Of Under) dalam
pelaksanaan inovasi demi kelancaran pelaksanaan kegiatan ini.
Keterlibatan setiap sektor sangat membantu berjalannya kegiatan
inovasi ini, adapun keterlibatan setiap sektor adalah :
1. Petugas UKGS : sebagai pelaksana inovasi (inivator)
2. Kepala Desa Sawakong : Sumber pembiayaan pembuatan Kursi
Tangkas
3. Kepala Sekolah : Menyiapkan sarana dan prasarana yang
mendukung yaitu Ruang UKS sebagai tempat kursi tangkas.
4. Dinas Kesehatan : Memberikan fasilitas kesehatan berupa alat
kesehatan gigi dan bahan habis pakai utuk perawatan gigi.
5. Dinas Pendidikan : Membuatkan aturan tentang penyediaan
Ruang UKS untuk setiap sekolah.
6. Camat Galesong Selatan : Memberikan dukungan penuh dalam
pelaksanaan kegiatan inovasi.
Kegiatan inovasi Kursi Tangkas terlaksana di Mis Sawakong di bawah
tanggungjawab petugas UKGS (NURIDAH, AMKG) DI UPT
Puskesmas Bontokassi sejak tahun 2016.
Pada awal tahun 2016 dibuat kesepakatan untuk pelaksanaan
Pencanangan Siswa Bebas Karies kemudian muncul ide untuk inovatif
Kursi Tangkas yang bertujuan untuk membebaskan karies (gigi
berlubang) pada peserta didik sekolah dasar di wilayah kerja UPT
Puskesmas Bontokassi.
Pada tahun 2017 terjadi penurunan karies sebanyak DMF-T
28% dan def-t 20% pada peserta didik di wilayah kerja UPT
Puskesmas Bontokassi. (terlampir di grafik 2 dan table 2). Sehingga
program inovasi kursi tangkas ini dianggap berhasil. Sehingga
mendapatkan simpati para pengambil kebijakan untuk membuat
regulasi untuk direplikasi ke sekolah dasar lainnya di wilayah kerja
UPT Puskesmas Bontokassi.
Pada tahun 2018 penggunaan kursi tangkas ini semakin nampak
dampak positifnya, seperti menurunnya karies pada peserta didik di 9
sekolah dasar di wilayah kerja UPT Puskesmas Bontokassi sebanyak
DMF-T 24% dan def-t 17% sesuai data hasil penjaringan kesehatan
gigi pada bulan September 2018.
(terlampir di grafik 3 dan table 3)

5. SIAPA saja pemangku kepentingan yang terlibat?


PEMANGKU KEPENTINGAN
1. Nuridah, AMKG sebagai Petugas UKGS di UPT Puskesmas
Bontokassi yang telah menggagas ide Kursi Tangkas.
2. Dinas Kesehatan Kabupaten Takalar yang telah mendukung
dalam pengadaan alat kesehatan gigi untuk pelayanan kesehatan
gigi di sekolah.
3. Camat Galesong Selatan yang telah mendukung pengembangan
Kursi Tangkas untuk direplikasi ke sekolah lain
4. Kepala UPT Puskesmas Bontokassi yang telah memberikan
kepercayaan sebagai penanggungjawab UKGS di wilayah kerja
Puskesmas Bontokassi;
5. Kepala Mis Sawakong yang telah memberikan fasilitas ruang
UKS sebagai tempat Kursi Tangkas.
6. Kepala Desa Sawakong yang telah membantu dalam pembiayaan
pengadaan Kursi Tangkas.

6. SUMBER DAYA apa saja yang digunakan untuk inovasi pelayanan


publik ini ?
Dalam inovasi ini membutuhkan sumber daya sebagai berikut :
1. Man (Sumber Daya Manusia)
- Motivasi kerja yang tinggi;
- Pemegang program UKGS adalah lulusan Poltekkes D3
Kesehatan Gigi;
- Adanya dukungan Leader/pimpinan yang baik;
- Sikap kooperatif dari Kepala Sekolah dan para guru;
- Kerjasama lintas program yang baik di UPT. Puskesmas
Bontokassi.
2. Material (Sarana dan Prasarana)
- Ruang UKS tersedia
3. Money (biaya)
- Pembiayaan ditanggung oleh Kepala Desa Sawakong dengan
biaya Rp. 590.000,-
4. Metode
- Metode atau cara yang digunakan dalam proses pembuatan
kursi tangkas ini adalah cara manual.

7. Apa saja KELUARAN (OUT PUT) yang paling berhasil ?


Pertama : Pada tahun 2016 diperoleh data 65% peserta didik terbebas
dari karies di wilayah kerja UPT Puskesmas Bontokassi .
Kedua : Pada bulan Mei tahun 2017 kursi tangkas telah direplikasi ke
9 sekolah dasar di wilayah kerja UPT Puskesmas Bontokassi.
Ketiga : Pada akhir tahun 2017 diperoleh data penjaringan kesehatan
gigi sebanyak 72% peserta didik telah terbebas dari karies.
Keempat : Pada bulan Oktober 2018 diperoleh data 76 % murid di
wilayah kerja UPT Puskesmas Bontokassi telah terbebas dari karies.
Kelima : Tidak ada lagi rasa takut anak didik ketika harus
mendapatkan pelayanan kesehatan gigi karena kursi tangkas
kelihatan seperti kursi biasa dan sangat sederhana.
Ketujuh : Pada tahun 2017 sebanyak 86% murid telah aktif mengikuti
pelajaran di sekolah karena tidak lagi ada keluhan sakit gigi di sekolah
dan pada tahun 2018 kehadiran murid meningkat hingga 96 % aktif
mengikuti pelajaran di sekolah.

8. Sistem yang diterapkan untuk memantau dan mengevaluasi


inovasi pelayanan publik ini ?
Pemantauan dilakukan oleh Kepala Puskesmas dan Bagian
Pengelola Kesehatan Gigi dan Mulut di Tingkat Dinas Kesehatan
Kabupaten Takalar melalui sistem on line atau adanya group
whatshap yang bisa menginformasikan langsung kegiatan yang
berjalan.
Evaluasi bulanan : dilakukan setiap akhir bulan melalui buku ”GEGAS
TANGKAS” dan dilaporkan setiap mini lokakarya di Puskesmas yang
dihadiri oleh Pengelola Tingkat Dinas Kesehatan Kabupaten dan hasil
kegiatan ditembuskan ke Sekolah.
Evaluasi Tigabulanan : dilakukan oleh penanggungjawab UKM (Upaya
Keseahatn Masyarakat) di Puskesmas melalui pertemuan monitoring
dan evaluasi (MONEV) program UKM dengan melibatkan setiap
program di Puskesmas.

9. KENDALA / HAMBATAN yang dihadapi:


Pada awal penggunaan kursi tangkas tidak senyaman
menggunakan kursi gigi di Puskesmas karena seringkali adanya
keterbatasan alat yang dibawa ke sekolah sehingga ada beberapa
murid masih harus tertunda untuk diberikan tindakan medic gigi dasar,
tetapi setelah berlangsung 3 bulan akhirnya menjadi suatu kebiasaan
yang menimbulkan rasa nyaman baik pada murid sebagai sasaran
maupun tenaga kesehatan giginya sebagai operator.
Tahun berjalan penggunaan kursi tangkas ini diperoleh data
sebanyak 30 % peserta didik tidak memiliki kartu jaminan kesehatan
sehingga untuk melanjutkan penanganan kasus kesehatan gigi yang
membutuhkan tindakan lanjut dengan indikasi rujukan ke Rumah Sakit
terhambat di faktor pembiayaan.

10. MANFAAT UTAMA INOVASI


Inovasi kursi tangkas merupakan sebuah ide yang terlahir
dari terapis gigi dan mulut dengan harapan besar untuk membawa
anak negeri Indonesia terbebas dari karies di Tahun 2030 seperti
pernyataan Kemenkes tahun 2017 tentang target ”Indonesia Bebas
Karies 2030”.
Adapun manfaat utama dari inovasi kursi tangkas ini adalah :
1. Peserta didik :
a. Membebaskan karies pada anak usia sekolah dasar;
b. Merubah prilaku peserta didik dalam menjaga kesehatan gigi
dan mulutnya;
c. Menciptakan pendidikan yang berkualitas sehingga dapat
meningkatkan kecerdasan peserta didik;
2. sekolah:
- Adanya nilai tambah dalam bidang kesehatan dibanding
sekolah lainnya.
- Sebagai sumber informasi sekolah percontohan tentang
kesehatn gigi dan mulut.
3. Masyarakat/orang tua
- Mengurangi beban orang tua dalam hal perhatian terhadap
kesehatn gigi anaknya.
4. Pemerintah Desa/Kecamatan
- Sekolah dengan murid yang terbebas dari karies menunjukkan
kinerja dan citra yang baik bagi pemerintah setempat.
- Dapat dijadikan pusat pembelajaran bagi daerah lain dalam
pencanangan siswa bebas karies.
11. PERBEDAAN SEBELUM DAN SESUDAH INOVASI
SEBELUM INOVASI
1. Pada tahun 2016 angka Karies peserta didik di MIS Sawakong
mencapai DMF-T 45% dan def-t 48% .
2. Pada tahun 2016 angka Karies peserta didik di wilayah kerja UPT
Puskesmas Bontokassi mencapai rata-rata DMF-T 35% dan def-t
27%.
3. Pada tahun 2016 peserta didik sekolah dasar yang terbebas dari
karies di wilayah kerja UPT Puskesmas Bontokassi hanya
mencapai 65%.
4. Pada tahun 2016 kehadiran peserta didik sekolah dasar mengikuti
pelajaran di sekolah di wilayah kerja UPT Puskesmas Bontokassi
hanya mencapai 76% .
5. Pada tahun 2016 Rasa takut peserta didik menghadapi petugas
kesehatan gigi (Dokter Gigi/Terapis Gigi dan Mulut) di wilayah kerja
UPT Puskesmas Bontokassi sebanyak 25% .

SETELAH INOVASI
1. Pada tahun 2018 angka Karies peserta didik di MIS Sawakong
menurun hingga DMF-T 21% dan def-t 13%.
2. Pada tahun 2018 angka Karies peserta didik di wilayah kerja UPT
Puskesmas Bontokassi menurun hingga rata-rata DMF-T 24% dan
def-t 20%.
3. Pada tahun 2017 peserta didik yang terbebas dari karies di wilayah
kerja UPT Puskesmas Bontokassi meningkat hingga 72% dan pada
tahun 2018 meningkat hingga 76%.
5. Pada tahun 2017 kehadiran peserta didik di sekolah untuk wilayah
kerja UPT Puskesmas Bontokassi telah mencapai rata-rata 86%
dan pada tahun 2018 meningkat hingga rata-rata 96%.
6. Pada tahun 2017 rasa takut anak menghadapi petugas kesehatan
gigi menurun hingga 18 % dan pada tahun 2018 menurun hingga
7%.

12. 17 TUJUAN PEMBANGUNAN BERKELANJUTAN


Inovasi Kursi Tangkas ini sejalan dengan tujuan ke 3
(Kehidupan Sehat dan Sejahtera) dan ke 4 (Pendidikan
Berkualitas) dari 17 Tujuan Pembangunan Berkelanjutan.
Kegiatan KURSI TANGKAS memberi banyak manfaat dalam
meningkatkan derajat kesehatan gigi peserta didik dan warga
sekolah.
Dengan adanya KURSI TANGKAS ini, peserta didik
menerapkan kebiasaan baik terutama dalam menjaga kesehatan
gigi dan mulutnya, sehingga semua peserta didik dapat mengikuti
seluruh kegiatan pembelajaran di Sekolah, karena tidak ada lagi
peserta didik yang tidak hadir dengan alasan sakit gigi. Dengan
meningkatnya taraf kesehatan peserta didik, maka peserta didik
akan lebih konsentrasi dalam menerima pelajaran di sekolah
yang akan meningkatkan kualitas pendidikan.

13. PEMBELAJARAN YANG DAPAT DIPETIK DARI INOVASI INI


ADALAH :
Kegiatan UKGS adalah kegiatan yang selalu berinteraksi
dengan masyarakat sekolah sehingga sangat membutuhkan perhatian
dari pengambil kebijakan yang terkait.
Sebagai pembelajaran besar buat kami selaku pelaksana kegiatan
bahwa dalam segala kegiatan yang dilakukan butuh kerja sama antar
semua pihak baik lintas program maupun lintas sektor. Karena
keterlibatan lintas program lintas sektor sangat mendukung
kelancaran pelaksanaan kegiatan.
Sebagai rekomendasi untuk masa depan diharapkan para pengambil
kebijakan untuk membuat regulasi tentang penyediaan kursi tangkas
di setiap ruang UKS di sekolah.

14. Apakah Inovasi telah berkelanjutan dan direplikasi?


Peluang untuk direplikasi oleh sekolah di tempat lain sangat
besar karena bahan dan alat yang digunakan dalam proses
pembuatannya sangat sederhana, biaya murah,dan bisa dijangkau
karena bahan berasal dari wilayah Kecamatan Galesong Selatan
sendiri. sehingga target dan tujuan yang ingin dicapai dalam inovasi
Kursi Tangkas bisa terpenuhi.
Kursi tangkas ini telah direplikasi di SDN Tarowang Desa
Tarowang Kecamatan Galesong Selatan Kabupaten Takalar.
Replikasi ini terealisasi karena telah dilakukan advokasi langsung
kepada Kepala Sekolah dan Guru UKS di sekolah tersebut. Dengan
beberapa penjelasan tentang dampak positif Kursi Tangkas maka
Kepala sekolah dan Guru di SDN Tarowang tertarik dan berminat
untuk membuat Kursi Tangkas tersebut.
Dengan adanya surat edaran Pemerintah Camat Galesong
Selatan pada bulan Maret 2017 Tentang Replikasi Kursi Tangkas ke
semua Sekolah Dasar di wilayah kerja UPT Puskesmas Bontokassi,
maka di akhir tahun 2017 sembilan sekolah dasar telah mereplikasi
kursi tangkas ini.
Nuridah, AMKG dengan inovasi Kursi Tangkas menjadi
karakter tersendiri sebagai Terapis Gigi dan Mulut dalam
mewujudkan pencanangan siswa bebas karies di wilayah kerja UPT
Puskesmas Bontokassi. Kursi Tangkas adalah langkah awal menuju
Indonesia Bebas Karies 2030 (Target Kemenkes Tahun 2017).

Anda mungkin juga menyukai