Anda di halaman 1dari 55

LAPORAN PENDAHULUAN DAN ASUHAN KEPERAWATAN

PADA BAYI A DENGAN SEPSIS NEONATORUM

Untuk Memenuhi Tugas Profesi Departemen Pediatrik


Ruang 11 Perinatologi Rumah Sakit dr. Saiful Anwar Malang

DISUSUN OLEH:
NAFIS NURFAIZI A
190070300111010
KELOMPOK 2B

PROGRAM STUDI NERS


FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS BRAWIJAYA
MALANG
2019
1. Definisi / Pengertian
Sepsis neonatorum adalah infeksi bakteri pada aliran darah pada bayi selama
empat minggu pertama kehidupan. Insiden sepsis bervariasi yaitu antara 1 dalam 500
atau 1 dalam 600 kelahiran hidup (Bobak, 2005).
Sepsis adalah istilah yang digunakan untuk menggambarkan respons sistemik
terhadap infeksi pada bayi baru lahir (Behrman, 2000). Sepsis adalah sindrom yang
dikarekteristikkan oleh tanda-tanda klinis dan gejala-gejala infeksi yang parah yang dapat
berkembang kearah septikemia dan syok septik (Dongoes, 2000)
Sepsis neonatorum adalah semua infeksi pada bayi pada 28 hari pertama sejak
dilahirkan. Infeksi dapat menyebar secara menyeluruh atau terlokasi hanya pada satu
orga saja (seperti paru-paru dengan pneumonia). Infeksi pada sepsis bisa didapatkan
pada saat sebelum persalinan (intrauterine sepsis) atau setelah persalinan (extrauterine
sepsis) dan dapat disebabkan karena virus (herpes, rubella), bakteri (streptococcus B),
dan fungi atau jamur (candida) meskipun jarang ditemui. (John Mersch, MD, FAAP,
2009).

2. Klasifikasi
Sepsis dapat dibagi menjadi dua yaitu :
a) Sepsis dini : terjadi 27 jam pertama kehidupan. Karakteristik : sumber organisme pada
saluran genital ibu dan atau cairan amnion, biasanya angka mortalitas tinggi.
b) Sepsis lanjutan/nosokomial : terjadi setelah minggu pertama kehidupan dan didapat
dari lingkungan pasca lahir. Karakteristik : Didapat dari kontak langsung atau tak
langsung dengan organisme yang ditemukan dari lingkungan tempat perawatan bayi,
sering mengalami komplikasi. (Vietha, 2008).
Tabel 1. Klasifikasi Sepsis neonatorum

3. Penyebab/Faktor Predisposisi
Bakteria seperti Escherichiacoli, Listeria monocytogenes, Neisseriameningitidis,
Sterptococcus pneumoniae, Haemophilus influenzae tipe B,Salmonella, dan
Streptococcus grup B merupakan penyebab paling sering terjadinya sepsis pada bayi
berusia sampai dengan 3 bulan. Streptococcus grup B merupakan penyebab sepsis
paling sering pada neonatus.
Pada berbagai kasus sepsis neonatorum, organisme memasuki tubuh bayi melalui ibu
selama kehamilan atau proses kelahiran. Beberapa komplikasi kehamilan yang dapat
meningkatkan resiko terjadinya sepsis pada neonatus, antara lain:
a. Perdarahan
b. Demam yang terjadi pada ibu
c. Infeksi pada uterus atau plasenta
d. Ketuban pecah dini (sebelum 37 minggu kehamilan)
e. Ketuban pecah terlalu cepat saat melahirkan (18 jam atau lebih sebelum melahirkan)
f. Proses kelahiran yang lama dan sulit.
g. Streptococcus grup B dapat masuk ke dalam tubuh bayi selama proses kelahiran.

Menurut Centers for Diseases Control and Prevention (CDC) Amerika, paling tidak
terdapat bakteria pada vagina atau rektum pada satu dari setiap lima wanita hamil, yang
dapat mengkontaminasi bayi selama melahirkan. Bayi prematur yang menjalani
perawatan intensif rentan terhadap sepsis karena sistem imun mereka yang belum
berkembang dan mereka biasanya menjalani prosedur-prosedur invasif seperti infus
jangka panjang, pemasangan sejumlah kateter, dan bernafas melalui selang yang
dihubungkan dengan ventilator. Organisme yang normalnya hidup di permukaan kulit
dapat masuk ke dalam tubuh kemudian ke dalam aliran darah melalui alat-alat seperti
yang telah disebut di atas.
Bayi berusia 3 bulan sampai 3 tahun beresiko mengalami bakteriemia tersamar, yang
bila tidak segera dirawat, kadang-kadang dapat megarah ke sepsis. Bakteriemia tersamar
artinya bahwa bakteria telah memasuki aliran darah, tapi tidak ada sumber infeksi yang
jelas. Tanda paling umum terjadinya bakteriemia tersamar adalah demam. Hampir satu
per tiga dari semua bayi pada rentang usia ini mengalami demam tanpa adanya alasan
yang jelas - dan penelitian menunjukkan bahwa 4% dari mereka akhirnya akan
mengalami infeksi bakterial di dalam darah. Streptococcus pneumoniae (pneumococcus)
menyebabkan sekitar 85% dari semua kasus bakteriemia tersamar pada bayi berusia 3
bulan sampai 3 tahun.
Tabel 2. Perubahan pola kuman penyebab sepsis berdsarakan kurun waktu
4. Patogenesis
Infeksi bukan merupakan keadaan yang statis. Adanya patogen di dalam darah
(bakteremia, viremia) dapat menimbulkan keadaan yang berkelanjutan dari infeksi
(FIRS: Fetal Inflammatory Response Syndrome/ SIRS:Systemic Inflammatory
Response Syndrome) ke sepsis, sepsis berat, syok septik, kegagalan multi organ,
dan akhirnya kematian (tabel 3).
Tabel 3. Patogenesis terjadinya sepsis neonatorum

Sesuai dengan proses tumbuh kembang anak, variabel fisiologis dan laboratorium
pada konsep SIRS akan berbeda menurut umur pasien. Pada International
Concensus Conference on Pediatric Sepsis tahun 2002, telah dicapai kesepakatan
mengenai definisi SIRS, Sepsis, Sepsis berat, dan Syok septik (Tabel 5). Berdasarkan
kesepakatan tersebut, definisi sepsis neonatorum ditegakkan bila terdapat SIRS
yang dipicu oleh infeksi, baik tersangka infeksi (suspected) maupun terbukti infeksi
(proven).
Tabel 5. Kriteris SIRS

Tabel 6. Kriteria infeksi, sepsis, sepsis berat dan syok sepsis

5. Patofisiologi
Sepsis dimulai dengan invasi bakteri dan kontaminasi sistemik. Pelepasan endotoksin
oleh bakteri menyebabkan perubahan fungsi miokardium, perubahan ambilan dan
penggunaan oksigen, terhambatnya fungsi mitokondria, dan kekacauan metabolik yang
progresif. Pada sepsis yang tiba-tiba dan berat, menimbulkan banyak kematian dan
kerusakan sel. Akibatnya adalah penurunan perfusi jaringan, asidosis metabolik, dan
syok, yang mengakibatkan disseminated intravaskuler coagulation (DIC) dan kematian
(Bobak, 2005).
Bayi baru lahir mendapat infeksi melalui beberapa jalan, dapat terjadi infeksi
transplasental seperti pada infeksi konginetal virus rubella atau protozoa Toxoplasma.
Yang lebih umum, infeksi didapatkan melalui jalur vertikal, dari ibu selam proses
persalinan (infeksi Streptokokus group B atau infeksi kuman gram negatif) atau secara
horizontal dari lingkungan atau perawatan setelah persalinan (infeksi Stafilokokus
koagulase positif atau negatif).
Faktor- factor yang mempengaruhi kemungkinan infeksi secara umum berasal dari:

1) Faktor Lingkungan
a. Pada defisiensi imun bayi cenderung mudah sakit sehingga sering memerlukan
prosedur invasif, dan memerlukan waktu perawatan di rumah sakit lebih lama.
b. Penggunaan kateter vena/ arteri maupun kateter nutrisi parenteral merupakan
tempat masuk bagi mikroorganisme pada kulit yang luka. Bayi juga mungkin
terinfeksi akibat alat yang terkontaminasi.
c. Paparan terhadap obat-obat tertentu, seperti steroid, bisa menimbulkan resiko
pada neonatus yang melebihi resiko penggunaan antibiotik spektrum luas,
sehingga menyebabkan kolonisasi spektrum luas, sehingga menyebabkan
resisten berlipat ganda.
d. Kadang- kadang di ruang perawatan terhadap epidemi penyebaran
mikroorganisme yang berasal dari petugas (infeksi nosokomial), paling sering
akibat kontak tangan.
2) Mikroorganisme atau kuman penyebab infeksi dapat mencapai neonatus melalui
beberapa cara, yaitu :
a Pada masa antenatal atau sebelum lahir. Pada masa antenatal kuman dari ibu
setelah melewati plasenta dan umbilikus masuk dalam tubuh bayi melalui sirkulasi
darah janin. Kuman penyebab infeksi adalah kuman yang dapat menembus
plasenta antara lain virus rubella, herpes, sitomegalo, koksaki, hepatitis, influenza,
parotitis. Bakteri yang dapat melalui jalur ini, antara lain malaria, sipilis, dan
toksoplasma.
b Pada masa intranatal atau saat persalinan. Infeksi saat persalinan terjadi karena
yang ada pada vagina dan serviks naik mencapai amnion. Akibatnya, terjadi
amnionitis, selanjutnya kuman melalui umbilikus masuk dalam tubuh bayi. Cara
lain, yaitu saat persalinan, cairan amnion yang sudah terinfeksi akan terinhalasi
oleh bayi dan masuk dan masuk ke traktus digestivus dan traktus respiratorius,
kemudian menyebabkan infeksi pada lokasi tersebut. Selain cara tersebut di atas
infeksi pada janin dapat terjadi melalui kulit bayi atau port de entre lain saat bayi
melewati jalan lahir yang terkontaminasi oleh kuman. Beberapa kuman yang
melalui jalan lahir ini adalah Herpes genetalis, Candida albican,dan N.gonorrea.
c Infeksi paska atau sesudah persalinan. Infeksi yang terjadi sesudah kelahiran
umumnya terjadi akibat infeksi nosokomial dari lingkungan di luar rahim (missal
melalui alat- alat : penghisap lendir, selang endotrakhea, infus, selang
nasogastrik, botol minuman atau dot). Perawat atau profesi lain yang ikut
menangani bayi dapat menyebabkan terjadinya infeksi nosokomil. Infeksi juga
dapat terjadi melalui luka umbilikus (AsriningS.,2003)
Pathway

Antenatal: Bakteri dari ibu masuk ke tubuh Intranatal : Bakteri pada vagina dan Infeksi terjadi sesudah kelahiran
bayi melaluizsjdjdhd
sirkulasi darah janin serviks naik mencapai korion dan amnion (nosokomial): alat-alat medis, tenaga
(Rubella, herpes, stomegalo, influensza, kesehatan, luka umbilikus
hepatitis, toksoplamsa, dll)

Kuman masuk ke tubuh janin

Amnionitis dan korionitis

Terinhalasi oleh bayi

Masuk ke traktus digestive dan resoiratorius

Invasi bakteri dan kontaminasi sistemik

Infeksi

Bakteremia dan setikemia

SEPSIS
Pelepasan endotoksin

Sistem kardiovaskuler Penurunan O2 ke jaringan Gangguan siskulasi O2 pada Merangsang sintesa dan
jantung pelepasan zat pirogen oleh
leukosit
Disfungsi mikrosirkulasi Hipoksia sel
Pompa jantung tidak adekuat
Zat pirogen beredar dalam darah
Kegagalan respon terhadap Terjadinya mekanisme
peningkatan kebutuhan O2 kompensasi tubuh untuk
meningkatkan kebutuhan O2 Menurunkan sirkulasi pertukaran
dengan peningkatan frekuensi O2 dan CO2 di paru-paru Aktivasi prostaglandin
napas
Saturasi O2 menurun
Prostaglandin memengaruhi pusat
Pertukaran O2 dan CO2 tidak termoregulasi di hipotalamus
Maldistribusi volume darah adekuat

Hipotalamus menungkatkan set


Respon
Hipoperfusi jaringan Respon Takikardi poin pada suhu
RR meningkat

Ketidakefektifan Gangguan Pertukaran Gas Peningkatan suhu tubuh diatas


pola napas kisaran normal

Hipertermi
Limfosit T mengeluarkan
substansi Th1 dan Th2
Perubahan koagulasi darah
Adhesi neutrofil dengan endotel Nekrosis pada
saluran cerna

Perubahan sistem Albumin


Dinding endotel lisis Penyerapan pertahanan tubuh
makanan tidak
adekuat Bilirubin tidak
Kerusakan endotel pembuluh Supresi diikat oleh
darah fibrinolisis albumin
Ketidakseimbang
an: Nutrisi
Cairan intravaskuler keluar ke kurang dari Diserap kembali
Trombositopeni
intertisial kebutuhan tubuh ke dalam darah

Penurunan volume darah Muncul purpura Bilirubin indirek


intavaskuler kembali ke hati

Risiko
Terjadi
Hipoperfusi perifer perdarahan penumpukan
bilirubin
Kadar Hb
Risiko Syok menurun
jaundice
Ketidakefektifan
perfusi jaringan Pucat, anemis,
perifer sianonis
6. Gejala Klinik
Menurut Arief, 2008, manifestasi klinis dari sepsis neonatorum adalah sebagai berikut,
a. Umum : panas (hipertermi), malas minum, letargi
b. Saluran cerna: distensi abdomen, anoreksia, muntah, diare, hepatomegali
c. Saluran nafas: apnea, dispnea, takipnu, retraksi, nafas cuping hidung, merintih,
d. sianosis
e. Sistem kardiovaskuler: pucat, sianosis, hipotensi, takikardi, bradikardi
f. Sistem syaraf pusat: tremor, kejang, hiporefleksi, malas minum, pernapasan
tidak teratur
g. Hematologi: Ikterus, splenomegali, pucat, petekie, purpura, perdarahan.

Gejala sepsis yang terjadi pada neonatus antara lain bayi tampak lesu, tidak kuat
menghisap, denyut jantungnya lambat dan suhu tubuhnya turun-naik. Gejala-gejala lainnya
dapat berupa gangguan pernafasan, kejang, jaundice, muntah, diare, dan perut kembung.
Gejala dari sepsis neonatorum juga tergantung kepada sumber infeksi dan penyebarannya:
a. Infeksi pada tali pusar (omfalitis) menyebabkan keluarnya nanah atau darah dari pusar
b. Infeksi pada selaput otak (meningitis) atau abses otak menyebabkan koma,
kejang, opistotonus (posisi tubuh melengkung ke depan) atau penonjolan pada ubun-
ubun
c. Infeksi pada tulang (osteomielitis) menyebabkan terbatasnya pergerakan pada lengan
atau tungkai yang terkena
d. Infeksi pada persendian menyebabkan pembengkakan, kemerahan, nyeri tekan dan
sendi yang terkena teraba hangat
e. Infeksi pada selaput perut (peritonitis) menyebabkan pembengkakan perut dan diare
berdarah.

7. Pemeriksaan Diagnostik/Penunjang
Pemeriksaan laboratorium
a. Hematologi
Darah rutin, termasuk kadar hemoglobin Hb, hematokrit Ht, leukosit dan hitung jenis,
trombosit. Pada umumnya terdapat neutropeni PMN <1800/µl, trombositopeni
<150.000/µl (spesifisitas tinggi, sensitivitas rendah), neutrofil mudah meningkat >1500/µl,
rasio neutrofil imatur: total >0,2. Adanya reaktan fase akut yaitu CRP (konsentrasi
tertinggi dilaporkan pada infeksi bakteri, kenaikan sedang didapatkan pada kondisi
infeksi kronik), LED, GCSF (granulocyte colonystimulating factor), sitokin IL-1ß, IL-6
b. Biakan darah atau cairan tubuh lainnya (cairan serebrospinalis) serta uji resistensi,
pelaksanaan pungsi lumbal masih kontroversi, dianjurkan dilakukan pada bayi yang
menderita kejang, kesadaran menurun, klinis sakit tampak makin berat dan kultur darah
positif.
c. Bila ada indikasi, dapat dilakukan biakan tinja dan urin.
d. Pemeriksaan apusan Gram dari bahan darah maupun cairan, serta urin.
e. Lain-lain misalnya bilirubin, gula darah, dan elektrolit (natrium, kalium).

Pemeriksaan Radiologi
Pemeriksaan radiologi yang diperlukan ialah foto dada, abdomen atas indikasi, dan
ginjal. Pemeriksaan USG ginjal, sistouretrografi dilakukan atas indikasi.
Pemeriksaan Penunjang Lain
Pemeriksaan plasenta dan selaput janin dapat menunjukkan adanya korioamnionitis,
yang merupakan potensi terjadinya infeksi pada neonatus.

8. Therapy/Tindakan Penanganan
1. Diberikan kombinasi antibiotika golongan Ampisilin dosis 200 mg/kg BB/24 jam i.v (dibagi
2 dosis untuk neonatus umur <> 7 hari dibagi 3 dosis), dan Netylmycin (Amino glikosida)
dosis 7 1/2 mg/kg BB/per hari i.m/i.v dibagi 2 dosis (hati-hati penggunaan Netylmycin dan
Aminoglikosida yang lain bila diberikan i.v harus diencerkan dan waktu pemberian ½
sampai 1 jam pelan-pelan).
2. Dilakukan septic work up sebelum antibiotika diberikan (darah lengkap, urine, lengkap,
feses lengkap, kultur darah, cairan serebrospinal, urine dan feses (atas indikasi), pungsi
lumbal dengan analisa cairan serebrospinal (jumlah sel, kimia, pengecatan Gram), foto
polos dada, pemeriksaan CRP kuantitatif).
3. Pemeriksaan lain tergantung indikasi seperti pemeriksaan bilirubin, gula darah, analisa
gas darah, foto abdomen, USG kepala dan lain-lain.
4. Apabila gejala klinik dan pemeriksaan ulang tidak menunjukkan infeksi, pemeriksaan
darah dan CRP normal, dan kultur darah negatif maka antibiotika diberhentikan pada hari
ke-7.
5. Apabila gejala klinik memburuk dan atau hasil laboratorium menyokong infeksi, CRP tetap
abnormal, maka diberikan Cefepim 100 mg/kg/hari diberikan 2 dosis atau Meropenem
dengan dosis 30-40 mg/kg BB/per hari i.v dan Amikasin dengan dosis 15 mg/kg BB/per
hari i.v i.m (atas indikasi khusus).
6. Pemberian antibiotika diteruskan sesuai dengan tes kepekaannya. Lama pemberian
antibiotika 10-14 hari. Pada kasus meningitis pemberian antibiotika minimal 21 hari.
Pengobatan suportif meliputi : Termoregulasi, terapi oksigen/ventilasi mekanik, terapi
syok, koreksi metabolik asidosis, terapi hipoglikemi/hiperglikemi, transfusi darah,plasma,
trombosit, terapi kejang, transfusi tukar

9. Pencegahan
1. Pencegahan Sepsis Awitan Dini
Pencegahan sepsis neonatorum awitan dini dapat dilakukan dengan
pemberian antibiotik. Dengan pemberian ampisilin 1 gram intravena yang diberikan
pada awal persalinan dan tiap 6 jam selama persalinan, dapat menurunkan risiko
terjadinya infeksi awitan dini (early-onset) sampai 56% pada bayi lahir prematur
karena ketuban pecah dini, serta menurunkan risiko infeksi sampai 36%. Pada wanita
dengan korioamnionitis dapat diberikan ampisilin dan gentamisin, yang dapat menurunkan
angka kejadian sepsis neonatorum sebesar 82%. Sedangkan wanita dengan faktor
risiko seperti korioamnionitis atau ketuban pecah dini serta bayinya, sebaiknya
diberikan ampisilin dan gentamisin intravena selama persalinan. Antibiotik tersebut
diberikan sebagai obat profilaksis. Bagi ibu yang pernah mengalami alergi terhadap
penisilin dapat diberikan cefazolin.
2. Pencegahan Sepsis Awitan Lanjut
Pencegahan untuk sepsis neonatorum awitan lanjut yang berhubungan
dengan infeksi nosokomial antara lain :
a. Pemantauan yang berkelanjutan
b. Surveilans angka infeksi, data kuman dan rasio jumlah tenaga medis
dibandingkan jumlah pasien
c. Sosialisasi insidens infeksi nosokomial kepada pegawai
d. Program untuk meningkatkan kepatuhan mencuci tangan
e. Perhatian terhadap penanganan dan perawatan kateter vena sentral
f. Pemakaian kateter vena sentral yang minimal
g. Pemakaian antibiotik yang rasional
h. Program pendidikan
i. Meningkatkan kepatuhan pegawai berdasarkan hasil program kontrol.
Sementara itu untuk mencegah terjadinya sepsis, dapat dilakukan tindakan sebagai
berikut (Surasmi, 2003) adalah :
1. Pada masa antenatal
Perawatan antenatal meliputi pemeriksaan kesehatan ibu secara berkala,
imunisasi, pengobatan terhadap penyakit infeksi yang di derita ibu, asupan gizi yang
memadai, penanganan segera terhadap keadaan yang dapat menurunkan kesehatan ibu
dan janin, rujukan segera ketempat pelayanan yang memadai bila diperlukan.
2. Pada saat persalinan
Perawatan ibu selama persalinan dilakukan secara aseptic, yang artinya dalam
melakukan pertolongan persalinan harus dilakukan tindakan aseptik. Tindakan intervensi
pada ibu dan bayi seminimal mungkin dilakukan (bila benar-benar diperlukan). Mengawasi
keadaan ibu dan janin yang baik selama proses persalinan, melakukan rujukan
secepatnya bila diperlukan dan menghindari perlukaan kulit dan selaput lendir.
3. Sesudah persalinan
Perawatan sesudah lahir meliputi menerapkan rawat gabung bila bayi normal,
pemberian ASI secepatnya, mengupayakan lingkungan dan peralatan tetap bersih, setiap
bayi menggunakan peralatan tersendiri, perawatan luka umbilikus secara steril. Tindakan
invasif harus dilakukan dengan memperhatikan prinsip-prinsip aseptik. Menghindari
perlukaan selaput lendir dan kulit, mencuci tangan dengan menggunakan larutan
desinfektan sebelum dan sesudah memegang setiap bayi. Pemantauan bayi secara teliti
disertai pendokumentasian data-data yang benar dan baik. Semua personel yang
menangani atau bertugas di kamar bayi harus sehat. Bayi yang berpenyakit menular di
isolasi, pemberian antibiotik secara rasional, sedapat mungkin melalui pemantauan
mikrobiologi dan tes resistensi. (Sarwono, 2004).
10. Asuhan Keperawatan Secara Umum

ASUHAN KEPERAWATAN
A. Pengkajian
1. Biodata
2. Identitas orang tua
Riwayat Kesehatan
1. Riwayat Penyakit Sekarang
Cara lahir, apgar score, jam lahir, kesadaran
2. Riwayat Prenatal
Lama kehamilan, penyakit yang menyertai kehamilan
3. Riwayat Persalinan
Cara persalinan, trauma persalinan
Pemeriksaan Fisik
3. Keadaan Umum
- Kesadaran
a. menangis
b. tidur nyenyak
c. tidur dengan gerakan mata yang tepat
d. aktif-sadar
e. tenang-sadar
- Vital sign
RR, HR, Suhu, saO2, PB, BB
- Antropometri
a. Antropometri Statis (struktural)
Pengukuran manusia pada posisi diam, dan linier pada permukaan tubuh.
b. Antropometri Dinamis (fungsional)
Yang dimaksud dengan antropometri dinamis adalah pengukuran keadaan
dan ciri-ciri fisik manusia dalam keadaan bergerak atau memperhatikan
gerakan-gerakan yang mungkin terjadi saat pekerja tersebut melaksanakan
kegiatannya.
4. Kepala
- Adakah trauma persalinan, adanya caput, cepal hematom, tanda ponsep
5. Mata
- Apakah ada Katarak congenital, ikterik pada sclera, konjungtiva perdarahan dan
anemis.
6. Sistem Gastrointestinal
- apakah bayi menolak untuk disusui, muntah, distensi abdomen, stomatitis, kapan
BAB pertama kali.
7. Sistem Pernapasan
- Apakah ada kesulitan pernapasan, takipnea, bradipnea, teratur/tidak, bunyi napas
8. Tali Pusat
- Periksa apakah ada pendarahan, tanda infeksi, keadaan dan jumlah pembuluh
darah (2 arteri dan 1 vena)
9. Sistem Genitourinaria
- Apakah terdapat hipospadia, epispadia, testis, BAK pertama kali
10. Ekstremitas
- Apakah ada cacat bawaan, kelainan bentuk, jumlah, bengkak, posisi/postur,
normal/abnormal.
11. Muskuloskletal
- Tonus otot, kekuatan otot, apakah kaku, apakah lemah, simetris/asimetris
12. Kulit
- Apakah ada pustule, abrasi, ruam dan ptekie.

B. Pemeriksaan Spesifik
1. Apgar Score
2. Frekuensi kardiovaskuler : Apakah ada takikardi, bradikardi, normal
3. Sistem Neurologis
- Refleks moro : tidak ada, asimetris/hiperaktif
- Refleks menghisap : kuat, lemah
- Refleks menjejak : baik, buruk
- Koordinasi refleks menghisap dan menelan
C. Daftar Diagnosa Keperawatan
1. Ketidakefektifan pola nafas berhubungan dengan Ketidakseimbangan antara suplai
dan kebutuhan O2 edema paru.
2. Penurunan curah jantung berhubungan dengan perubahan afterload dan preload.
3. Hipertermi berhubungan dengan proses infeksi.
4. Resiko ketidakstabilan suhu tubuh
5. Ketidakefektifan perfusi jaringan perifer berhubungan dengan cardiac output yang
tidak mencukupi.
6. Ketidaseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh
7. Ketidakefektifan perfusi jaringan perifer

D. Rencana Intervensi Keperawatan


Perencanaan
Diagnosa
No Keperawatan
Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi (NIC)
(NANDA)
(NOC)
1 Ketidakefektifan pola Setelah dilakukan tindakan NIC: Airway Management
nafas berhubungan keperawatan selama  Posisikan pasien untuk
dengan penurunan ………..pasien memaksimalkan ventilasi
ekspansi paru, asites. menunjukkan keefektifan  Pasang mayo bila perlu
pola nafas, dibuktikan  Lakukan fisioterapi dada jika
dengan kriteria hasil: perlu
- Mendemonstrasikan  Keluarkan sekret dengan batuk
batuk efektif dan suara atau suction
nafas yang bersih, tidak  Auskultasi suara nafas, catat
ada sianosis dan adanya suara tambahan
dyspneu (mampu  Berikan bronkodilator, jika
mengeluarkan sputum, diperlukan
mampu bernafas dg  Berikan pelembab udara
mudah, tidakada pursed Kassa basah NaCl Lembab
lips)
 Atur intake untuk cairan
- Menunjukkan jalan nafas
mengoptimalkan
yang paten (klien tidak
keseimbangan.
merasa tercekik, irama
 Monitor respirasi dan status O2
nafas, frekuensi
 Bersihkan mulut, hidung dan
pernafasan dalam
secret trakea
rentang normal, tidak
 Pertahankan jalan nafas yang
ada suara nafas
paten
abnormal)
 Observasi adanya tanda tanda
- Tanda Tanda vital dalam
hipoventilasi
rentang normal (tekanan
darah, nadi, pernafasan)  Monitor vital sign
 IMonitor pola nafas
2 Penurunan curah Setelah dilakukan asuhan NIC :
jantung berhubungan selama………penurunan  Evaluasi adanya nyeri dada
dengan perubahan kardiak output klien teratasi  Catat adanya disritmia
afterload dan preload dengan kriteria hasil: jantung
 Tanda Vital dalam  Catat adanya tanda dan
rentang normal gejala penurunan cardiac
(Tekanan darah, Nadi, putput
respirasi)  Monitor status pernafasan
 Dapat mentoleransi yang menandakan gagal
aktivitas, tidak ada jantung
kelelahan  Monitor balance cairan
 Tidak ada edema paru,  Monitor respon pasien
perifer, dan tidak ada terhadap efek pengobatan
asites antiaritmia
 Tidak ada penurunan  Atur periode latihan dan
kesadaran istirahat untuk menghindari
 AGD dalam batas kelelahan
normal  Monitor toleransi aktivitas
 Tidak ada distensi pasien
vena leher  Monitor adanya dyspneu,
 Warna kulit normal fatigue, tekipneu dan
ortopneu
 Monitor TD, nadi, suhu, dan
RR
 Monitor VS saat pasien
berbaring, duduk, atau berdiri
 Auskultasi TD pada kedua
lengan dan bandingkan
 Monitor TD, nadi, RR,
sebelum, selama, dan setelah
aktivitas
 Monitor jumlah, bunyi dan
irama jantung
 Monitor frekuensi dan irama
pernapasan
 Monitor pola pernapasan
abnormal
 Monitor suhu, warna, dan
kelembaban kulit
 Monitor sianosis perifer
 Monitor adanya cushing triad
(tekanan nadi yang melebar,
bradikardi, peningkatan
sistolik)
 Identifikasi penyebab dari
perubahan vital sign
 Kelola pemberian obat anti
aritmia, inotropik, nitrogliserin
dan vasodilator untuk
mempertahankan
kontraktilitas jantung
 Kelola pemberian
antikoagulan untuk mencegah
trombus perifer

3 Hipertermi Setelah dilakukan tindakan NIC :
berhubungan dengan keperawatan
 Monitor suhu sesering mungkin
proses infeksi. selama………..pasien
 Monitor warna dan suhu kulit
menunjukkan :
 Monitor tekanan darah, nadi
Suhu tubuh dalam batas
dan RR
normal dengan kreiteria
 Monitor penurunan tingkat
hasil:
kesadaran
 Suhu 36 – 37C  Monitor WBC, Hb, dan Hct
 Nadi dan RR dalam  Monitor intake dan output
rentang normal  Berikan anti piretik:
 Tidak ada perubahan  Kelola Antibiotik:
warna kulit dan tidak  Selimuti pasien
ada pusing, merasa  Berikan cairan intravena
nyaman  Kompres pasien pada lipat
paha dan aksila
 Tingkatkan sirkulasi udara
 Tingkatkan intake cairan dan
nutrisi
 Monitor TD, nadi, suhu, dan RR
 Catat adanya fluktuasi tekanan
darah
 Monitor hidrasi seperti turgor
kulit, kelembaban membran
mukosa)
4 Ketidakefektifan perfusi Setelah dilakukan tindakan Management sensasi perifer:
jaringan perifer keperawatan selama 3 x 24  Monitor tekanan darah dan
berhubungan dengan jam . pasien akan : nadi apikal setiap 4 jam
cardiac output yang  Tekanan sisitole dan  Instruksikan keluarga untuk
tidak mencukupi. diastole dalam rentang mengobservasi kulit jika ada
normal lesi
 Menunjukkan tingkat  Monitor adanya daerah
kesadaran yang baik tertentu yang hanya peka
terhadap panas atau dingin
 Kolaborasi obat antihipertensi.
DAFTAR PUSTAKA

Anonim. 2007. Sepsis. Akses internet di http://www.pediatrik.com/ilmiah_popular/20060220-


1uyr3qilmiahpopular.doc
Berkow & Beers. 1997. Neonatal Problems : Sepsis Neonatorum. Akses internet
dihttp://debussy.hon.ch/cgi-bin/find?1+submit+sepsis_neonatorum
Carpenito, LJ. 2000. Diagnosa Keperawatan, Aplikasi pada Praktek Klinis, Edisi 6.Jakarta : EGC.
Doengoes, dkk. 1999 .Rencana Asuhan Keperawatan, Edisi 3. Jakarta :EGC Harianto, Agus.
2008. Sepsis Neonatorum. Akses internet dihttp://www.pediatrik.com/artikel/sepsis-
neonatorium
Prawirohardjo, Sarwono. 2007. Ilmu Kebidanan. Jakarta : Bina Pustaka
Prawirohardjo, Sarwono. 2007. Buku Acuan Nasional Pelayanan Kesehatan Maternal Dan
Neonatal. Jakarta : Bina Pustaka
JURUSAN KEPERAWATAN
UNIVERSITAS BRAWIJAYA

PENGKAJIAN KEPERAWATAN NEONATUS

Nama Mahasiswa : Nafis Nurfaizi A Tempat Praktik: Ruang 11 Perinatologi


NIM : 190070300111010 Tanggal Praktik: 9-14 Desember 2019

A. Identitas Klien
Nama Bayi : An.A
Lahir/Usia : 08-11-2019/ 1 bulan
Jenis Kelamin : Perempuan
No. Register : 1146xxxx
Tanggal Masuk : 04-12-2019
Tanggal Pengkajian : 09-12-2019
Nama Ayah : Tn. W
Nama Ibu : Ny. H
Alamat : Wajak
Suku : Jawa
Pendidikan Ayah/Ibu : MI/SLTA
Pekerjaan Ayah/Ibu : Swasta/ IRT
Usia Ayah/Ibu : 23 th / 22 th
Diagnosa Medis :
- Aterm
- TEF tipe C
- Neonatal pneumonia
- Syok septik

B. Keluhan utama
- Saat MRS: Klien datang melalui rujukan dari PKM Wajak dengan suspect atresia
esofagus. Klien datang dengan keluhan nafas grok-grok, demam, lemas dan muntah
setelah menyusui.
- Saat pengkajian: Klien terlihat lemah, terdapat drooling dan sesak dibuktikan dengan
frekuensi nafas 52x/menit. Klien terpasang O2 CPAP PEEP 6 Cm H20 FiO2 21 %.
Bayi tampak kurus serta terpasang CVC di paha sebelah kiri. Klien mendapatkan IVFD
CN 10%, Lipid 33 cc dan IV Dobutamin 5 mcg/kg/menit.
C. Riwayat Kesehatan Saat Ini
Klien lahir pada tanggal 8 November 2019 secara spontan usia kehamilan 38 minggu di
Bidan dengan berat badan lahir 3100 gram dan panjang badan 51 cm. Klien langsung
menangis, nafas grok-grok sejak lahir, sianosis (-). Pada usia 2 hari bayi kuning dan
menghilang dengan sendirinya. Pasien dikeluhkan tidak mau minum sejak 2 hari SMRS
dan nak tampak lemas. BAK terakhir 1 hari yang lalu, biasanya BAK 1x/ hari, BAB 2x/ hari,
klien demam sejak 1 hari yang lalu SMRS. Pasien juga dikeluhkan muntah setiap diberikan
ASI, keluar air liur terus menerus sejak berusia 2 hari, kemudian bayi dibawa ke RS Cakra
Husada dan disarankan untuk rujuk ke RSSA, namun keluarga menolak karena alasan
biaya. 4 jam SMRS bayi dibawa ke Puskesmas Wajak dan dirujuk ke RSSA dengan
keluhan demam, lemas dan muntah saat menyusui.

D. Riwayat Klien
Apgar Score : 6-8
Usia gestasi : 38 minggu
Berat Badan Lahir : 3100 gram
Panjang Lahir : 51 cm
Tempat Lahir : BPM
Keluhan : nafas bayi grok-grok, demam dan muntah saat minum ASI

E. Riwayat Kehamilan
Perawatan Antenatal (ANC) :  Teratur (tiap bulan) □ Tidak teratur
Tempat Pemeriksaan (ANC) : Bidan
Komplikasi kehamilan : □ Diabetes □ Eklamsi □Jantung □ Hipertensi
: Tidak ada
Riwayat Kehamilan dan Persalinan
1. Prenatal : Ibu mengatakan selama kehamilan Ibu rutin memeriksakan kehamilannya
ke bidan tiap bulan dan tidak pernah melakukan USG. Selama kehamilan Ibu klien
mengalami kenaikan berat badan sebesar 18 kg. Tekanan darah ibu dalam batas
normal. Ibu tidak mengalami DM (-). Selama kehamilan ibu tidak mengalami
keputihan, demam (-) perdarahan (-), mengkonsumsi jamu-jamuan maupun pijat (-).
2. Natal : Klien lahir pada tanggal 8 November 2019 secara spontan usia kehamilan 38
minggu di Bidan dengan berat badan lahir 3100 gram dan panjang badan 51 cm.
Klien langsung menangis, nafas grok-grok sejak lahir, sianosis (-), ketuban jernih.
3. Postnatal : Bayi diberi Vit K, salep mata dan Hepatitis B0 setelah lahir. Bayi
dirawat oleh ibunya sendiri. Bayi diberikan nutrisi berupa ASI namun bayi muntah
saat diberikan ASI
4. Imunisasi : Hepatitis B0 (+), POLIO (-), BCG (-)

F. Riwayat Persalinan yang Lalu


No BB lahir Jenis Jenis Komplikasi Kondisi Riwayat
Kelamin Persalinan Pesalinan Imunisasi

- - - - - - -

G. Pengkajian Fisik Neonatus


a. Keadaan umum : Bayi terlihat lemas
b. Kesadaran : Bayi dapat menangis keras dan gerak bayi aktif
c. Tanda-tanda vital
TD : - mmHg Nadi : 138x/menit BB saat pengkajian : 2,2 kg
PB : 51 cm
Suhu : 36,8 °C RR : 52x/menit SaO2 : 96%

1. Kulit
a. Warna kulit :  Pink □ Pucat □ Kuning □ Mottled
b. Sianosis : □ Pada kuku □ Pada sekitar mulut □ Pada sekitar mata
□ Ekstremitas atas □ Ekstremitas bawah □ Pada seluruh tubuh
 tidak ada sianosis
c. Kemerahan (rash) : □ Ada , sebutkan  Tidak ada
d. Tanda lahir : □ Ada, sebutkan : .tidak ada
e. Turgor kulit :  Elastis □ Tidak elastis □ Edema
f. Suhu : 36,8 °C

2. Leher dan kepala


a. Lingkar kepala : 36 cm
b. Fontanel anterior :  Lunak □ Tegas □ Datar □ Menonjol□ Cekung
c. Satura sagital :  Tepat □ Terpisah □ Menjauh □ Tumpang Tindih
d. Gambaran wajah :  Simetris □ Asimetris
e. Caput succeddeneum : tidak ada
f. Cephal hematoma : tidak ada
g. Tampak terdapat ulkus pada kepala
h. Telinga : Normal □ Abnormal □ Lainnya, sebutkan :..................................
i. Hidung :  Simetris □ Asimetris □ Keluaran □ Nafas cuping hidung
□ Lainnya, sebukan ..........................
j. Mata :  Bersih □ Keluaran □Ikterik □ Perdarahan
□ Jarak interkantus : .......... cm
k. Mulut : □ Bibir sumbing □ Sumbing langit-langit/palatum (Normal)
Mukosa Mulut :  Lembab □ Kering

3. Dada dan paru


a. Bentuk : √ Simetris □ Asimetris
b. Down Score :

Nilai 0 1 2

Frekuensi Nafas ≤ 60x/mnt □ 60-80x/mnt □ ≥ 80x/mnt

Retraksi Tidak ada  Retraksi ringan Retraksi berat

Sianosis Tidak ada  Hilang dengan O2 □ Menetap dengan O2

Air Entry Ada  Menurun □ Tidak terdengar

(udara masuk)

Merintih  Tidak ada □ Terdengar dengan □ Terdengar tanpa alat

stetoskop Bantu

Jumlah skor 3

 Skor < 3 : Tidak ada gawat nafas


 Skor 3-6 : Gawat nafas
 Skor > 6 : Ancaman gawat nafas
c. Suara nafas :  Kanan kiri sama □ Tidak sama Bersih
□ Ronkhi □ Wheezing
d. Respirasi :
□ Spontan tanpa alat bantu
 Spontan dengan alat bantu, sebutkan : O2 CPAP PEEP 6 Cm H20 FiO2 21 %
□ Tidak spontan, sebutkan :

4. Jantung
a. Bunyi jantung :  S1  S2  Murmur □ Lain-lain, sebutkan :.........................
b. CRT : < 2 dtk
c. Denyut nadi : Frekuensi : 138 x/menit
Kuat □Lemah □ Teratur □ Tidak teratur
5. Abdomen
a. Lingkar perut : 35 cm
 Lunak □ Tegas □ Datar □ Distensi
b. Umbilikus/tali pusat : □ Basah  Kering □ Bau
□ Warna. Tali pusat sudah lepas
6. Genital
 Perempuan normal
□ Laki-laki normal
□ Abnormal, sebutkan: .....................................................................

7. Anus
 Normal □ Tidak normal, sebutkan:
□ Pengeluaran mekonium □ Hari ke 1

8. Ekstermitas
a. Gerakan : Bebas □ Terbatas □ Tidak terkaji
b. Ekstermitas atas : Normal □ Abnormal, sebutkan : ......................................
c. Ekstermitas bawah :  Normal □ Abnormal, sebutkan :

9. Spina atau Tulang Belakang


Normal Abnormal, sebutkan :……………..

10. Refleks primitif


Moro :
Menggenggam : □ Kuat  Lemah
Menghisap : □ Kuat  Lemah
Rooting :
Babinski :

11. Tonus atau Aktivitas


a. Aktivitas : □ Aktif Tenang □ Letargi □ Kejang
b. Menangis : □ Keras Lemah □ Melengking □ Sulit menangis

H. Riwayat Nutrisi
a. Pemberian ASI : Puasa
b. Pemberian susu formula : Puasa
c. Jumlah pemberian :-
d. Cara pemberian :-
I. Riwayat Sosial
a. Struktur keluarga
Genogram :

1 bulan
Keterangan:
:Perempuan
: Laki-laki
: Garis perkawinan
: Garis keturunan
: Tinggal serumah
: Meninggal
: Klien

b. Kelahiran sekarang diharapkan / tidak diharapkan : kehamilan diharapkan


c. Praktik budaya yang berhubungan dengan kelahiran : budaya yang biasa dilakukan
dalam keluarga yaitu tasyakuran
d. Perencanaan makan bayi : bayi akan diberikan makan apabila sudah berusia lebih dari
6 bulan
e. Masalah sosial/ekonomi yang penting : tidak ada
f. Hubungan orang tua dengan bayi: orang tua bisa merawat bayi nya karena sudah
berpengalaman merawat anak pertama. Ibu sangat menyayangi anaknya dan selalu
rutin pergi ke ruang perinatology untuk menunggui anaknya.
HASIL PEMERIKSAAN LABORATURIUM TANGGAL 1-12-2019

PEMERIKSAAN HASIL NILAI NORMAL


Hb 14,10 gr/dl 11,4-15,1 g/dL
6
Eritrosit 4,22 10 /uL 4,0-5,0 106/uL
Leukosit 24,94 103/uL 4,7-11,3 106/uL
Hematokrit 39,40 % 38-42 %
Trombosit 106.000 142-424 103/uL
MCV 78,70 fL 80-93 fL
MCH 33,40 pg 27-31 pg
MCHC 36,50 32-36 g/dL
RDW 13,80 % 11,5-14,5 %
PDW - Fl 9-13
MPV - Fl 7,2-11,1
P-LCR -% 15,0-25,0
PCT -% 0,150-0,400
NRBC absolut 0,00 103/uL 0
NRBC Percent 0,0 % 0
Hitung jenis
Eosinofil 0,0 % 0-4 %
Basofil 0,3 % 0-1 %
Neutrofil 73,0 % 51-67 %
Limfosit 15,6 % 25-33 %
Monosit 4,3 % 2-5 %
Eosinofil Absolut 0,01 103/uL
Basofil Absolut 0,07 103/uL
Neutrofil Absolut 19,8 103/uL
Limfosit Absolut 4,02 103/uL
Monosit Absolut 1,08 103/uL 0,16-1
Immature granulosit 1,60
Immature granulosit % 0,40 %
Faal homeostasis
PPT 17,90 s 9,4- 11,3
Pasien 10,9
Kontrol
INR 1,80 <1,5
APTT
Pasien 17,90 s 9,4- 11,3
Kontrol 25 s
Faal Ginjal
Ureum 86,7 mg/dL 16,6-48,5
Kreatinin 0,88 mg/dL <1,2
Elektrolit
Kalsium (Ca) 9,9 mg/dL 7,6-11
Phospor 2,4 mg/dL 2,7-4,5
Elektrolit Serum
Natrium (Na) 138 mmol/L 136 – 145 mmol/L
Kalium (K) 3,08 mmol/L 3,5 – 5 mmol/L
Klorida (Cl) 110 mmol/L 98 – 106 mmol/L
Procalcitonin 0,46 ng/mL <0,5 resiko rendah
sepsis
>0,5 resiko tinggi sepsis

Terapi
Tanggal Terapi
9-12- 2019 a. Medikasi
 IVFD
a. (D10% + Kcl 3,5 cc + CaGluc 10% 3,5 cc + MgSO4 1 cc,
Amminosteril 88 cc + NaCl 5 cc) 13 cc/jam
b. IV berupa Dobutamin 5 mcg/kg/menit, lipid 33 cc, Injeksi:
Ampiculin Sulbactam 100 mg

b. Program ventilasi
O2 CPAP PEEP 6 Cm H20 FiO2 21 %.
c. Program nutrisi
 Puasa
d. Parenteral : Merawat bayi
ANALISA DATA

No. Data Etiologi Masalah


Keperawatan
1. DS: Bayi tampak sesak bakteri masuk ke tubuh Ketidakefektifan pola
janin nafas
DO:
- RR: 52 x/mnt infeksi pada janin (neonatus
- Saturasi oksigen 96% pneumonia)
- Sesak (+)
- Nafas spontan dengan
bantuan O2 Invasi bakteri pada aliran
- Down Score: 3 darah
- Neonatal pneumonia

SEPSIS

Sepsis neonatorum
(Late onset- neonatal septic
: >72 jam)

Pelepasan endotoksin

Penurunan oksigen di
jaringan

Hipoksia sel

Sesak, nafas cepat dan


retraksi dinding dada

Ketidakefektifan pola
nafas

2. Faktor risiko:
- Leukositosis: 24,94
103/ ʮL
- Trombosit: 106.000 Risiko syok
- Procalsitosin : 0,46
- Suhu : 36,8
- Neonatal pneumonia
DAFTAR DIAGNOSA KEPERAWATAN
(Berdasarkan Prioritas)

Nama Pasien : By. A


Tanggal : 9 Desember 2019
Ruang : 11 Perinatologi

No. TANGGAL DIAGNOSA KEPERAWATAN TANGGAL TANDA


Dx MUNCUL TERATASI TANGAN
1. 9 Desember 2019 Ketidakefektifan pola nafas b.d
hiperventilasi dd RR 52x/menit dan
sesak

2. 9 Desember 2019 Risiko syok dd infeksi sistemik,


peningkatan leukosit dan CRP
RENCANA ASUHAN KEPERAWATAN

Nama Pasien : By. A No. RM : 1146xxxx


No. Diagnosa Tujuan & kriteria hasil Intervensi
1. Ketidakefektifan Tujuan : Setelah dilakukan intervensi selama 3x24jam diharapkan pola NIC: Terapi Oksigen
Pola Napas nafas pasien adekuat 1. Kolaborasi pemberian oksigen
Kriteria hasil : sesuai indicator skala NOC 2. Monitor aliran oksigen
NOC : Status Pernafasan Ventilasi 3. Evaluasi keefektifan
pemberian oksigen dengan
Indikator 1 2 3 4 5
tepat
Frekuesnsi pernafasan
NIC: Manajemen pernafasan

Penggunaan otot bantu nafas 1. Monitor status pernafasan dan

Suara nafas tambahan oksigenasi (frekuensi nafas,


SaO2, retraksi dinding dada,
Dyspnea saat istirahat
dan pernapasan cuping
Saturasi oksigen
hidung).
Frekuensi nafas. SaO2
2. Posisilkan pasien untuk
1.RR >66 x/menit 1.<85 %
memaksimalkan ventilasi
2. RR 56-65 x/menit 2.85-89%
3. Auskultasi suara nafas, catat
3. RR 46-55 x/menit 3.90-94%
area yang ventilasinya
4. RR 36-45 x/menit 4. 95-98%
menurun atau adanya suara
5. RR 25- 35 x/menit 5.>98%
nafas tambahan seperti rochi
dan wheezing
Sesak: Penggunaan otot bantu nafas
1.Sesak 1.Menggunakan seluruh otot bantu nafas
5.tidak sesak 2.Menggunakan otot bantu
sternocleidomastoideus
3. Menggunakan otot bantu rectu abdominis
4. Menggunakan otot bantu intercostalis
interna
5. Tidak menggunakan otot bantu nafas

2. Risiko Syok Tujuan : Setelah dilakukan intervensi selama 3x24 jam NIC: Pencegahan syok
diharapkan tidak ada tanda dan gejala syok serta leukosit dalam 1. Monitor terhadap respon inflamasi
batas normal sistemik (peningkatan suhu,
Kriteria hasil : sesuai indicator skala NOC takipnea, takikardi, leukositosis)
NOC : Keparahan syok: sepsis 2. Berikan terapi farmakologi
antibiotic sesuai resep
Indikator 1 2 3 4 5
3. Berikan tranfusi PRC sesuai
Leukosit
kebutuhan
Peningkatan nadi
4. Monitor hasil laboratorium (hasil
Suhu meningkat leukosit, CRP, dan trombosit,
Pucat procalsitosin)
Muntah 5. Jaga lingkungan tetap bersih dan
Procalsitosin lakukan cuci tangan sebelum dan
setelah kontak dengan pasien
Suhu Leukosit
1.< 37,5 1. >18.103 µL
2.> 39 2. 15,1- 18. 103 µL
3. 38,1-39 3.12,1-15. 103 µL
4. 37,6-38 4. 11,4- 12. 103 µL
5. 36,5- 37,5 5.4,7-11,3
Nadi Pucat
1.<70 x/menit 1. Pucat
2.70-79 x/menit 2.tidak pucat
3. 80-99 x/menit Muntah
4. 100-119x/menit 1. >6 x/ hari
5. 120- 160x/menit 2. 5-6 x/ hari
3.3-4 x/ hari
4. 1-2 x/ hari
5. Tidak ada muntah
Procalsitosin
1. >0,5
5.<0,5
IMPLEMENTASI DAN EVALUASI

Ruang : Perinatologi
Nama Pasien : An A
Diagnosa : Sepsis
TTD &
No. Dx.
Tgl Jam Tindakan Keperawatan Respon Klien dan Evaluasi Nama
Kep
Terang
9/12/ 14.00- Melakukan pengkajian S: Tidak terkaji
2019 21.00 1. Memonitor status pernafasan dan oksigenasi (frekuensi
nafas, SaO2, retraksi dinding dada, dan pernapasan O:
1 cuping hidung).  RR : 50x/menit
2. Memposisilkan pasien untuk memaksimalkan ventilasi  Sesak (+)
(menghidu)  Cyanosis (-)
3. Mengauskultasi suara nafas, catat area yang  SaO2 : 96%
ventilasinya menurun atau adanya suara nafas  Klien menggunakan O2 CPAP PEEP
tambahan seperti rochi dan wheezing 6 Cm H20 FiO2 21 %
4. Berkolaborasi pemberian oksigen (O2 CPAP PEEP 6  Ronkhi (-), Wheezing (-)
Cm H20 FiO2 21 %.)
5. Memonitor aliran oksigen dan pastikan oksigen
terpasang dengan tepat
6. Mengevaluasi keefektifan pemberian oksigen dengan
tepat
2/12/ 2 14.00- 1. Memonitor terhadap respon inflamasi sistemik S: Tidak terkaji
2019 21.00 (peningkatan suhu, takipnea, takikardi,)
2. Memonitor hasil laboratorium (hasil leukosit, dan O:
trombosit, procalsitosin)  Leukosit : 24,94 103
3. Memberikan terapi farmakologi antibiotic sesuai resep  Trombosit: 106.000
(Ampiculin Sulbactam 100 mg via IV line)  Nadi : 150x/menit
4. Memberikan tranfusi sesuai kebutuhan  Suhu : 36,9 C
5. Menjaga lingkungan tetap bersih dan lakukan cuci  Pucat (-)
tangan sebelum dan setelah kontak dengan pasien  Muntah (-)
 Procalsitosin : 0,46
Catatan Perkembangan HARI KE-2

NAMA KLIEN : An.A TANGGAL : 10 / 12 / 2019


DX. MEDIS : SEPSIS RUANG : R. PERINATOLOGI RSSA
S O A P I E
Tidak - RR : 50x/menit Ketidak Tujuan : Setelah dilakukan intervensi 1. Memonitor status S: Tidak terkaji
terkaji - Sesak (+) efektifan selama 2x24jam diharapkan pola pernafasan dan O:
- SaO2 : 96% pola nafas nafas pasien adekuat oksigenasi  RR : 48x/menit
- Cyanosis (-) Kriteria hasil : sesuai indicator skala (frekuensi nafas,  Sesak (+)
- Ronkhi (-), NOC SaO2, retraksi  SaO2 : 97%
Wheezing (-) NOC : Status Pernafasan dinding dada, dan  Klien menggunakan O2 CPAP
- Klien Ventilasi pernapasan cuping PEEP 6 Cm H20 FiO2 21 %
menggunakan hidung).  Ronkhi (-), Wheezing (-)
Indikator 1 2 3 4 5
O2 CPAP PEEP 2. Memposisilkan
Frekuesnsi A:
6 Cm H20 FiO2 pasien untuk
pernafasan Indikator Awal Target Akhir
21 % memaksimalkan
Penggunaan otot RR 3 5 3
ventilasi (menghidu)
bantu nafas Sesak 1 5 1
3. Mengauskultasi
Suara nafas
suara nafas, catat Penggunaan 5 5 5
tambahan
area yang otot bantu
Dyspnea saat
ventilasinya nafas
istirahat
menurun atau Suara nafas 5 5 5
Saturasi oksigen
adanya suara nafas tambahan
S O A P I E
NIC: Terapi Oksigen tambahan seperti SaO2 4 5 4
1. Kolaborasi pemberian rochi dan wheezing
oksigen 4. Berkolaborasi Masalah teratasi sebagian
2. Monitor aliran oksigen pemberian oksigen P: Lanjutkan intervensi
3. Evaluasi keefektifan (O2 CPAP PEEP 6
pemberian oksigen dengan Cm H20 FiO2 21 %)
tepat 5. Memonitor aliran
NIC: Manajemen pernafasan oksigen dan
1. Monitor status pernafasan pastikan oksigen
dan oksigenasi (frekuensi terpasang dengan
nafas, SaO2, retraksi dinding tepat
dada, dan pernapasan cuping 6. Mengevaluasi
hidung). keefektifan
2. Posisilkan pasien untuk pemberian oksigen
memaksimalkan ventilasi dengan tepat
3. Auskultasi suara nafas, catat
area yang ventilasinya
menurun atau adanya suara
nafas tambahan seperti rochi
dan wheezing
Catatan Perkembangan HARI KE-2

NAMA KLIEN : An.A TANGGAL : 10 / 12 / 2019


DX. MEDIS : SEPSIS RUANG : R. PERINATOLOGI RSSA
S O A P I E
Tidak - Leukosit : 24,94 Risiko Tujuan : Setelah dilakukan 1. Memonitor S: Tidak terkaji
terkaji 103 syok intervensi selama 2x24 jam terhadap respon O:
- Nadi : 150x/menit diharapkan diharapkan tidak ada inflamasi sistemik  Leukosit : 24,94 103
- Suhu : 36,9 C tanda dan gejala syok, procalsitosin (peningkatan suhu,  Nadi : 150x/menit
- Pucat (-) dan leukosit dalam batas normal takipnea, takikardi,)  Suhu : 36,5 C
- Muntah (-) NOC : Keparahan syok: 2. Memonitor hasil  Pucat (-)
- Procalsitosin : 0,46 sepsis laboratorium (hasil  Muntah (-)
leukosit, CRP, dan  Procalsitosin : 0,46
Indikator 1 2 3 4 5
trombosit,
Leukosit A:
procalsitosin)
Peningkatan Indikator Awal Target Akhir
3. Memberikan terapi
nadi leukosit 1 3 1
farmakologi
Suhu
antibiotic sesuai Nadi 5 5 5
meningkat
resep (ampiculin Suhu 5 5 5
Pucat
sulbactam 100 mg) Pucat 5 5 5
Muntah 4. Memberikan Muntah 5 5 5
Procalsitosin tranfusi sesuai Procalsitosin 5 5 5
kebutuhan
S O A P I E
NIC: Pencegahan syok 5. Menjaga Masalah belum teratasi
1. Monitor terhadap respon lingkungan tetap P: Lanjutkan intervensi
inflamasi sistemik (peningkatan bersih dan lakukan
suhu, takipnea, takikardi, cuci tangan
leukositosis) sebelum dan
2. Berikan terapi farmakologi setelah kontak
antibiotic sesuai resep dengan pasien
3. Berikan tranfusi sesuai
kebutuhan
4. Monitor hasil laboratorium (hasil
leukosit, CRP, dan trombosit,
procalsitosin)
5. Jaga lingkungan tetap bersih dan
lakukan cuci tangan sebelum
dan setelah kontak dengan
pasien
Catatan Perkembangan HARI KE-3

NAMA KLIEN : An.A TANGGAL : 11 / 12 / 2019


DX. MEDIS : SEPSIS RUANG : R. PERINATOLOGI RSSA
S O A P I E
Tidak - RR : 50x/menit Ketidak Tujuan : Setelah dilakukan intervensi 1. Memonitor status S: Tidak terkaji
terkaji - Sesak (+) efektifan selama 2x24jam diharapkan pola pernafasan dan O:
- SaO2 : 97% pola nafas nafas pasien adekuat oksigenasi  RR : 48x/menit
- Cyanosis (-) Kriteria hasil : sesuai indicator skala (frekuensi nafas,  Sesak (+)
- Ronkhi (-), NOC SaO2, retraksi  SaO2 : 97%
Wheezing (-) NOC : Status Pernafasan dinding dada, dan  Klien menggunakan O2 Nasal
- Klien Ventilasi pernapasan cuping Canul 1 lpm
menggunakan hidung).  Ronkhi (-), Wheezing (-)
Indikator 1 2 3 4 5
O2 Nasal Canul 2. Memposisilkan
Frekuesnsi A:
1 lpm pasien untuk
pernafasan Indikator Awal Target Akhir
memaksimalkan
Penggunaan otot RR 3 5 3
ventilasi (menghidu)
bantu nafas Sesak 1 5 1
3. Mengauskultasi
Suara nafas
suara nafas, catat Penggunaan 5 5 5
tambahan
area yang otot bantu
Dyspnea saat
ventilasinya nafas
istirahat
menurun atau Suara nafas 5 5 5
S O A P I E
Saturasi oksigen adanya suara nafas tambahan
NIC: Terapi Oksigen tambahan seperti SaO2 4 5 4
1. Kolaborasi pemberian rochi dan wheezing
oksigen 4. Berkolaborasi Masalah teratasi sebagian
2. Monitor aliran oksigen pemberian oksigen P: Lanjutkan intervensi
3. Evaluasi keefektifan (O2 Nasal Canul 1
pemberian oksigen dengan lpm)
tepat 5. Memonitor aliran
NIC: Manajemen pernafasan oksigen dan
1. Monitor status pernafasan pastikan oksigen
dan oksigenasi (frekuensi terpasang dengan
nafas, SaO2, retraksi dinding tepat
dada, dan pernapasan cuping 6. Mengevaluasi
hidung). keefektifan
2. Posisilkan pasien untuk pemberian oksigen
memaksimalkan ventilasi dengan tepat
3. Auskultasi suara nafas, catat
area yang ventilasinya
menurun atau adanya suara
nafas tambahan seperti rochi
dan wheezing
Catatan Perkembangan HARI KE-3

NAMA KLIEN : An.A TANGGAL : 11 / 12 / 2019


DX. MEDIS : SEPSIS RUANG : R. PERINATOLOGI RSSA
S O A P I E
Tidak - Leukosit : 24,94 Risiko Tujuan : Setelah dilakukan 1. Memonitor S: Tidak terkaji
terkaji 103 syok intervensi selama 2x24 jam terhadap respon O:
- Nadi : 150x/menit diharapkan diharapkan tidak ada inflamasi sistemik  Leukosit : 24,94 103
- Suhu : 36,4 C tanda dan gejala syok, procalsitosin (peningkatan suhu,  Nadi : 150x/menit
- Pucat (-) dan leukosit dalam batas normal takipnea, takikardi,)  Suhu : 36,8 C
- Muntah (-) NOC : Keparahan syok: 2. Memonitor hasil  Pucat (-)
- Procalsitosin : 0,46 sepsis laboratorium (hasil  Muntah (-)
leukosit, CRP, dan  Procalsitosin : 0,46
Indikator 1 2 3 4 5
trombosit,
Leukosit A:
procalsitosin)
Peningkatan Indikator Awal Target Akhir
3. Memberikan terapi
nadi leukosit 1 3 1
farmakologi
Suhu
antibiotic sesuai Nadi 5 5 5
meningkat
resep (ampiculin Suhu 5 5 5
Pucat
sulbactam 100 mg) Pucat 5 5 5
Muntah 4. Memberikan Muntah 5 5 5
Procalsitosin tranfusi sesuai Procalsitosin 5 5 5
kebutuhan
S O A P I E
NIC: Pencegahan syok 5. Menjaga Masalah teratasi sebagian
1. Monitor terhadap respon lingkungan tetap P: Lanjutkan intervensi
inflamasi sistemik (peningkatan bersih dan lakukan
suhu, takipnea, takikardi, cuci tangan
leukositosis) sebelum dan
2. Berikan terapi farmakologi setelah kontak
antibiotic sesuai resep dengan pasien
3. Berikan tranfusi sesuai
kebutuhan
4. Monitor hasil laboratorium (hasil
leukosit, CRP, dan trombosit,
procalsitosin)
5. Jaga lingkungan tetap bersih dan
lakukan cuci tangan sebelum
dan setelah kontak dengan
pasien
EVALUASI
Hari/Tan No
Tanda
ggal/ Dx Evaluasi
tangan
Jam Kep
11-12- 1 S: Tidak terkaji
2019
O:
 RR : 48x/menit
 Sesak (+)
 SaO2 : 97%
 Klien menggunakan O2 Nasal Canul 1 lpm
 Ronkhi (-), Wheezing (-)

A:
Indikator Awal Target Akhir
RR 3 5 3
Sesak 1 5 1
Penggunaan 5 5 5
otot bantu
nafas
Suara nafas 5 5 5
tambahan
SaO2 4 5 4

Masalah teratasi sebagian


P: Lanjutkan intervensi

11-12- 2 S: Tidak terkaji


2019

O:
 Leukosit : 24,94 103
 Nadi : 150x/menit
 Suhu : 36,8 C
 Pucat (-)
 Muntah (-)
 Procalsitosin : 0,46
A:
Indikator Awal Target Akhir
leukosit 1 3 1
Nadi 5 5 5
Suhu 5 5 5
Pucat 5 5 5
Muntah 5 5 5
Procalsitosin 5 5 5

Masalah teratasi sebagian


P: Lanjutkan intervensi
RESUME KEPERAWATAN

Nama Pasien : Bayi Ny. K Diagnosa Medis : Atresia Ani Post Sigmoidostomi Hari ke 10
Tanggal : 12 Desember 2019 Diagnosa Keperawatan : Kerusakan Integritas Jaringan

S O A P I E
- K/U: cukup Kerusakan Tujuan: Setelah dilakukan intervensi selama 3x24 - Memonitor adanya S: -
- Kes: CM Integritas jam keadaan stoma dapat dipertahankan. tanda infeksi local O: Suhu 37.1ºC
- Suhu 37.3oC Jaringan dan sistemik Keadaan stoma berwarna kemerahan, lembab,
pus (-), eritema sekitar stoma (+)
- Keadaan NOC : Integritas Jaringan: Kulit & Membran - Memonitor Bayi BAB 3x sehari
stoma Mukosa kerentanan terhadap
lembab, ber- No Indikator 1 2 3 4 5 infeksi NOC: Integritas Jaringan: Kulit dan Membran
warna keme- 1 Eritema - Memonitor kadar m
Mukosa
rahan, pus (-) leukosit A: Masalah teratasi sebagian
- Terdapat eri- 2 Pus Skor
- Membatasi jumlah No Indikator
tema di kulit pengunjung Awal Target Akhir
3 Nekrosis 1. Eritema 5 5 4
sekitar stoma - Memeriksa kondisi
- Bayi BAB 3x 2. Pus 5 5 5
sayatan bedah atau
sehari 3. Nekrosis 5 5 5
luka
NIC: Perawatan Ostomi - Mempertahankan
P: Lanjutkan seluruh intervensi keperawatan
- Monitor penyembuhan stoma tindakan aseptik
- Ganti kantung ostomi secara berkala
- Irigasi ostomi dengan tepat
- Monitor adanya ruam di sekitar stoma
- Monitor pola eliminasi
- Ajarkan keluarga untuk perawatan ostomi
RESUME KEPERAWATAN

Ruang : PERINATOLOGI RSSA Tanggal : 13/12/2019


Nama Pasien : By. Ny R
Diagnosa Medis : neonatal pneumonia, early onset sepsis, dan Upper GI bleeding, trombositopenia aktif, neonatal pneumonia
S O A P I E
- Hasil CT Scan: Resiko Setelah dilakukan asuhan keperawatan, resiko - Memonitor dengan S : -
Diagnosa perdarah O:
perdarahan pasien dapat berkurang ketat resiko
Trombositope an
RBC:
NOC: Koagulasi darah terjadinya
nia aktif, upper
14,7 106/UL
GI bleeding perdarahan pada
RBC: Trombosit
pasien
No Indikator 1 2 3 4 5 603 103/UL
14,7 106/UL - Memonitor tanda
Trombosit Kulit pucat
1. Trombosit dan gejala
603 103/UL Nadi : 148 x/menit
2. Hct perdarahan
RR : 40 x/menit
Kulit pucat menetap
3. Hb
Nadi : 150 - Memonitor hasil
x/menit 4. Mimisan N Indikator Aw Tar Ak
laboratorium o l get r
RR : 42
(komponen 1. Trombosit 3 5 4
x/menit
koagulasi darah 2. Hct 4 5 5
NIC: Pencegahan perdarahan (trombosit), Hb, Hct,
3. Hb 5 5 5
- Monitor dengan ketat resiko terjadinya leukosit)
4. Mimisan 3 4 3
perdarahan pada pasien
- Monitor tanda dan gejala perdarahan menetap
A: Masalah teratasi sebagian
P: Lanjutkan Intervensi
- Monitor hasil laboratorium (komponen koagulasi
darah (trombosit), Hb, Hct, leukosit)
- Instruksikan pasien untuk meningkatkan
makanan yang kaya akan vitamin K dan
meningkatkan trombosit
RESUME KEPERAWATAN

NAMA KLIEN : An.G TANGGAL : 14 / 12 / 2019


DX. MEDIS : SEPSIS RUANG : R. PERINATOLOGI RSSA
S O A P I E
Tidak - RR : 50x/menit Ketidak Tujuan : Setelah dilakukan S: Tidak terkaji
terkaji - Sesak (+) efektifan intervensi selama 3x24jam diharapkan 7. Memonitor status
- SaO2 : 96% pola nafas pola nafas pasien adekuat pernafasan dan O:
- Klien tampak Kriteria hasil : sesuai indicator oksigenasi RR : 48x/menit
bernafas dengan skala NOC (frekuensi nafas, Sesak (+)
menggunakan NOC : Status SaO2, retraksi SaO2 : 97%
otot bantu nafas Pernafasan Ventilasi dinding dada, dan Klien tampak bernafas dengan
disertai retraksi pernapasan cuping menggunakan otot bantu nafas disertai
Indikator 1 2 3 4 5
diding dada hidung). retraksi diding dada
Frekuesnsi
- Ronkhi (-), 8. Memposisilkan Ronkhi (-), Wheezing (-)
pernafasan
Wheezing (-) pasien untuk hasil foto thoraks : konsolidasi lapang
Hasil
- hasil foto thoraks memaksimalkan paru
rontgen dada
: konsolidasi ventilasi (semi
A:
lapang paru fowler)
Indikator Awal Target Akhir
S O A P I E
Penggunaan 9. Mengauskultasi RR 3 5 3
otot bantu suara nafas, catat Sesak 1 5 1
nafas area yang Penggunaan 4 5 4
Suara nafas ventilasinya otot bantu
tambahan menurun atau nafas
Dyspnea adanya suara nafas Suara nafs 5 5 5
saat istirahat tambahan seperti tambahan
Saturasi rochi dan wheezing SaO2 4 5 4
oksigen 10. Berkolaborasi
pemberian oksigen Masalah belum teratasi
NIC: Terapi Oksigen (Nasal kanul 0,5 P: Lanjutkan intervensi 1-6
4. Kolaborasi pemberian oksigen lpm)
(Nasal kanul 0,5 lpm) 11. Memonitor aliran
5. Monitor aliran oksigen oksigen dan
6. Evaluasi keefektifan pemberian pastikan oksigen
oksigen dengan tepat terpasang dengan
tepat
12. Mengevaluasi
NIC: Manajemen pernafasan
keefektifan
4. Monitor status pernafasan dan
pemberian oksigen
oksigenasi (frekuensi nafas,
dengan tepat
SaO2, retraksi dinding dada, dan
pernapasan cuping hidung).
S O A P I E
5. Posisilkan pasien untuk
memaksimalkan ventilasi
6. Auskultasi suara nafas, catat area
yang ventilasinya menurun atau
adanya suara nafas tambahan
seperti rochi dan wheezing
RENCANA KEGIATAN MINGGUAN

Departemen Pediatrik
Ruang 11 PERINATOLOGI IRNA Rumah Sakit dr. Saiful Anwar Malang

Oleh:
Nafis Nurfaizi A
NIM 190070300111010

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN


FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS BRAWIJAYA
MALANG
2019
RENCANA KEGIATAN MINGGUAN

Nama Mahasiswa : Nafis Nurfaizi A Program :A


NIM : 190070300111010 Ruangan : Perinatologi
Kelompok : 2B Minggu : ke - 6

A. Tujuan Instruksional Umum (TIU)


Setelah praktik di ruang Ruang 11 Perinatologi selama enam hari (8-14 Desember
2019), mahasiswa dapat memberikan asuhan keperawatan pada klien dengan kasus
Sepsis

B. Tujuan Instruksional Khusus (TIK)


1. Mampu melakukan pengkajian pada orang tua yang memiliki bayi dengan Sepsis
2. Mampu melakukan analisa data pada masalah bayi dengan Sepsis
3. Mampu menetapkan diagnosa keperawatan pada bayi dengan Sepsis
4. Mampu menetapkan tujuan dan kriteria hasil pada bayi dengan Sepsis
5. Mampu menetapkan intervensi sesuai dengan diagnosa keperawatan
6. Mampu melakukan implementasi sesuai dengan intervensi
7. Mampu melakukan evaluasi dan dokumentasi pada bayi dengan Sepsis

C. Rencana Kegiatan
TIK Jenis Kegiatan Waktu Kriteria Hasil
1. Melakukan pengkajian pada orang Hari ke-1 Data yang dikumpulkan dapat
tua yang memiliki bayi dengan mewakili kondisi klien yang
Sepsis sesungguhnya
- Anamnesa
- Pengkajian fisik
- Data penunjang
2. Menganalisa data dari hasil Hari ke-1 Data dianalisa menjadi
pengkajian diagnose keperawatan
3. Menetapkan diagnosa dan Hari ke-1 Diagnosa sesuai dengan
prioritasmasalah keperawatan kondisi actual klien
4. Menetapkan tujuan dan kriteria Hari ke-1 Tujuan dan kriteria hasil sesuai
hasil dengan harapan penyelesaian
masalah keperawatan
5. Menyusun SAP Neonatal Hari ke-1-2 SAP disetujui
Pneumonia pada bayi dan
konsultasi ke pembimbing lahan
6. Melakukan penyuluhan mengenai Hari -3 Peserta antusias dan
BBLR pada keluarga pasien mendapatkan peningkatan
pengetahuan
7. Melakukan implementasi Hari ke-1 –
1. Membantu menjaga kestabilan ke-6 1. Sesuai dengan SOP
suhu bayi (termoregulasi) ruangan
2. Membantu membersihkan 2. Pemberian perawatan
lingkungan bayi dilaksanakan dengan lancar
3. Mencegah terjadinya infeksi
pada bayi dengan
memandikan bayi
4. Melakukan observasi keadaan
umum intake cairan dan output
cairan, pemberian ASI
5. Mengobservasi keadaan
umum bayi dan proses
perawatan
8. Melakukan evaluasi tiap tindakan Hari ke-6 Evluasi dilakukan secara terus
yang dilakukan dan evaluasi menerus
proses

D. Evaluasi Pelaksanaan Kegiatan


1. Struktur
A. LP, RKM, dan SAP telah dibuat H-1 memasuki ruangan
B. Menghubungi CI akademik dan CI klinik berkaitan dengan jadwal responsi

2. Proses
Mahasiswa mengikuti orientasi ruangan
Mahasiswa mengikuti ujian cuci tangan
Mahasiswa masuk sesuai jadwal dan tidak telat
Mahasiswa telah responsi askep ke pembimbing klinik dan akademik dan telah di
acc
Mahasiswa membantu dan bepartisipasi aktif dalam tindakan diruangan

3. Hasil
Mahasiswa mendapatkan kompetensi skill sesuai dengan target

E. Rencana Tindak Lanjut


 Mengaplikasikan ilmu dan skill yang dimiliki dilingkungan kerja nantinya
 Memperdalam wawasan berkaitan dengan penanganan pasien neonatus

Mengetahui
Pembimbing Lahan Ruang 11 Perinatologi Malang, 08 Desember 2019
Mahasiswa

(Nafis Nurfaizi A.)


NIM. 190070300111010

Anda mungkin juga menyukai