DISUSUN OLEH:
NAFIS NURFAIZI A
190070300111010
KELOMPOK 2B
2. Klasifikasi
Sepsis dapat dibagi menjadi dua yaitu :
a) Sepsis dini : terjadi 27 jam pertama kehidupan. Karakteristik : sumber organisme pada
saluran genital ibu dan atau cairan amnion, biasanya angka mortalitas tinggi.
b) Sepsis lanjutan/nosokomial : terjadi setelah minggu pertama kehidupan dan didapat
dari lingkungan pasca lahir. Karakteristik : Didapat dari kontak langsung atau tak
langsung dengan organisme yang ditemukan dari lingkungan tempat perawatan bayi,
sering mengalami komplikasi. (Vietha, 2008).
Tabel 1. Klasifikasi Sepsis neonatorum
3. Penyebab/Faktor Predisposisi
Bakteria seperti Escherichiacoli, Listeria monocytogenes, Neisseriameningitidis,
Sterptococcus pneumoniae, Haemophilus influenzae tipe B,Salmonella, dan
Streptococcus grup B merupakan penyebab paling sering terjadinya sepsis pada bayi
berusia sampai dengan 3 bulan. Streptococcus grup B merupakan penyebab sepsis
paling sering pada neonatus.
Pada berbagai kasus sepsis neonatorum, organisme memasuki tubuh bayi melalui ibu
selama kehamilan atau proses kelahiran. Beberapa komplikasi kehamilan yang dapat
meningkatkan resiko terjadinya sepsis pada neonatus, antara lain:
a. Perdarahan
b. Demam yang terjadi pada ibu
c. Infeksi pada uterus atau plasenta
d. Ketuban pecah dini (sebelum 37 minggu kehamilan)
e. Ketuban pecah terlalu cepat saat melahirkan (18 jam atau lebih sebelum melahirkan)
f. Proses kelahiran yang lama dan sulit.
g. Streptococcus grup B dapat masuk ke dalam tubuh bayi selama proses kelahiran.
Menurut Centers for Diseases Control and Prevention (CDC) Amerika, paling tidak
terdapat bakteria pada vagina atau rektum pada satu dari setiap lima wanita hamil, yang
dapat mengkontaminasi bayi selama melahirkan. Bayi prematur yang menjalani
perawatan intensif rentan terhadap sepsis karena sistem imun mereka yang belum
berkembang dan mereka biasanya menjalani prosedur-prosedur invasif seperti infus
jangka panjang, pemasangan sejumlah kateter, dan bernafas melalui selang yang
dihubungkan dengan ventilator. Organisme yang normalnya hidup di permukaan kulit
dapat masuk ke dalam tubuh kemudian ke dalam aliran darah melalui alat-alat seperti
yang telah disebut di atas.
Bayi berusia 3 bulan sampai 3 tahun beresiko mengalami bakteriemia tersamar, yang
bila tidak segera dirawat, kadang-kadang dapat megarah ke sepsis. Bakteriemia tersamar
artinya bahwa bakteria telah memasuki aliran darah, tapi tidak ada sumber infeksi yang
jelas. Tanda paling umum terjadinya bakteriemia tersamar adalah demam. Hampir satu
per tiga dari semua bayi pada rentang usia ini mengalami demam tanpa adanya alasan
yang jelas - dan penelitian menunjukkan bahwa 4% dari mereka akhirnya akan
mengalami infeksi bakterial di dalam darah. Streptococcus pneumoniae (pneumococcus)
menyebabkan sekitar 85% dari semua kasus bakteriemia tersamar pada bayi berusia 3
bulan sampai 3 tahun.
Tabel 2. Perubahan pola kuman penyebab sepsis berdsarakan kurun waktu
4. Patogenesis
Infeksi bukan merupakan keadaan yang statis. Adanya patogen di dalam darah
(bakteremia, viremia) dapat menimbulkan keadaan yang berkelanjutan dari infeksi
(FIRS: Fetal Inflammatory Response Syndrome/ SIRS:Systemic Inflammatory
Response Syndrome) ke sepsis, sepsis berat, syok septik, kegagalan multi organ,
dan akhirnya kematian (tabel 3).
Tabel 3. Patogenesis terjadinya sepsis neonatorum
Sesuai dengan proses tumbuh kembang anak, variabel fisiologis dan laboratorium
pada konsep SIRS akan berbeda menurut umur pasien. Pada International
Concensus Conference on Pediatric Sepsis tahun 2002, telah dicapai kesepakatan
mengenai definisi SIRS, Sepsis, Sepsis berat, dan Syok septik (Tabel 5). Berdasarkan
kesepakatan tersebut, definisi sepsis neonatorum ditegakkan bila terdapat SIRS
yang dipicu oleh infeksi, baik tersangka infeksi (suspected) maupun terbukti infeksi
(proven).
Tabel 5. Kriteris SIRS
5. Patofisiologi
Sepsis dimulai dengan invasi bakteri dan kontaminasi sistemik. Pelepasan endotoksin
oleh bakteri menyebabkan perubahan fungsi miokardium, perubahan ambilan dan
penggunaan oksigen, terhambatnya fungsi mitokondria, dan kekacauan metabolik yang
progresif. Pada sepsis yang tiba-tiba dan berat, menimbulkan banyak kematian dan
kerusakan sel. Akibatnya adalah penurunan perfusi jaringan, asidosis metabolik, dan
syok, yang mengakibatkan disseminated intravaskuler coagulation (DIC) dan kematian
(Bobak, 2005).
Bayi baru lahir mendapat infeksi melalui beberapa jalan, dapat terjadi infeksi
transplasental seperti pada infeksi konginetal virus rubella atau protozoa Toxoplasma.
Yang lebih umum, infeksi didapatkan melalui jalur vertikal, dari ibu selam proses
persalinan (infeksi Streptokokus group B atau infeksi kuman gram negatif) atau secara
horizontal dari lingkungan atau perawatan setelah persalinan (infeksi Stafilokokus
koagulase positif atau negatif).
Faktor- factor yang mempengaruhi kemungkinan infeksi secara umum berasal dari:
1) Faktor Lingkungan
a. Pada defisiensi imun bayi cenderung mudah sakit sehingga sering memerlukan
prosedur invasif, dan memerlukan waktu perawatan di rumah sakit lebih lama.
b. Penggunaan kateter vena/ arteri maupun kateter nutrisi parenteral merupakan
tempat masuk bagi mikroorganisme pada kulit yang luka. Bayi juga mungkin
terinfeksi akibat alat yang terkontaminasi.
c. Paparan terhadap obat-obat tertentu, seperti steroid, bisa menimbulkan resiko
pada neonatus yang melebihi resiko penggunaan antibiotik spektrum luas,
sehingga menyebabkan kolonisasi spektrum luas, sehingga menyebabkan
resisten berlipat ganda.
d. Kadang- kadang di ruang perawatan terhadap epidemi penyebaran
mikroorganisme yang berasal dari petugas (infeksi nosokomial), paling sering
akibat kontak tangan.
2) Mikroorganisme atau kuman penyebab infeksi dapat mencapai neonatus melalui
beberapa cara, yaitu :
a Pada masa antenatal atau sebelum lahir. Pada masa antenatal kuman dari ibu
setelah melewati plasenta dan umbilikus masuk dalam tubuh bayi melalui sirkulasi
darah janin. Kuman penyebab infeksi adalah kuman yang dapat menembus
plasenta antara lain virus rubella, herpes, sitomegalo, koksaki, hepatitis, influenza,
parotitis. Bakteri yang dapat melalui jalur ini, antara lain malaria, sipilis, dan
toksoplasma.
b Pada masa intranatal atau saat persalinan. Infeksi saat persalinan terjadi karena
yang ada pada vagina dan serviks naik mencapai amnion. Akibatnya, terjadi
amnionitis, selanjutnya kuman melalui umbilikus masuk dalam tubuh bayi. Cara
lain, yaitu saat persalinan, cairan amnion yang sudah terinfeksi akan terinhalasi
oleh bayi dan masuk dan masuk ke traktus digestivus dan traktus respiratorius,
kemudian menyebabkan infeksi pada lokasi tersebut. Selain cara tersebut di atas
infeksi pada janin dapat terjadi melalui kulit bayi atau port de entre lain saat bayi
melewati jalan lahir yang terkontaminasi oleh kuman. Beberapa kuman yang
melalui jalan lahir ini adalah Herpes genetalis, Candida albican,dan N.gonorrea.
c Infeksi paska atau sesudah persalinan. Infeksi yang terjadi sesudah kelahiran
umumnya terjadi akibat infeksi nosokomial dari lingkungan di luar rahim (missal
melalui alat- alat : penghisap lendir, selang endotrakhea, infus, selang
nasogastrik, botol minuman atau dot). Perawat atau profesi lain yang ikut
menangani bayi dapat menyebabkan terjadinya infeksi nosokomil. Infeksi juga
dapat terjadi melalui luka umbilikus (AsriningS.,2003)
Pathway
Antenatal: Bakteri dari ibu masuk ke tubuh Intranatal : Bakteri pada vagina dan Infeksi terjadi sesudah kelahiran
bayi melaluizsjdjdhd
sirkulasi darah janin serviks naik mencapai korion dan amnion (nosokomial): alat-alat medis, tenaga
(Rubella, herpes, stomegalo, influensza, kesehatan, luka umbilikus
hepatitis, toksoplamsa, dll)
Infeksi
SEPSIS
Pelepasan endotoksin
Sistem kardiovaskuler Penurunan O2 ke jaringan Gangguan siskulasi O2 pada Merangsang sintesa dan
jantung pelepasan zat pirogen oleh
leukosit
Disfungsi mikrosirkulasi Hipoksia sel
Pompa jantung tidak adekuat
Zat pirogen beredar dalam darah
Kegagalan respon terhadap Terjadinya mekanisme
peningkatan kebutuhan O2 kompensasi tubuh untuk
meningkatkan kebutuhan O2 Menurunkan sirkulasi pertukaran
dengan peningkatan frekuensi O2 dan CO2 di paru-paru Aktivasi prostaglandin
napas
Saturasi O2 menurun
Prostaglandin memengaruhi pusat
Pertukaran O2 dan CO2 tidak termoregulasi di hipotalamus
Maldistribusi volume darah adekuat
Hipertermi
Limfosit T mengeluarkan
substansi Th1 dan Th2
Perubahan koagulasi darah
Adhesi neutrofil dengan endotel Nekrosis pada
saluran cerna
Risiko
Terjadi
Hipoperfusi perifer perdarahan penumpukan
bilirubin
Kadar Hb
Risiko Syok menurun
jaundice
Ketidakefektifan
perfusi jaringan Pucat, anemis,
perifer sianonis
6. Gejala Klinik
Menurut Arief, 2008, manifestasi klinis dari sepsis neonatorum adalah sebagai berikut,
a. Umum : panas (hipertermi), malas minum, letargi
b. Saluran cerna: distensi abdomen, anoreksia, muntah, diare, hepatomegali
c. Saluran nafas: apnea, dispnea, takipnu, retraksi, nafas cuping hidung, merintih,
d. sianosis
e. Sistem kardiovaskuler: pucat, sianosis, hipotensi, takikardi, bradikardi
f. Sistem syaraf pusat: tremor, kejang, hiporefleksi, malas minum, pernapasan
tidak teratur
g. Hematologi: Ikterus, splenomegali, pucat, petekie, purpura, perdarahan.
Gejala sepsis yang terjadi pada neonatus antara lain bayi tampak lesu, tidak kuat
menghisap, denyut jantungnya lambat dan suhu tubuhnya turun-naik. Gejala-gejala lainnya
dapat berupa gangguan pernafasan, kejang, jaundice, muntah, diare, dan perut kembung.
Gejala dari sepsis neonatorum juga tergantung kepada sumber infeksi dan penyebarannya:
a. Infeksi pada tali pusar (omfalitis) menyebabkan keluarnya nanah atau darah dari pusar
b. Infeksi pada selaput otak (meningitis) atau abses otak menyebabkan koma,
kejang, opistotonus (posisi tubuh melengkung ke depan) atau penonjolan pada ubun-
ubun
c. Infeksi pada tulang (osteomielitis) menyebabkan terbatasnya pergerakan pada lengan
atau tungkai yang terkena
d. Infeksi pada persendian menyebabkan pembengkakan, kemerahan, nyeri tekan dan
sendi yang terkena teraba hangat
e. Infeksi pada selaput perut (peritonitis) menyebabkan pembengkakan perut dan diare
berdarah.
7. Pemeriksaan Diagnostik/Penunjang
Pemeriksaan laboratorium
a. Hematologi
Darah rutin, termasuk kadar hemoglobin Hb, hematokrit Ht, leukosit dan hitung jenis,
trombosit. Pada umumnya terdapat neutropeni PMN <1800/µl, trombositopeni
<150.000/µl (spesifisitas tinggi, sensitivitas rendah), neutrofil mudah meningkat >1500/µl,
rasio neutrofil imatur: total >0,2. Adanya reaktan fase akut yaitu CRP (konsentrasi
tertinggi dilaporkan pada infeksi bakteri, kenaikan sedang didapatkan pada kondisi
infeksi kronik), LED, GCSF (granulocyte colonystimulating factor), sitokin IL-1ß, IL-6
b. Biakan darah atau cairan tubuh lainnya (cairan serebrospinalis) serta uji resistensi,
pelaksanaan pungsi lumbal masih kontroversi, dianjurkan dilakukan pada bayi yang
menderita kejang, kesadaran menurun, klinis sakit tampak makin berat dan kultur darah
positif.
c. Bila ada indikasi, dapat dilakukan biakan tinja dan urin.
d. Pemeriksaan apusan Gram dari bahan darah maupun cairan, serta urin.
e. Lain-lain misalnya bilirubin, gula darah, dan elektrolit (natrium, kalium).
Pemeriksaan Radiologi
Pemeriksaan radiologi yang diperlukan ialah foto dada, abdomen atas indikasi, dan
ginjal. Pemeriksaan USG ginjal, sistouretrografi dilakukan atas indikasi.
Pemeriksaan Penunjang Lain
Pemeriksaan plasenta dan selaput janin dapat menunjukkan adanya korioamnionitis,
yang merupakan potensi terjadinya infeksi pada neonatus.
8. Therapy/Tindakan Penanganan
1. Diberikan kombinasi antibiotika golongan Ampisilin dosis 200 mg/kg BB/24 jam i.v (dibagi
2 dosis untuk neonatus umur <> 7 hari dibagi 3 dosis), dan Netylmycin (Amino glikosida)
dosis 7 1/2 mg/kg BB/per hari i.m/i.v dibagi 2 dosis (hati-hati penggunaan Netylmycin dan
Aminoglikosida yang lain bila diberikan i.v harus diencerkan dan waktu pemberian ½
sampai 1 jam pelan-pelan).
2. Dilakukan septic work up sebelum antibiotika diberikan (darah lengkap, urine, lengkap,
feses lengkap, kultur darah, cairan serebrospinal, urine dan feses (atas indikasi), pungsi
lumbal dengan analisa cairan serebrospinal (jumlah sel, kimia, pengecatan Gram), foto
polos dada, pemeriksaan CRP kuantitatif).
3. Pemeriksaan lain tergantung indikasi seperti pemeriksaan bilirubin, gula darah, analisa
gas darah, foto abdomen, USG kepala dan lain-lain.
4. Apabila gejala klinik dan pemeriksaan ulang tidak menunjukkan infeksi, pemeriksaan
darah dan CRP normal, dan kultur darah negatif maka antibiotika diberhentikan pada hari
ke-7.
5. Apabila gejala klinik memburuk dan atau hasil laboratorium menyokong infeksi, CRP tetap
abnormal, maka diberikan Cefepim 100 mg/kg/hari diberikan 2 dosis atau Meropenem
dengan dosis 30-40 mg/kg BB/per hari i.v dan Amikasin dengan dosis 15 mg/kg BB/per
hari i.v i.m (atas indikasi khusus).
6. Pemberian antibiotika diteruskan sesuai dengan tes kepekaannya. Lama pemberian
antibiotika 10-14 hari. Pada kasus meningitis pemberian antibiotika minimal 21 hari.
Pengobatan suportif meliputi : Termoregulasi, terapi oksigen/ventilasi mekanik, terapi
syok, koreksi metabolik asidosis, terapi hipoglikemi/hiperglikemi, transfusi darah,plasma,
trombosit, terapi kejang, transfusi tukar
9. Pencegahan
1. Pencegahan Sepsis Awitan Dini
Pencegahan sepsis neonatorum awitan dini dapat dilakukan dengan
pemberian antibiotik. Dengan pemberian ampisilin 1 gram intravena yang diberikan
pada awal persalinan dan tiap 6 jam selama persalinan, dapat menurunkan risiko
terjadinya infeksi awitan dini (early-onset) sampai 56% pada bayi lahir prematur
karena ketuban pecah dini, serta menurunkan risiko infeksi sampai 36%. Pada wanita
dengan korioamnionitis dapat diberikan ampisilin dan gentamisin, yang dapat menurunkan
angka kejadian sepsis neonatorum sebesar 82%. Sedangkan wanita dengan faktor
risiko seperti korioamnionitis atau ketuban pecah dini serta bayinya, sebaiknya
diberikan ampisilin dan gentamisin intravena selama persalinan. Antibiotik tersebut
diberikan sebagai obat profilaksis. Bagi ibu yang pernah mengalami alergi terhadap
penisilin dapat diberikan cefazolin.
2. Pencegahan Sepsis Awitan Lanjut
Pencegahan untuk sepsis neonatorum awitan lanjut yang berhubungan
dengan infeksi nosokomial antara lain :
a. Pemantauan yang berkelanjutan
b. Surveilans angka infeksi, data kuman dan rasio jumlah tenaga medis
dibandingkan jumlah pasien
c. Sosialisasi insidens infeksi nosokomial kepada pegawai
d. Program untuk meningkatkan kepatuhan mencuci tangan
e. Perhatian terhadap penanganan dan perawatan kateter vena sentral
f. Pemakaian kateter vena sentral yang minimal
g. Pemakaian antibiotik yang rasional
h. Program pendidikan
i. Meningkatkan kepatuhan pegawai berdasarkan hasil program kontrol.
Sementara itu untuk mencegah terjadinya sepsis, dapat dilakukan tindakan sebagai
berikut (Surasmi, 2003) adalah :
1. Pada masa antenatal
Perawatan antenatal meliputi pemeriksaan kesehatan ibu secara berkala,
imunisasi, pengobatan terhadap penyakit infeksi yang di derita ibu, asupan gizi yang
memadai, penanganan segera terhadap keadaan yang dapat menurunkan kesehatan ibu
dan janin, rujukan segera ketempat pelayanan yang memadai bila diperlukan.
2. Pada saat persalinan
Perawatan ibu selama persalinan dilakukan secara aseptic, yang artinya dalam
melakukan pertolongan persalinan harus dilakukan tindakan aseptik. Tindakan intervensi
pada ibu dan bayi seminimal mungkin dilakukan (bila benar-benar diperlukan). Mengawasi
keadaan ibu dan janin yang baik selama proses persalinan, melakukan rujukan
secepatnya bila diperlukan dan menghindari perlukaan kulit dan selaput lendir.
3. Sesudah persalinan
Perawatan sesudah lahir meliputi menerapkan rawat gabung bila bayi normal,
pemberian ASI secepatnya, mengupayakan lingkungan dan peralatan tetap bersih, setiap
bayi menggunakan peralatan tersendiri, perawatan luka umbilikus secara steril. Tindakan
invasif harus dilakukan dengan memperhatikan prinsip-prinsip aseptik. Menghindari
perlukaan selaput lendir dan kulit, mencuci tangan dengan menggunakan larutan
desinfektan sebelum dan sesudah memegang setiap bayi. Pemantauan bayi secara teliti
disertai pendokumentasian data-data yang benar dan baik. Semua personel yang
menangani atau bertugas di kamar bayi harus sehat. Bayi yang berpenyakit menular di
isolasi, pemberian antibiotik secara rasional, sedapat mungkin melalui pemantauan
mikrobiologi dan tes resistensi. (Sarwono, 2004).
10. Asuhan Keperawatan Secara Umum
ASUHAN KEPERAWATAN
A. Pengkajian
1. Biodata
2. Identitas orang tua
Riwayat Kesehatan
1. Riwayat Penyakit Sekarang
Cara lahir, apgar score, jam lahir, kesadaran
2. Riwayat Prenatal
Lama kehamilan, penyakit yang menyertai kehamilan
3. Riwayat Persalinan
Cara persalinan, trauma persalinan
Pemeriksaan Fisik
3. Keadaan Umum
- Kesadaran
a. menangis
b. tidur nyenyak
c. tidur dengan gerakan mata yang tepat
d. aktif-sadar
e. tenang-sadar
- Vital sign
RR, HR, Suhu, saO2, PB, BB
- Antropometri
a. Antropometri Statis (struktural)
Pengukuran manusia pada posisi diam, dan linier pada permukaan tubuh.
b. Antropometri Dinamis (fungsional)
Yang dimaksud dengan antropometri dinamis adalah pengukuran keadaan
dan ciri-ciri fisik manusia dalam keadaan bergerak atau memperhatikan
gerakan-gerakan yang mungkin terjadi saat pekerja tersebut melaksanakan
kegiatannya.
4. Kepala
- Adakah trauma persalinan, adanya caput, cepal hematom, tanda ponsep
5. Mata
- Apakah ada Katarak congenital, ikterik pada sclera, konjungtiva perdarahan dan
anemis.
6. Sistem Gastrointestinal
- apakah bayi menolak untuk disusui, muntah, distensi abdomen, stomatitis, kapan
BAB pertama kali.
7. Sistem Pernapasan
- Apakah ada kesulitan pernapasan, takipnea, bradipnea, teratur/tidak, bunyi napas
8. Tali Pusat
- Periksa apakah ada pendarahan, tanda infeksi, keadaan dan jumlah pembuluh
darah (2 arteri dan 1 vena)
9. Sistem Genitourinaria
- Apakah terdapat hipospadia, epispadia, testis, BAK pertama kali
10. Ekstremitas
- Apakah ada cacat bawaan, kelainan bentuk, jumlah, bengkak, posisi/postur,
normal/abnormal.
11. Muskuloskletal
- Tonus otot, kekuatan otot, apakah kaku, apakah lemah, simetris/asimetris
12. Kulit
- Apakah ada pustule, abrasi, ruam dan ptekie.
B. Pemeriksaan Spesifik
1. Apgar Score
2. Frekuensi kardiovaskuler : Apakah ada takikardi, bradikardi, normal
3. Sistem Neurologis
- Refleks moro : tidak ada, asimetris/hiperaktif
- Refleks menghisap : kuat, lemah
- Refleks menjejak : baik, buruk
- Koordinasi refleks menghisap dan menelan
C. Daftar Diagnosa Keperawatan
1. Ketidakefektifan pola nafas berhubungan dengan Ketidakseimbangan antara suplai
dan kebutuhan O2 edema paru.
2. Penurunan curah jantung berhubungan dengan perubahan afterload dan preload.
3. Hipertermi berhubungan dengan proses infeksi.
4. Resiko ketidakstabilan suhu tubuh
5. Ketidakefektifan perfusi jaringan perifer berhubungan dengan cardiac output yang
tidak mencukupi.
6. Ketidaseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh
7. Ketidakefektifan perfusi jaringan perifer
A. Identitas Klien
Nama Bayi : An.A
Lahir/Usia : 08-11-2019/ 1 bulan
Jenis Kelamin : Perempuan
No. Register : 1146xxxx
Tanggal Masuk : 04-12-2019
Tanggal Pengkajian : 09-12-2019
Nama Ayah : Tn. W
Nama Ibu : Ny. H
Alamat : Wajak
Suku : Jawa
Pendidikan Ayah/Ibu : MI/SLTA
Pekerjaan Ayah/Ibu : Swasta/ IRT
Usia Ayah/Ibu : 23 th / 22 th
Diagnosa Medis :
- Aterm
- TEF tipe C
- Neonatal pneumonia
- Syok septik
B. Keluhan utama
- Saat MRS: Klien datang melalui rujukan dari PKM Wajak dengan suspect atresia
esofagus. Klien datang dengan keluhan nafas grok-grok, demam, lemas dan muntah
setelah menyusui.
- Saat pengkajian: Klien terlihat lemah, terdapat drooling dan sesak dibuktikan dengan
frekuensi nafas 52x/menit. Klien terpasang O2 CPAP PEEP 6 Cm H20 FiO2 21 %.
Bayi tampak kurus serta terpasang CVC di paha sebelah kiri. Klien mendapatkan IVFD
CN 10%, Lipid 33 cc dan IV Dobutamin 5 mcg/kg/menit.
C. Riwayat Kesehatan Saat Ini
Klien lahir pada tanggal 8 November 2019 secara spontan usia kehamilan 38 minggu di
Bidan dengan berat badan lahir 3100 gram dan panjang badan 51 cm. Klien langsung
menangis, nafas grok-grok sejak lahir, sianosis (-). Pada usia 2 hari bayi kuning dan
menghilang dengan sendirinya. Pasien dikeluhkan tidak mau minum sejak 2 hari SMRS
dan nak tampak lemas. BAK terakhir 1 hari yang lalu, biasanya BAK 1x/ hari, BAB 2x/ hari,
klien demam sejak 1 hari yang lalu SMRS. Pasien juga dikeluhkan muntah setiap diberikan
ASI, keluar air liur terus menerus sejak berusia 2 hari, kemudian bayi dibawa ke RS Cakra
Husada dan disarankan untuk rujuk ke RSSA, namun keluarga menolak karena alasan
biaya. 4 jam SMRS bayi dibawa ke Puskesmas Wajak dan dirujuk ke RSSA dengan
keluhan demam, lemas dan muntah saat menyusui.
D. Riwayat Klien
Apgar Score : 6-8
Usia gestasi : 38 minggu
Berat Badan Lahir : 3100 gram
Panjang Lahir : 51 cm
Tempat Lahir : BPM
Keluhan : nafas bayi grok-grok, demam dan muntah saat minum ASI
E. Riwayat Kehamilan
Perawatan Antenatal (ANC) : Teratur (tiap bulan) □ Tidak teratur
Tempat Pemeriksaan (ANC) : Bidan
Komplikasi kehamilan : □ Diabetes □ Eklamsi □Jantung □ Hipertensi
: Tidak ada
Riwayat Kehamilan dan Persalinan
1. Prenatal : Ibu mengatakan selama kehamilan Ibu rutin memeriksakan kehamilannya
ke bidan tiap bulan dan tidak pernah melakukan USG. Selama kehamilan Ibu klien
mengalami kenaikan berat badan sebesar 18 kg. Tekanan darah ibu dalam batas
normal. Ibu tidak mengalami DM (-). Selama kehamilan ibu tidak mengalami
keputihan, demam (-) perdarahan (-), mengkonsumsi jamu-jamuan maupun pijat (-).
2. Natal : Klien lahir pada tanggal 8 November 2019 secara spontan usia kehamilan 38
minggu di Bidan dengan berat badan lahir 3100 gram dan panjang badan 51 cm.
Klien langsung menangis, nafas grok-grok sejak lahir, sianosis (-), ketuban jernih.
3. Postnatal : Bayi diberi Vit K, salep mata dan Hepatitis B0 setelah lahir. Bayi
dirawat oleh ibunya sendiri. Bayi diberikan nutrisi berupa ASI namun bayi muntah
saat diberikan ASI
4. Imunisasi : Hepatitis B0 (+), POLIO (-), BCG (-)
- - - - - - -
1. Kulit
a. Warna kulit : Pink □ Pucat □ Kuning □ Mottled
b. Sianosis : □ Pada kuku □ Pada sekitar mulut □ Pada sekitar mata
□ Ekstremitas atas □ Ekstremitas bawah □ Pada seluruh tubuh
tidak ada sianosis
c. Kemerahan (rash) : □ Ada , sebutkan Tidak ada
d. Tanda lahir : □ Ada, sebutkan : .tidak ada
e. Turgor kulit : Elastis □ Tidak elastis □ Edema
f. Suhu : 36,8 °C
Nilai 0 1 2
(udara masuk)
stetoskop Bantu
Jumlah skor 3
4. Jantung
a. Bunyi jantung : S1 S2 Murmur □ Lain-lain, sebutkan :.........................
b. CRT : < 2 dtk
c. Denyut nadi : Frekuensi : 138 x/menit
Kuat □Lemah □ Teratur □ Tidak teratur
5. Abdomen
a. Lingkar perut : 35 cm
Lunak □ Tegas □ Datar □ Distensi
b. Umbilikus/tali pusat : □ Basah Kering □ Bau
□ Warna. Tali pusat sudah lepas
6. Genital
Perempuan normal
□ Laki-laki normal
□ Abnormal, sebutkan: .....................................................................
7. Anus
Normal □ Tidak normal, sebutkan:
□ Pengeluaran mekonium □ Hari ke 1
8. Ekstermitas
a. Gerakan : Bebas □ Terbatas □ Tidak terkaji
b. Ekstermitas atas : Normal □ Abnormal, sebutkan : ......................................
c. Ekstermitas bawah : Normal □ Abnormal, sebutkan :
H. Riwayat Nutrisi
a. Pemberian ASI : Puasa
b. Pemberian susu formula : Puasa
c. Jumlah pemberian :-
d. Cara pemberian :-
I. Riwayat Sosial
a. Struktur keluarga
Genogram :
1 bulan
Keterangan:
:Perempuan
: Laki-laki
: Garis perkawinan
: Garis keturunan
: Tinggal serumah
: Meninggal
: Klien
Terapi
Tanggal Terapi
9-12- 2019 a. Medikasi
IVFD
a. (D10% + Kcl 3,5 cc + CaGluc 10% 3,5 cc + MgSO4 1 cc,
Amminosteril 88 cc + NaCl 5 cc) 13 cc/jam
b. IV berupa Dobutamin 5 mcg/kg/menit, lipid 33 cc, Injeksi:
Ampiculin Sulbactam 100 mg
b. Program ventilasi
O2 CPAP PEEP 6 Cm H20 FiO2 21 %.
c. Program nutrisi
Puasa
d. Parenteral : Merawat bayi
ANALISA DATA
SEPSIS
Sepsis neonatorum
(Late onset- neonatal septic
: >72 jam)
Pelepasan endotoksin
Penurunan oksigen di
jaringan
Hipoksia sel
Ketidakefektifan pola
nafas
2. Faktor risiko:
- Leukositosis: 24,94
103/ ʮL
- Trombosit: 106.000 Risiko syok
- Procalsitosin : 0,46
- Suhu : 36,8
- Neonatal pneumonia
DAFTAR DIAGNOSA KEPERAWATAN
(Berdasarkan Prioritas)
2. Risiko Syok Tujuan : Setelah dilakukan intervensi selama 3x24 jam NIC: Pencegahan syok
diharapkan tidak ada tanda dan gejala syok serta leukosit dalam 1. Monitor terhadap respon inflamasi
batas normal sistemik (peningkatan suhu,
Kriteria hasil : sesuai indicator skala NOC takipnea, takikardi, leukositosis)
NOC : Keparahan syok: sepsis 2. Berikan terapi farmakologi
antibiotic sesuai resep
Indikator 1 2 3 4 5
3. Berikan tranfusi PRC sesuai
Leukosit
kebutuhan
Peningkatan nadi
4. Monitor hasil laboratorium (hasil
Suhu meningkat leukosit, CRP, dan trombosit,
Pucat procalsitosin)
Muntah 5. Jaga lingkungan tetap bersih dan
Procalsitosin lakukan cuci tangan sebelum dan
setelah kontak dengan pasien
Suhu Leukosit
1.< 37,5 1. >18.103 µL
2.> 39 2. 15,1- 18. 103 µL
3. 38,1-39 3.12,1-15. 103 µL
4. 37,6-38 4. 11,4- 12. 103 µL
5. 36,5- 37,5 5.4,7-11,3
Nadi Pucat
1.<70 x/menit 1. Pucat
2.70-79 x/menit 2.tidak pucat
3. 80-99 x/menit Muntah
4. 100-119x/menit 1. >6 x/ hari
5. 120- 160x/menit 2. 5-6 x/ hari
3.3-4 x/ hari
4. 1-2 x/ hari
5. Tidak ada muntah
Procalsitosin
1. >0,5
5.<0,5
IMPLEMENTASI DAN EVALUASI
Ruang : Perinatologi
Nama Pasien : An A
Diagnosa : Sepsis
TTD &
No. Dx.
Tgl Jam Tindakan Keperawatan Respon Klien dan Evaluasi Nama
Kep
Terang
9/12/ 14.00- Melakukan pengkajian S: Tidak terkaji
2019 21.00 1. Memonitor status pernafasan dan oksigenasi (frekuensi
nafas, SaO2, retraksi dinding dada, dan pernapasan O:
1 cuping hidung). RR : 50x/menit
2. Memposisilkan pasien untuk memaksimalkan ventilasi Sesak (+)
(menghidu) Cyanosis (-)
3. Mengauskultasi suara nafas, catat area yang SaO2 : 96%
ventilasinya menurun atau adanya suara nafas Klien menggunakan O2 CPAP PEEP
tambahan seperti rochi dan wheezing 6 Cm H20 FiO2 21 %
4. Berkolaborasi pemberian oksigen (O2 CPAP PEEP 6 Ronkhi (-), Wheezing (-)
Cm H20 FiO2 21 %.)
5. Memonitor aliran oksigen dan pastikan oksigen
terpasang dengan tepat
6. Mengevaluasi keefektifan pemberian oksigen dengan
tepat
2/12/ 2 14.00- 1. Memonitor terhadap respon inflamasi sistemik S: Tidak terkaji
2019 21.00 (peningkatan suhu, takipnea, takikardi,)
2. Memonitor hasil laboratorium (hasil leukosit, dan O:
trombosit, procalsitosin) Leukosit : 24,94 103
3. Memberikan terapi farmakologi antibiotic sesuai resep Trombosit: 106.000
(Ampiculin Sulbactam 100 mg via IV line) Nadi : 150x/menit
4. Memberikan tranfusi sesuai kebutuhan Suhu : 36,9 C
5. Menjaga lingkungan tetap bersih dan lakukan cuci Pucat (-)
tangan sebelum dan setelah kontak dengan pasien Muntah (-)
Procalsitosin : 0,46
Catatan Perkembangan HARI KE-2
A:
Indikator Awal Target Akhir
RR 3 5 3
Sesak 1 5 1
Penggunaan 5 5 5
otot bantu
nafas
Suara nafas 5 5 5
tambahan
SaO2 4 5 4
O:
Leukosit : 24,94 103
Nadi : 150x/menit
Suhu : 36,8 C
Pucat (-)
Muntah (-)
Procalsitosin : 0,46
A:
Indikator Awal Target Akhir
leukosit 1 3 1
Nadi 5 5 5
Suhu 5 5 5
Pucat 5 5 5
Muntah 5 5 5
Procalsitosin 5 5 5
Nama Pasien : Bayi Ny. K Diagnosa Medis : Atresia Ani Post Sigmoidostomi Hari ke 10
Tanggal : 12 Desember 2019 Diagnosa Keperawatan : Kerusakan Integritas Jaringan
S O A P I E
- K/U: cukup Kerusakan Tujuan: Setelah dilakukan intervensi selama 3x24 - Memonitor adanya S: -
- Kes: CM Integritas jam keadaan stoma dapat dipertahankan. tanda infeksi local O: Suhu 37.1ºC
- Suhu 37.3oC Jaringan dan sistemik Keadaan stoma berwarna kemerahan, lembab,
pus (-), eritema sekitar stoma (+)
- Keadaan NOC : Integritas Jaringan: Kulit & Membran - Memonitor Bayi BAB 3x sehari
stoma Mukosa kerentanan terhadap
lembab, ber- No Indikator 1 2 3 4 5 infeksi NOC: Integritas Jaringan: Kulit dan Membran
warna keme- 1 Eritema - Memonitor kadar m
Mukosa
rahan, pus (-) leukosit A: Masalah teratasi sebagian
- Terdapat eri- 2 Pus Skor
- Membatasi jumlah No Indikator
tema di kulit pengunjung Awal Target Akhir
3 Nekrosis 1. Eritema 5 5 4
sekitar stoma - Memeriksa kondisi
- Bayi BAB 3x 2. Pus 5 5 5
sayatan bedah atau
sehari 3. Nekrosis 5 5 5
luka
NIC: Perawatan Ostomi - Mempertahankan
P: Lanjutkan seluruh intervensi keperawatan
- Monitor penyembuhan stoma tindakan aseptik
- Ganti kantung ostomi secara berkala
- Irigasi ostomi dengan tepat
- Monitor adanya ruam di sekitar stoma
- Monitor pola eliminasi
- Ajarkan keluarga untuk perawatan ostomi
RESUME KEPERAWATAN
Departemen Pediatrik
Ruang 11 PERINATOLOGI IRNA Rumah Sakit dr. Saiful Anwar Malang
Oleh:
Nafis Nurfaizi A
NIM 190070300111010
C. Rencana Kegiatan
TIK Jenis Kegiatan Waktu Kriteria Hasil
1. Melakukan pengkajian pada orang Hari ke-1 Data yang dikumpulkan dapat
tua yang memiliki bayi dengan mewakili kondisi klien yang
Sepsis sesungguhnya
- Anamnesa
- Pengkajian fisik
- Data penunjang
2. Menganalisa data dari hasil Hari ke-1 Data dianalisa menjadi
pengkajian diagnose keperawatan
3. Menetapkan diagnosa dan Hari ke-1 Diagnosa sesuai dengan
prioritasmasalah keperawatan kondisi actual klien
4. Menetapkan tujuan dan kriteria Hari ke-1 Tujuan dan kriteria hasil sesuai
hasil dengan harapan penyelesaian
masalah keperawatan
5. Menyusun SAP Neonatal Hari ke-1-2 SAP disetujui
Pneumonia pada bayi dan
konsultasi ke pembimbing lahan
6. Melakukan penyuluhan mengenai Hari -3 Peserta antusias dan
BBLR pada keluarga pasien mendapatkan peningkatan
pengetahuan
7. Melakukan implementasi Hari ke-1 –
1. Membantu menjaga kestabilan ke-6 1. Sesuai dengan SOP
suhu bayi (termoregulasi) ruangan
2. Membantu membersihkan 2. Pemberian perawatan
lingkungan bayi dilaksanakan dengan lancar
3. Mencegah terjadinya infeksi
pada bayi dengan
memandikan bayi
4. Melakukan observasi keadaan
umum intake cairan dan output
cairan, pemberian ASI
5. Mengobservasi keadaan
umum bayi dan proses
perawatan
8. Melakukan evaluasi tiap tindakan Hari ke-6 Evluasi dilakukan secara terus
yang dilakukan dan evaluasi menerus
proses
2. Proses
Mahasiswa mengikuti orientasi ruangan
Mahasiswa mengikuti ujian cuci tangan
Mahasiswa masuk sesuai jadwal dan tidak telat
Mahasiswa telah responsi askep ke pembimbing klinik dan akademik dan telah di
acc
Mahasiswa membantu dan bepartisipasi aktif dalam tindakan diruangan
3. Hasil
Mahasiswa mendapatkan kompetensi skill sesuai dengan target
Mengetahui
Pembimbing Lahan Ruang 11 Perinatologi Malang, 08 Desember 2019
Mahasiswa