Sifat Fisik Beras
Sifat Fisik Beras
B. Tujuan Praktikum
1. Menentukan bulk density ( gr/cm3 ) beras
2. Menentukan Angle of Respose beras ( ˚ )
3. Menentukan Angle of Friction beras ( ˚ )
4. Menentukan mutu beras giling
TINJAUAN PUSTAKA
Beras merah ( Oryza nivara ) merupakan bahan pangan pokok lain di
Indonesia selain beras putih yang bernilai kesehatan tinggi. Selain mengandung
karbohidrat, lemak, protein, serat dan mineral, beras merah juga mengandung
antosianin. Antosianin merupakan pigmen merah yang terkandung pada pericarp
dan segmen ( lapisan kulit ) beras, atau dijumpai pula pada setiap bagian gabah.
Kandungan antosianin yang terdapat pada beras merah berfungsi sebagai
antioksidan. ( Hernawan dan Meylani, 2016 ).
Beras yang ada di Indonesia secara umum dikategorikan atas varietas bulu
dengan ciri bentuk butiran lonjong sampai sedang. Indica lebih pendek masa
tanamnya, tahan kekurangan air, dipanen sekaligus karena butir padi mudah
terlepas dari malainya sehingga mudah tercecer. Sedangkan japonica lebih lama
masa tanamnya, tanaman lebih tinggi, dipanen satu persatu karena butir padi
melekat kuat pada malainya. ( Kaswara, 2009 ).
Beras pecah kulit ( Brown Rice ) adalah beras yang hanya dihilangkan
sekamnya, namun tidak dipoles menjadi beras putih, dan hanya dilakukan 1 kali
penggilingan. Beras giling ( Milled Rice ) adalah proses pengelupasan kulit ari
sehingga didapat biji beras yang putih bersih. Biji beras yang putih bersih ini
sebaguan besar terdiri dari pati. Mutu beras selain ditentukan sejak budidaya
hingga panen dan penanganan segarnya, juga ditentukan oleh cara pengolahannya.
Demikian juga eating qualitynya. ( Dianti, 2010 ).
Proses penyosohan beras akan menghasilkan beras akan menghasilkan
beras giling, dedak dan bekatul. Ini mengakibatkan sebagian dan protein, lemak,
vitamin, dan mineral akan terbawa dalam dedak, sehingga kadar komponen
tersebut di dalam beras giling menjadi menurun. Warna putih dari beras giling
disebabkan oleh terbebasnya beras dari bagian dedak yang berwarna
coklat. ( Alsuhendra, 2017 ).
METODOLOGI PRAKTIKUM
A. Alat
1. Timbangan digital
Berfungsi untuk mengetahui berat beras dan botol.
2. Jangka sorong
Berfungsi untuk mengukur panjang, lebar, dan tinggi pada butir beras.
3. Papan kayu dan Plat tipis
Berfungsi untuk membentuk sudut Angle of Respose dan Friction.
4. Busur dan Penggaris
Berfungsi untuk mengukur sudut, tinggi tabung atau botol
5. Spidol
Berfungsi untuk menandai sudut Angle of Friction
B. Bahan
1. Beras ( Merah, Ramos, IR-64 )
Berfungsi sebagai objek yang diteliti atau sebagai sampel.
2. Kertas
Berfungsi sebagai media menampung beras.
C. Prosedur
A. Hasil
Jenis Bahan
( sangat panjang, Panjang Panjang Panjang
panjang,sedang, pendek)
1. Bulk density beras merah 0,128, beras IR-64 0,129, beras ramos 0,139,
perbedaan BD karena volume dan massanya berbeda.
2. Angle of Respose beras merah 7,45˚, beras IR-64 10,51˚, dan beras ramos
10,61˚, didapatkan dari rumus arc tan t/d.
3. Angle of friction beras merah 40˚ di papan kayu dan 50˚ di plat tipis, beras
IR-64 35˚di papan kayu dan 40˚ di plat tipis, dan beras ramos 30˚ di papan
kayu dan 35˚ di plat tipis. Ini didapat dengan mengurangi sudut akhir
dengan sudut awal
4. Mutu beras giling pada beras merah 50% head rice, 32% large broken, dan
18% small broken. Beras IR-64 24% head rice, 41% large broken, dan
35% small broken. Dan beras ramos 35% head rice, 16% large broken dan
49% small broken, didapatkan dengan cara mensortasikan beras .
DAFTAR PUSTAKA
Alsuhendra. 2017. Pembuatan dan Daya Terima Beras yang Diwarnai dengan
Ekstrak Ubi Jalar . Universitas Negeri Jakarta. Jakarta Timur.
Dianti, R.W. 2010. Kajian Karakteristik Fisiokimia dan Sensori Beras Organik
Mentik Susu dan IR-64, Pecah Kulit dan Giling Selama Penyimpanan.
Universitas Sebelas Maret. Surakarta.
Hermawan, E & Meylani, V. 2016. Analisa Karakteristik Fisiokimia Beras Putih,
Beras Merah dan Beras Hitam ( Oryza sativa L , Oryza nivara , dan
Oryza sativa L. Indica ). Universitas Siliwangi.
Kaswara, S. 2009. Teknologi Pengolahan Beras. E.bookPangan.com.
LAMPIRAN
Plat Aluminium
1. Beras ramos = 50˚ - 15˚ = 35˚
2. Beras merah = 60˚ - 20˚ = 40˚
3. Beras IR-64 = 65˚ - 15˚ = 50˚
- Mutu Beras
1. Beras ramos
x1
a. Head rice = x 100%
x
6,350
= x 100%
18,04
= 35 %
x2
b. Large broken = x 100%
x
2,785
= x 100%
18,04
= 16 %
x3
c. Small broken = x 100%
x
8,905
= x 100%
18,04
= 49 %
2. Beras merah
x1
a. Head rice = x 100%
x
9,345
= x 100%
18,655
= 50 %
x2
b. Large broken = x 100%
x
5,960
= x 100%
18,655
= 32 %
x3
c. Small broken = x 100%
x
3,350
= x 100%
18,655
= 18 %
3. Beras IR-64
x1
a. Head rice = x 100%
x
4,45
= x 100%
18,54
= 24 %
x2
b. Large broken = x 100%
x
7,601
= x 100%
18,54
= 41 %
x3
c. Small broken = x 100%
x
6,489
= x 100%
18,54
= 35 %
B. Tujuan Praktikum
1. Menentukan bulk density ( gr/cm3 ) biji-bijian
2. Menentukan Angle of Respose biji-bijian ( ˚ )
3. Menentukan Angle of Friction biji-bijian ( ˚ )
TINJAUAN PUSTAKA
Sifat fisik kacang hijau dan kimia bahan bakunya sangat memperngaruhi
mutu produk olahan kacang hijau. Hal ini akan menentukan kesesuaian
penggunaan jenis kacang hijau tertentu untuk produk tertentu pula. Untuk produk
bubur, misalnya disukai biji kacang hijau dengan kriteria cooking quality cepat
masak dan mengembang setelah dimasak. Jenis kacang hijau yang kulit bijinya
berwarna kusam dianggap memenuhi kriteria tersebut, demikian pula bahan
pengisi bakpia. Sementara untuk pembuatan tauge diperlukan biji kacang hijau
yang mengkilap dan berukuran kecil agar diperoleh hasil akhir yang lebih banyak.
Sedangkan untuk pembuatan tepung, tingkat kekerasan biji dan proporsi serta
ketebalan kulit biji masing-masing akan berpengaruh pada derajat sosoh biji dan
rendemen tepung yang dihasilkan. ( Ginting, dkk., 2017 ).
Usaha-usaha pengembangan varietas-vatietas kedelai unggul telah
dilakukan. Adanya varietas-varietas yang berbeda menyebabkan timbulnya
keragaman sifat fisik dan kimia-kimia kedelai yang dapat mempengaruhi produk
olahannya.perbedaan sifat produk ini kemungkinan dapat disebabkan oleh
berbedanya fraksi protein pada berbagai jenis kedelai. Pelaksanaan penelitian ini
ditunjukkan untuk mengetahui karakteristik fisik, kimia seta fraksi 7s dan 11s
pada 10 varietas kedelai. ( Yuwono, dkk., 2014 ).
Penanganan pasca panen kacang tanah meliputi pemipilan, sortasi,
pengeringan, dan penyimpanan. Penanganan ini diperlukan karena kacang tanah
tetap mengalami metabolisme dan respirasi yang menyebabkan perubahan sifat
fisik, kimia, mikrobiologi, dan cenderung menuju ke arah penurunan kualitas.
Penanganan ini tidak mengubah struktur fisik dan kimia primer kacang tanah.
Tujuan utuma dari penanganan pascapanen adalah mencegah hilangnya
kelembaban, memperlambat perubahan kimiawi yang tidak diinginkan, dan
mencegah kerusakan fisik. ( Wanita dan Purwaningsih, 2014 ).
Kacang merah ( Phaseolus vulgaris L. ) merupakan komoditas kacang-
kacangan yang sangat dikenal masyarakat. Menurut Badan Pusat Statistik (2011),
produksi kacang merah di Indonesia tergolong cukup tinggi, yaitu mencapai 116-
397 ton pada tahun 2010. Karena aplikasi yang terbatas dan pendeknya umur
simpan yang dimiliki leguminosa dalam bentuk mentah, maka perlu dilakukan
penepungan untuk memudahkan aplikasinya sebagai ingredient
pangan. ( Pangestuti,dkk., 2013 ).
METODOLOGI PRAKTIKUM
A. Alat
1. Timbangan digital
Berfungsi untuk mengetahui berat beras dan botol.
2. Jangka sorong
Berfungsi untuk mengukur panjang, lebar, dan tinggi pada butir beras.
3. Kertas bekas
Berfungsi untuk membentuk sudut Angle of Respose dan Friction.
4. Busur dan Penggaris
Berfungsi untuk mengukur sudut, tinggi tabung atau botol
5. Spidol
Berfungsi untuk menandai sudut Angle of Friction
6. Mangkok logam
Berfungsi untuk menampung biji
7. Botol kaca berfungsi untuk menampung biji dan alas pada saat biji
ditimbang
B. Bahan
1. Biji kacang ( merah, tanah, kedelai, dan hijau )
Berfungsi sebagai objek yang diteliti atau sebagai sampel
2. Kertas
Berfungsi sebagai penampung biji saat hendak di cari diameter dari
angle of respose.
C. Prosedur
Adapun prosedur praktikum yang dilakukan sebagai berikut :
1. Diukur panjang ( Dmayor ), lebar ( Dmoderat ), dan tebal ( Dminor ) untuk
kacang merah, kedelai, hijau dan tanah dengan menggunakan jangka
sorong.
2. Diambil sampel pada masing-masing beras 3 butir. Data yang didapat
selanjutnya di masukkan pada tabel sampel bahan yang rata-ratanya
dihitung.
3. Ditentukan Geometric Mean Diameter ( GMD ) yaitu :
GMD = ( Dmayor x Dmoderat x Dminor ) 1/3
4. Ditentukan Sphericity yaitu:
S = ( GMD / Dminor )
5. Ditentukan bulk density bahan yaitu ditimbang tabung kosong (W1),
ditimbang tabung kosong + bahan (W2), diukur volume tabung.
( Bd = m /v ).
A. Hasil
Volume Tabung (
12,56 23,864 20,096 10,048
cm3 )
Bulk Density (
0,79 0,63 0,84 1,106
g/cm3)
Angle of Respose
9,65˚ 8,14˚ 9,09˚ 5,7˚
(˚)
Angle of Frictionn
20˚ 12˚ 18˚ 12˚
(˚)
B. Pembahasan
Berdasarkan praktikum yang dilakukan didapatkan rata-rata dmayor
( panjang ) untuk kacang kedelai adalah 0,566 cm, kacang tanah 1,06 cm, kacang
merah 1,23 cm, dan kacang hijau 0,33 cm. Sedangkan, d moderat ( lebar ) untuk
kacang kedelai 0,733 cm, kacang tanah 0,775 cm, kacang merah 0,76 cm, dan
kacang hijau 0,575 cm. Untuk rata-rata tebal ( dminor ) kacang kedelai 0,6 cm ,
kacang tanah 0,6 cm, kacang merah 0,6 cm, dan kacang hijau 0,38 cm. Dengan
demikian dapat diketahui ukuran kacang dengan beda varietas memiliki ukuran
yang berbeda.
Pada praktikum yang dilakukan didapatkan GMD ( Geometric Mean
Diameter ) dari kacang kedelai adalah 0,629 cm, kaacang tanah 0,7899 cm,
kacang merah 0,8246 cm, kacang hijau 0,416 cm, GMD dari tiap kacang berbeda
itu dikarenakan rata-rata dari ukuran panjang, tebal dan lebar dari tiap jenis
kacang itu berbeda-beda, dan GMD didapat dengan mengalikan panjang, tebal,
dan lebar lalu dipangkatkan sepertiga maka dari itu hasilnya berbeda-beda.
Berdasarkan praktikum yang dilakukan didapatkan Sphericity dari tiap
kacang, dengan kacang kedelai adalah 1,048, kacang tanah 1,36, kacang merah
1,374, dan kacang hijau 1,094. Dengan demikian diketahui sphericity tiap bahan
berbeda dikarenakan nilai dari GMD tiap bahan berbeda begitu pula dengan
ukuran tebal ( dminor ) tiap bahan berbeda karena sphericity didapat dengan
membagikan GMD dengan dminor.
Dari praktikum yang dilakukan didapatkan nilai Bulk Density ( BD ) tiap
bahan, dengan kacang kedelai dengan 0,79 gr/cm3, kacang tanah 0,63 gr/cm3,
kacang merah 0,84 gr/cm3, dan kacang hijau 1,106 gr/cm3. Dengan demikian
diketahui nilai BD tiap kacang berbeda namun relatif dengan jarak yang sedikit
antar nilainya. Dikarenakan nilai massa dan volume tiap bahan berbeda-beda,
karena BD didapat dengan membagi massa dengan volume.
Dari praktikum yang dilakukan didapatkan nilai angle of respose untuk
kacang kedelai 9,65˚, kacang tanah 8,14˚, kacang merah 9,09˚, dan kacang hijau
5,7˚. Dengan nilai angle of respose yang berbeda-beda tiap bahan dikarenakan
tinggi dan diameter bahan saat dituang ke alas kertas mendapatkan nilai yang
berbeda-beda.
Dari praktikum yang dilakukan didapatkan nilai angle of friction untuk
kacang kedelai 20˚, kacang tanah 12˚, kacang merah˚, dan kacang hijau 12˚.
Dengan nilai angle of friction yang berbeda-beda ini dikarenakan bentuk fisik tiap
bahan itu berbeda-beda, maka sudut jatuhnya tiap bahan berbeda pula.
KESIMPULAN
5. Bulk density dari kacang kedelai adalah 0,79 gr/cm3, kacang tanah 0,63
gr/cm3, kacang merah 0,84 gr/cm3, dan kacang hijau 1,106 gr/cm3.
Perbedaan BD dikarenakan volume dan massa tiap bahan berbeda.
6. Angle of Respose kacang kedelai 9,65˚, kacang tanah 8,14˚, kacang merah
9,09˚, dan kacang hijau 5,7˚ didapatkan dari rumus arc tan t/d.
7. Angle of friction dari kacang kedelai adalah 20˚, kacang tanah 12˚, kacang
merah 18˚, dan kacang hijau 12˚. Perbedaan dikarenakan sifat fisik kacang
yang berbeda beda.
DAFTAR PUSTAKA
Ginting, E., Ratna Ningsih., Iswanto, R. 2007. Karakteristik Fisik dan Kimia 17
Genotipe Kacang Hijau untuk Bahan Pangan Balai Penelitian Tanaman
Kacang-kacangan dan Umbi-umbian.
Pangastuti, H.A., Affandi, D. R., Ishartani, D. 2013. Karakterisasi Sifat Fisik dan
Kimia Tepung Kacang Merah ( Phaseolus vulgaris L. ) dengan Beberapa
Perlakuan Pendahuluan. Universitas Sebelas Maret. Surakarta.
Wanita, Y. P., dan Puwaningsih. 2014. Mutu Fisik Kacang Tanah dengan Cara
Pengeringan dan Musim Panen Berbeda Balai Pengkajian Teknologi
Pertanian. Yogyakarta.
Yuwono, S. S., Hayati, K. K., Wulan, S. N. 2014. Karakterisasi Fisik, Kimia dan
Fraksi Protein 7S dan 11S Sepuluh Varietas Kedelai Produksi Indonesia.
Fakultas Teknologi Pertanian. UNIBRAW.
LAMPIRAN
- Massa bahan ( massa biji dalam botol – massa botol kosong (120,655gr))
1. Kacang merah = 137,550 gr – 120,655 gr = 16,895 gr
2. Kacang tanah = 135,715 gr – 120,655 gr = 15,06 gr
3. Kacang kedelai = 130,675 gr – 120,655 gr = 10,02 gr
4. Kacang hijau = 131,775 gr – 120,655 gr = 11,12 gr
- Volume Tabung = ¼ x 𝜋 x D2 x t
1. Kacang merah = ¼ x 3,14x (4)2 x 1,6 cm
= 20,096 cm3
2. Kacang tanah = ¼ x 3,14x (4)2 x 1,9 cm
= 23,864 cm3
3. Kacang kedelai = ¼ x 3,14x (4)2 x 1 cm
= 12,56 cm3
4. Kacang hijau = ¼ x 3,14x (4)2 x 0,8 cm
= 10,048 cm3
5. Kacang tanah
Angle of Respose = Arc tan = 1 cm / 7 cm
= 8,14˚
6. Kacang kedelai
Angle of Respose = Arc tan = 1,3 cm / 7,7 cm
= 9,65 ˚
7. Kacang hijau
Angle of Respose = Arc tan = 0,7 cm / 7 cm
= 5,7 ˚