DISUSUN OLEH:
KELOMPOK 10
Luthfiyah (H3119038)
Oktavianisa R (H3119048)
Shindhy Nurulita (H3119058)
Tsania Alfiani (H3119065)
Umy Nurfauzah (H3119066)
Viona Selvi S (H3119068)
Yesika Enno P (H3119073)
A. TUJUAN
Tujuan dari praktikum Acara III “Pengecilan Ukuran” adalah
mengetahui pengaruh kadar air bahan yang tergiling terhadap modulus
kehalusan, diameter rerata, indeks keseragaman, dan luas prmukaan butiran
hasil penggilingan.
B. TINJAUN PUSTAKA
A. Tinjauan Teori
Pengecilan ukuran (size reduction) adalah pecilan yang dilakukan
secara mekanis yang tidak melakukan pengubahan sifat – sifat kimia dari
bahan. ukuran yang digunakan dinyatakan dengan mesh maupun
millimeter. Tujuan dilakukan pengecilan ukuran yaitu agar bahan yang
ukurannya besar menjadi kecil sehingga mempermudah dalam proses
penanganannya. Pengecilan ukuran ini memiliki keuntungan seperti
memudahkan dalam hal pendistribusian karena bahan menjadi lebih kecil
dan juga dapat membuat pengangkutan menjadi lebih efisien karena bisa
memaksimalkan tempat pengangkutan (Ifmalinda dkk., 2019). Bahan
mentah yang ukurannya terlalu besar harus diperkecil terlebih dahulu
agar sesuai dengan penggunaan yang diiinginkan. Pengecilan ukuran
adalah usaha untuk mengubah dan melakukan pengeciln bentuk dan
ukuran yangdilakukan secara mekanis tanpa menimbulkan perubahan
sifat – sifat khemis dari suatu benda. Proses pengecilan ukuran dapat
dikelompokkan menjadi dua tergantung pada sifat bahannya yaitu
beruapa padat atau cair. Proses yang biasa dilakukan dalam melakukan
pengecilan ukuran yaitu cutting, crushing, grinding, dan milling. Untuk
bahan cair bias dilakuakn pengecilan dengan cara emulsifikasi atau
atomisasi (Onipe et al., 2017).
Pengecilan ukuran dapat dilakukan dengan tiga pengelompokan
yaitu ukuran partikel atau unit uang dapat dengan jelas untuk diteliti dan
diukur serta dilihat dengan mata. Ukuran terkceilnya yaitu 3,125 mm,
dan dikenal sebagai “dimension range”. Contohnya yaitu irisan pada
buah dan sayur. Yang kedua, partikel yang ukurannya antara 0,07 – 3,125
dikenal sebagai “sieve range”. Menggunakan saringan yang
dikembangkan oleh tyler sehingga disebut “tyler sieve”. Saringan Tyle
menggunakan satuan ukuran butiran dalam mest. Partikel bervariasi
antara 3 – 200 mesh. Dan kelompok partikel dengan ukuran kurang dari
0,07 mm dilakukan dengan melihat menggunakan mikroskop. Contohnya
pada tepung, globula emulsi dan lain sebagainya (Astuti dkk., 2017).
Proses pengecilan ukuran yang dapat dilakukan dengan
pengayakan. Pengayakan dilakukan dengan cara suatu proses pemisahan
bahan berdasarkan ukuran lubang kawat yang ada pada ayakan, bahan
yang lebih kecil dibandingkan dengan ukuran mesh atau lubang akan
masuk. Sedangkan yang berukuran besar akan tertahan pada permukaan
kawat ayakan. Mesh adalah jumlah lubang yang ada pada luasan satu
inchi pesegi jarring atau kasa yang bisa dilalui oleh material padat yang
dinyatakan dalam millimeter maka angka yang ditunjukkan adalah besar
material yang diayak. Ayakan yang digunakan biasanya ayakan tyler
mesh 20, 30, 40 dan 50 (Poullet et al., 2019). Penghancuran merupakan
jenis pengecilan ukuran dengan memberikan tekanan langsung pada
bahan. Sehingga bahan akan hancur akibat adanya tumbukan langsung
ini (Asbjornsson et all., 2020). Jenis pengecilan ukuran yang lain adalah
atomisasi, atomisasi merupakan pengecilan ukuran yang digunakan pada
bahan berbentuk cair. Prinsipnya yaitu dengan menggunakan tekanan
injeksi, cairan yang masuk langsung dikenai dengan tekanan injeksi
sehingga cairan akan mengering dan hasilnya berupa bubuk. Pengecilan
ukuan terjadi saat dihasilkan berupa bubuk.
(Sovani et all., 2001).
Proses pengecilan ukuran yang dilakukan dengan pemotongan,
chipping, perobekan (shredding), penggilingan dan penepungan
dilakukan untuk memperluas permukaan agar kemampuan penguraian
dari biomassa lignoselulosik akan meningkat dan tingkat polimerisasi
dan kristalinitas akan berkurang. Teknologi yang banyak dgunakan untuk
proses pengecilan ukuran skla besar yaitu hammer mill dan disk mill.
Alat penggiling hammer akan digunkan dalam produksi tepung kayu
untuk komposit dan pellet sedangkan alat penggiling disk untuk produksi
serat kayu (Nurika dan Sri, 2019).
B. Tinjauan Bahan
Di Indonesia beras digunakan sebagai makanan pokok sehari
hari. Di berbagai mancanegara beras tidak hanya menjadi makanan
pokok saja, namun juga bisa diolah menjadi aneka dish hingga desert.
Beberapa contoh olahan beras dari mancanegara seperti sushi dari
Jepang, risotto dari Italia, pillaf dari Timur Tengah, paella dari Spanyol,
dan olahan desert seperti rice pudding. Beras memiliki kandungan
amilopektin yang cukup tinggi sehingga pada saat dimasak akan
menajadi sticky atau lengket, walau lengket amilopektin ini dapat
membuat kenyang lebih lama. Kondisi awal beras setelah dipanen tidak
berwarna putih namun coklat yang mana masih terdapat lapisan kulit ari,
sehingga harus melalui proses penyosohan agar mendapat beras berwarna
putih yang familier. Beras mengandung sejumlah nutrisi seperti
karbohidrat, protein, lemak, dan serat, serta beberapa vitamin A, dan B
kompleks. (Femina, 2020).
Beras adalah bahan pangan pokok sumber karbohidrat yang
sangat dibutuhkan oleh semua orang. Beras menjadi makanan pokok
dalam kehidupan sehari – hari manusia. Berasa berasal dari pagi (Oryza
sativa L.). Di negara Indonesia ini, terdapat berbagai macam warna beras
yaitu beras putih (Oryza sativa L.), nears hitam (Oryza sativa L. indica)
dan beras merah (Oryza nivara). Beras puuith memiliki daya konsumsi
dan perhatian yang lebih dibandingkan dengan beras warna lainnya.
Dalam beras putih tekandung 85 – 95% pati, 2 – 2,5 % pentosan, dan 0,6
– 1,1 gula. Dimana, tersusun dari dua komponen utama pati yaitu amilosa
dan amilopektin yang tersusun dari unit – unit glukosa yang salaing
berikatan. Sifat – sifat fisikokimia beras akan menentukan mutu tanak
dan mutu rasa nasi yang dihasilkan. Kandungan amilosa yang berkorelasi
positif dengan aroma jumlah penyerapan air, pengembanan volume nasi
yang terjadi selama pemasakan dan tetap menggumpal setelah dingin dan
berkorelasi negative pada kelekatan, kelunakan, warna dan kilap.
Berdasarkan kandungan amilosa, beras diklasifikasikan menjadi ketan
atau beras beramilosa rendah (8 – 20%), sedang (21 – 25%) dan tinggi
(>25%) (Sari dkk., 2020). Berdasarkan hasi analisi beras
memiliki kandungan gizi yang terdiri dari karbohidrat, protein, lemak,
air, besi, magnesium, phosphor, potassium, seng, vitamin B1, B2, B3,
B6, B9 dan serat. Kandungan protein kira – kira atara 6,8 – 8,5 gram,
kandungan besi 1,2 – 5,5 gam, kandungan seng 0,5 – 3,5 gram dan
kandungan serat 0 – 2,2 gram. Keunggulan beras dibandingkan dengan
sumber bahan pangan lainnya yaitu kandungan karbohidrat dan energi
yang dihasikan jauh lebih tinggi diabndingkan dengan bahan – bahan
lainnya (Utama, 2015).
C. METODOLOGI
1. Alat
a. Ayakan
b. Gelas ukur
c. Penggiling
d. Timbangan
2. Bahan
a. Beras Kering
b. Beras Rendaman 3 Jam
3. Cara kerja
Ukura %
F.Pengali D rata-
Kel Sampel n Tertaha a.b FM
(b) rata
ayakan n (a)
1123,37
20 224,675 5
5
Beras 30 105,333 4 421,332
kering 50 92,308 3 276,924 19,31 2675,
1-4
(500 6 958
60 30 2 60
gram)
100 50 1 50
Pan 17,647 0 0
20 45,773 5 228,865
Beras
30 66,50 4 266,02
rendama
50 44,056 3 132,168
6-10 n 3 jam 7,711 0,859
60 68,235 2 136,47
(500
100 7,599 1 7,595
gram)
Pan 0 0 0
Berdasarkan Tabel 3.4 luas permukaan pada tiap jenis ayakan, sampel
yang digunakan yaitu beras kering 500 gram dan beras direndam 3 jam
sebanyak 500 gram. Pada sampel beras kering sebanyak 500 gram diayak
dengan ukuran ayakan 20 mesh, 30 mesh, 50 mesh, 60 mesh, 100 mesh, Pan.
Secara berturut-turut akan menghasilkan 3,659 m2, 1,404 m2, 1,213 m2, 0,320
m2, 0,600 m2, 0,075 m2. Pada sampel beras direndam selama 3 jam sebanyak
500 gram dengan ukuran ayakan 20 mesh, 30 mesh, 50 mesh, 60 mesh, 100
mesh, Pan. Menghasilkan 3,659 m2, 0,690 m2, 0,506 m2, 0,212 m2, 0,300 m2,
0,390 m2. Hal tersebut sesuai dengan teori Kharisma dkk (2014), yang
menyatakan bahwa Semakin besar ukuran ayakan semakin tinggi tingkat
kehalusan
Aplikasi pengecilan ukuran bahan dalam bidang pangan yaitu dalam
pembuatan nano kitosan dari cangkang udang windu. Pembuatan nano-
kitosan menggunakan metode gelasi ionik dan pengecilan ukuran (sizing)
dilakukan karena prosesnya yang sederhana dan dapat dikontrol dengan
mudah. Pengecilan ukuran dengan magnetic stirrer dapat menghasilkan
partikel yang lebih stabil dengan ukuran yang lebih merata, dibawah 1000
nm. Pengaruh pengecilan ukuran partikel dengan magnetic stirrer pada
kecepatan tinggi dapat menyamaratakan energi yang diterima oleh seluruh
bagian larutan, sehingga ukuran partikel semakin homogen (Nadia dkk.,
2014). Pengecilan ukuran bahan juga dapat dilakukan dalam proses isolasi
pati dari tepung ubi jalar ungu. Pengecilan ukuran akan mempengaruhi
kandungan total antosianin dari tepung ubi jalar ungu serta untuk
mempermudah mengetahui karakeristik tepung dan pati ubi jalar ungu
(Fatoni, 2018).
E. KESIMPULAN
Kesimpulan dari Praktikum Acara III “Pengecilan Ukuran” yaitu
Modulus kehalusan pada sampel beras kering lebih besar dibandingkan beras
rendaman yaitu 19,316 > 7,711. Diameter rerata pada sampel beras kering
lebih besar dibandingkan beras rendaman yaitu 2675,958 > 0,859. Indeks
keseragaman pada sampel beras kering lebih besar dibandingkan beras
rendaman taitu 22:23:7 > 5:18:1. Luas permukaan pada sampel beras kering
lebih besar dibanding beras rendaman yaitu 1,271 > 0,959. Berdasarkan data
hasil praktikum tersebut dapat disimpulkan bahwa terdapat pengaruh kadar
air bahan yang tergiling terhadap modulus kehalusan, diameter rerata, indeks
keseragaman, dan luas permukaan butiran hasil penggilingan.
DAFTAR PUSTAKA
Aprilman, Deviya. 2019. Analisa Efisiensi Mesin Pengayak Pasir dengan Tenaga
Motor Bakar Daya 5, 5 Hp. Jurnal Teknik Mesin. Vol. 5, No. 1: 15-23.
Astuti, Maria., Samsuri., Enny Rahayu., Neny Andayani., Tri Nugraha., Sri
Gunawan., Sri Manu Rochmiyati., Soendoro., Candra Ginting., Herry
Wirianata., Abdul Muin., Retni Mardu Hartati., Dyah Ully Parwati.,
Pauliz Budi Hastuti., Nanik Kristalisasi., Idum Satria Santi., Paidi Arif
Umami., Arif Ika Uktoro., Gani Supriyanto., Umi Kusumastuti., Ety
Rosa., Adi Ruswanto., Ngatiran., Arum Ambasari, dan Danang
Manumono. Panduan Prakterk Lapangan Sosial Ekonomi Pertanian.
2017. Institut Pertanian Stiper Yogyakarta. Yogyakarta
Besouw, G. V. 2019. Pengaruh Modulus Kehalusan Agregat Terhadap Penentuan
Kadar Aspal Pada Campuran Jenis Ac-Wc. Jurnal Sipil Statik. Vol.7,
No.4, :481-490
Fatoni, Ahmad. 2018. Isolasi Pati dari Tepung Ubi Jalar Ungu. Jurnal Ilmiah
Bakti Farmasi. Vol. 3, No. 2: 1-6.
Femina, Tim Boga. 2020. Seri Femina-Foodpedia Cerita Beras Mancanegara.
Aspirasi Pemuda: Jakarta
Ifmalinda., Andasuryani., dan Rahmad Husein Lubis. 2019. Kajian Karakteristik
Fisikokimia dan Organoleptik Tepung Salak Sidimpuan (Salacca
sumatrana). Jurnal Teknik Pertanian Lampung Vol.8, No.4: 256 – 264.
Insafitri. 2010. Keanekaragaman, Keseragaman, Dan Dominansi Bivalvia Di Area
Buangan Lumpur Lapindo Muara Sungai Porong. Jurnal Kelautan. Vol.
3 (1) : 54-59.
Irkhos., dan Lizalidiawati. 2008. Karakterisasi Keramik Aluminium Borat
Menggunakan Metode Analisis Struktur Fasa Dan
Densitas. GRADIEN: Jurnal Ilmiah MIPA. Vol. 4, No. 1: 296-299.
Kharisma, Novi., Sri Waluyo., dan Tamrin. 2014. Pengaruh Perbedaan Kecepatan
Putar (Rpm) Disc Mill Terhadap Keseragaman Ukuran Butiran Gula
Semut. Jurnal Teknik Pertanian Lampung. Vol. 3(3): 223-232.
Maulida, Ria., dan Any Guntari. 2015. Pengaruh Ukuran Partikel Beras Hitam
(Oryza sativa L.) Terhadap Rendemen Ekstrak dan Kandungan Total
Antosianin. Jurnal Pharmaciana. Vol.5 (1): 9-16
Musadi, Claufia Rafika. 2019. Hubungan Modulus Kehalusan Agregat Dengan
Kriteria Marshall Pada Campuran Aspal Panas Bergradasi Senjang.
Jurnal Sipil Statik. Vol.7 (4) : 471-480
Nadia, Laode Muhamad Hazairin., Pipih Suptijah., dan Bustami Ibrahim. 2014.
Produksi dan Karakterisasi Nano Kitosan dari Cangkang Udang Windu
dengan Metode Gelasi Ionik. Jurnal Pengolahan Hasil Perikanan
Indonesia. Vol. 17, No. 2: 119-126.
Nurika, Irnia dan Sri Suhartini. 2019. Bioenergi dan Biorefinery. UB Press.
Malang.
Nusantoro, Bangun P., Haryadi., Nursigit Bintoro., dan Purnama Darmadji. 2005.
Pembuatan Tepung Jagung Kuning Pramasak dengan Proses
Nixtamalisasi serta Karakterisasi Produknya. agriTECH. Vol. 25, No.
3; 148-153.
Onipe, Oluwatoyin Oladayo., Daniso Beswa., and Afam Israel Obiefuna Jideani.
2017. Effect of Size Reduction on Colour, Hydration and Rheological
Properties of Wheat Bran. International Journal of Food and
Technology. Vol.37, No.3: 389 – 396.
Osnjornsson, G., I Erdem., And M Evertsson. 2020. Application Of The Hilbert
Transform For Diagnostic And Control In Crushing. Minerals
Engineering. Vol. 147, No. 1: 146-155
Paramawati, Raffi., Sigit Triwahyudi, Mardison, Reni Yuliana Gultom. 2008.
Rekayasa Mesin Penepung Tipe Double Jacket Untuk Komoditas
Biofarmaka. Jurnal Enjiniring Pertanian. Vol.6 (2): 15-23.
Poullet, Patricio., Juan J Munoz Perez., Gerard Poortvliet., Javier Mera., Antonio
Countreras and Patricia Lopez. 2019. Influence of Different Sieving
Methods on Estimation of Sand Size Parameters. International Journal of
Water. Vol.11, nO.1: 1 – 8.
Priastuti, Rita Catur., Tamrin, dan Diding Suhandy. 2016. Pengaruh Arah dan
Ketebalan Irisan Kunyit Terhadap Sifat Fisik Tepung Kunyit yang
Dihasilkan. Jurnal Teknik Pertanian Lampung. Vol.5 (2): 101-108
Rizal, S., Sumarlan, S.H., Yulianingsih, R. 2013. Pengaruh Konsentrasi Natrium
Bisulfit Dan Suhu PengeringanTerhadap Sifat Fisik-Kimia Tepung Biji
Nangka (Artocarpus Heterophyllus). Jurnal Bioproses
Komoditas Tropis.Vol. 1 No. 2,:1-9
Sari, Andriyani Rosita., Yohanes Martono., dan Ferdy Semuel Rondonuwu. 2020.
Identifikasi Kualitas Beras Putih (Oryza sativa L.) Berdasarakan
Kandungan Amilosa dan Amilopektin di Pasar Tradisional dan “Selepan”
Kota Salatiga. Jurnal Ilmah Multi Sciences. Vol.12, No.1: 24 – 30.
Sovani, S D., P E Sojka, And A H Lefebvre. 2001. Effervescent Atomization.
Progress In Energy And Combustion Science. Vol. 27, No. 1: 483-521
Utama, M. Zulman Harja. 2015. Budidaya Padi Pada Lahan Marjinal. ANDI.
Yogyakarta.