Anda di halaman 1dari 19

LAPORAN PRAKTIKUM

DASAR TEKNIK PANGAN


ACARA III
PENGECILAN UKURAN

DISUSUN OLEH:
KELOMPOK 10
Luthfiyah (H3119038)
Oktavianisa R (H3119048)
Shindhy Nurulita (H3119058)
Tsania Alfiani (H3119065)
Umy Nurfauzah (H3119066)
Viona Selvi S (H3119068)
Yesika Enno P (H3119073)

D3 TEKNOLOGI HASIL PERTANIAN


SEKOLAH VOKASI
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA
2020
ACARA III
PENGECILAN UKURAN

A. TUJUAN
Tujuan dari praktikum Acara III “Pengecilan Ukuran” adalah
mengetahui pengaruh kadar air bahan yang tergiling terhadap modulus
kehalusan, diameter rerata, indeks keseragaman, dan luas prmukaan butiran
hasil penggilingan.
B. TINJAUN PUSTAKA
A. Tinjauan Teori
Pengecilan ukuran (size reduction) adalah pecilan yang dilakukan
secara mekanis yang tidak melakukan pengubahan sifat – sifat kimia dari
bahan. ukuran yang digunakan dinyatakan dengan mesh maupun
millimeter. Tujuan dilakukan pengecilan ukuran yaitu agar bahan yang
ukurannya besar menjadi kecil sehingga mempermudah dalam proses
penanganannya. Pengecilan ukuran ini memiliki keuntungan seperti
memudahkan dalam hal pendistribusian karena bahan menjadi lebih kecil
dan juga dapat membuat pengangkutan menjadi lebih efisien karena bisa
memaksimalkan tempat pengangkutan (Ifmalinda dkk., 2019). Bahan
mentah yang ukurannya terlalu besar harus diperkecil terlebih dahulu
agar sesuai dengan penggunaan yang diiinginkan. Pengecilan ukuran
adalah usaha untuk mengubah dan melakukan pengeciln bentuk dan
ukuran yangdilakukan secara mekanis tanpa menimbulkan perubahan
sifat – sifat khemis dari suatu benda. Proses pengecilan ukuran dapat
dikelompokkan menjadi dua tergantung pada sifat bahannya yaitu
beruapa padat atau cair. Proses yang biasa dilakukan dalam melakukan
pengecilan ukuran yaitu cutting, crushing, grinding, dan milling. Untuk
bahan cair bias dilakuakn pengecilan dengan cara emulsifikasi atau
atomisasi (Onipe et al., 2017).
Pengecilan ukuran dapat dilakukan dengan tiga pengelompokan
yaitu ukuran partikel atau unit uang dapat dengan jelas untuk diteliti dan
diukur serta dilihat dengan mata. Ukuran terkceilnya yaitu 3,125 mm,
dan dikenal sebagai “dimension range”. Contohnya yaitu irisan pada
buah dan sayur. Yang kedua, partikel yang ukurannya antara 0,07 – 3,125
dikenal sebagai “sieve range”. Menggunakan saringan yang
dikembangkan oleh tyler sehingga disebut “tyler sieve”. Saringan Tyle
menggunakan satuan ukuran butiran dalam mest. Partikel bervariasi
antara 3 – 200 mesh. Dan kelompok partikel dengan ukuran kurang dari
0,07 mm dilakukan dengan melihat menggunakan mikroskop. Contohnya
pada tepung, globula emulsi dan lain sebagainya (Astuti dkk., 2017).
Proses pengecilan ukuran yang dapat dilakukan dengan
pengayakan. Pengayakan dilakukan dengan cara suatu proses pemisahan
bahan berdasarkan ukuran lubang kawat yang ada pada ayakan, bahan
yang lebih kecil dibandingkan dengan ukuran mesh atau lubang akan
masuk. Sedangkan yang berukuran besar akan tertahan pada permukaan
kawat ayakan. Mesh adalah jumlah lubang yang ada pada luasan satu
inchi pesegi jarring atau kasa yang bisa dilalui oleh material padat yang
dinyatakan dalam millimeter maka angka yang ditunjukkan adalah besar
material yang diayak. Ayakan yang digunakan biasanya ayakan tyler
mesh 20, 30, 40 dan 50 (Poullet et al., 2019). Penghancuran merupakan
jenis pengecilan ukuran dengan memberikan tekanan langsung pada
bahan. Sehingga bahan akan hancur akibat adanya tumbukan langsung
ini (Asbjornsson et all., 2020). Jenis pengecilan ukuran yang lain adalah
atomisasi, atomisasi merupakan pengecilan ukuran yang digunakan pada
bahan berbentuk cair. Prinsipnya yaitu dengan menggunakan tekanan
injeksi, cairan yang masuk langsung dikenai dengan tekanan injeksi
sehingga cairan akan mengering dan hasilnya berupa bubuk. Pengecilan
ukuan terjadi saat dihasilkan berupa bubuk.
(Sovani et all., 2001).
Proses pengecilan ukuran yang dilakukan dengan pemotongan,
chipping, perobekan (shredding), penggilingan dan penepungan
dilakukan untuk memperluas permukaan agar kemampuan penguraian
dari biomassa lignoselulosik akan meningkat dan tingkat polimerisasi
dan kristalinitas akan berkurang. Teknologi yang banyak dgunakan untuk
proses pengecilan ukuran skla besar yaitu hammer mill dan disk mill.
Alat penggiling hammer akan digunkan dalam produksi tepung kayu
untuk komposit dan pellet sedangkan alat penggiling disk untuk produksi
serat kayu (Nurika dan Sri, 2019).
B. Tinjauan Bahan
Di Indonesia beras digunakan sebagai makanan pokok sehari
hari. Di berbagai mancanegara beras tidak hanya menjadi makanan
pokok saja, namun juga bisa diolah menjadi aneka dish hingga desert.
Beberapa contoh olahan beras dari mancanegara seperti sushi dari
Jepang, risotto dari Italia, pillaf dari Timur Tengah, paella dari Spanyol,
dan olahan desert seperti rice pudding. Beras memiliki kandungan
amilopektin yang cukup tinggi sehingga pada saat dimasak akan
menajadi sticky atau lengket, walau lengket amilopektin ini dapat
membuat kenyang lebih lama. Kondisi awal beras setelah dipanen tidak
berwarna putih namun coklat yang mana masih terdapat lapisan kulit ari,
sehingga harus melalui proses penyosohan agar mendapat beras berwarna
putih yang familier. Beras mengandung sejumlah nutrisi seperti
karbohidrat, protein, lemak, dan serat, serta beberapa vitamin A, dan B
kompleks. (Femina, 2020).
Beras adalah bahan pangan pokok sumber karbohidrat yang
sangat dibutuhkan oleh semua orang. Beras menjadi makanan pokok
dalam kehidupan sehari – hari manusia. Berasa berasal dari pagi (Oryza
sativa L.). Di negara Indonesia ini, terdapat berbagai macam warna beras
yaitu beras putih (Oryza sativa L.), nears hitam (Oryza sativa L. indica)
dan beras merah (Oryza nivara). Beras puuith memiliki daya konsumsi
dan perhatian yang lebih dibandingkan dengan beras warna lainnya.
Dalam beras putih tekandung 85 – 95% pati, 2 – 2,5 % pentosan, dan 0,6
– 1,1 gula. Dimana, tersusun dari dua komponen utama pati yaitu amilosa
dan amilopektin yang tersusun dari unit – unit glukosa yang salaing
berikatan. Sifat – sifat fisikokimia beras akan menentukan mutu tanak
dan mutu rasa nasi yang dihasilkan. Kandungan amilosa yang berkorelasi
positif dengan aroma jumlah penyerapan air, pengembanan volume nasi
yang terjadi selama pemasakan dan tetap menggumpal setelah dingin dan
berkorelasi negative pada kelekatan, kelunakan, warna dan kilap.
Berdasarkan kandungan amilosa, beras diklasifikasikan menjadi ketan
atau beras beramilosa rendah (8 – 20%), sedang (21 – 25%) dan tinggi
(>25%) (Sari dkk., 2020). Berdasarkan hasi analisi beras
memiliki kandungan gizi yang terdiri dari karbohidrat, protein, lemak,
air, besi, magnesium, phosphor, potassium, seng, vitamin B1, B2, B3,
B6, B9 dan serat. Kandungan protein kira – kira atara 6,8 – 8,5 gram,
kandungan besi 1,2 – 5,5 gam, kandungan seng 0,5 – 3,5 gram dan
kandungan serat 0 – 2,2 gram. Keunggulan beras dibandingkan dengan
sumber bahan pangan lainnya yaitu kandungan karbohidrat dan energi
yang dihasikan jauh lebih tinggi diabndingkan dengan bahan – bahan
lainnya (Utama, 2015).
C. METODOLOGI
1. Alat
a. Ayakan
b. Gelas ukur
c. Penggiling
d. Timbangan
2. Bahan
a. Beras Kering
b. Beras Rendaman 3 Jam
3. Cara kerja

Beras kering, beras rendam 3 jam

Penimbangan masing masing 500 gram

Penggilingan dengan mesin penggiling

Pengayakan dengan mesin pengayak (mesh 20,30,50,60,100, pan)

Penimbangan bahan tertahan dengan memasukkan kedalam gelas ukur

Pentabulasian data yang diperoleh

Penentuan nilai kehalusan (FM), diameter rerata, indeks keseragaman,


dan luas permukaan total hasil penggilingan

Gambar 3.1 Diagram Alir Pengecilan Ukuran

D. HASIL DAN PEMBAHASAN


Pengecilan ukuran adalah usaha pengubahan dan pengecilan bentuk
dan ukuran secara mekanis dengan tanpa menimbulkan perubahan sifat-sifat
khemis dari suatu bahan. Tujuan dari pengecilan ukuran adalah memperkecil
ukuran bahan secara mekanis dengan membagi-bagi bahan tersebut menjadi
ukuran yang lebih kecil untuk memudahkan penanganannya lebih lanjut
dalam prosesing (Astuti, 2017). Pengayakan adalah suatu unit operasi dimana
suatu campuran dari berbagai jenis partikel padat dipisahkan ke dalam dua
atau lebih bagian-bagian kecil dengan cara melewatkannya di atas ayakan.
Atau dengan kata lain pengayakan adalah suatu proses pemisahan bahan
berdasarkan ukuran lubang kawat yang terdapat pada ayakan, bahan yang
lebih kecil dari ukuran mesh/lubang akan masuk, sedangkan yang berukuran
besar akan tertahan pada permukaan kawat ayakan (Aprilman, 2019).

Ukuran Berat Berat %


Kel
Sampel Ayakan Tertahan Lolos Tertahan
Beras 20 346 154 234,675
30 79 75 105,333
Kering 50 36 39 91,308
1-5
(500 60 9 30 30
80 10 20 50
gr) Pan 3 17 17,647
Beras 20 157 343 45,773
30 137 206 66,505
direnda
50 63 143 45,056
m3 60 58 85 68,235
6-10 80 6 79 7,595
jam
(500 Pan 0 79 0
gr)
Massa jenis (bulk density) adalah massa dari kumpulan suatu partikel
padatan di sebuah wadah dibagi dengan volume dari wadah tersebut. Bulk
density digunakan untuk benda padatan yang besar dengan bentuk yang
beraturan dapat dilakukan dengan cara mengukur berat dan volumenya
(Irkhos dan Lizalidiawati. 2008). Besarnya bulk density dipengaruhi oleh
banyak faktor, antara lain sifat permukaan bahan, cara pengukuran, ukuran
bahan, bentuk dan geometri bahan, serta bentuk wadah dan padatan
(Nusantoro dkk., 2005).
Tabel 3.1 Hasil Percobaan Pengecilan Ukuran Tepung Beras

Sumber: Data Sekunder


Berdasarkan Tabel 3.1 Hasil Percobaan Pengecilan Ukuran Tepung
Beras pada sampel beras kering (500g) dengan ukuran ayakan 20 dan berat
yang tertahan sebesar 346 menghasilkan berat lolos sebesar 154 dan %
tertahannya sebesar 234,675. Pada beras dengan ukuran ayakan 30 dan berat
yang tertahan sebesar 79 menghasilkan berat lolos sebesar 75 dan %
tertahannya sebesar 105,333. dengan ukuran ayakan 50 dan berat yang
tertahan sebesar 36 menghasilkan berat lolos sebesar 39 dan % tertahannya
sebesar 91,308. dengan ukuran ayakan 60 dan berat yang tertahan sebesar 9
menghasilkan berat lolos sebesar 30 dan % tertahannya sebesar 30. dengan
ukuran ayakan 80 dan berat yang tertahan sebesar 10 menghasilkan berat
lolos sebesar 20 dan % tertahannya sebesar 50. dengan ukuran ayakan pan
dan berat yang tertahan sebesar 3 menghasilkan berat lolos sebesar 17 dan %
tertahannya sebesar 17,647. Sedangkan pada sampel beras yang direndam
selama 3 jam (500g) dengan ukuran ayakan 20 dan berat yang tertahan
sebesar 157 menghasilkan berat lolos sebesar 343 dan % tertahannya sebesar
45,773. Pada beras dengan ukuran ayakan 30 dan berat yang tertahan sebesar
137 menghasilkan berat lolos sebesar 206 dan % tertahannya sebesar 66,505.
dengan ukuran ayakan 50 dan berat yang tertahan sebesar 63 menghasilkan
berat lolos sebesar 143 dan % tertahannya sebesar 45,056. Pada beras dengan
ukuran ayakan 60 dan berat yang tertahan sebesar 58 menghasilkan berat
lolos sebesar 85 dan % tertahannya sebesar 68,235. Pada beras dengan ukuran
ayakan 80 dan berat yang tertahan sebesar 6 menghasilkan berat lolos sebesar
79 dan % tertahannya sebesar 7,595. dengan ukuran ayakan pan dan berat
yang tertahan sebesar 0 menghasilkan berat lolos sebesar 79 dan %
tertahannya sebesar 0 hal ini sesuai dengan teori yang dikemukakan oleh
Rizal dkk (2013) yang menyatakan bahwa semakin besar ukuran mesh yang
digunakan maka akan semakin tinggi nilai persentase rendemen yang di
dapat, karena semakin tinggi ukuran mesh maka bahan yang di ayak akan
semakin banyak tersaring di mesh. Dan juga sebaliknya jika semakin kecil
ukuran mesh yang digunakan makan semakin rendah nila persentase
rendemen yang didapat. Nilai persentase rendemen dipengaruhi oleh waktu,
dimana semakin lama proses (waktu) maka nilai persentase rendemen bahan
akan semakin kecil. Sebagaai contohnya, pada proses pengayakan, jika
semakin lama suatu bahan di ayak, maka bahan yang tertinggal di mesh akan
semakin sedikit, karena seiring waktu berjalan maka bahan yang di ayak akan
semakin sedikit yang tersaring.
Salah satu parameter penting dari persyaratan kualitas tepung adalah
tingkat kehalusan tepung tersebut. Fineness Modulus atau Modulus kehalusan
merupakan suatu indeks yang dipakai untuk menyatakan ukuran kehalusan
atau kekasaran butir-butir suatu bahan dalam suatu fraksi. Tingkat kehalusan
umumnya dibagi menjadi kasar, sedang dan halus, dimana semakin halus
suatu bahan maka akan mempunyai nilai FM yang semakin kecil.Makin besar
nilai modulus kehalusan berarti semakin besar butirannya. Modulus
kehalusan butir didefinisikan sebagai jumlah persen kumulatif sisa saringan
diatas ayakan dibahagi 100 (Bessouw dkk, 2019).
Tabel 3.2 Penentuan Fineness Modulus (FM)

Ukura %
F.Pengali D rata-
Kel Sampel n Tertaha a.b FM
(b) rata
ayakan n (a)
1123,37
20 224,675 5
5
Beras 30 105,333 4 421,332
kering 50 92,308 3 276,924 19,31 2675,
1-4
(500 6 958
60 30 2 60
gram)
100 50 1 50
Pan 17,647 0 0
20 45,773 5 228,865
Beras
30 66,50 4 266,02
rendama
50 44,056 3 132,168
6-10 n 3 jam 7,711 0,859
60 68,235 2 136,47
(500
100 7,599 1 7,595
gram)
Pan 0 0 0

Sumber : Data Sekunder


Berdasarkan Tabel 3.2 Penentuan Fineness Modulus (FM) pada
kelompok 1 hingga 4 dengan sampel beras kering dengan massa 500 gram
pada ukuran ayakan 20 menghasilkan % tertahan (a) 224,675, F Pengali (b) 5
yang menghasilkan a.b 1123,375. Pada ukuran ayakan 30 menghasilkan %
tertahan (a) 105,333, F Pengali (b) 4 yang menghasilkan a.b 421,332. Pada
ukuran ayakan 50 menghasilkan % tertahan (a) 92,308, F Pengali (b) 3 yang
menghasilkan a.b 276,924. Pada ukuran ayakan 60 menghasilkan % tertahan
(a) 30, F Pengali (b) 2 yang menghasilkan a.b 60. Pada ukuran ayakan 100
menghasilkan % tertahan (a) 50, F Pengali (b) 1 yang menghasilkan a.b 50.
Pada ukuran ayakan pan menghasilkan % tertahan (a) 17,647, F Pengali (b) 0
yang menghasilkan a.b 0. Sehingga didapat hasil FM 19,316 dan D rata-rata
2675,958.
Pada kelompok 6 hingga 10 dengan sampel beras rendaman 3 jam
dengan massa 500 gram pada ukuran ayakan 20 menghasilkan % tertahan (a)
224,675, F Pengali (b) 5 yang menghasilkan a.b 1123,375. Pada ukuran
ayakan 30 menghasilkan % tertahan (a) 105,333, F Pengali (b) 4 yang
menghasilkan a.b 421,332. Pada ukuran ayakan 50 menghasilkan % tertahan
(a) 92,308, F Pengali (b) 3 yang menghasilkan a.b 276,924. Pada ukuran
ayakan 60 menghasilkan % tertahan (a) 30, F Pengali (b) 2 yang
menghasilkan a.b 60. Pada ukuran ayakan 100 menghasilkan % tertahan (a)
50, F Pengali (b) 1 yang menghasilkan a.b 50. Pada ukuran ayakan pan
menghasilkan % tertahan (a) 17,647, F Pengali (b) 0 yang menghasilkan a.b
0. Sehingga didapat hasil FM 19,316 dan D rata-rata 2675,958.
Pada kelompok 10 yang mendapati sampel beras rendaman selama 3
jam memiliki hasil FM 19,316 dan D rata-rata 2675,958. Hasil FM tersebut
menunjukkan bahwa beras rendaman memiliki FM lebih kecil dibanding
beras kering. Hal ini dipengaruhi oleh salah satunya adalah kadar air bahan
dan kehalusan partikel bahan. Biasanya, modulus kehalusan yang lebih
rendah menghasilkan lebih banyak bahan pengikat, membuat beton lebih
mudah untuk diselesaikan. Hal ini sesuai teori Musadi (2019) bahwa Modulus
kehalusan didefinisikan sebagai jumlah persen kumulatif sisa saringan diatas
ayakan dibagi 100. Makin besar nilai modulus kehalusan menunjukkan
bahwa makin besar butir-butir agregat. Nilai modulus kehalusan sendiri bisa
didapatkan dari pengujian analisa saringan di laboraturium.
Indeks keanekaragaman (H’) dapat diartikan sebagai suatu
penggambaran secara sistematik yang melukiskan struktur komunitas dan
dapat memudahkan proses analisa informasiinformasi mengenai macam dan
jumlah. Semakin banyak jenis yang ditemukan maka keanekaragaman akan
semakin besar, meskipun nilai ini sangat tergantung dari jumlah inividu
masing-masing jenis. Indeks keanekaragaman (H’) merupakan suatu angka
yang tidak memiliki satuan dengan kisaran 0 – 3. Tingkat keanekaragaman
akan tinggi jika nilai H’ mendekati 3, sehingga hal ini menunjukkan kondisi
perairan baik. Sebaliknya jika nilai H’ mendekati 0 maka keanekaragaman
rendah dan kondisi perairan kurang baik. Apabila satu atau beberapa jenis
melimpah dari yang lainnya , maka indeks keseragaman akan rendah.
Jonathan (1979) menyatakan bahwa jika nilai indeks keseragaman melebihi
0,7 mengindikasikan derajat keseragaman komunitasnya tinggi. Suatu indeks
keberagaman pada proses pengayakan adalah adanya ukuran yang seragam.
Pengayakan memegang prinsip bahwa merupakan usaha pemisahan suatu
benda dari benda lain, atau ukuran satu dari ukuran lain untuk menciptakan
bentuk benda atau beda yang seragam atau sama (Insafitri, 2010).
Tabel 3.3 Indeks Keseragaman Pada Tiap-tiap Jenis Ukuran

Kel Sampel Ukuran % Tertahan Total/10 Pembulatan Indeks


Ayakan keseragama
n

20 224, 675 22,4675 22


30 105,333
Beras
50 92,308 22,7641 23 22:23:7
1-5 kering
60 30
(500 gr)
100 50
6,7647 8
pan 17,647
20 45,772 4,577 5
30 66,505
Beras
50 44,056 17,880 18
direndam 5:18:1
6-10 60 68,235
3 jam
100 7,595
(500 gr)
pan 0 0,760 1
pan 0
Sumber : Data sekunder

Berdasarkan Tabel 3.3 Indeks Keseragaman Pada Tiap-Tiap Jenis


Ukuran menggunakan sampel beras kering dan beras direndam 3 jam
diperoleh hasil sebagai berikut. Pada sampel pertama beras kering sebanyak
500 gr diperoleh total/10 dari kasar (ukuran ayakan mesh 20) sebesar
22,4675, medium (mesh ukuran 30, 50, dan 60) sebesar 22,7641, halus (mesh
ukuran 100 dan pan) sebesar 6,7647 dengan perbandingan indeks
keseragaman 22:23:8. Pada sampel beras direndam 3 jam sebanyak 500 gr
diperoleh total/10 dari kasar (ukuran ayakan mesh 20) sebesar 4,577, medium
(mesh ukuran 30, 50, dan 60) sebesar 17,880, halus (mesh ukuran 100 dan
pan) sebesar 0,760 dengan perbandingan indeks keseragaman 5:18:1. Hasil
dari perhitungan indeks keseragaman beras kering lebih besar daripada beras
rendaman, beras kering memiliki bentuk lebih kasar daripada beras rendaman.
Hal tersebut sesuai dengan teori Priastuti dkk (2016) yang menyatakan bahwa
indeks keseragaman dari bahan kategori kasar akan lebih tinggi dibangingkan
indeks keseragaman dari bahan lebih halus. Indeks keseragaman
(Uninformity index) merupakan perbandingan dari ukuran diameter butiran
yang lolos dari suatu saringan dengan ukuran tertentu. Apabila suatu indeks
keseragaman suatu bahan besar maka dapat diartikan bahwa diameter
prartikel yang lolos semakin seragam atau sama. Hal tersebut berlaku
sebaliknya apabila indeks keseragaman bahan kecil maka diameter partikel
yang lolos banyak yang berbeda-beda. Faktor yang mempengaruhi hasil
indeks keseragaman adalah ukuran dari diameter butirannya (Paramawati
dkk, 2008).
Luas permukaan partikel merupakan ukuran partikel dari suatu bahan
dan biasanya dinyatakan dalam luas permukaan spesifik. Semakin kecil dan
semakin halus ukuran partikel maka luas permukaan dari partikel tersebut
akan semakin besar. Bahan yang memiliki luas permukaan partikel besar
memiliki daya serap air yang lebih tinggi. Hal terserbut berlaku sebaliknya
ketika bahan besar paka luas permukaannya akan kecil dan daya serap air
rendah (Maulida dan Any, 2015). Luas permukaan partikel pada
suatu bahan memiliki peran penting pada sifat dari bahan tersebut, sehingga
mengetahui luas permukaan partikel dapat berfungsi untuk mengetahui
bagaimana sifat bahan yang akan digunakan. Sebagai contoh gandum ketika
dalam bentuk butiran akan memiliki waktu simpan lebih lama pada kondisi
kering, namun pada saat dijadikan tepung akan mudah untuk rusak. Untuk
menghindari kerusakan maka harus mengetahui luas permukaan partikel
sebelum melakukan proses pengolahan (Astuti dkk., 2017).
Tabel 3.4 Luas Permukaan Pada Tiap Jenis Ayakan
Kelompok Sampel Ukuran Ayakan A (m2)
20 3,659
30 1,404
Beras Kering (500 50 1,213
1-5
gram) 60 0,320
100 0,600
Pan 0,075
20 3,659
30 0,690
Beras Direndam 3 50 0,506
6-10
jam (500 gram) 60 0,212
100 0,300
Pan 0,390
Sumber : Data Sekunder

Berdasarkan Tabel 3.4 luas permukaan pada tiap jenis ayakan, sampel
yang digunakan yaitu beras kering 500 gram dan beras direndam 3 jam
sebanyak 500 gram. Pada sampel beras kering sebanyak 500 gram diayak
dengan ukuran ayakan 20 mesh, 30 mesh, 50 mesh, 60 mesh, 100 mesh, Pan.
Secara berturut-turut akan menghasilkan 3,659 m2, 1,404 m2, 1,213 m2, 0,320
m2, 0,600 m2, 0,075 m2. Pada sampel beras direndam selama 3 jam sebanyak
500 gram dengan ukuran ayakan 20 mesh, 30 mesh, 50 mesh, 60 mesh, 100
mesh, Pan. Menghasilkan 3,659 m2, 0,690 m2, 0,506 m2, 0,212 m2, 0,300 m2,
0,390 m2. Hal tersebut sesuai dengan teori Kharisma dkk (2014), yang
menyatakan bahwa Semakin besar ukuran ayakan semakin tinggi tingkat
kehalusan
Aplikasi pengecilan ukuran bahan dalam bidang pangan yaitu dalam
pembuatan nano kitosan dari cangkang udang windu. Pembuatan nano-
kitosan menggunakan metode gelasi ionik dan pengecilan ukuran (sizing)
dilakukan karena prosesnya yang sederhana dan dapat dikontrol dengan
mudah. Pengecilan ukuran dengan magnetic stirrer dapat menghasilkan
partikel yang lebih stabil dengan ukuran yang lebih merata, dibawah 1000
nm. Pengaruh pengecilan ukuran partikel dengan magnetic stirrer pada
kecepatan tinggi dapat menyamaratakan energi yang diterima oleh seluruh
bagian larutan, sehingga ukuran partikel semakin homogen (Nadia dkk.,
2014). Pengecilan ukuran bahan juga dapat dilakukan dalam proses isolasi
pati dari tepung ubi jalar ungu. Pengecilan ukuran akan mempengaruhi
kandungan total antosianin dari tepung ubi jalar ungu serta untuk
mempermudah mengetahui karakeristik tepung dan pati ubi jalar ungu
(Fatoni, 2018).

E. KESIMPULAN
Kesimpulan dari Praktikum Acara III “Pengecilan Ukuran” yaitu
Modulus kehalusan pada sampel beras kering lebih besar dibandingkan beras
rendaman yaitu 19,316 > 7,711. Diameter rerata pada sampel beras kering
lebih besar dibandingkan beras rendaman yaitu 2675,958 > 0,859. Indeks
keseragaman pada sampel beras kering lebih besar dibandingkan beras
rendaman taitu 22:23:7 > 5:18:1. Luas permukaan pada sampel beras kering
lebih besar dibanding beras rendaman yaitu 1,271 > 0,959. Berdasarkan data
hasil praktikum tersebut dapat disimpulkan bahwa terdapat pengaruh kadar
air bahan yang tergiling terhadap modulus kehalusan, diameter rerata, indeks
keseragaman, dan luas permukaan butiran hasil penggilingan.

DAFTAR PUSTAKA
Aprilman, Deviya. 2019. Analisa Efisiensi Mesin Pengayak Pasir dengan Tenaga
Motor Bakar Daya 5, 5 Hp. Jurnal Teknik Mesin. Vol. 5, No. 1: 15-23.
Astuti, Maria., Samsuri., Enny Rahayu., Neny Andayani., Tri Nugraha., Sri
Gunawan., Sri Manu Rochmiyati., Soendoro., Candra Ginting., Herry
Wirianata., Abdul Muin., Retni Mardu Hartati., Dyah Ully Parwati.,
Pauliz Budi Hastuti., Nanik Kristalisasi., Idum Satria Santi., Paidi Arif
Umami., Arif Ika Uktoro., Gani Supriyanto., Umi Kusumastuti., Ety
Rosa., Adi Ruswanto., Ngatiran., Arum Ambasari, dan Danang
Manumono. Panduan Prakterk Lapangan Sosial Ekonomi Pertanian.
2017. Institut Pertanian Stiper Yogyakarta. Yogyakarta
Besouw, G. V. 2019. Pengaruh Modulus Kehalusan Agregat Terhadap Penentuan
Kadar Aspal Pada Campuran Jenis Ac-Wc. Jurnal Sipil Statik. Vol.7,
No.4, :481-490
Fatoni, Ahmad. 2018. Isolasi Pati dari Tepung Ubi Jalar Ungu. Jurnal Ilmiah
Bakti Farmasi. Vol. 3, No. 2: 1-6.
Femina, Tim Boga. 2020. Seri Femina-Foodpedia Cerita Beras Mancanegara.
Aspirasi Pemuda: Jakarta
Ifmalinda., Andasuryani., dan Rahmad Husein Lubis. 2019. Kajian Karakteristik
Fisikokimia dan Organoleptik Tepung Salak Sidimpuan (Salacca
sumatrana). Jurnal Teknik Pertanian Lampung Vol.8, No.4: 256 – 264.
Insafitri. 2010. Keanekaragaman, Keseragaman, Dan Dominansi Bivalvia Di Area
Buangan Lumpur Lapindo Muara Sungai Porong. Jurnal Kelautan. Vol.
3 (1) : 54-59.
Irkhos., dan Lizalidiawati. 2008. Karakterisasi Keramik Aluminium Borat
Menggunakan Metode Analisis Struktur Fasa Dan
Densitas. GRADIEN: Jurnal Ilmiah MIPA. Vol. 4, No. 1: 296-299.
Kharisma, Novi., Sri Waluyo., dan Tamrin. 2014. Pengaruh Perbedaan Kecepatan
Putar (Rpm) Disc Mill Terhadap Keseragaman Ukuran Butiran Gula
Semut. Jurnal Teknik Pertanian Lampung. Vol. 3(3): 223-232.
Maulida, Ria., dan Any Guntari. 2015. Pengaruh Ukuran Partikel Beras Hitam
(Oryza sativa L.) Terhadap Rendemen Ekstrak dan Kandungan Total
Antosianin. Jurnal Pharmaciana. Vol.5 (1): 9-16
Musadi, Claufia Rafika. 2019. Hubungan Modulus Kehalusan Agregat Dengan
Kriteria Marshall Pada Campuran Aspal Panas Bergradasi Senjang.
Jurnal Sipil Statik. Vol.7 (4) : 471-480
Nadia, Laode Muhamad Hazairin., Pipih Suptijah., dan Bustami Ibrahim. 2014.
Produksi dan Karakterisasi Nano Kitosan dari Cangkang Udang Windu
dengan Metode Gelasi Ionik. Jurnal Pengolahan Hasil Perikanan
Indonesia. Vol. 17, No. 2: 119-126.
Nurika, Irnia dan Sri Suhartini. 2019. Bioenergi dan Biorefinery. UB Press.
Malang.
Nusantoro, Bangun P., Haryadi., Nursigit Bintoro., dan Purnama Darmadji. 2005.
Pembuatan Tepung Jagung Kuning Pramasak dengan Proses
Nixtamalisasi serta Karakterisasi Produknya. agriTECH. Vol. 25, No.
3; 148-153.
Onipe, Oluwatoyin Oladayo., Daniso Beswa., and Afam Israel Obiefuna Jideani.
2017. Effect of Size Reduction on Colour, Hydration and Rheological
Properties of Wheat Bran. International Journal of Food and
Technology. Vol.37, No.3: 389 – 396.
Osnjornsson, G., I Erdem., And M Evertsson. 2020. Application Of The Hilbert
Transform For Diagnostic And Control In Crushing. Minerals
Engineering. Vol. 147, No. 1: 146-155
Paramawati, Raffi., Sigit Triwahyudi, Mardison, Reni Yuliana Gultom. 2008.
Rekayasa Mesin Penepung Tipe Double Jacket Untuk Komoditas
Biofarmaka. Jurnal Enjiniring Pertanian. Vol.6 (2): 15-23.
Poullet, Patricio., Juan J Munoz Perez., Gerard Poortvliet., Javier Mera., Antonio
Countreras and Patricia Lopez. 2019. Influence of Different Sieving
Methods on Estimation of Sand Size Parameters. International Journal of
Water. Vol.11, nO.1: 1 – 8.
Priastuti, Rita Catur., Tamrin, dan Diding Suhandy. 2016. Pengaruh Arah dan
Ketebalan Irisan Kunyit Terhadap Sifat Fisik Tepung Kunyit yang
Dihasilkan. Jurnal Teknik Pertanian Lampung. Vol.5 (2): 101-108
Rizal, S., Sumarlan, S.H., Yulianingsih, R. 2013. Pengaruh Konsentrasi Natrium
Bisulfit Dan Suhu PengeringanTerhadap Sifat Fisik-Kimia Tepung Biji
Nangka (Artocarpus Heterophyllus). Jurnal Bioproses
Komoditas Tropis.Vol. 1 No. 2,:1-9
Sari, Andriyani Rosita., Yohanes Martono., dan Ferdy Semuel Rondonuwu. 2020.
Identifikasi Kualitas Beras Putih (Oryza sativa L.) Berdasarakan
Kandungan Amilosa dan Amilopektin di Pasar Tradisional dan “Selepan”
Kota Salatiga. Jurnal Ilmah Multi Sciences. Vol.12, No.1: 24 – 30.
Sovani, S D., P E Sojka, And A H Lefebvre. 2001. Effervescent Atomization.
Progress In Energy And Combustion Science. Vol. 27, No. 1: 483-521
Utama, M. Zulman Harja. 2015. Budidaya Padi Pada Lahan Marjinal. ANDI.
Yogyakarta.

Anda mungkin juga menyukai