Anda di halaman 1dari 18

Nilai:

LAPORAN PRAKTIKUM
TEKNIK PASCA PANEN
(Pengecilan Ukuran)

Oleh :
Nama : Siti Hana Nur Sabrina
NPM : 240110150039
Hari, Tanggal Praktikum : Senin, 02 Oktober 2017
Waktu/Shift : 15.00-16.00 WIB/A1
Assisten : 1. Adryani Tresna W
2. Bintari Ayuningtyas
3. Eki Dwiyan Saputra
4. Mizanul Hakam

LABORATORIUM PASCA PANEN DAN TEKNOLOGI PROSES


DEPARTEMEN TEKNIK PERTANIAN DAN BIOSISTEM
FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI PERTANIAN
UNIVERSITAS PADJAJARAN
2017
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar belakang


Pengecilan ukuran adalah proses penghancuran atau pemotongan suatu
bentuk padatan menjadi bagian-bagian yang lebih kecil oleh gaya mekanik. Bahan
padat (solid) bisa dihancurkan dengan delapan atau sembilan cara, tetapi hanya
empat cara yang umum diterapkan pada mesin-mesin pengecilan ukuran. Keempat
cara itu adalah kompresi, pukulan, atrisi (attrition), dan pemotongan (cutting).
Pada umumnya, kompresi digunakan pada pengecilan ukuran padatan yang keras,
pukulan digunakan untuk bahan padatan yang kasar, setengah kasar, dan halus.
Pengecilan ukuran merupakan salah satu dari satuan operasi dimana bahan
hasil pertanian dikecilkan ukurannya dengan mengaplikasikan gaya tumbuk, gaya
gesek dan gaya tekan. Salah satu contoh pengecilan ukuran adalah pengirisan
singkong untuk menjadi keripik singkong. Pengirisan singkong yang modern telah
menggunakan mesin pengiris. Kinerja suatu mesin pengecil ukuran dapat
ditentukan oleh kapasitasnya, besarnya daya per satuan bahan, dan bentuk hasil
proses pengecilan ukuran.
Pengecilan ukuran pada praktikum ini dilakukan dengan cara mengiris
secara manual dan juga mengiris dengan menggunakan mesin, selain itu cara
pengecilan ukuran dilakukan dengan cara penyerutan dengan menggunakan
mesin, dimana singkong menjadi bahan praktikum.

1.2 Tujuan
Adapun tujuan dari praktikum ini adalah sebagai berikut:
1.2.1 Tujuan Instruksional Khusus (TIK)
1. Mengukur dan mengamati pengecilan ukuran bahan hasil pertanian
dengan mengkaji performansi mesin, kapasitas throughout, kapasitas
output dan rendemen hasil pengecilan ukuran.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pengertian dan Peranan Proses Pengecilan Ukuran


Pengecilan ukuran adalah suatu proses yang mencakup proses
pemotongan, pemecahan, penggerusan, penggilasan, dan penggilingan. Secara
umum pengecilan ukuran merupakan salah satu tahapan dari beberapa proses
lainnya dalam mata rantai penanganan hasil pertanian. Tujuan dari pengecilan
ukuran adalah untuk memperluas permukaan bahan hasil pertanian agar proses
penanganan selanjutnya (pengeringan, adsorpsi, pencampuran, dll.) dapat
berlangsung secara efektif. (Sarifah, dkk. 2012)
Bahan hasil pertanian sebelum diproses umumnya memeiliki ukuran
butiran yang terlalu besar untuk digunakan, maka untuk itu perlu diperkecil
melalui proses pengecilan ukuran.Operasi pengecilan ukuran dapat dibagi menjadi
dua kategori utama, yakni : (Sarifah, dkk. 2012)
1. Pengecilan ukuran untuk bahan padat
2. Pengecilan ukuran untuk bahan cair
Pengecilan ukuran untuk bahan padat dapat dilakukan dengan cara
melakukan pemotongan (cutting), penghancuran atau penggilasan (crushing),
pengikisan/penyosohan (griding), dan penggilingan (milling). Sedangkan pada
bahan cair dilakukan dengan cara emulsifikasi (emulsification), dan atomisasi.
Proses pengecilan ukuran biasanya dilakukan secara mekanik, dan tanpa
menimbulkan terjadinya perubahan sifat-sifat kimiawi pada bahan. Keseragaman
ukuran dan bentuk dari setiap individu butiran produk akhir dari hasil pengecilan
ukuran sangat diharapkan dan diinginkan, akan tetapi sulit dicapai. Setiap proses
pengecilan ukuran seperti pengirisan buah-buahan atau pengirisan sayuran untuk
dikalengkan, penyawutan ubi-ubian untuk pengeringan, merajang tongkol jagung
untuk pakan ternak, penggilingan mineral untuk pembuatan pupuk, penggilingan
biji-bijian untuk pakan ternak dan penggilingan dalam pembuatan tepung,
merupakan contoh-contoh proses pengecilan ukuran pada bahan-bahan hasil
pertanian. (Sarifah, dkk. 2012)
A. Peranan pengecilan ukuran antara lain :
1. Bahan pertanian segar pada umumnya memiliki kandungan air yang
tinggi. Untuk mencegah timbulnya kerusakan terhadap bahan pertanian
tersebut perlu dilakukan pengeringan. Proses pengeringan akan
berjalan efektif jika pada luas permukaan bahan diperluas. Untuk
memperluas permukaan bahan dapat dilakukan dengan pengecilan
ukuran. (Sarifah, dkk. 2012)
2. Pencampuran bahan akan berlangsung secara efektif jika permukaan
singgung antar butiran bahan mempunyai luas pemukaan yang besar.
Untuk menghindarkan kerusakan terhadap bahan hasil pertanian
tersebut maka kandungan air dari dalam bahan harus dikurangi atau
diturunkan dengan proses pengeringan misalnya. (Sarifah, dkk. 2012)

2.2 Prosedur Pengecilan Ukuran


Bahan hasil pertanian dalam penanganannya memerlukan proses
pengecilan ukuran yang dapat dilakukan dengan cara : (Supardi, 2007)
1. Mengiris (cutting)
2. Menggerus/menggilas/menghancurkan (crushing)
3. Menggunting/penggeseran (shearing)

1) Mengiris, merupakan proses pengecilan ukuran yang dilakukan dengan


menekan pisau yang tajam ke bahan yang akan dikecilkan. Permukaan baru hasil
pengirisan yang dilakukan oleh pisau yang tajam tidak akan menimbulkan
kerusakan. Pengecilan ukuran dengan mengiris secara baik diterapkan untuk
mengecilkan ukuran pada produk buah-buahan dan sayuran. Karena pori-pori dari
permukaan bahan menjadi terbuka sebagi akibat pengirisan dengan pisau yang
tajam, maka proses pengeringan atau pencucian atau juga setiap proses transfer
yang diperlukan dari suatu cairan atau uap menuju atau dari bahan akan
berlangsung dengan laju maksimal. (Supardi, 2007)
2) Penggerusan/penggilasan, merupakan proses pengecilan ukuran dengan
menggu-nakan gaya yang besarnya di atas atau melebihi kekuatan bahan yang
dikecilkan. Hasil penggerusan dikatakan kurang baik jika sudut-sudut permukaan
bahan hasil penggerusan memiliki arah yang tidak beraturan, dan bentuk serta
ukurannya tidak seragam. Karakteristik dari permukaan baru dan butiran
bergantung pada tipe dari bahannya dan cara penerapan gaya penggerusnya.
Mineral liat dan berbagai pupuk kimia, tepung, saus merupakan contoh-contoh
produk yang diproses dengan cara penggerusan. Penghancuran diterapkan pada
proses mengekstrak air nira tebu dalam pembuatan gula. (Supardi, 2007)

3) Menggunting/penggeseran, merupakan kombinasi pemotongan dan


penggerusan. Jika bagian pinggir bilah pisau tipis dan tajam, kinerja prosesnya
seperti proses pemotongan. Akan tetapi jika bilah pisaunya tebal dan tumpul,
maka prosesnya mirip dengan penggerusan. Cara pengeseran ini biasanya
digunakan untuk mereduksi bahan yang berukuran besar dan hasil prosesnya
masih memiliki ukuran yang agak besar dan seragam. (Supardi, 2007)

2.3 Teknologi Pasca Panen Singkong


Sejak dipanen, singkong merupakan komoditi yang mudah rusak yang
praktis tidak dapat disimpan lama sehingga pemanfaatannya harus secepat
mungkin sebelum rusak. Hal ini berarti bahwa singkong harus dipindahkan secara
cepat dari ladang penanaman ke lokasi pengolahan singkong serta perlu ditangani
dengan cepat di lokasi pengolahan. Masalah utama singkong setelah dipanen
adalah sifatnya yang sangat peka terhadap infestasi jamur dan mikroba lain,
karena itu masa simpan dalam bentuk segar dan sangat pendek. Beberapa mikroba
yang dapat menyerang singkong yaitu Rhizopus sp., Aspergillus sp., Mucor sp.,
Bacillus Polimexa juga ragi. Masuknya mikroba tersebut biasanya melalui luka
potong pada tangkai singkong. Terjadinya infeksi ini dapat dicegah dengan
pengolesan batang potongan dengan beberapa asam organik (asam propionat,
asam benzoat atau garam-garamnya) segera setelah dipanen, meskipun cara ini
kedengarannya tidak praktis. (Sutrisno, 2013)
Di India, usaha memperpanjang masa simpan singkong segar dilakukan
dengan cara menyimpan tumpuk berlapiskan berbagai daun yang masih hijau.
Seperti kita ketahui, daun yang masih hijau mengandung 60 sampai 65 persen air.
Biasanya daun-daun yang dipergunakan ialah daun singkong, daun nangka dan
daun mangga. Cara lainnya yaitu dengan membubuhi serbuk gergaji yang basah
atau pasir basah dalam kotak kayu. Namun demikian, penyimpanan singkong
dengan lapisan-lapisan daun (curing) terutama daun singkong menunjukkan hasil
yang lebih baik bila dibanding dengan daun nyata bukan saja dapat memberikan
suhu optimum penyimpanan sekitar 30–35oC, tetapi juga dapat menghilangkan
atau mengurangi kandungan racun sianida (HCN) selama penyimpanan dan
penguapan. Jumlah daun yang tersedia dari hasil panen pada umumnya hanya
cukup untuk menyimpan 30–40 persen dari singkong yang dihasilkan dan
diharapkan 40 persen dari singkong tersebut tidak luka dan dapat disimpan secara
curing. Penelitian penyimpanan yang dilakukan di Malaysia sama dengan yang
pernah dilakukan di Amazon, yaitu dengan cara menyimpan singkong segar di
dalam tanah 4 dengan dicampur jerami. Penyimpanan ini menyebabkan singkong
tersebut tahan sampai beberapa minggu. (Sutrisno, 2013)

2.4 Pengaruh Pengecilan Ukuran pada Bahan Hasil Pertanian

Pengecilan ukuran merupakan proses lanjutan yang memungkinkan untuk


mengendalikan sifat-sifat bahan hasil pertanian dan meningkatkan efisiensi
pencampuran serta perpindahan energi panas. Tekstur dari beberapa bahan hasil
pertanian (contohnya tepung, pulp buah-buahan) dikendalikan selama pengecilan
ukuran berlangsung. Disamping itu, terdapat efek tidak langsung pada aroma dan
rasa dari beberapa bahan hasil pertanian, kehilangan unsur volatil dari pengecilan
rempah-rempah yang dimana akan terjadi bila adanya kenaikan suhu selama
penggilingan berlangsung. Kerusakan sel dan peningkatan luas permukaan bahan
mempercepat kerusakan melalui oksidasi dan menaikkan laju mikrobiologi serta
menaikkan aktivitas enzimatis. Oleh karena itu, pengecilan ukuran tidak memiliki
pengaruh dalam pengawetan bahan hasil pertanian. Bahan-bahan kering
contohnya biji-bijian memiliki nilai aktivitas air (water activity) yang rendah
sehingga memungkinkan disimpan beberapa bulan setelah digiling tanpa terjadi
perubahan nilai gizi atau kualitasnya. (Koeswardhani, 2008)
BAB III
METODOLOGI

3.1 Alat dan Bahan


3.1.1 Alat
Alat yang digunakan pada praktikum kali ini adalah:
1. Alat tulis digunakan untuk mencatat hasil pengamatan.
2. Mesin penyerut, sebagai alat pengecilan ukuran bahan.
3. Pisau digunakan untuk memotong bagian bahan.
4. Stopwatch digunakan untuk pengatur waktu.
5. Tampah digunakan sebagai alas pemotongan bahan.
6. Timbangan untuk mengukur berat bahan.
7. Wadah plastik, sebagai tempat/wadah penyimpanan hasil pemotongan
bahan.

3.1.2 Bahan
Bahan yang digunakan pada praktikum kali ini adalah:
1. Singkong sebagai bahan uji coba.

3.2 Prosedur Praktikum


Prosedur dilakukannya praktikum ini adalah sebagai berikut:
1. Menimbang bahan yang akan diproses dengan menggunakan mesin
pengecil ukuran (a kg).
2. Mengupas bahan dan menimbang kembali bahan (b kg).
3. Menjalankan mesin dan memasukkan bahan ke dalam mesin.
4. Menghitung waktu yang dibutuhkan selama proses penyerutan (x
menit).
5. Menimbang bahan sesudah diserut (c kg).
6. Menghitung kapasitas throughout (a kg/ x menit).
7. Menghitung kapasitas output (c kg/ x menit)
8. Menghitung rendemen:
b kg
 Rendemen pengupasan = ×100 %
a kg
c kg
 Rendemen penyerutan = ×100 %
b kg
9. Menghitung efisiensi pengecilan ukuran
kapasitas aktual
= ×100 %
kapasitas teoritis
10. Menghitung luas permukaan bahan meliputi luas permukaan awal
(utuh) dan luas permukaan akhir (setelah diiris).
BAB IV
HASIL PRAKTIKUM

4.1 Tabel Hasil Percobaan


Tabel 1. Spesifikasi Mesin Penyerut dan Pengiris
Mesin Mesin
No Spesifikasi Satuan
Penyerut Pengiris

1 Daya Motor (P) 0,5 0,5 HP

2 RPM Motor (N) 1420 1420 rpm

3 Diameter Puli Motor (d1) 0,128 0,128 m

4 Diameter Silinder puli (d2) 0,118 0,182 m

5 Diameter puli (D) 0,11 0,30 m

6 Panjang Pisau (P) 0,20 0,085 m

7 Lebar pisau (L) 0,093 0,05 m

8 Jumlah Pisau (n) 1 2 buah

9 Diameter (l) 0,069 0,069 m

Tabel 2. Hasil Penyerutan dengan Mesin Kelompok 1

No Keterangan Penyerutan Satuan


1. Massa Awal Bahan (a) 0,515 kg
2. Massa Awal Bahan Setelah 0,390 kg
Dikupas (b)
3. Massa Bahan Setelah 0,345 kg
Diserut (c)
4. Waktu Penyerutan (x) 1,91667 Menit
5. Jumlah Potongan Potongan
Tabel 3. Hasil Penyerutan dengan Mesin Kelompok 2

No Keterangan Penyerutan Satuan


1. Massa Awal Bahan (a) 0,410 kg
2. Massa Awal Bahan Setelah kg
0,35
Dikupas (b)
3. Massa Bahan Setelah kg
0,325
Diserut (c)
4. Waktu Penyerutan (x) 2,36 Menit
5. Jumlah Potongan Potongan

Tabel 4. Hasil Pengirisan dengan Pisau Kelompok 3

No Keterangan Penyerutan Satuan


1. Massa Awal Bahan (a) 0,56 kg
2. Massa Awal Bahan Setelah 0,480 kg
Dikupas (b)
3. Massa Bahan Setelah Diserut 0,380 kg
(c)
4. Waktu Penyerutan (x) 0,603 Menit
5. Jumlah Potongan Potongan

Tabel 5. Hasil Pengirisan dengan Mesin Kelompok 4

No Keterangan Penyerutan Satuan


1. Massa Awal Bahan (a) 0,320 kg
2. Massa Awal Bahan Setelah 0,255 kg
Dikupas (b)
3. Massa Bahan Setelah 0,255 kg
Diserut (c)
4. Waktu Penyerutan (x) 0,98 Menit
5. Jumlah Potongan 31 Potongan

Tabel 6. Hasil Pengirisan dengan Mesin Kelompok 5


No Keterangan Penyerutan Satuan
1. Massa Awal Bahan (a) 0,755 kg
2. Massa Awal Bahan Setelah 0,610 kg
Dikupas (b)
3. Massa Bahan Setelah Diiris (c) 0,615 kg
4. Waktu Pengirisan (x) 0,2265 Menit
5. Jumlah Potongan 152 Potongan
4.2 Perhitungan
1. Perhitungan Kapasitas Throughout Mesin
a 0,410
Kapasitas throughout mesin = = = 0,1737 kg/menit
x 2,36
2. Perhitungan Kapasitas Output
c 0,325
Kapasitas output = = = 0,1377 kg/menit
x 2,36
3. Perhitungan Rendemen Pengupasan
b 0,35
Rendemen pengupasan = x 100% = x 100% = 85,37 %
a 0,41
4. Perhitungan Rendemen Penyerutan
c 0,325
Rendemen penyerutan = x 100% = x 100% = 79,27 %
a 0,41
5. Perhitungan Kapasitas Aktual
c 0,325
Kapasitas aktual = x 60 menit = x 60 menit = 8,262 kg/jam
x 2,36
6. Perhitungan N Mesin
N x d1 1420 x 0,128
N mesin = = = 2634,2029 rpm
l 0,069
7. Perhitungan N Silinder
N xl 2634,2029 x 0,069
N silinder = mesin = = 1540,339 rpm
d2 0,118
8. Perhitungan N Penyerut
N silinder x d 2 1540,339 x 0,118
N penyerut = = = 1652,36 rpm
D 0,11
9. Perhitungan Kecepatan
2π D
Kecepatan (v) = x N penyerut x = 9,5169 m/s
60 2

10. Perhitungan Kapasitas Teoritis


Kapasitas teoritis = v x 60 x n x A x ρsingkong x 60 menit
= 9,5169 x 60 x 1 x (1/4 π D2) x 60 menit
= 325,596 kg/jam
11. Perhitungan Efisiensi penyerut
Kapasitas aktual
Efisiensi penyerut = x 100%
Kapasitas teoritis
8,262
= x 100% = 2,5375 %
325,596
BAB V
PEMBAHASAN

Pada praktikum Teknik Pasca Panen pertemuan kali ini membahas


mengenai pengecilan ukuran bahan hasil pertanian. Kegiatan mengecilkan ukuran
berarti membagi-bagi suatu bahan padat menjadi bagian yang lebih kecil dengan
menggunakan gaya mekanis. Adapun tujuan dari pengecilan ukuran yakni untuk
memperluas permukaan bahan hasil pertanian agar pada proses penanganan
selanjutnya dapat berlangsung efektif. Selain itu pada proses pengecilan ukuran
juga dapat menaikkan kapasitas laju pengeringan, pemanasan, dan pendinginan,
serta meningkatkan efisiensi dan laju ekstraksi komponen yang dapat larut. Pada
praktikum ini bahan yang digunakan adalah singkong. Pengecilan ukuran pada
bahan singkong ini dilakukan dengan 3 cara yang berbeda, yaitu penyerutan
dengan mesin, pengirisan dengan mesin, dan pengirisan dengan pisau manual.
Singkong yang awalnya memiliki massa sebesar 0,410 kg setelah dikupas
massanya berkurang menjadi 0,35 kg, lalu singkong yang telah dikupas kemudian
memasuki tahap selanjutnya yaitu penyerutan menggunakan mesin yang menjadi
bertambah massanya menjadi 0,325 kg. Bertambahnya massa bahan yang cukup
besar tersebut pertama karena proses pengupasan yang dilakukan tidak benar
sehingga daging ketela ikut terbuang bersama kulitnya, lalu yang kedua pada saat
melakukan penyerutan menggunakan mesin serut selama 2,36 menit banyak
daging ketela yang ikut terserut oleh mesin penyerut sehingga massa bertambah
cukup banyak. Percobaan mengenai penyerutan tersebut memperoleh nilai
kapasitas throughout sebesar 0,1737 kg/menit. Kapasitas output sebesar 0,1377
kg/menit. Rendemen pengupasan sebesar 85,37%. Rendemen penyerutan 79,27%.
Rendemen total yang telah diperoleh sebesar 164,64%.
Singkong yang pengirisannya menggunakan mesin memiliki massa awal
singkong sebesar 0,56 kg yang kemudian massa awal tersebut bertambah setelah
dikupas menjadi 0,480 kg dan setelah dilakukan penyerutan dengan mesin
pengiris massa singkong berkurang menjadi 0,380 kg dengan waktu 0,603 menit.
Dengan data hasil percobaan pengirisan singkong menggunakan mesin tersebut
diperoleh hasil perhitungan kapasitas throughout 0,928 kg/menit dan kapasitas
output 0,630 kg/menit. Untuk hasil perhitungan rendemen pengupasan 85,71%
dan rendemen pengirisan 67,85%. Pada pengirisan singkong menggunakan mesin
ini diketahui massa singkong mengalami naik turunnya nilai kilogram dari
singkong yang di uji. Berbeda dengan hasil pengirisan singkong dengan
menggunakan pisau manual yakni massa awal singkong 0,320 kg, setelah dikupas
0,255 kg, dan setelah dilakukan pengirisan menggunakan pisau manual 0,225 kg.
Massa awal singkong dengan massa setelah dikupas mengalami pengurangan
disebabkan ketidakseragaman pengupasan singkong yang mungkin sebagian
daging singkong terbuang.
Dari data yang didapatkan, praktikan dapat menghitung kapasitas throughout.
Kapasitas throughout adalah kapasitas dari keseluruhan alat itu sendiri. Dari 3
perlakuan yang berbeda, dapat terlihat bahwa pengirisan dengan menggunakan
mesin memiliki nilai kapasitas throughout lebih besar dibandingkan dengan
penyerutan dan juga pengirisan dengan pisau manual, yaitu sebesar 0,928
kg/menit. Sedangkan nilai kapasitas throughout yang paling kecil adalah pada
pengirisan dengan pisau manual, yaitu sebesar 42,47 kg/menit. Hal ini karena
mesin dapat menampung lebih banyak bahan dan mesin dapat melakukannya
dengan cepat dibandingkan dengan cara manual.
Praktikan juga menghitung kapasitas output. Kapasitas output merupakan
perbandingan massa bahan setelah diiris dengan waktu yang dibutuhkan.
Kapasitas output yang paling besar adalah pada pengirisan dengan menggunakan
mesin yaitu sebesar 0,630 kg/ menit, sedangkan kapasitas output yang paling kecil
adalah pada pengirisan secara manual, yaitu sebesar 0,26 kg/menit. Hal ini dapat
terjadi karena kerja mesin lebih cepat, sehingga bahan yang dihasilkan pun lebih
banyak. Terdapat perbedaan nilai dari kapasitas throughout dan kapasitas output
yang dihasilkan dikarenakan terdapat perbedaan antara massa awal singkong
dengan massa singkong setelah diiris. Hal ini disebabkan karena mungkin ada
sedikit massa singkong yang tertinggal dalam mesin. Mengiris manual
menggunakan pisau lebih lama dikarenakan menggunakan tenaga manusia yang
terbatas sedangkan menyerut dan mengiris dengan mesin menggunakan tenaga
mesin menggunakan motor sehingga waktu yang diperlukan lebih cepat.
Rendemen adalah hasil perbandingan dari massa bahan setelah diiris atau
diserut dengan massa awal bahan. Rendemen pengupasan yang paling besar
adalah pada pengirisan dengan mesin yaitu 85,71% dan rendemen pengupasan
yang paling kecil adalah pada pengirisan manual yaitu 79,68%. Sedangkan
rendemen pengirisan secara manual memiliki nilai yang paling tinggi daripada
rendemen pengirisan dan penyerutan dengan mesin yaitu sebesar 100%. Hasil
rendemen ini dapat dipengaruhi oleh kehilangan kadar air pada singkong.
Pengirisan singkong secara manual memiliki nilai rendemen yang tinggi
dikarenakan hasil potongan yang kurang tipis sehingga kadar air singkong tidak
terlalu banyak terbuang. Nilai persentase rendemen dipengaruhi oleh waktu dan
suhu ruangan, dimana semakin lama proses pengupasan dan pengirisan, nilai
persentase rendemen bahan akan semakin kecil, begitu juga jika suhu makin
tinggi kadar air bahan juga cepat menguap. Semakin kecil berat akhir bahan, maka
persentase rendemen semakin kecil pula. Selain itu, kadar air yang hilang saat
dilakukan pemotongan akibat keluar dari jaringan bahan dan menguap juga
membuat nilai persentase rendeman semakin kecil. Oleh karena itu, setiap bahan
hasil pertanian yang dikecilkan ukurannya memerlukan perlakuan berbeda-beda
agar hasilnya sesuai keinginan. Seperti tingkat kadar air, ukuran, bentuk, variasi
dan lain-lain. Hal ini sangat diperlukan untuk pengolahan selanjutnya.
Untuk nilai efisiensi pada pengirisan dengan menggunakan mesin lebih
besar dibandingkan dengan nilai efisiensi pada penyerutan dengan mesin maupun
pengirisan dengan manual yaitu sebesar 7,475314731 x 10-4%. Sedangkan nilai
efisiensi yang paling kecil adalah pada penyerutan dengan mesin, yaitu sebesar
2,5375%. Kecilnya efisiensi ini disebabkan oleh beberapa faktor, diantaranya
adalah mesin yang digunakan pada pengirisan dan penyerutan sudah dalam
kondisi kurang baik, misalnya pisau pada mesin tersebut sudah karatan.
Jika dilihat dari keseluruhan aspek penggunaan dengan mesin lebih efisien
dibandingkan dengan cara manual. Hal ini dapat dilihat dari hasil irisan
menggunakan mesin lebih tipis dan seragam sedangkan hasil irisan menggunakan
pisau kurang tipis dan juga tidak seragam. Waktu yang diperlukan oleh mesin
lebih cepat dibandingkan dengan cara manual. Sehingga dapat disimpulkan bahwa
penggunaan mesin pengiris maupun penyerut dapat menghasilkan hasil yang
seragam dalam waktu yang lebih cepat dibandingkan dengan cara manual.
Semakin baik pengetahuan tentang pengecilan ukuran, semakin baik pula hasil
yang diperoleh dan kualitas pangan pun menjadi tinggi.

BAB VI
KESIMPULAN DAN SARAN

6.1 Kesimpulan
Adapun kesimpulan yang didapat dari praktikum kali ini adalah sebagai
berikut:
1. Pengirisan dengan menggunakan mesin memiliki nilai kapasitas
throughout lebih besar dibandingkan dengan penyerutan dan juga
pengirisan dengan pisau manual.
2. Adanya perbedaan nilai dari kapasitas throughout dan kapasitas output
yang dihasilkan dikarenakan terdapat perbedaan antara massa awal
singkong dengan massa singkong setelah diiris.
3. Kapasitas output yang paling besar adalah pada pengirisan dengan
menggunakan mesin yaitu sebesar 0,630 kg/ menit, sedangkan kapasitas
output yang paling kecil adalah pada pengirisan secara manual, yaitu
sebesar 0,26 kg/menit.
4. Pengirisan singkong secara manual memiliki nilai rendemen yang
tinggi dikarenakan hasil potongan yang kurang tipis sehingga kadar air
singkong tidak terlalu banyak terbuang.
5. Penggunaan mesin pengiris maupun penyerut dapat menghasilkan hasil
yang seragam dalam waktu yang lebih cepat dibandingkan dengan cara
manual.

6.2 Saran
Adapun saran yang diberikan pada praktikum kali ini adalah:
1. Ketelitian sangat dibutuhkan pada saat melakukan pengamatan dan juga
perhitungan.
2. Sebaiknya bahan yang digunakan pada praktikum kali ini memiliki
ukuran dan kualitas yang sama.
3. Praktikan memahami langkah kerja dan materi praktikum.

DAFTAR PUSTAKA

Koeswardhani, M. 2008. Pengaruh Pengecilan Ukuran pada Bahan Hasil


Pertanian. Universitas Terbuka. Makassar.
Sarifah Nurjanah, Sudaryanto, dan Asri Widyasanti. 2012. Teknik Penanganan
Bahan Hasil Pertanian. Teknik Pertanian. Fakultas Teknologi Industri
Pertanian, Universitas Padjadjaran.

Sutrisno, Koswara. 2013. Modul: Teknologi Pengolahan Umbi-umbian, Bagian 6:


Pengolahan Singkong. Southeast Asian Food And Agricultural Science And
Technology (SEAFAST): IPB.

Supardi, N.I. 2007. Pengecilan Ukuran Produk Pertanian. Andi Offset.


Yogyakarta.

LAMPIRAN

Dokumentasi Praktikum:
Gambar 1. Mesin Pengiris Singkong Gambar 2. Memarut Singkong

Gambar 3. Hasil Parutan Singkong

Anda mungkin juga menyukai