Anda di halaman 1dari 18

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Peran wirausahawan dalam menjalankan usahanya sangat berperan penting


dalam meningkatkan perekonomian. Selain dapat meningkatkan produtifitas
nasional, manfaat lain dari wirausaha yaitu menambah lapangan pekerjaan bagi
masyarakat, sehingga dapat mengurangi pengangguran, meningkatkan
pendapatan, dan pada skala makro dapat mengurangi kemiskinan. Menciptakan
teknologi baru, produk, dan jasa baru juga merupakan peran wirausaha dalam hal
pengembangan kreativitas dan inovasi. Disamping itu, wirausaha dapat membantu
organisasi bisnis yang besar dalam hal konsumsi bahan baku yang dibutuhkannya.
Tentu, hal ini akan memperlancar siklus perekonomian nasional, khususnya
dalam sektor indutri perdagangan.
Seorang wirausahawan dalam menjalankan usahanya bertujuan memperoleh
laba/profit yang sebesar-besarnya dengan biaya produksi tertentu untuk
mengembangkan usahanya. Namun, dalam hal profit oriented bukan berarti
mengabaikan sistem nilai dalam berwirausaha. Sistem nilai/moral tersebut
berhubungan erat dengan good will perusahaan khususnya kepercayaan/loyalitas
konsumen, mitra kerja, organisasi usaha itu sendiri, dan pesaing, serta masyarakat
pada umumnya. Oleh karena itu, seorang wirausaha dalam menjalankan usahanya
harus memperhatikan etika wirausaha yang erat kaitannya dengan etika
bisnis.Dengan hal itu, diharapkan dapat terciptanya keadilan antara berbagai
pihak (produsen & konsumen) serta tidak saling merugikan diantaranya.Selain itu
diharapkan dapat terciptanya kondisi yang kondusif dalam persaingan usaha.

1
1.2 Rumusan Masalah

1.2.1 Apa pengertian dari etika kewirausahaan?


1.2.2 Apa saja macam-macam etika kewirausahaan?
1.2.3 Apa saja prinsip etika kewirausahaan?
1.2.4 Bagaimana sikap dan perilaku wirausaha?
1.2.5 Bagaimana penerapan etika kewirausahaan?
1.2.6 Apa saja manfaat etika kewirausahaan?

1.3 Tujuan Penulisan

1.3.1 Untuk mengetahui pengertian dari etika wirausaha.


1.3.2 Untuk mengetahui macam-macametika kewirausahaan.
1.3.3 Untuk mengetahui prinsip etika kewirausahaan.
1.3.4 Untuk mengetahui sikap dan perilaku wirausaha.
1.3.5 Untuk mengetahui penerapan etika kewirausahaan.
1.3.6 Untuk mengetahui manfaat etika kewirausahaan.

1.4 Manfaat Penulisan


Adapun manfaat penulisan dari makalah ini adalah sebagi sumber pengetahuan
serta sebagai tambahan materi Kewirausahaan khususnya “ Etika Wirausaha”
bagi penulis dan pembaca.

2
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Etika Wirausaha


Peraturan adalah sesuatu yang disepakati dan mengikat sekelompok
orang/lembaga dalam rangka mencapai suatu tujuan dalam hidup bersama.Etika
wirausaha merupakan sebuah turunan dari etika bisnis yang didalamnya mengatur
tentang perilaku (etika) seorang pengusaha/wirausahawan dalam memulai,
menjalankan, hingga mengembangkan bisnis/usahanya.Etika Bisnis merupakan suatu
kode etik perilaku pengusaha berdasarkan nilai-nilai moral dan norma yang dijadikan
tuntunan dan pedoman berprilaku dalam menjalankan kegiatan perusahaaan atau
berusaha.
Secara sederhana yang dimaksud dengan etika wirausaha adalah cara-cara
untuk melakukan kegiatan bisnis, yang mencakup seluruh aspek yang berkaitan
dengan individu, perusahaan, industri dan juga masyarakat.Kesemuanya ini
mencakup bagaimana seorang wirausaha menjalankan bisnis secara adil, sesuai
dengan hukum yang berlaku, dan tidak tergantung pada kedudukan individu ataupun
perusahaan di masyarakat.
Etika bisnis lebih luas dari ketentuan yang diatur oleh hukum, bahkan
merupakan standar yang lebih tinggi dibandingkan standar minimal ketentuan hukum,
karena dalam kegiatan bisnis seringkali kita temukan wilayah abu-abu yang tidak
diatur oleh ketentuan hukum.Von der Embse dan R.A. Wagley dalam artikelnya di
Advance Managemen Jouurnal (1988), memberikan tiga pendekatan dasar dalam
merumuskan tingkah laku etika bisnis, yaitu:
 Utilitarian Approach: setiap tindakan harus didasarkan pada konsekuensinya. Oleh
karena itu, dalam bertindak seseorang seharusnya mengikuti cara-cara yang dapat
memberi manfaat sebesar-besarnya kepada masyarakat, dengan cara yang tidak
membahayakan dan dengan biaya serendah-rendahnya.

3
 Individual Rights Approach: Setiap orang dalam tindakan dan kelakuannya memiliki
hak dasar yang harus dihormati. Namun tindakan ataupun tingkah laku tersebut harus
dihindari apabila diperkirakan akan menyebabkan terjadi benturan dengan hak orang
lain.
 Justice Approach : para pembuat keputusan mempunyai kedudukan yang sama, dan
bertindak adil dalam memberikan pelayanan kepada pelanggan baik secara
perseorangan ataupun secara kelompok.
Dalam etika wirausaha ini juga erat kaitannya dengan Regulasi bisnis.Regulasi
bisnis merupakan suatu aturan dalam bisnis yang disepakati dan bersifat mengikat
yang harus diperhatikan oleh para pengusaha dalam menjalankan usahanya. Regulasi
dapat dilakukan dengan berbagai bentuk, misalnya: pembatasan hukum diumumkan
oleh otoritas pemerintah, regulasi pengaturan diri oleh suatu industri seperti melalui
asosiasi perdagangan.

2.2 Macam-Macam Regulasi dalam Bisnis


 Regulasi Bisnis di Bidang Merek
Setiap produk dalam sebuah bisnis pasti memiliki merek yang menjadi nama
atau ciri khas dari produk tersebut. Dalam kepemilikan merek tersebut perusahaan
tentu harus mematenkan hak ciptanya agar tidak terklaim oleh pengusaha lain.
Terkait dengan berbagai kasus merek yang terjadi perlu untuk diketahui pengertian
dari merek itu sendiri. Pengertian dari merek secara yuridis tercantum dalam pasal 1
ayat (1) UU No. 15 tahun 2001 yang berbunyi:
“Merek adalah tanda yang berupa gambar, nama, kata, huruf-huruf, angka-angka,
susunan warna, atau kombinasi dari unsur-unsur tersebut yang memiliki daya
pembeda dan digunakan dalam kegiatan perdagangan barang dan jasa”.
Indonesia adalah negara hukum dan hal itu diwujudkan dengan berbagai
regulasi yang telah dilahirkan untuk mengatai berbagai masalah.Berkaitan dengan
kasus-kasus terkait merek yang banyak terjadi.Tidak hanya membuat aturan-aturan
dalam negeri, negeri seribu ini juga ikut serta dalam berbagai perjanjain dan
kesepakatan internasional. Salah satuya adalah meratifikasi Kovensi Internasional

4
tentang TRIPs dan WTO yang telah diundangkan dalam UU Nomor 7 Tahun 1994
Tentang Pengesahan Agreement Establishing The World Trade Organization
(Persetujuan Pembentukan Organisasi Perdagangan Dunia) sesuai dengan
kesepakatan internasional bahwa pada tanggal 1 Januari 2000 Indonesia sudah harus
menerapkan semua perjanjian-perjanjian yang ada dalam kerangka TRIPs (Trade
Related Aspects of Intellectual Property Right, Inculding Trade in Counterfeit
Good), penerapan semua ketentuan-ketentuan yang ada dalam TRIPs tersebut adalah
merupakan konsekuensi Negara Indonesia sebagai anggota dari WTO (Word Trade
Organization).

 Regulasi Bisnis di Bidang Perlindungan Konsumen


Peraturan tentang hukum perlindungan konsumen telah diatur dalam Undang-
undang Nomor 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen.Pada tanggal 30
Maret 1999, Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) telah menyepakati rancangan undang-
undang (RUU) tentang perlindungan konsumen untuk disahkan oleh pemerintah
setelah selama 20 tahun diperjuangkan.RUU ini sendiri baru disahkan oleh
pemerintah pada tanggal 20 April 1999.Di samping UU Perlindungan Konsumen,
masih terdapat sejumlah perangkat hukum lain yang juga bisa dijadikan sebagai dasar
hukum adalah sebagai berikut:

1. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 57 Tahun 2001 Tanggal 21 Juli


2001 tentang Badan Perlindungan Konsumen Nasional.
2. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 58 Tahun 2001 Tanggal 21 Juli
2001 tentang Pembinaan dan Pengawasan Penyelenggaraan Perlindungan Konsumen.
3. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 59 Tahun 2001 Tanggal 21 Juli
2001 tentang Lembaga Perlindungan Konsumen Swadaya Masyarakat.
4. Keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor 90 Tahun 2001 Tanggal 21 Juli 2001
tentang Pembentukan Badan Penyelesaian Sengketa Konsumen Pemerintah Kota
Medan, Kota Palembang, Kota Jakarta Pusat, Kota Jakarta Barat, Kota Bandung,
Kota Semarang, Kota Yogyakarta, Kota Surabaya, Kota Malang, dan Kota Makassar.

5
Ada dua jenis perlindungan yang diberikan kepada konsumen, yaitu :
a) Perlindungan Priventif
Perlindungan yang diberikan kepada konsumen pada saat konsumen tersebut akan
membeli atau menggunakan atau memanfaatkan suatu barang dan atau jasa tertentu,
mulai melakukan proses pemilihan serangkaian atau sejumlah barang dan atau jasa
tersebut dan selanjutnya memutuskan untuk membeli atau menggunakan atau
memanfaatkan barang dan jasa dengan spesifikasi tertentu dan merek tertentu
tersebut.
b) Perlindungan Kuratif
Perlindungan yang diberikan kepada konsumen sebagai akibat dari penggunaan atau
pemanfaatan barang atau jasa tertentu oleh konsumen.Dalam hal ini perlu
diperhatikan bahwa konsumen belum tentu dan tidak perlu, serta tidak boleh
dipersamakan dengan pembeli barang dan atau jasa, meskipun pada umumnya
konsumen adalah mereka yang membeli suatu barang atau jasa. Dalam hal ini
seseorang dikatakan konsumen, cukup jika orang tersebut adalah pengguna atau
pemanfaat atau penikmat dari suatu barang atau jasa, tidak peduli ia mendapatkannya
melalui pembelian atau pemberian.

 Regulasi Larangan Praktek Monopoli


Pengertian Praktek monopoli dan persaingan usaha tidak sehat menurut UU
no.5 Tahun 1999 tentang Praktek monopoli adalah pemusatan kekuatan ekonomi oleh
satu atau lebih pelaku usaha yang mengakibatkan dikuasainya produksi dan atau
pemasaran atas barang dan atau jasa tertentu sehingga menimbulkan persaingan usaha
tidak sehat dan dapat merugikankepentingan umum.

Dalam melakukan kegiatan usaha di Indonesia, pelaku usaha harus berasaskan


demokrasi ekonomi dalam menjalankan kegiatan usahanya dengan memperhatikan
keseimbangan antara kepentingan pelaku usaha dan kepentingan umum.Tujuan yang
terkandung di dalam Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1999, adalah sebagai berikut :

6
a. Menjaga kepentingan umum dan meningkatkan efisiensi ekonomi nasional sebagai
salah satu upaya untuk meningkatkan kesejahteraan rakyat.
b. Mewujudkan iklim usaha yang kondusif melalui pengaturan persaingan usaha yang
sehat, sehingga menjamin adanya kepastian kesempatan berusaha yang sama bagi
pelaku usaha besar, pelaku usaha menengah, dan pelaku usaha kecil.
c. Mencegah praktik monopoli dan atau persaingan usaha tidak sehat yang ditimbulkan
oleh pelaku usaha.
d. Terciptanya efektifitas dan efisiensi dalam kegiatan usaha.
Kegiatan yang dilarang

Bagian Pertama Monopoli Pasal 17 (1) Pelaku usaha dilarang melakukan


penguasaan atas produksi dan atau pemasaran barang dan atau jasa yang dapat
mengakibatkan terjadinya praktek monopoli dan atau persaingan usaha tidak sehat.
(2) Pelaku usaha patut diduga atau dianggap melakukan penguasaan atas produksi
dan atau pemasaran barang dan atau jasa sebagaimana dimaksud dalam ayat (1)
apabila:
a) Barang dan atau jasa yang bersangkutan belum ada substitusinya; atau
mengakibatkan pelaku usaha lain tidak dapat masuk ke dalam persaingan usaha
barang dan atau jasa yang sama; atau
b) Satu pelaku usaha atau satu kelompok pelaku usaha menguasai lebih dari 50% (lima
puluh persen) pangsa pasar satu jenis barang atau jasa tertentu.

 Regulasi di Bidang Hukum Dagang


Perkembangan hukum dagang sebenarnya telah di mulai sejak abad
pertengahan eropa (1000/ 1500) yang terjadi di Negara dan kota-kota di Eropa dan
pada zaman itu di Italia dan perancis selatan telah lahir kota-kota sebagai pusat
perdagangan (Genoa, Florence, vennetia, Marseille, Barcelona dan Negara-negara
lainnya ) . tetapi pada saat itu hokum Romawi (corpus lurus civilis ) tidak dapat
menyelsaikan perkara-perkara dalam perdagangan , maka dibuatlah hokum baru di
samping hokum Romawi yang berdiri sendiri pada abad ke-16 & ke- 17 yang berlaku

7
bagi golongan yang disebut hokum pedagang (koopmansrecht) khususnya mengatur
perkara di bidang perdagangan (peradilan perdagangan ) dan hokum pedagang ini
bersifat unifikasi.

Pesatnya hubungan dagang maka pada abad ke-17 diadakan kodifikasi dalam
hokum dagang oleh mentri keuangan dari raja Louis XIV (1613-1715) yaitu Corbert
dengan peraturan (ORDONNANCE DU COMMERCE) 1673.Dan pada tahun 1681
disusun ORDONNANCE DE LA MARINE yang mengatur tenteng kedaulatan.

Pada tahun 1807 di Perancis di buat hokum dagang tersendiri dari hokum sipil
yang ada yaitu (CODE DE COMMERCE ) yang tersusun dari ordonnance du
commerce (1673) dan ordonnance du la marine(1838) . Pada saat itu Nederlands
menginginkan adanya hokum dagang tersendiri yaitu KUHD belanda , dan pada
tahun 1819 drencanakan dalam KUHD ini ada 3 kitab dan tidak mengenal peradilan
khusus . lalu pada tahun 1838 akhirnya di sahkan . KUHD Belanda berdasarkan azas
konkordansi KUHD belanda 1838 menjadi contoh bagi pemmbuatan KUHD di
Indonesia pada tahun 1848 . dan pada akhir abad ke-19 Prof. molengraaff merancang
UU kepailitan sebagai buku III di KUHD Nederlands menjadi UU yang berdiri
sendiri (1893 berlaku 1896).Dan sampai sekarang KUHD Indonesia memiliki 2 kitab
yaitu , tentang dagang umumnya dan tentang hak-hak dan kewajiban yang tertib dari
pelayaran.

2.3 Prinsip etika wirausaha


Prinsip Etika dalan wirausaha antara lain :

1. Usaha membangun kepercayaan antara anggota masyarakat dengan perusahaan


atau pengusaha.
membangun kepercayaan bisa dimulai dengan perilaku etis. perilakusangat
penting bagi wirausahawan karena dapat memberikan efek positif sebagai
berikut:

8
a. Staf akan meniru perilaku pimpinannya

b. Standar etis akan membentuk kerangka kerja yang positif

c. kepercayaan pelanggan meningkat, sehingga dapat menjadi elemen dalam


bisnis jangka panjang.

2. Menjaga etika adalah hal penting untuk melindungi reputasi perusahaan.


untuk perencanaan bisnis jangka panjang , seorang wirausaha harus mampu
bertanggung jawab demi perusahaannya, bertanggung jawab dalam artian tidak
hanya dilingkungan sosial tetapi juga di ekonomi masyarakat

3. Kejujuran merupakan barang langka dan “mata uang” yang berlaku di mana-
mana
ketidakjujuran dalam berbisnis akan menyebabkan usaha tidak berjalan dengan
jangka panjang. karena, tentu akan mempengaruhi juga dalam pengambilan
keputusan.
4. Etika adalah standar perilaku dan nilai-nilai moral menyangkut tindakan yang
benar dan salah yang terjadi di dalam lingkungan kerja
apabila etika wirausaha dilanggaran akan mengakibatkan :
1. Masalah citra publik
2. Tuntutan hukum yang mahal
3. Tingginya tingkat pencurian oleh karyawan.

2.4 Sikap dan Perilaku Wirausaha yang Sesuai dengan Etika Wirausaha
Sikap dan tingkah laku menunjukan kepribadian karyawan suatu perusahaan, dan
diberikan kepada seluruh pelanggan tanpa pandang bulu.

Ada beberapa sikap dan perilaku yang harus dijalankan oleh pengusaha dan seluruh
karyawan, yaitu:

 Jujur dalam bertindak dan bersikap. Sikap jujur merupakan modal utama
seorang karyawan dalam melayani pelanggan. Kejujuran dalam berkata,

9
berbicara, bersikap, maupun bertindak. Kejujuran inilah yang akan
menumbuhkan kepercayaan pelanggan atas layanan yang diberikan.
 Rajin, tepat waktu, dan tidak pemalas. Seorang karyawan dituntuk untuk rajin
dan tepat waktu dalam bekerja terutama dalam melayani pelanggan dan tidak
boleh malas dalam bekerja.
 Selalu murah senyum. Dalam menghadapi tamu/pelanggan, seorang karyawan
harus selalu murah senyum, jangan sekali-kali bersikap murung atau
cemberut. Dengan senyum kita mampu meruntuhkan hati pelanggan untuk
menyukai produk atau perusahaan kita.
 Lemah-lembut dan ramah-tamah. Dalam bersikap dan berbicara pada saat
melayani pelanggan atau tamu hendaknya dengan suara lemah lembut dan
sikap yang tamah tamah. Ini dapat menarik minat tamu dan membuat
pelanggan betah berhubungan dengan perusahaan.
 Sopan santu dan hormat. Dalam memberikan pelayanan keapda pelanggan
hendanya selalu bersikap sopan dan hormat. Dengan demikian pelanggan juga
akan menghormati pelayanan yang diberikan karyawan tersebut.
 Selalu ceria dan padai bergaul. Sikap selalu ceria yang ditunjukan karyawan
dapat memecahkan kekakuan yang ada, sedangkan sikap pandai bergaul juga
akan menyebabkan pelanggan merasa cepat akrab dan merasa seperti teman
lama sehingga segala sesuatu berjalan lancer.
 Fleksibel dan suka menolong pelanggan. Dalam menghadapi pelanggan,
karyawan harus dapat memberikan pengertian dan mau mengalah kepada
pelanggan. Segala sesuatu dapat diselesaikan dan selalu ada jala keluarnya
dengan cara yang fleksibel. Karyawan diharapkan suka menolong pelanggan
yang mengalami kesulitan sampai menemui jalan keluarnya.
 Serius dan memiliki rasa tanggung jawab. Dalam melayani pelanggan
karyawan harus serius dan sungguh-sungguh, tabah dalam menghadapi
pelanggan yang sulit berkomunikasi atau yang suka ngeyel. Dan juga harus
mampu bertanggung jawab terhadap pekerjaannya samapi pelanggan merasa
puas terhadap pelayanan yang diberikan.

10
 Rasa memiliki persahaan yang tinggi. Rasa kepemilikan ini akan memotivasi
karyawan untuk melayani pelanggan, disamping itu karyawan juga harus
memiliki jiwa pengabdian, loyal, dan setia terhadap perusahaan.

2.5 Penerapan Etika Wirausaha.


Etika pergaulan bisnis dapat meliputi beberapa hal antara lain adalah:

1) Hubungan antara bisnis dengan langganan/konsumen


Hubungan antara bisnis dengan langgananya merupakan hubungan yang paling
banyak dilakukan, oleh karena itu bisnis haruslah menjaga etika pergaulanya
secara baik. Adapun pergaulannya dengan langganan ini dapat disebut disini
misalnya saja:
i) Kemasan yang berbeda-beda membuat konsumen sulit untuk membedakan
atau mengadakan perbandingan harga terhadap produknya.
ii) Bungkus atau kemasan membuat konsumen tidak dapat mengetahui isi
didalamnya, sehingga produsen perlu menberikan penjelasan tentang isi
serta kandungan atau zat-zat yang terdapat didalam produk itu.
iii) Pemberian servis dan terutama garansi adalah merupakan tindakan yang
sangat etis bagi suatu bisnis. Sangatlah tidak etis suatu bisnis yang menjual
produknya yang ternyata jelek (busuk) atau tak layak dipakai tetap saja
tidak mau mengganti produknya tersebut kepada pembelinya.

2) Hubungan dengan karyawan


Manajer yang pada umumnya selalu berpandangan untuk memajukan
bisnisnya sering kali harus berurusan dengan etika pergaulan dengan
karyawannya.Pergaulan bisnis dengan karyawan ini meliputi beberapa hal
yakni: Penarikan (recruitment), Latihan (training), Promosi atau kenaikan
pangkat, Tranfer, demosi (penurunan pangkat) maupun lay-off atau
pemecatan/PHK (pemutusan hubungan kerja). Didalam menarik tenaga kerja
haruslah dijaga adanya penerimaan yang jujur sesuai dengan hasil seleksi yang

11
telah dijalankan. Sering kali terjadi hasil seleksi tidak diperhatikan akan tetapi
yang diterima adalah peserta atau calon yang berasal dari anggota keluarga
sendiri.
Disamping itu tidak jarang seorang manajer yang mencoba menaikkan
pangkat para karyawan dari generasi muda yang dianggapnya sangat potensial
dalam rangka membawa organisasi menjadi lebih dinamis, tetapi hal tersebut
mendapat protes keras dari karyawan dari generasi tua. Masalah lain lagi dan
yang paling rawan adalah masalah pengeluaran karyawan atau dropout.
Masalah DO atau PHK ini perlu mendapatkan perhatian ekstra dari para
manajer karena hal ini menyangkut masalah tidak saja etik akan tetapi juga
masalah kemanusian. Karyawan yang di PHK –kan tentu saja akan kehilangan
mata pencahariannya yang menjadi tumpuan hidup dia bersama keluarganya.

3) Hubungan antar bisnis


Hubungan ini merupakan hubungan antara perusahaan yang satu
dengan perusahan yang lain Hal ini bisa terjadi hubungn antara perusahaan
dengan saingannya, dengan penyalurnya, dengan grosirnya, dengan
pengecernya, agen tunggalnya maupun distributornya.Dalam kegiatan sehari-
hari tentang hubungan tersebut sering terjadi benturan-benturan kepentingan
antar kedunya.Dalam hubungan itu tidak jarang dituntut adanya etika pergaulan
bisnis yang baik. Sebagai contoh sebuah penerbit yang ingin menyalurkan
buku-buku terbitanya kepada para grosir yang bersedia membeli secara kontan
dalam jumlah besar dan kontinyu dengan memperoleh potongan rabat yang
sama dengan penyalur.
Rencana ini menjadi kandas karena mendapat protes keras dari para
penyalur-penyalurnya yang memandang tindakan penerbit tersebut akan sangat
merugikan para penyalur sedangkan omset dari para penyalur sendiri dalam
beberapa tahun tidak meningkat. Contoh lain adalah adanya perebutan tenaga
kerja ahli atau manajer profesional oleh para pengusaha, persaingan harga yang
saling menjatuhkan diantara bisnismen dan sebagainya.

12
4) Hubungan dengan Investor
Perusahaan yang berbentuk Perseroan Terbatas dan terutama yang
akan atau telah “go publik” harus menjaga pemberian informasi yang baik dan
jujur dari bisnisnya kepada para insvestor atau calon investornya.Informasi
yang tidak jujur akan menjerumuskan para investor untuk mengambil
keputusan investasi yang keliru. Dalam hal ini perlu mandapat perhatian yang
serius karena dewasa ini di Indonesia sedang mengalami lonjakan kegiatan
pasar modal. Banyak permintaan dari para pengusaha yang ingin menjadi
emiten yang akan menjual sahamnya kepada masyarakat.
Pada pihak lain masyarakat sendiri juga sangat berkeinginan untuk
menanamkan uangnya dalam bentuk pembelian saham ataupun surat-surat
berharga yang lain yang diemisi oleh perusahaan di pasar modal. Oleh karena
itu masyarakat calon pemodal yang ingin membeli saham haruslah diberi
informasi secara lengkap dan benar terhadap prospek perusahan yang gopublic
tersebut.Jangan sampai terjadi adanya manipulasi atau penipuan terhadap
informasi terhadap hal ini.

5) Hubungan dengan Lembaga-Lembaga Keuangan


Hubungan dengan lembaga-lembaga keuangan terutama jawatan pajak
pada umumnya merupakan hubungan pergaulan yang bersifat
finansial.Hubungan ini merupakan hubungn yang berkaitan dengan penyusunan
laporan keuangan yang berupa neraca dan laporan Rugi dan Laba
misalnya.Laporan finansial tersebut haruslah disusun secara baik dan benar
sehingga tidak terjadi kecendrungan kearah penggelapan pajak
misalnya.Keadaan tersebut merupakan etika pergaulan bisnis yang tidak baik.
Pelaksanaan tangungjawab sosial suatu bisnis merupakan penerapan
kepedulian bisnis terhadap lingkungan, baik lingkungan alam, teknologi,

13
ekonomi, sosial, budaya,perintah maupun masyarakat Internasional. Bisnis
yang menerapkan tanggung jawab sosial itu merupakan bisnis yang
menjalankan etika bisnis, sedangkan bisnis yang tidak melaksanakan tanggung
jawab sosial itu merupakan penerapan yang tidak etis.
Penerapan etika bisnis ini murupakan penerapan dari konsep “ Stake
Holder” sebagai pengganti dari konsep lama yaitu konsep “Stock Holder”.
Pengusaha yang menerapkan konsep Stock Holder berusaha untuk
mementingkan kepentingan para pemengang saham (Stockholder) saja, di mana
para pemegang saham tentu saja akan mementingkan kepentinganya yaitu
penghasilan yang tinggi baginya yaitu yang berupa deviden atau pembagian
laba serta harga saham dipasar bursa.
Dengan memperoleh deviden yang tinggi maka penghasilan mereka
akan tinggi, sedangkan dengan naiknya nilai atau kurs saham akan merupakan
kenaikan kekayaan yang dimilikinya yaitu sahamnya tersebut dapat dijual
dengan harga yang lebih tinggi. Pemenuhan kepentingan ataupun tuntutan dari
para pemengan saham itu sering kali mengabaikan kepentingan – kepentingan
pihak-pihak yang lain yang juga terlibat dalam kegiatan bisnis. Pihak lain yang
terkait dalam kegiatan bisnis tidak hanya para pemegang saham saja akan tetapi
masih banyak lagi seperti:
(a) Pekerja/ karyawan
(b) Konsumen
(c) Kreditur
(d) Lembaga-lembaga keuangan
(e) Pemerintah

2.6 Manfaat Etika Wirausaha.


Etika bisnis bagi perusahaan ini,menyangkut kebijakan etis perusahaan
berhubungan dengan kesulitan yang bisa timbul (mungkin pernahtimbul dimasa lalu),
seperti konflik kepentingan, hubungan dengan pesaing dan pemasok, menerima
hadiah,sumbangan dan sebagainya. Latar belakang pembuatan etika bisnis adalah

14
sebagai cara ampuh untuk melembagakan etika dalam struktur dan kegiatan
perusahaan. Bila Perusahaan memiliki etika sendiri,mempunyai beberapa kelebihan
dibandingkan dengan perusahaan yang tidak memilikinya. Manfaat Etika Bisnis bagi
Perusahaan :

a. Dapat meningkatkan kredibilitas suatu perusahaan, karena etika telah dijadikan


sebagai corporate culture. Hal ini terutama penting bagi perusahaan besar yang
karyawannya tidak semuanya saling mengenal satu sama lainnya. Dengan
adanya etika bisnis, secara intern semua karyawan terikat dengan standard etis
yang sama, sehingga akan mefigambil kebijakan/keputusan yang sama terhadap
kasus sejenis yang timbul.
b. Dapat membantu menghilangkan grey area (kawasan kelabu) dibidang etika.
(penerimaan komisi, penggunaan tenaga kerja anak, kewajiban perusahaan
dalam melindungi lingkungan hidup).
c. Menjelaskan bagaimana perusahaan menilai tanggung jawab sosialnya.
d. Menyediakan bagi perusahaan dan dunia bisnis pada umumnya, kemungkinan
untuk mengatur diri sendiri (self regulation).
e. Bagi perusahaan yang telah go publik dapat memperoleh manfaat berupa
meningkatnya kepercayaan para investor. Selain itu karena adanya kenaikan
harga saham, maka dapat menarik minat para investor untuk membeli saham
perusahaan tersebut.
f. Dapat meningkatkan daya saing (competitive advantage) perusahaan
g. Membangun corporate image / citra positif , serta dalam jangka panjang dapat
menjaga kelangsungan hidup perusahaan (sustainable company).

15
BAB III

PENUTUP

3.1 Simpulan

Etika wirausaha merupakan sebuah turunan dari etika bisnis yang didalamnya
mengatur tentang perilaku (etika) seorang pengusaha/wirausahawan dalam
memulai, menjalankan, hingga mengembangkan bisnis/usahanya.Regulasi dan etika
bisnis merupakan seperangkat aturan, norma, nilai, dan kode etik yang harus
diperhatikan para pengusaha dalam menjalankan usaha/bisnisnya secara adil, sesuai
dengan hukum yang berlaku, dan tidak tergantung pada kedudukan individu ataupun
perusahaan di masyarakat.Prinsip Etika dalan wirausaha antara lain yaitu
membangun kepercayaan antara anggota masyarakat dengan perusahaan atau
pengusaha, menjaga etika adalah hal penting untuk melindungi reputasi perusahaan,
kejujuran merupakan barang langka dan “mata uang” yang berlaku di mana-mana,
etika adalah standar perilaku dan nilai-nilai moral menyangkut tindakan yang benar
dan salah yang terjadi di dalam lingkungan kerja.

Sikap dan perilaku seorang wirausaha menunjukkan bagaimana etikanya dalam


berusaha.Sikap dan tingkah laku menunjukan kepribadian karyawan suatu
perusahaan, dan diberikan kepada seluruh pelanggan tanpa pandang bulu. Etika
dalam wirausaha antara lain diterapkan kepada konsumen, karyawan, hubungan antar
bisnis, investor dan lembaga-lembaga keuangan terkait. Etika wirausaha bermanfaat
bagi usaha yang dijalankan karena dapat meningkatkan kredibilitas suatu perusahaan,
karena etika telah dijadikan sebagai corporate culture dan sebagainya.

3.2 Saran

Semua pengusaha yang menjalankan usaha atau bisnisnya harus memperhatikan


regulasi dan etika bisnis.Sebagaimana yang telah diatur dalam undang-undang dan
hukum yang berlaku sebagai bentuk kebijakan perintah dalam perannya menertibkan
iklim perekonomian nasional agar tetap kondusif.Khususnya hubungan perusahaan

16
dengan konsumen, perusahaan lain, pemerintah, maupun masyarakat, agar usaha yang
dijalankan tersebut dapat berjalan dengan baik dan mampu meningkatkan daya
saingnya dengan produk asing.Hal tersebut diharapkan dapat meningkatkan
perekonomian nasional.

17
DAFTAR PUSTAKA

http://melisanti91.blogspot.com/2013/10/etika-dalam-bisnis.html
http://sekolahcirebon.blogspot.com/2014/09/pengertian-regulasi-bisnis.html
http://baddaysp.blogspot.com/2013/10/pengertian-etika-bisnis-indikator-etika.html
http://www.databaru.com/artikel/pengertian-regulasi-bisnis#sthash.0nOf0ElG.dpbs
https://www.academia.edu/12438608/Etika_Wirausaha

18

Anda mungkin juga menyukai