Anda di halaman 1dari 8

infeksi janin, konseling biasanya berdasarkan pada usia gestasi sehubungan dengan risiko kelainan

congenital. Tidak ada pengobatan lain selain terminasi kehamilan jika memungkinkan. Perawatan untuk
inteksi maternal akut yang umumnya memiliki gejala. Jarang. pasien yang menderita trombositopenia
atau ensefalitis selamat dari glukokortikoid atau transfuse platelet. Tidak ada data yang menunjukkan
bahwa immunoglobulin mencegah kelainan janin. c) Cytomegalovisrus 1) Definisi (CMV). Infeksi CMV
disebabkan oleh virus Cytomegalo, dan virus ini temasuk golongan virus keluarga Herpes. Seperti halnya
keluarga herpes lainnya, virus CMV dapat tinggal secara laten dalam tubuh dan CMV merupakan salah
satu penyebab infeksi yang berbahaya bagi janin bila infeksi yang berbahaya bagi janin bila infeksi terjadi
saat ibu sedang hamil. Jika ibu hamil terinfeksi. maka janin yang dikandung mempunyai risiko tertular
sehingga mengalami gangguan misalnya pembesaran hati, kuning, ekapuran otak, ketulian, retardasi
mental, dan lain-lain. Pemeriksaan laboratorium sangat bermanfaat untuk mengetahui infeksi akut atau
infeski berulang. dimana infeksi akut mempunyai risiko yang lebih tinggi. Pemeriksaan laboratorium
yang silakukan meliputi Anti CMV IgG dan IgM, serta Aviditas Anti-CMV IgG. Penanganan Terkini Infeksi
Virus Sitomegalo (CMV) Pada Kehamilan dan Bayi. Infeksi Virus Sitomegalo (Citomegalo Vinus atau CM)
adalah infeksi yang tejadi pada bayi dari ibu penderita CMV selama masa kehamilan. Dari semua
herpesvirus yang menyerang manusia, sitomegalovirus (CMV) merupakan penyebab morbiditas dan
mortalitas paling besar dan paling penting. Meskipun infeksi

primer dengan penyakit ini umumnya tidak menimbulkan gejala pada orang dewasa sehat, beberapa
kelompok berisiko tinggi, termasuk penerima organ transplantasi immunocompromised dan individu
terinfeksi hurnan immnunodeficiency virus (HIV) dapat mengancam jwa. Selain itu, sitomegalovirus telah
muncul dalam beberapa tahun terakhir sebagaipenyebab paling penting darinfeksi kongenital di negara
maju, umumnya menyebabkar keterbelakangan mental dan cacat bawaan. Etiolog Penularan CMV akan
terjadi jika ada kontak langsung dengan cairan tubuh penderita seperti air seni, air ludah darah, air
mata, sperma dan air susu ibu. Bisa juga teriadi karena transplatasi organ. Kebanyakan penularan terjadi
karena cairan tubuh penderita menyentuh tangan individu yang rentan. Kemudian diabsorpsi melatui
hidung dan tangan. Teknik mencuci tangan dengan sederhana menqqunakan sabun cukup efektih untuk
membuang virus dari tangan. Golongan sosial ekonomi rendah lebih rentan terkena infeksi. Rumah sakit
juga merupakan tempat penularan virus ini, terutama uni dialisis, perawatan neonatal dan ruang anak.
Penularan melalui hubungan seksual juga dapat terjadi melalui cairan semen ataupun lendir
endoserviks. Virus juga dapat ditularkan kepada bayi melalui sekresi vagina pada saat lahir atau pada ia
menyusu. Namun infeksi ini biasanya tidak menimbulkan tanda dan gejala klinis Risiko infveksi
kongenital CMV paling besar terdapat pada wanita yang sebelumnya tidak pernah terinfeksi dan mereka
yang terinfeksi pertama kali ketika hamil Meskipun jarang, sitomegalovirus kongenital tetap dapat
terulang pada ibu hamil yang pernah mempunyai anak dengan sitomegalovirus kongenital pada
kehamilan terdahulu. Penularan dapat terjadi setiap saat dalam

kehamilan tetapi semakin muda umur kehamilan semakin berat gejala pada janinnya. Infeksi CMV lebih
sering teriadi di negara berkembana dan di masyarakat dengan status sosial ekonomi lebih rendah dan
merupakan penyeirus paling signifikan cacat lahir di negara-negara industri. CMV tampaknva memiliki
dampak besar pada parameter kekebalan tubuh di kemudian hari dan dapat menyebabkan peninakatan
morbiditas dan kematian. 3) Patofisiologi Masa inkubasi CMV: Setelah lahir 3-12 minggu Setelah
transfusi 3-12 minagu Setelah transplatasi 4 minqqu-4 bulan Urin sering mengandung CMV dari
beberapa bulan sampai beberapa tahun setelah infeksi. Virus tersebut dapat tetap tidak aktif dalam
tubuh seseorang tetap masih dapat diaktitkan kembali. Hingga kini belum ada imunisasi untuk
mencegah penyakit ini. Tanda dan Gejala serta Komolikasi Gejala CMV yang muncul pada wanita hamil
minimal dan biasanya mereka tidak akan sadar bahwa mereka telah terinfeksi. Namun ika ini merupakan
inveksi primer maka janin biasanya juga berisiko terinfeksi. Infekso tersebut baru dapat dikenali setelah
bayi lahir. Diantara bayl tersebut baru dapat dikenali setelah bayi lahir Diantara bayi yersebut hanya
30% diketahui terinfeksi didalam rahim dam kurang dari 15% akan menampakan gejala pada saat lahir.
Hanya pada individu dengan penurunan daya tahan dan pada masa pertumbuhan janin sitomegalovirus
menampakkan virulensinya pada manusia. Pada wanita normal sebagian besar adalah asimptomatik
atau subklinik., tetapi bila menimbulkan gejala akan tampak gejala antara lain:

Mononukleosis-like syndrome yaitu demarn yang tidak teratur selama 3 minggu. Secara Klinis timnbul
gejala lethargi. malaise dan kelainan hematologi yang sulit dibedakan dengan infeksi mononukleosis
(tanpa tonsilitis atau faringitis dan limfadenopati servikal). Kadang-kadang tampak gambaran seperti
hepatitis dan limfositosis atipik. Secara kinis infeksi sitomegalovirus juga mirip dengan infeksi virus
Epstein-Barr dan dibedakan dari hasil tes heterofi yang negatif. Gejala ini biasarya self limitting tetapii
komplikasi serius dapat pula terjadi seperti hepatitis, pneumonitis, ensefalitis. miokarditis dan lain-lain.
Penting iuga dibedakan dengan toksoplasmosis dar hepatitis B yang juga mempunyai gejala serupa. 2.
Sindroma post transfusi. Viremia teriadi 3-8 minggu setelah transfusi. Tampak gambaran panas
kriptogenik, splenomegali, kelainan biokimia dan hematologi. Sindroma ini juga dapat terjadi pada
transplantasi ginjal. 3. Penyakit sistemik luas antara lain pneumonitis yang mengancam jiwa vang dapat
teriadi pada pasien dengan infeksi kronis dengan thymoma atau pasien dengan kelainan sekunder dari
proses imunologi (seperti HIV tipe 1 atau 2) 4. Hepatitis anikterik yang terutama terjadi pada anak anak.
Tidak seperti virus rubella, sitomegalovirus dapat menginfeksi hasil konsepsi setiap saat dalam
kehamilan. Bila infeksi terjadi pada masa organogenesis (trimester ) atau selama periode pertumbuhan
dan perkembangan aktif (trimester I) dapat terjadi kelainan yang serius. Juga didapatkan bukti adanya
korelasi antara lamanya infeksi intrauterin dengan embriopati. Pada trimester I infeksi kongenital
sitomegalovirus dapat menyebabkan

prematur, mikrosefall, IUGR, kalsifikasi intrakranial pada ventrikel lateral dan traktus olfaktorius,
sebagian besar i terdapat korioretinitis, juga terdapat retardasi mental hepatosplenomegall, ikterus,
purpura trombositopen. i DIC. Infeksi pada trimester llI berhubungan dengan kelainan yang bukan
disebabkan karena kegagalan pertumbuhan somatik atau pembentukan psikomotor. 5) Penatalaksanaan
Tidak ada terap khusus untuk CMV pada individu yang sehat. Pasien dengan gangguan kekebalan dan
mereka yang memiliki gejala mononukleosis atau gejala hepatins diobati berdasarkan gejala yang timbul
atau dengan terapi anti virus. Yang penting dan perlu diperhatikan bagi wanita hamil yang seronegatif
harus mencegah agar tidak terlaly sering kontak dengan anak-anak usia 2-4 tahun terutama yang
diketahui menderita infeksi sitomegalovirus, dan selalu menjaga kebersihan diri dengan membiasakan
selalu mencuci tangan setelah kontak dengan produk cairan anak-anak seperti muntahan, popok dan
lain-lain d) Herpes. 1) Definisi Infeksi herpes pada alat genital (kelamin) disebabkan oleh Virus Herpes
Simpleks tipe Il (HSV I). Virus ini dapat berada dalam bentuk laten, menjalar melalui serabut syaraf
sensorik dan berdiam diganglion sistem syaraf otonom. Bayi yang dilahirkan dari ibu yang terinteksi HSV
II bilasanya memperlihatkan lepuh pada kuli, tetapi hal n tidak selalu muncul sehingga mungkin tidak
diketahu. Inteksi HSV Il pada bayi yang baru lahir dapat berakibat fatal (Padalebih dari 50
kasus).Permeriksaan laboratorium i yaitu AntiHSV II lgG dan Igm sangat penting untai mendeteksi secara
dini ternadap kemungkinan terijadinya inteksi oleh HSV Il dan mencaegah bahaya lebih lanlt pada bay
bila inteksi terjadi pada saat kehamilan.

2) Etiologi Virus herpes simploks tipe ldan ll merupakanvirus horninis DNA. Pembagian tipe I dan Il
berdasarkan karakteristik pertumbuhan pada media kutur, antigenic, dan lokasi klinis (tempat predileks).
3) Patofisiologi HSV-1 menyebabkan munculnya gelembung berisi cairan yang terasa nyeri pada mukosa
mulut, wajah, dan sekitar mata. HSV-2 atau herpes genital ditularkan melalui hubungan seksual dan
menyebabkan vagina terlihat seperti bercak dengan luka mungkin muncul iritasi, penurunan kesadaran
yang disertai pusing. dan kekuningan pada kulit Viaundice) dan kesulitan bernapas atau kejang. Biasanya
hilang dalam 2 minggu infeksl, infeksi pertama HSV adalah yang paling berat dan dimulai setelah masa
inkubasi 4-6 hari. Gejala yang timbul meliputi nyeri, inflamasi dan kemerahan pada kulit (eritema), dan
dikuti dengan pembentukan gelembung gelembung yang berisi cairan bening yang selanutnya dapat
berkembang menjadi nanah dilikuti dengan pembentukan keropeng atau kerang (scab). Setelah infeksi
pertama, HSV memiliki kemampuan yang unik untuk bermigrasi sampai pada saraf sensorik tepi menuju
spinal ganglia dan berdormansi sampai diaktifasi kembali. Pengaktifan virus yang berdormansi tersebut
dapat disebabkan penurunan daya tahan tubuh, stres, depresi, alergi pada makanan, demam, trauma
pada mukosa genital, menstruasi, kurang tidur, dan sinar ultraviolet. 4) Tanda dan Gejala serta
Komplikasi A. Gejala kinis Inveksi VHS ini berlangsung dalam 3 tingkatan. 1. Infeksi primer. Tempat
predileksi VHS tipe I di daerah pinggang ke atas terutamadi daerahmulut

dan hidung, biasanya dimulai pada anak-anak Inokulasi dapat terjadi secara kebetulan, misalnva kontak
kulit pada perawat. dokter 9ig, atau pada orangyang menggigit jari (herpetic Whitlow) Virnusi ini juga
sebagai penyebab herpes ensefalitis Infeksi primer oleh VHS tipe Il mempenyai tempat predileksi di
daerah pinggang ke bawah terutama di daerah genital, juga dapat menyebabkan herpes meningitis dan
infeksi neonates,Daerah predileksi ini sering kacau karena adanya cara hubungan seksual seperti oro-
genital, sehingga herpes yangterdapat padadaerah genitalkadang kadang disebabkan oleh VHS tipe I
sedangkan d daerah mulut dan ronggamulut dapat disebabkan oleh VHS tipe Il. Infeksi primer
berlangsung lebih lama dan lebih berat, kira-kira 3 minggu dan sering disertai gejala sistemik, misalnya
demam, malese, dan anoreksia. Selain itu dapat juga ditemukan pembengkakan kelenjar getah bening
regional. Kelainan kinis yang dijumpai berupa vesikel yang berkelompok di atas kulit yang sembab dan
eritematosa, berisi cairan jernih dan kemudian menjadi seropurulen, dapat menjadi kusta dan kadang-
kadang mengalami ulserasi yang dangkal, biasanya sembuh tnpa sikatriks. Pada perabaan tidak terdapat
indurasi. Kadang kadang dapat timbul infeksi sekunder sehingga memberi gambaran yang tidak jelas.
Umumnya didapati pada orang yang kekurangan antibody virus herpes simpleks. Pada wanita ada
laporan yang mengatakan bahwa 80% infeksi VHS pada genitalia eksterna disertai infeksi pada serviks. 2.
Fase Laten. Pada fase ini tidak akan detemukan gejala kinis, tetapi VHS dapat ditemukan dalam keadaan
tidak aktif pada ganglion dorsalis.
3. Infeksi Rekurens. Halin berarti VHS pada ganglion dorsalis yang dalam keadaan tidak akif, denga
mekanisme pacu menjadi aktif dan mencapai kulit sehingga menimbulkan gejala kinis. Mekanisme pacu
itu dapat berupa trauma fisik (demam, inteksl, kurang tidur, hubungan seksual, dan sebagainya),
traumapsikis (gangguanemosional, menstruasi), dan dapat pula timbul akibat jenis makanan dan
minuman yang merangsang Gejala klinis yang timbul lebih ringan dari pada intekst primer dan
berlangsung kira-kira 7 sampai 10 hari. Sering ditemukan gejala prodromal local sebelum timbul vesikel
berupa rasa panas, gatal, dan nyeri. Infeksi rekurens ini dapat timbul pada tempat yang sama (loco) atau
tempat lain/tempat di sekitarnya (non loco) 5) Penatalaksanaan Hingga saat ini belum ada terapi yang
memberikan penyembuhan radikal, artinya tidak ada pengobatan yang dapat mencegah fase rekurens
secara tuntas. Pada lesi yang dini dapat digunakan obat topikal berupa salep/ krim yang mengandung
preparat idoksuridin (stoxil, viruguent, viruguent-P) dengan cara aplikasi, yang sering dengan interval
beberapa jam. Preparat asikdovir (zovirax) yang dipakai secara topical dapat mengganggu replikasi DNA
virus. Pengobatan kinis hanya bermanfaat jika penyakit sedang aktif. Jika timbul ulserasi dapat dilakukan
kompres. Pengobatan oral berupa preparat asikovit, tampaknya memberikan hasil yang lebih bailk. Fase
aktif menjadi lebih singkat dan masa rekurensnya lebih panjang. Dengan dosis 5 x 200 mg sehari selama
5 hari. Pengobatan parenteral dengan asildovir terutama ditujukan pada penyakit yang lebih berat atau
jika timbul komplikasi pada alat dalam. Begitu pula dengan preparat

adenine arabinosid (vitarabin) . Interferon sebuah preparat glikoprotein yang dapat menghambat
reproduke virus, juga dapat menghambat reproduksi virus jugai dapat dipakai secara parenteral.Untuk
mencegah rekurens berbagai usaha yang dilakukan dengan tujuanmeningkatkan imunitas-imunitas
selular dengan memberi levamisol dan isoprinosin atau asidovir secara berkala,menurut beberapa
penelitian memberikan hasl yang baik. Elek levamisol dan isoprinosin ialah sebagaii imunostimulator
Pemberian vaksinasi cacar sekarang idak lagi digunakan. Herpes Genitalis pada Kehamilan Bila pada
kehamilan timbul herpes genitalis, maka peru mendapat perawatan yang serius, karena melalui i
plasenta virus dapat sampai ke sirkulasi fetal, serta dapat menimbulkan kerusakan atau kematian pada
janin. Inteksi neonatal mempunyai angka mortalitas 60% separuh dari yang hidup menderita cacat
neorologk atau kelainan organ seperti mata. Kelainan yang timbul pada bayi dapat berupa ensefalitis,
keratokonjungtivits, atau hepatitis, disamping itu dapat juga timbul lesi pada kulit. Beberapa ahli
kandungan memilih partus dengan sc, bila sat partus ibu menderita infeksi ini. Tindakan ini diambil
sebelum selaput amnion pecah atau paling lambat 6 jam setelah selaput amnion pecah. Di amerika
frekueansi herpes neonataladalah 1 per 7500 kelahiran hidup. Bila transmisi terjadi pada trimester I
cenderung terjadi abortus; sedangkan bila pada trimester Il akan terjadi prematuritas. Selain itu dapat
terjadi transmisi pada saat intra partum. 6) Prognosis Selama pencegahan rekurens masih merupakan
masalah, hal tersebut secara psikologis akan menjadi beban bagi penderita. Pengobatan secara dini dan

tepat memberl prognosis yang lebith baik. yakn masa ponyakit berlangsung lebih singkat dan rekurens
lebih jorang Pada orang dengan gangguan imunitas, misalrya pada penyakit-ponyakit dongan turor di
ystem retikuloendotelial, pengobatan dengan imunosupresan yang lama atau fisik yang sangat lermah
meryebabkan infeksi ini dapat menyebar kea alat-alat dalam dan menjadi fatal. Prognosis akan lebih
baik seiring dengan meningkatnya usia seperti pada orang dewasa PLACENTA PREVIA 1. Definisi Plasenta
previa adalah plasenta yang ada di depan jalan lahir orae di depan, vias jalan). Jadi yang dimaksud ialah
plasenta i yang implantasinya tidak normal, rendah sekali hingga menutupi seluruh atau sebagian ostium
internum. Plasenta previa merupakan suatu keadaan dimana plasenta yang letaknya abnormal, yaitu
pada segmen bawah rahim sehingga menutupi sebagian atau seluruh pembukaan jalan lahir untuk bayi
(ostium uteri internum). Plasenta previa artinya "plasenta di depan. (previa =depan), artinya plasenta
berada lebih "depan" daripada janin yang hendak keluar. Angka kejadiannya sekitar 3-6 dari 1000
kehamilan. Secara sederhana, rahim berbentuk segitiga terbalik, atau bisai juga dibayangkan seperti
daun waru (clover) terbalik dengan tangkal dibawah. Bagian tangkai ini berbentuk seperti tabung atau
corong (dikenal sebagai leher rahim) dengan ujung terbuka (dikenal sebagai mulut rahim). Normalnya
plasenta terletak dibagian fundus (bagian puncak/atas rahim), biasanya agak kekiri atau kekanan sedikit,
tetapi tidak sampai meluas kebagian bawah apalagi menutupi jalan lahir. Patokan jalan lahir ini adalah
ostium uteri internum (OU), yaitu mulut rahim bila dilihat dari bagian dalam rahim. Kalau dilihat dari
luar, dari arah vagina, disebut ostium uteri eksternum. Frekuensi plasenta previa meningkat pada grade
multipara, primigravida tua,

bekas seksio sesare, bekas aborsi, kelainan janin dan leiomioma uteril Penyebab plasenta previa secara
pasti sulit ditentukan, tetapi Etiolog ada beberapa faktor yang meningkatkan risiko terjadinya plasentai
previa misalnya bekas operasi rahim (bekas sesar atau operasi mioma), sering mengalami infeksi rahim
(radang pangguf). kehamilan ganda, pernah plasenta previa, atau kelainan bawaan rahim. Plasenta
previa meningkat kejadiannya pada keadaan. keadan yang endometriumnya kurang baik, misainya
karena atrof endometrium atau kurang baiknya vaskularisasi desidua. Keadaan ini bisa ditemukan pada:
1. Multipara, terutama jika jarak antara kehamilannya pendek. 2. Mioma uteri. 3. Koretasi yang
berulang. 4. Umur lanjut. 5. Bekas seksio sesarea. 6. Perubahan inlamasi atau atrofi, misalnya pada
wanita perokok atau pemakai kokain. Hipoksemi yang terjadi akibat karbon monoksida akan
dikompensasi dengan hipertrofi plasenta. Hal ini terjadi terutama pada perokok berat (lebih dari 20
batang perhari). Keadaan endometrium yang kurang baik menyebabkan plasenta harus tumbuh menjadi
luas untuk mencukupi kebutuhan janin. Plasenta yang tumbuh meluas akan mendekati atau menutupi
ostium uteri internum.Endometrium yang kurang baik juga dapat menyebabkan zigot mencari tempat
implantasi yang lebih bailk, yaitu di tempat yang rendah dekat ostium uteri internum. Plasenta previa
juga dapat terjadi pada plasenta yang besar dan yang luas, seperti pada eritroblastosis, diabetes
mellitus, atau kehamilan multipel.

3.Tanda dan Gejala Perdarahan pada vagina dengan nyeri Perdarahan berulang Warna perdarahan
merah segar Adanya anemia dan renjatan yang sesuai dengan keluarnya darah Timbulnya perlahan-
lahan Waktunya terjadi saat hamill His biasnya tidak ada Rasa tidak tegang (biasa) saat palpasi Denyut
jantung janin ada Teraba jaringan plasenta pada periksa dalm vagina Penurunan kepala tidak masuk
pintu atas panggul Presentasi mungkin abnormal Menururt FKUI (2000), tanda dan gejala plasenta
previa diantaranya adalah: 1. Pendarahan tanpa sebab tanpa rasa nyer dari biasanya dan berulang. 2.
Darah biasanya berwarna merah segar. i 3. Terjadi pada saat tidur atau saat melakukan akdtivitas. 4.
Bagian terdepan janin tinggi (loating), sering dijumpal kelainan letak janin. 5. Pendarahan pertama (first
bleeding) biasanya tidak banyak dan tidak fatal, kecuali bila dilakukan periksa dalam sebelumnya. Tetapi
perdarahan berikutnya (reccurent bleeding) biasanya lebih banyak. 4. Faktor Risiko Wanita berumur
lebih dari 35 tahun, kali lebih berisiko multiparitas apalagi, bila jaraknya singkat. Secara teori plasenta i
yang baru berusaha mencari tempat selain bekas plasenta sebelumnya

kehamilan kembar

5 Adanya gangguan anatomois atau tumor pada rahim sehingga Kehamilan kembar mempersempit
permukaan bagi penenpelan plasenta Adanya jaringan parut pada rahim oleh operasi sebelumnya.
Dilaporkan tanpa jaringan parut berisiko 0.26%. Setelah bedah sesar, bertambah berturut-turut menjadi
0,65% setelah 1 kalil, i 1,8% setelah 2 kali, 3 % setelth 3 kali dan 10 % setelah 4 kali atau lebih Adanya
endometriosis (adanya jaringan pada tempat yang bukan seharusnya, misalnya di indung telur) setelah
kehamilan sebelunya Riwayat plasenta previa sebelumnya, berisiko 12 kali lebih besar Adanya trauma
pada saat kehamilan Kebiasaan tidak sehat seperti merokok ddan minum alcohol Plasenta besar pada
hamil ganda dan eritoblastosis atau hidrops fetalis Korpus luteum bereaksi lambat, dimana
endometrium belum siap menerima hasil konsepsi Patofisiologi Perdarahan antepartum akibat plasenta
previa terjadi sejak kehamilan 20 minggu saat segmen bawah uterus telah terbentuk dan mulai melebar
serat menipis. Umumnya terjadi pada trisemester ketiga karena segmen bawah uterus lebih banyak
mengalami perubahan. Pelebaransegmen bawahuterus dan pembukaan serviks menyebabkan sinus
uterus robek karena lepasnya plasenta dari dinding uterus atau karena perobekan sinus marginalis dari
plasenta. Perdarahan tidak dapat dihindarkan karena ketidakmampuan serabut otot segmen bawah
uterus untuk berkontraksi seperti pada i plasenta letak normal. 6. Manifestasi Klinis Anamnesis adanya
perdarahan per vagina berwarna merah

oksitosin pada partus per vaginam, billa gagal drips i (sesuai dengan protap terminasi kehamilan). Bila
terjadi perdarahan banyak lakukan seksio sesar Indikasi untuk melakukan seksio sesar adalah: Plasenta
previa totalis Perdarahan banyak tanpa henti Presentase abnormal Panggul sempit Keadaan serviks tidak
menguntungkan (belum matang) Gawat janin Pada keadaan dimana tidak memungkinkan dilakukan
seksio sesar maka lakukan pemasangan cunam willet atau versi Braxton Hicks. Indikasi Seksio Sesarea:
Plasenta previa tootalis Plasenta previa pada primigravida Plasenta preva janin letak lintang atau letak
langsung Anak berharga dan fetal distress Plasenta previa lateralis jika: Pembukaan masih kecil dan
perdarahan banyak Sebagian besar OUl ditutupi plasenta Plasenta terletak disebelah belakang
(posterior) Pefause bleeding, perdarahan sangat banyak dan mengalir dengan cepat. Pratus pervagina.
Dilakukan pada plasenta previa marginalis atau lateralis pada multipara dan anak sudah meninggal atau
prematur. Pengobatan plasenta previa dibagi dalam 2 golongan yaitu: Terminasi: kehamilan segera
diakhiri sebelum terjadi perdarahan yang membawa maut, misalnya: kehamilan cukup bulan,
perdarahan banyak, parturien, dan anak mati (tidak selalu).

a. Cara vaginal yang bermaksud untuk mengadakan tekanan pada plasenta, yang dengan derikian
menutup pembuluh-pembuluh darah yang terbuka tamponade pada plasenta) b. Dengan seksio sesarea,
dimaksudkan untuk mengosongkanrahimhinggarahim dapat berkontraksi dan menghentikan
perdarahan, seksio sesarea juga mencegah terjadinya robekan serviks yang agak sering terjadi pada
persalinan pervaginam. 3) Ekspektatif: Dilakukan apabila janin masih kecil sehingga kemungkinan hidup
di dunia luar baginya kecil sekall. Sikap ekspektatif tertentu hanya dapat dibenarkan jika keadaan ibu
baik dan perdarahan sudah berhenti atau sedikit sekali. I Dahulu ada anggapan bahwa kehamilan
dengan plasentai previa harus segera diakhri untuk menghindari perdarahan yang fatal. Namun,
sekarang ternyata terapi menunggu dapat dibenarkan dengan alas an sebagai berikut: 1. Perdarahan
pertama pada plasenta previa jarang fatal 2. Untuk menurunkan kematian bayi karena prematuritas
Syarat bagi terapi ekspektatif ialah bahwa keadaan ibu dan anak masih baik (Hb-nya normal) dan
perdarahan tidak banyak. Penderita plasenta previa juga harus diberikan antibiotic mengingat
kemungkinan terjadinya infeksi yang besar disebabkan oleh perdarahan dan tindakan-tindakan
intrauterine. Jenis persalinan apa yang kita pilih untuk pengobatan plasenta previa dan kapan
melaksanakannya bergantung pada faktor-faktor sebagai berikut: i Perdarahan yang banyak Keadaan ibu
dan anak Besarnya pembukaan Tingkat plasenta previa

Paritas Perdarahan yang banyak. pembukaan kecil, nulipara, dan tingkat plasenta preva yang berat
mendorong kita melakukan seksio sesarea, seballknya perdarahan yangi sedang atau sedkit. pembukaan
yang besar, multiparitas dan tingkat plasenta previa yang ringan, dan anak yang mati cenderung untuk
dilahirkan pervaginam. Perlu diperhatikan bahwa sebelum melakukan tindakan apapun pada penderita
plasenta previa, harus selalu sedia darah yang cukup. ABORTUS Definisi Abortus adalah pengeluaran
hasil konsepsi sebelum janin mampu hidup di luar kandungan dengan berat badan kurang dari 1000
gram atau umur kehamilan kurang dari 28 minggu (IKPK dan KB, 1992). Abortus atau keguguran dibagi
menjadi: a. Berdasarkan kejadiannya Abortus spontan terjadi tanpa ada unsur tindakan dari luar dan
dengan kekuatan sendiri Abortus buatan sengaja dilakukan sehingga kehamilan diakhin. Upaya
menghilangkan konsepsi dapat dilakukan berdasarkan: Indikasi medis. Yaitu menghilangkan kehamilan
atas indikasi untuk menyelamatkan jiwa ibu. Indikasi tersebut diantaranya adalah penyakit jantung.
ginjal, atau penyakit hati berat dengan pemeriksaan ultrasonografi, gangguan pertumbuhan dan
perkembangan dalam rahim. Indikasi social. Pengguguran kandungan dilakukan atas dasar aspek social,
menginginkan jenis kelamin tertentu tidak ingin punya anak, jarak kehamilan terlalu pendek, belum siap
untuk hamil dan kehamilan yang tidak dinginkan.

medisAbortus buatan semua hasil mati. 2. Dilakukan oleh tenaga medis b. Berdasarkan polaksanaanya
Abortus buatan teraupetik. llegal yang cilakukan tanpa dasar hokum atau melawan hokum secara
legaltas bercdasarkan indkasl (Abortus Kriminalis) Keguguran lengkap (abortus kompletus). c.
Berdasarkan gambaran kinis konsepsi dikeluarkan seluruhnya. Keguguran tidak lengkap (abortus
inkompletus), sebagian hasil konsepsi masih tersisa dalam rahim yang dapat menimbulkan
penyulit.Keguguran mengancam (abortus imminen), abortus ini baru dan masih ada harapan untuk
dipertahankan. Keguguran tak terhalangi (abortus insipien), abortus ini suadah berlangsung dan tidak
dapat dicegah atau dihalangi lagi.Keguguran habitualis, abortus yang telah berulang dan berturut-turut
terjadi sekurang-kurangnya 3 kal. Keguguran dengan infeksi (abortus infeksiousus), keguguran yang
disertai infeksi sebagian besar dalam bentuk tidak lengkap dan dilakukan dengan cara kurang legeartis.
Missed abortion, keadaan dimana janin telah mati sebelum minggu ke 22, tetapi tertahan dalam rahim
selama 2 bulan atau lebih setelah janin Penyebab keguguran sebagian besar tidak diketahui secara
Etiologi pasti, tetapi beberapa faktor yang berpengaruh adalah: a. Faktor pertumbuhan hasil konsepsi,
kelainan pertumbuhan hasil konsepsi dapat menimbulkan kematian janin dan cacat bawaan yang
menyebabkan hasil konsepsi dikeluarkan, gangguan pertumbuhan hasil konsepsi dapat terjadi karena:
Faktor kromosom terjadi sejak semula pertemuan kromosom, termasuk i kromosom seks. Faktor
lingkungan endometrium terjadi karena endometrium belum siap untuk menerima implantasi hasil
konsepsi. Selain

itu iuga karena gizi ibu yang kurang karena anemia atau terialu pendeknya jarak kehamilan. Hallainyang
ikut jugamempengaruhi yaitu: Pengaruh luar, Infeksi endometriur, Hasil konsepsi yangi dipengaruhi oleh
obat dan radiasi, Faktor psikologis, Kebiasaan ibu (merokok, alcohol, kecanduan obat) Kelainan plasenta
Ada banyak hal yang mempengaruhi yaitu: Inteksi pada plasenta, i Gangguan pembuluh darah,
Hipertensi. C. Penyakit ibu d. Penyakit inteksi seperti tifus abdominalis, malaria, pneumonia dan sifilisi e.
Anemia f. Penyakit menahun seperti hipertensi, penyakit ginjal, penyakit hati, DM g. Kelainan rahim
Patofisiologi Patofisiologi terjadinya keguguran mulai dari terlepasnya sebagian atau seluruh jaringan
plasenta, yang menyebabkan perdarahan sehingga janin kekurangan nutrisi dan O2. Pengeluaran
tersebut dapat terjadi spontan seluruhnya atau sebagian masih tertinggal, yang menyebabkan berbagal
penyulit. Oleh karena itu keguguran memberikan gejala umum sakit perut karena kontraksi rahim,
terjadi perdarahan, dan disertai pengeluaran seluruh atau sebagian hasil konsepsi. Bentuk perdarahan
bervariasi diantaranya:Sedikit-sedikit dan berlangsung lama, sekaligus dalam jumlah besar dapat disertai
gumpalan, akibat perdarahan, dapat menimbulkan syok, nadi meningkat, tekanan darah turun, tampak
anemis dan daerah ujung (akral) dingin. Tanda dan Gejalai Tanda dan gejala pada abortus Imminen:

Terdapat kotorambatan datang bulan, Terdapat perdarahan, disortai sakit perut atau mules, Pada
permeriksaan dijumpai besarnya rahim sama dengan umur kehamilan dan terjadi kontraksi otot rahim,
Hasil periksa dalam terdapat perdarahan dari kanalis servikalis, dan kanalis servikalis masih tertutup,
Dapat dirasakan kontraksi otot rahim, hasil pemeriksaan tes i kehamilan masih positif Tanda dan gejala
pada abortus Insipien: Perdarahan lebih banyak, Perut mules atau sakit lebih hebat, Pada pemariksaan
dijumpai perdarahan lebih banyak, Kanalis servikalis terbuka dan jaringan atau hasil konsepsi dapat
diraba. Tanda dan gejala abortus Inkomplit: Perdarahan memanjang, sampai terjadi keadaan anemis,
Perdarahan mendadak banyak menimbulkan keadaan gawat, Terjadi infeksi ditandai dengan suhu tingg,
Dapat terjadi degenerasi ganas (kario karsinoma). Tanda dan gejala abortus Kompletus: Uterus telah
mengecil, Perdarahan sedikit, Canalis servikalis telah tertutup. Tanda dan gejala Missed Abortion: Rahim
tidak membesar, malahan mengecil karena absorbsi air ketuban dan maserasi janin, Buah dada mengecil
kembali.

Anda mungkin juga menyukai