Anda di halaman 1dari 16

LAPORAN PENDAHULUAN DAN ASUHAN KEBIDANAN

PADA ANAK PRASEKOLAH An. “W” USIA 4 TAHUN

DI DUSUN NGEMBEH DESA NGEMBEH

KECAMATAN DLANGGU KABUPATEN MOJOKERTO

OLEH :

RIZAH ISTIGHFARI FAUZIA

201702027

PROGARAM STUDI DIII KEBIDANAN

STIKES BINA SEHAT PPNI MOJOKERTO

TAHUN AKADEMIK 2019/2020


LEMBAR PENGESAHAN

LAPORAN PENDAHULUAN DAN ASUHAN KEBIDANAN

PADA ANAK PRASEKOLAH An. “W” USIA 4 TAHUN

DI DUSUN NGEMBEH DESA NGEMBEH

KECAMATAN DLANGGU KABUPATEN MOJOKERTO

Telah diteliti dan disahkan pada :


Hari : Rabu
Tanggal : 11 Desember 2019

Mahasiswa,

Rizah Istighfari F.

NIM. 201702027

Mengetahui,

Pembimbing Akademik

Hj. Tria Wahyuningrum, S,SiT.,M.Keb

NIK. 162 601 083


LAPORAN PENDAHULUAN ANAK PRASEKOLAH

A. Pengertian Anak Prasekolah

Yang dimaksudkan dengan anak prasekolah adalah mereka yang


berusia antara 3-6 tahun. Mereka biasanya mengikuti program prasekolah
dan kindergarten. Sedangkan di Indonesia, umumnya mereka mengikuti
program Tempat Penitipan Anak (3 bulan -5 tahun) dan Kelompok
Bermain (usia3 tahun), sedangkan pada usia4-6 tahun biasanya mereka
mengikuti program Taman Kanak-Kanak.

Masa prasekolah dapat merupakan masa-masa bahagia dan amat


memuaskan dari seluruh masa kehidupan anak. Untuk itulah kita perlu
menjaga hal tersebut berjalan sebagaimana adanya. Janganlah
memaksakan sesuatu karena diri kita sendiri dan mengharapkan secara
banyak dan segera, maupun mencoba untuk melakukan hal-hal yang
memang mereka belum siap. Suatu hal yang tidak mudah untuk mengajari
anak untuk berhitung, membaca ataupun menulis pada masa-masa pertama
kehidupannya.

Masa prasekolah adalah masa pertumbuhan. Masa-masa ini adalah


masa menemukan orang seperti apa anak tersebut, dan teknik apakah yang
bisa cocok dalam menghadapinya. Masa prasekolah adalah masa belajar,
tetapi bukan dalam dunia dua dimensi (pensil dan kertas) melainkan
belajar pada dunia nyata. Pada masa prasekolah yang ditekankan adalah
bermain. Waktu bermain merupakan sarana pertumbuhan. Pada tahun-
tahun pertama kehidupannya, anak membutuhkan bermain sebagai sarana
untuk tumbuh dalam lingkungan budaya dan kesiapannya dalam belajar
formal. Bermain merupakan aktivitas yang spontan dan melibatkan
motivasi serta prestasi dalam diri anak yang mendalam .

B. Ciri Fisik Anak Prasekolah


Penampilan maupun gerak-gerik anak taman kanak-kanak mudah
dibedakan dengan anak yang berada dalam tahapan sebelumnya. Anak
prasekolah umumnya sangat aktif. Mereka telah memiliki peguasaan
(control) terhadap tubuhnya, sangat menyukai kegiatan yang dilakukan
sendiri. Otot-otot besar pada anak taman kanak-kanak lebih berkembang
dari control jari dan tangan. Oleh karena itu, biasanya anak belum terampil
dalam kegiatan yang rumit seperti mengikat tali sepatu. Anak masih sering
mengalami kesulitan apabila harus memfokuskan pandangannya pada
objek-objek yang kecil ukurannya, itu sebabnya koordinasi tangan dan
matanya masih kurang sempurna. Walaupun tubuh anak ini lentur, tetatpi
tengkorak kepala yang melindungi otak masih lunak. Oleh karena itu,
hendaknya berhati-hati bila anak berkelahi dengan teman-temannya.
Orang tua atau guru harus senantiasa mengawasi dengan cermat dan
telaten.

C. Ciri Sosial Anak Prasekolah

Setelah anak masuk TK, umumnya pada mereka telah berkembang


kesadaran terhadap perbedaan jenis kelamin dan peran sebagai anak lelaki
dan anak perempuan. Kesadaran ini tampak pada pilihan terhadap alat
permainan dan aktivitas bermain yang dipilih anak lelaki dan anak
perempuan. Anak lelaki umumnya lebih menyukai bermain di luar,
bermain kasar dan bertingkah laku agresif. Anak perempuan lebih suka
bermain bersifat kesenian, bermain boneka dan menari.

mengamati tingkah laku sosial anak usia dini ketika mereka sedang
bermain bebas sebagai berikut:

a. Tingkah laku unoccupied. Anak tidak bermain dengan sesungguhnya.


Ia mungkin berdiri di sekitar anak lain dan memandang temannya
tanpa melakukan kegiatan apapun.
b. Bermain soliter. Anak bermain sendiri dengan menggunakan alat
permainan berbeda dengan apa yang dimainkan oleh teman yang ada
di dekatnya. Mereka tidak berusaha untuk saling bicara.

c. Tingkah laku onlooker. Anak menghabiskan waktu dengan mengamati.


Kadang memberi komentar apa yang dimainkankan anak lain, tetapi
tidak berusaha untuk bermain bersama.

d. Bermain parallel. Anak bermain dengan salin berdekatan, tetapi tidak


sepenhnya bermain bersama dengan anak yang lain. Mereka
menggunakan alat mainan yang sama, berdekatan tetapi dengan cara
yang tidak saling bergantung.

e. Bermain asosiatif. Anak bermain dengan anak lain tetapi tanpa


organisasi. Tidak ada peran tertentu, masing-masing anak bermain
dengan caranya sendiri-sendiri.

f. Bermain kooperatif. Anak bermain dalam kelompok di mana ada


organisasi, ada pimpinannya. Masing-masing anak melakukan kegiatan
bermain dalam kegiatan bersama, misalnya perang - perangan, sekolah
- sekolahan, dan lain-lain. Sejalan dengan perkembangan kognitif
anak. Piaget mengemukakan perkembangan permainan anak usia dini
sebagai masa symbolic make play (berlangsung dari 2-7 tahun).

D. Pola Bermain

Pola bermain anak prasekolah sangat bervariasi fungsinya sesuai


dengan kelas sosial dan ‘gender’ melakukan pengelompokan setelah
mengamati kegiatan bermain bebas anak prasekolah yang dihubungkan
dengan kelas sosial dan kognitif anak, yaitu:

 Bermain fungsional. Melakukan pengulangan gerakan-gerakan


otot dengan atau tanpa objek.
 Bermain konstruktif. Melakukan manipulasi terhadap benda-benda
dalam kegiatan membuat konstruksi atau mengkreasi/
mencipatakan sesuatu.

 Bermain dramatik, adalah dengan menggunakan situasi yang


imajiner.

 Bermain dengan mennggunakan aturan

E. Ciri Kognitif Anak Prasekolah

Pada rentang usia 3-4 sampai 5-6 tahun, anak mulai memasuki masa
prasekolah yang merupakan masa kesiapan untuk memasuki pendidikan
formal yang sebenarnya di sekolah dasar. Menurut Montessori masa ini
ditandai dengan masa peka terhadap segala stimulasi yang diterimanya
melalui pancaindera. Masa peka memiliki arti penting bagi perkembangan
setiap anak.

Dalam kesempatan lain, Hurlock menyatakan bahwaanak usia 3-5


tahun adalah masa permainan. Bermain dengan benda atau alat
permainadimulai sejak usia satu tahun pertama dan akan mencapai
puncaknya pada usia 5-6 tahun. Menurut Piaget, usia 5-6 tahun ini
merupakan praoperasional konkret. Pada tahap ini anak dapat
memanipulasi objek symbol, termasuk kata-kata yang merupakan
karakteristik penting dalam tahapan ini. Hal ini dinyatakan dalam peniruan
yang tertunda dan dalam imajinasi pura-pura dalam bermain.

F. Ciri Emosional Anak Prasekolah

Anak prasekolah cenderung mengekspresikan emosinya dengan bebas


dan terbuka. Sikap marah sering diperlihatkan oleh anak pada usia ini. Iri
hati pada anak usia dini ini sering terjadi. Mereka sering memperebutkan
perhatian guru. Emosi yang tinggi pada umumnya disebabkan oleh
masalah psikologisdibanding masalah fisiologis. Orang tua hanya
memperbolehkan anak melakukan beberapa hal, padahal anak merasa
mampu melakukan lebih banyak lagi. Hurlock mengemukakan pola-pola
emosi umum pada awal masa kanak-kanak sebagai berikut:

a. Amarah. Penyebab amarah yang paling umum ialah pertengkaran


mengenai permainan, tidak tercapainya keinginan, dan serangan
yang hebat dari anak lain. Anak mengungkapkan rasa marah
dengan ledakan amarah yang ditandai dengan menangis, berteriak,
menggertak, menendang, melompat-lompat, atau memukul.

b. Takut. Pembiasaan, peniruan, dan ingatan tentang pengalaman


yang kurang menyenangkan berperan penting dalam menimbulkan
rasa takut seperti cerita-cerita, mulanya reaksi anak terhadap rasa
takut ialah panik, kemudia menjadi lebih khusus lagi seperi lari,
menghindar, bersembunyi, dan menangis.

c. Cemburu. Anak menjadi cemburu bila ia mengira bahwa minat


dan perhatian orang tua beralih kepada orang lain di dalam
keluarga, biasanya adik yang baru lahir. Anak yang lebih muda
dapat mengungkapkan kecemburuannya secara terbuka atau
menunjukkan dengan kembali berperilaku seperti anak kecil
seperti mengompol, pura-pura sakit, atau menjadi nakal yang
berlebihan. Perilaku ini semuanya bertujuan untuk menarik
perhatian orang tuanya.

d. Ingin tahu. Anak mempunyai rasa ingin tahu terhadap hal-hal yang
baru dilihatnya, juga mengenai tubuhnya sendiri dan tubuh orang
lain. Reaksi pertama ialah dalam bentuk penjelajahan
sensomotorik, kemudian sebagai akibat dari tekanan sosial dan
hukuman, anak bereaksi dengan bertanya.

e. Iri hati. Anak-anak sering iri hati mengenai kemapuan atau barang
yang dimliki orang lain. Iri hati ini diungkapkan dalam bermacam-
macam cara, yang paing umum ialah dengan mengeluh tentang
barangnya sendiri, dengan mengungkapkan keinginan untuk
memilki barang seperti yang dimiliki orang lain.

f. Gembira. Anak-anak merasa gembira karena sehat, situasi yang


tidak layak, bunyi yang tiba-tiba atau yang tidak diharapkan,
bencana yang ringan, membohongi orang lain, dan berhasil
melakukan tugas yang dianggap sulit. Anak mengungkapkan
kegembiraan dengan tersenyum dan tertawa, bertepuk tangan,
melompat-lompat atau memeluk benda atau orang yang membuat
bahagia.

g. Sedih. Anak-anak merasa sedih karena kehilangan segala sesuatu


yang dicintai atau yang dianggap penting bagi dirinya, apakah itu
orang, binatang, atau benda mati seperti mainan. Secara khas anak
mengungkapkan kesedihannya dengan menangis dan dengan
kehilangan minat terhadap kegiatan normalnya, termasuk makan.
Anak-anak belajar mencintai orang lain, binatang, atau benda yang
menyenangkannya.

Sejalan dengan pandangan mengemukakan beberapa ketrampilan


kunci untuk meningkatkan kesiapan sekolah anak pra-sekolah, yaitu:

a. Ketrampilan sosial, misalnya kemampuan untuk bekerjasama


secara kooperatif, untuk menghormati orang lain, untuk
mengekspresikan emosi dan perasaan dengan cara yang terhormat,
untuk mendengarkan orang lain, untuk mengikuti aturan dan
prosedur, untuk duduk dengan penuh perhatian, dan untuk bekerja
secara mandiri. Pengembangan ketrampilan sosial pada anak pra-
sekolah sangat krusial mengingat adanya beberapa hasil penelitian
yang menunjukkan bahwa bila seseorang anak belum mencapai
kompetensi sosial minimal pada umur 6 tahun, di kelak kemudian
hari ia akan mengalami kesulitan untuk mengembangkan
kompensi tersebut.
b. Ketrampilan komunikasi, misalnya ketrampilan untuk meminta
bantuan dengan cara yang baik dan sopan, ketrampilan untuk
memverbalisasikan pikiran dan perasaan, menjawab pertanyaan
terbuka dan tertutup, berpartisipasi dalam diskusi kelas, dan
ketrampilan untuk menghubungkan berbagai ide dan pengalaman.

c. Perilaku terkait-tugas, misalnya perilaku tidak mengganggu anak-


anak lain selama proses belajar, ketrampilan anak untuk memantau
perilakunya sendiri, menemukan bahan-bahan yang diperlukan
guna menyelesaikan tugas, mengikuti pengarahan guru,
menggeneraliasikan ketrampilan ke berbagai situasi, bersikap on-
task selama mengerjakan pekerjaan yang melibatkan seluruh kelas,
dan mencoba berbagai strategi untuk mengatasi masalah yang
berbeda.

Metode Pembelajaran Untuk Mengembangkan Kesiapan Sekolah


Anak Prasekolah

a. Metode Bermain

Salah satu aspek utama pendidikan pra-sekolah adalah bermain.


Bermain merupakan cara/jalan bagi anak untuk mengungkapkan
hasil pemikiran, perasaan serta cara mereka menjelajahi dunia
lingkungannya. Dengan bermain anak memiliki kesempatan untuk
bereksplorasi, menemukan, mengekspresikan perasaan, berkreasi,
belajar secara menyenangkan. Bermain membantu anak menjalin
hubungan sosial antar anak .

b. Metode Belajar Kooperatif

Belajar kooperatif dapat dimaknai anak-anak belajar dalam


kelompok kecil, dan setiap anak dapat berpartisipasi dalam tugas-
tugas bersama yang telah ditentukan dengan jelas, dan supervisi
diarahkan oleh guru.
Contoh tugas-tugas kooperatif dalam konteks pendidikan pra-
sekolah antara lain adalah menciptakan nama kelompok, membuat
makanan ringan, bekerjasama membuat menara, bekerjasama
menyusun puzzel, dan menyelidiki bagaimana katak hidup.

belajar kooperatif memiliki karakteristik antara lain sebagai berikut:

 Semua anggota bertanggung jawab untuk belajar dari dirinya


sendiri dan belajar dari orang lain.

 Anak-anak memberikan konstribusi terhadap anak lainnya dengan


cara membantu, memberikan

dorongan, mengkritik dan menghargai pekerjaan orang lain.

 Setiap individu bertanggung jawab untuk mencapai hasil


kelompok. Kegiatan dibangun sedemikian rupa sehingga setiap
anak berbagi tanggung jawab untuk mencapai tujuan. Umpan balik
diberikan kepada individu dan kelompok secara keseluruhan.

 Anak-anak harus mempunyai kesempatan untuk menggambarkan


kerja kelompoknya.

Dengan menggunakan metode belajar kooperatif pada pendidikan pra-


sekolah diharapkan

guru dapat:

 Mengembangkan perasaan dan harga diri positif serta meningkatkan


ketrampilan anak.

 Meningkatkan kemampuan anak dalam mengerjakan tugas.

 Meningkatkan toleransi di antara anak.


 Meningkatkan kemampuan anak berbicara, mengambil prakarsa, membuat
pilihan, dan secara umum mengembangkan kebiasaan belajar sepanjang
hayat.

c. Metode Drama dan Sandiwara Pendek

Cara lain guna memberikan kesempatan kepada anak-anak untuk ikut


ambil bagian di dalam kegiatan yang mereka nikmati, yang memiliki
manfaat pendidikan cukup kuat, khususnya dalam mengembangkan
kemampuan berbahasa dan berbicara anak. Melalui drama, anak diberi
kesempatan untuk dapat terlibat di dalam percakapan yang berbeda dengan
apa yang mereka lakukan sehari-hari, serta juga dapat membantu
memperluas pemikiran mereka.

d. Metode Demonstrasi

Secara umum, demonstrasi melibatkan satu orang atau lebih untuk


menunjukkan kepada orang lain bagaimana bekerjanya sesuatu dan
bagaimana tugas-tugas itu dilaksanakan. Ketika seseorang
mendemonstrasikan sesuatu, harus dilakukan pengamatan terhadap
kegiatan yang dilaksanakan. Guru menggunakan metode demonstrasi
untuk mendeskripsikan tentang sesuatu yang akan dilakukan anak-anak.

metode demonstrasi dapat dilakukan dengan tahapan sebagai berikut:

 Meminta perhatian anak.

 Memperlihatkan sesuatu kepada anak-anak.

 Meminta tanggapan atau respon anak terhadap apa yang mereka lihat
dan dengar dengan tindakan dan kata-kata.

e. Metode Diskusi Kelompok Kecil atau Diskusi Kelas

Metode diskusi merupakan sebuah metode yang menunjukkan adanya


interaksi timbal balik atau multi arah antara guru dan anak (guru berbicara
kepada anak atau anak yang berbicara kepada guru, dan anak berbicara
dengan anak dengan anak). Diskusi menggabungkan strategi undangan,
refleksi, pertanyaan, dan pernyataan. Dalam diskusi guru tidak
membimbing percakapan tetapi mendorong anak-anak untuk
mengemukakan gagasannya sendiri dan mengkomunikasikan gagasan
secara lebih luas serta mendengarkan pendapat orang lain. Metode ini
dapat membantu mengembangkann ketrampilan mendengarkan,
ketrampilan berkomunikasi, ketrampilan untuk menghasilkan ide-ide, serta
menghormati pendapat orang lain.

f. Metode Pemecahan Masalah

Kegiatan pemecahan masalah pada dasarnya merupakan salah satu


mengemukakan bahwa dalam kegiatan ini anak-anak terlibat secara aktif
dalam kegiatan perencanaan, peramalan, pembuatan keputusan,
mengamati hasil tindakannya, sedang guru lebih bertindak sebagai
fasilitator yang membimbing dan mengarahkan anak dalam melakukan
kegiatan pemecahan masalah secara lebih baik.

Terkadang ide masalah dapat muncul dari peristiwa yang terjadi secara
alamiah, dan terkadang juga harus direncanakan terlebih dahulu oleh guru.
Masalah yang paling baik bagi anak-anak adalah masalah yang
memungkinkan mereka mengumpulkan informasi yang konkrit, dan
mengandung lebih dari satu pemecahan masalah,

G. Tujuan Prasekolah

Tujuan utama pendidikan pra-sekolah adalah membantu anak didik


mengembangkan berbagai potensi baik psikis dan fisik yang meliputi
moral dan nilai-nilai agama, sosial emosional, kognitif, bahasa,
fisik/motorik, kemandirian dan seni untuk siap memasuki pendidikan
dasar Berkaitan dengan hal tersebut, ada beberapa fungsi pendidikan pra
sekolah, yang mana salah satu diantaranya adalah untuk menyiapkan anak
didik memasuki pendidikan dasar. Dengan demikian, dapat dikatakan
bahwa selain bertujuan dan berfungsi untuk menstimulasi tumbuh
kembang anak, pendidikan pra-sekolah sesungguhnya juga berperan
penting untuk mengembangkan kesiapan anak didik dalam memasuki
pendidikan sekolah dasar.

H. Tipe Prasekolah

Prasekolah merupakan suatu pilihan pendidikan bagi kanak-kanak


sebelum memasuki sekolah formal. Walaupun beberapa orang
menganggap bahwa masuk prasekolah tidak diharuskan, apalagi
mengingat biaya yang tidak sedikit. Apabila orangtua atau pengasuh sudah
mampu menerapkan berbagai parenting style yang tepat, anak tidak harus
masuk sekolah sebelum usia 5 tahun. Dengan pola pengasuhan yang baik
di rumah, anak justru bisa bermain dengan lebih bebas dan tenang. Bagi
anak usia 4-5 tahun perlunya dilakukan pengembangkan kemampuan
dalam hal sosialisasi karena mereka akan mulai bermain bersama dengan
teman sebayanya. Beberapa prasekolah juga mendidik anak yang berusia
dibawah 4 tahun bahkan ada yang mendidik anak yang berusia 6 bulan.
Sebaiknya, anak yang berusia dibawah 2 tahun tidak perlu dimasukkan ke
prasekolah karena anak tersebut masih lebih menggantungkan dirinya
kepada orangtuanya. Untuk itu, beberapa ciri-ciri anak yang sebaiknya
mengikuti pendidikan prasekolah adalah anak yang berusia sekitar 4-6
tahun dan sudah memiiki kemampuan motorik yang baik.

I. Transisi ke Taman Kanak-kanak

Pendidikan anak prasekolah merupakan bentuk transisi perkembangan


anak dari lingkungan keluarga kepada lingkungan sekolah. Masa transisi
ini merupakan masa yang cukup sulit namun menyenangkan bagi anak,
karena kesiapan pada setiap anak dalam melalui masa transisi ini berbeda-
beda, hal ini juga dipengarui oleh dukungan dari keluarga pengasuh si
anak itu sendiri, dimana dukungan orangtua dalam membimbing anak
secara informal sangat dibutuhkan untuk mendukung bimbingan yang
diperoleh anak dari pendidikan prasekolah sebagai sektor formal. Salah
satu jenis lembaga pendidikan anak prasekolah yang telah dikenal di
Indonesia ialah :

1. Aspek Sosial

Kebutuhan Sosial pada anak-anak mengungkapkan bahwa anak-anak


membutuhkan orang lain dan selalu ingin berhubungan dengan orang
lain dalam proses perkembangannya. Mereka sudah butuh teman
sebaya, perlu memahami orang dewasa selain orang tua, misalnya
gurunya, Dalam kesiapan ini, anak akan merasa senang masuk TK,
karena mereka akan mempunyai banyak teman dan dapat bermain
dengan leluasa. Pada usia prasekolah ini, anak memiliki kontak
intensif dengan teman sebaya. Berbagai pola tingkah laku anak timbul
dengan cara menirukan, belajar-model, dan oleh penguat dari pihak
teman-teman sebaya.

2. Aspek Kognitif

Kebutuhan secara kognitif (intelektual) akan tampak pada anak


dengan adanya keinginannya untuk mengetahui sesuatu yang ada di
lingkungannya. Anak ingin berprestasi, ingin mengamati sesuatu
secara serius, ingin mengetahui hal-hal baru, mencoba sesuatu,
menciptakan sesuatu, dan sebagainya. Pada masa ini, anak akan
banyak bertanya tentang segala sesuatu yang dilihat atau didengarnya
dengan pertanyaan apa, mengapa dan bagaimana Keinginan untuk
berprestasi ini harus diberi stimulasi bila kita akan menyambut
dorongan manipulasi dan eksplorasi anak.

3. Aspek Emosional
Kebutuhan emosional anak juga akan terpenuhi dengan adanya
kesempatan untuk bereksplorasi dalam ekspresi emosi anak pada
lingkungan prasekolahnya. Emosi anak akan berkembang secara
sehat kalau anak mendapatkan bimbingan secara tepat dengan penuh
kasih sayang.

4. Aspek Fisik

Kebutuhan Fisik merupakan segala sesuatu yang berkaitan dengan


pertumbuhan dan kesehatan fisik, misalnya makanan, udara segar,
sinar matahari, tidur atau istirahat. Dengan adanya lingkungan
prasekolah, maka kegiatan-kegiatan yang memerlukan aktifitas fisik
seperti olahraga, bermain tali, memanjat, mencoret-coret, akan
mempengaruhi perkembangan otot dan motorik anak. Keberhasilan
anak dalam menghadapi tantangan fisik ini mempunyai arti yang
lebih luas bagi anak, dalam hal perkembangan pribadi, anak akan
merasa mampu dan berani dalam mencoba hal-hal baru dan akan
mempengaruhi perkembangan kecerdasannya.

J. Orang Tua dan Pendidikan Prasekolah

Adalah suatu kenyataan bahwa orang tua adalah guru pertama bagi
anak-anaknya. Apabila anak telah masuk sekolah, orangtua adalah mitra
kerja yang utama bagi guru anaknya. Bahkan sebagai orangtua, mereka
mempunyai berbagai peran pilihan yaitu: orang tua sebagai pelajar, orang
tua sebagai relawan, orang tua sebagai pembuat keputusan, orang tua
sebagai anggota tim kerjasama guru-orang tua. Dalam peran-peran tersebut
memungkinkan orang tua membantu meningkatkan perkembangan dan
pertumbuhan anak-anak mereka. Partisipasi orang tua di sekolah pada
umumnya guna meningkatkan prestasi anak di sekolah. Apabila memiliki
program sekolah yang baik dan orang tua mau membantu, umumnya
prestasi dan keterampilan anak akan meningkat.
DAFTAR PUSTAKA

1. Papalia, Diane E, Olds dan Feldmen.2009. Human development edisi sepuluh.


New york:Mcgraw-hill companies.

2.Hurlock, Elizabeth. Psikologi Perkembangan, Suatu Pendekatan Sepanjang


Rentang Kehidupan. Jakarta : Erlangga.

3. Susanto, Ahmad. 2011. Perkembangan Anak Usia Dini, Pengantar dalam


Berbagai Aspeknya. Jakarta : Kencana

Anda mungkin juga menyukai