0 penilaian0% menganggap dokumen ini bermanfaat (0 suara)
13 tayangan12 halaman
Dokumen tersebut membahas tentang obat-obatan untuk mengobati anemia, termasuk tablet besi, vitamin B12, asam folat, dan eritropoietin. Obat-obatan tersebut bekerja dengan cara meningkatkan produksi sel darah merah atau menambah zat besi, vitamin, dan mineral yang dibutuhkan tubuh.
Dokumen tersebut membahas tentang obat-obatan untuk mengobati anemia, termasuk tablet besi, vitamin B12, asam folat, dan eritropoietin. Obat-obatan tersebut bekerja dengan cara meningkatkan produksi sel darah merah atau menambah zat besi, vitamin, dan mineral yang dibutuhkan tubuh.
Dokumen tersebut membahas tentang obat-obatan untuk mengobati anemia, termasuk tablet besi, vitamin B12, asam folat, dan eritropoietin. Obat-obatan tersebut bekerja dengan cara meningkatkan produksi sel darah merah atau menambah zat besi, vitamin, dan mineral yang dibutuhkan tubuh.
ANGGAR KUSUMA B (201702004) NARENDRA INSAN D (201702007) DWI PUTRI ARIYANTI (201702009) ANIS HOIRIYAH (201702016) RIZAH ISTHOGFARIH F. (201702027) HERDIANA NOFIANTI (201702030) DINI WIDIASTUTI (201702033) OPPIE TANIA (201702035) MAYA AGUSTIN (201702036) IKA APRILIA W. (201702046) A. OBAT ANEMIA Obat yang dapat diberikan berupa suplemen zat besi (Fe) untuk memulihkan kekurangan sel darah merah. Selain zat besi, vitamin B12 sering diberikan untuk pengobatan anemia pernisiosa. Jalan terakhir jika anemia sudah mencapai stadium akut dan parah adalah dengan transfusi darah. B. MACAM-MACAM OBAT ANEMIA 1. TABLET BESI ( Fe ) Besi di butuhkan untuk produksi hemoglobin ( Hb ), sehingga defisiensi Fe akan menyebabkan terbentuknya sel darah merah yang lebih kecil dengan kandungan Hb yang rendah dan menimbulkan anemia hipokronik mikrositik. 2. VITAMIN B12 (Sianokobalamin) Anemia megaloblastik, pasca pembedahan lambung total dan pemotongan usus, defisiensi vitamin B12. 3. ASAM FOLAT Asam folat terdiri atas bagian-bagian pteridin, asam paraaminobenzoat dan asam glutamat. Folat terdapat dalam hampir setiap jenis makanan dengan kadar tertinggi dalam hati, ragi dan daun hijau yang segar. 4. ERITROPOIETIN Eritropoietin, merupakan factor pertumbuhan hematopoietic yang pertama kali diisolasi. Eritropoietin merupakan factor pertumbuhan sel darah merah yang diproduksi terutama oleh ginjal dalam sel peritubuler dan tubuli proksimalis. C. CARA KERJA OBAT ANEMIA 1. TABLET BESI ( Fe ) Absorpsi Fe melalui saluran cerna terutama berlangsung di duodenum dan jejenum proksimal; makin ke distal absorpsinya makin berkurang. Zat ini lebih mudah di absorpsi dalam bentuk fero. Transportnya melalui sel mukosa usus terjadi secara transport aktif. Ion fero yang sudah di absorpsi akan di ubah menjadi ion feri dalam sel mukosa. LANJUTAN.. Selanjutnya ion feri akan masuk kedalam plasma dengan perantara transferin, atau diubah menjadi feritin dan di simpan dalam sel mukosa usus. Secara umum, bila cadangan dalam tubuh tinggi dan kebutuhan akan zat besi rendah, maka lebih banyak Fe di ubah menjadi feritin. Setelah di absorpsi, Fe dalam tubuh akan di ikat dalam transferin ( siderofilin ), suatu beta 1- globulin glikoprotein, untuk kemudian di angkut ke beberapa jaringan, terutama ke sumsum tulang dan depot Fe. 2. VITAMIN B12 (Sianokobalamin) Sianokobalamin diabsorpsi baik dan cepat setelah pemberian IM. Kadar dalam plasma mencapai puncak dalam waktu 1 jam setelah suntikan IM. Absorpsi ini berlangsung dengan 2 mekanisme yaitu dengan perantaraan faktor instrinsik castle (fic) dan absorpsi secara langsung. Setelah di absorpsi, hampir semua vitamin B12 dalam darah terikat dengan protein plasma sebagian besar terikat pada beta- globulin (transkobalamin II), LANJUTAN.... Sisanya terikat pada alfa-glikoprotein (transkobalamin I) dan inter-alfa-glikoprotein ( transkobalamin III) vitamin B12 yang terikat pada transkobalamin II akan di angkut ke berbagai jaringan, terutam hati yang merupakan gudang utama penyimpanan vitamin B12 (50-90% ). Kadar normal vitamin B12 dalam plasma adalah 200-900 pg ml dengan simpanan sebanyak 1-10 mg dalam hepar. 3. ASAM FOLAT
Pada pemberian oral absorpsi folat baik sekali,
terutama di 1/3 bagian proksimal usus halus. Dengan dosis oral yang kecil, absorpsi memerlukan energi, sedangkan pada kadar tinggi absorpsi dapat berlangsung secar difusi. 4. ERITROPOIETIN Berinteraksi dengan reseptor eritropoietin pada permukaan sel induk sel darah merah, menstimulasi poloferasi dan diferensiasi eritroit. Eritropoietin juga menginduksi pelepasan retikulosis dari sumsum tulang. Eritrpoietin endogen diproduksi oleh ginjal sebagai respon terhadap hipoksia jaringan. Bila terjadi Anemia maka eritropoietin diproduksi lebih banyak olh ginjal, dan hal ini merupakan tanda bagi sumsum tulang untuk memproduksi sel darah.