Anda di halaman 1dari 13

LAPORAN PENDAHULUAN PERDARAHAN POSPARTUM

SEKUNDER DENGAN SISA PLASENTA

DISUSUN OLEH:

1. INDAH MUNZIATI P. (201702011)


2. FIRMA FAKITHA (201702019)
3. AISYAH AMMAL (201701021)
4. SULIS SETIAWATI (201702024)
5. RIZAH ISTIGHFARI F. (201702027)
6. NITA MAHARANI (201702028)

D3 KEBIDANAN
STIKES BINA SEHAT PPNI MOJOKERTO
2019
LAPORAN PENDAHULUAN

A. Pengertian
Perdarahan post partum adalah perdarahan yang berlebihan selama masa nifas,
termasuk periode 24 jam pertama setelah kala tiga persalinan selesai.
Perdarahan post partum adalah perdarahan lebih dari 500 cc yang terjadi setelah
bayi lahir pervaginam atau lebih 1000 ml setelah persalinan abdominal.
Perdarahan masa nifas atau perdarahan post partum sekunder (late postpartum
hemorrhage) adalah perdarahan yang terjadi pada masa nifas (peurperium) tidak termasuk
24 jam pertama setelah kala III.
Perdarahan sisa plasenta adalah perdarahan yang terjadi akibat tertinggalnya
kotiledon dan selaput kulit ketuban yang mengganggu kontraksi uterus dalam menjepit
pembuluh darah dalam uterus sehingga mengakibatkan perdarahan.
B. Etiologi
a. Paritas
Merupakan faktor yang mempengaruhi perdarahan postpartum primer berikut
adalah klasifikasi paritas :
1) Primipara
Primipara adalah wanita yang telah melahirkan seorang anak yang cukup besar
untuk hidup diluar. Pada primipara dapat menyebabkan ketidaksiapan ibu dalam
menghadapi komplikasi selama kehamilan, persalinan, dan nifas. Pada paritas yang
rendah (paritas), menyebabkan ketidaksiapan ibu dalam menghadapi persalinan sehingga
ibu hamil tidak mampu dalam menangani komplikasi yang terjadi selama kehamilan,
persalinan dan nifas. Perdarahan sisa plasenta dapat terjadi pada paritas beresiko
(primipara), hal ini dapat disebabkan oleh kerusakan yang terjadi pada pembuluh darah
pada plasenta sebagai akibat dari komplikasi asupan nutrisi, anemia atau karena belum
berfungsinya organ reproduksi. Pada kehamilan pertama pembentukan blocking
antibodies terhadap antigen plasenta belum sempurna, yang makin sempurna pada
kehamilan berikutnya.
2) Multipara
Multipara adalah seorang wanita yang telah melahirkan lebih dari satu kali
sedangkan semakin sering wanita mengalami kehamilan dan melahirkan (paritas lebih
dari 3) maka uterus semakin lemah hingga besar resiko terjadi perdarahan. Pada multipara
terjadi kemunduran dan cacat pada endometrium yang mengakibatkan terjadinya fibrosis
pada bekas implantasi plasenta pada persalinan sebelumnya, sehingga vaskularisasi
menjadi berkurang. Ibu-ibu yang dengan kehamilan lebih dari 1 kali atau yang termasuk
multigravida mempunyai risiko lebih tinggi terhadap terjadinya perdarahan pasca
persalinan dibandingkan dengan ibu- ibu yang termasuk golongan primigravida (hamil
pertama kali). Hal ini dikarenakan pada multigravida, fungsi reproduksi mengalami
penurunan sehingga kemungkinan terjadinya perdarahan pasca persalinan menjadi lebih
besar. Selain itu juga, pada multipara terjadi penurunan elastisitas uterus sehingga
miometrium tidak dapat berkontraksi dan beretraksi dengan maksimal yang
mengakibatkan terjadinya retensio plasenta.
3) Grandemultipara
Grandemultipara adalah seorang wanita yang telah melahirkan 5 anak orang anak
atau lebih dan biasanya mengalami penyulit dalam kehamilan dan persalinan. Ibu yang
pernah melahirkan 5 orang anak atau lebih baik hidup ataupun mati akan mengalami
resiko selama kehamilan ataupun persalinannya, salah satu komplikasi yang terjadi pada
saat persalinan yaitu perdarahan pada saat melahirkan yang disebabkan oleh otot uterus
tempat implantasi plasenta digantikan oleh jaringan baru yang tidak memiliki susunan
jaringan otot sama seperti sebelumnya sehingga mengurangi kemampuan uterus untuk
berkontraksi.Paritas 2-3 merupakan paritas paling aman ditinjau dari sudut perdarahan
pasca persalinan yang dapat mengakibatkan kematian maternal. Paritas satu dan paritas
tinggi (lebih dari tiga) mempunyai angka kejadian perdarahan pasca persalinan lebih
tinggi. Sama halnya dnegan multipara, pada persalinan grande terjadi penurunan
elastisitas uterus sehingga miometrium tidak dapat berkontraksi dan beretraksi dengan
maksimal yang mengakibatkan terjadinya sisa plasenta.

b. Persalinan pendek kurang dari 2 tahun


Jarak anak terakhir dengan kehamilan sekarang kurang dari 2 tahun. Alat
reproduksi memerlukan waktu untuk dapat berfungsi dengan sempurna. Waktu yang
diperlukan untuk masa pemulihan ini minimal 2 tahun. Jika persalinan kurang dari 2
tahun maka alat reproduksi belum berfungsi secara sempurna sehingga kemungkinan
terjadi perdarahan.
Pada kehamilan dengan jarak < 2 tahun keadaan endometrium mengalami
perubahan, perubahan ini berkaitan dengan persalinan sebelumnya yaitu timbulnya
trombosis, degenerasi dan nekrosis di tempat implantasi plasenta. Adanya kemunduran
fungsi dan berkurangnya vaskularisasi pada daerah endometrium pada bagian korpus
uteri mengakibatkan daerah tersebut kurang subur sehingga kehamilan dengan jarak < 3
tahun dapat menimbulkan kelainan yang berhubungan dengan letak dan keadaan
plasenta. Ibu yang hamil lagi sebelum 2 tahun sejak kelahiran yang terakhir sering kali
mengalami komplikasi dalam persalinan. Sementara dibutuhkan 2-4 tahun agar kondisi
tubuh ibu kembali seperti kondisi sebelumnya. Namun apabila ibu melahirkan secara
berturut-turut dalam jangka waktu yang singkat akan mengakibatkan kontraksi uterus
menjadi kurang baik dan organ reproduksi ibu belum pulih secara sempurna. Sehingga
pada saat persalinan berikutnya, uterus ibu tidak dapat berkontraksi dengan baik maka
bagian-bagian plasenta yang dikeluarkan tersebut tidak lengkap dan dapat mengakibatkan
perdarahan sisa plasenta.
c. Pertolongan kala uri sebelum waktunya.
Dikatakan bahwa faktor ini tetap menjadi penyebab perdarahan pascapartum yang
paling sering. Gesekan fundus atau manipulasi uterus dapat mencetuskan terjadinya
kontrakrsi aritmik sehingga plasenta hanya sebagian terpisah dan kehilangan retraksi. Hal
ini disebabkan oleh pemijatan rahim yang tidak merata. Pijatan sebelum plasenta lepas,
pemberian uterotonika dan lain-lain.
a) Tindakan pengeluaran plasenta dengan cara Brandt Andew
1) Hal ini disebabkan karena tarikan pada tali pusat pada saat melahirkan
plasenta.
2) Karena cara menekan dan mendorong uterus yang terlalu dalam sedangkan
plasenta belum terlepas dari uterus.
b) Perdarahan dari tempat implantasi plasenta
1) Kotiledon atau selaput plasenta tersisa
Jika pada pemeriksaan plasenta ternyata jaringan plasenta tidak lengkap,
maka harus dilakukan eksplorasi dari cavum uteri.
2) Plasenta akreta parsialis
Plasenta akreta yang parsialis, yaitu jika hanya beberapa bagian dari
permukaannya lebih erat berhubungan dengan dinding rahim dari biasa.
Istilah plasenta akkreta digunakan untuk menyatakan setiap implantasi
plasenta dengan perlekatan plasenta yang kuat dan abnormal pada dinding
uterus. Sebagai akibat dari infusiensi parsial atau total desidua basalis dan
pertumbuhan fibrinosid yang tidak sempurna (lapisan Nitabuch) vili korialis
akan melekat pada miometrium. Adanya perdarahan sisa plasenta karena
plasenta sukar terlepas karena tempatnya (insersi disudut tuba), bentuknya
(plasenta membranacea, plasenta anularis), dan ukurannya (palsenta yang
sangat kecil). Plasenta yang sukar lepas karena penyebab di atas disebut
plasenta adhesive. Plsenta inkreta vili benar-benar menginvasi ke dalam
miometrium dan akhirnya pada plasenta prekerta vili menembus pada seluruh
miometrium.

C. Gejala Klinis
 Pada perdarahan postpartum akibat sisa plasenta ditandai dengan perdarahan
dari rongga rahim dan kontraksi rahim baik.
 Tinggi fundus uterus tidak berkurang walaupun uterus berkontraksi.
 Pemerikasan tanda – tanda vital
 Pemeriksaan suhu badan
Suhu biasanya meningkat sampai 38ºC dianggap normal. Setelah
satu hari suhu akan kembali normal ( 36º – 37ºC ), terjadi penurunan
akibat hipovolemia.
 Nadi
Denyut nadi akan meningkat cepat karena nyeri, biasanya terjadi
hipovolemia yang semakin berat.
 Tekanan darah
Tekanan darah biasanya turun, memperingan hipovolemia.
 Pernafasan
Bila suhu dan nadi tidak normal pernafasan juga menjadi tidak
normal
 Pusing, gelisah, letih, ekstremitas dingin dan dapat terjadi syok
hipovolemik.

D. Patofisiologi
Proses kala III di dahului dengan tahap pelepasan plasenta yang akan di tandai
oleh perdarahan pervaginanm, pada retensio plasenta, sepanjang plasenta belum lepas
makatidak akan menimbulkan perdarahan. Sebagian plasenta yang sudah lepas dapat
menimbulkan perdarahan yang cukup banyak dan harus di antisipasi dengan segera
melaakukan plasenta manual.
Sisa plasenta bisa di duga karena kala uri berlangsung tidak lancar, atau setelah
melakukan plasenta manual menemukan adanya kotiledon yang tidak lengkap ada saat
melakukan pemeriksaan plasenta dan masih ada perdarahan dari otium uteri eksternum.
Lepasnya plasenta tidak terjadi bersama sehingga sebagian masih melekat pada
tempat implantasinya, sehingga menyebabkan terganggunya retraksi dan kontraksi otot
uterus, yang menyebabkan sebagian pembuluh darah tetap terbuka serta menimbulkan
perdarahan. Pembentukan epitel akan terganggu sehingga menimbulkan perdarahan yang
berkepanjangan.
Dan dapat di simpulkan bahwa sisa plasenta terjadi karena kala uri berlangsumg
tidakk lancar, disebabkan sebagian plasenta masih melekat pada tempat implantasinya
yang menyebabkan terganggunya kontraksi otot uterus dan menimbulkan perdarahan.
E. DIAGNOSIS
Penilaian klinis sulit untuk memastikan adanya sisa plasenta, kecuali apabila
penolong persalinan memeriksa lengkapan plasenta setelah plasenta lahir.
Apabila kelahiran plasenta dilakukan oleh orang lain atau terdapat keraguan akan
sisa plasenta maka untuk memastikannnya dengan eksplorasi dengan tangan,
kuret, atau alat bantu diagnostik ultrasonografi.
Diagnosis perdarahan pasca persalinan :
• Palpasi uterus : bagaimana kontraksi uterus dan tinggi fundus uteri

• Memeriksa plasenta dan ketuban apakah lengkap atau tidak


• Lakukan eksplorasi cavum uteri untuk mencari
- Sisa plasenta atau selaput ketuban
- Robekan rahim
- Plasenta suksenturiata
• Inspekulo : untuk melihat robekan pada serviks, vagina dan varises yang pecah
• Pemeriksaan laboratorium : Periksa darah (Hb, COT (Clot Observation Test ).
Perdarahan pascapersalinan ada kalanya merupakan perdarahan yang hebat dan
menakutkan hingga dalam waktu singkat ibu dapat jatuh kedalam keadaan syok.
Atau dapat berupa perdarahan yang menetes perlahan-lahan tetapi terus menerus
yang juga bahaya karena kita tidak menyangka akhirnya perdarahan berjumlah
banyak, ibu menjadi lemas dan juga jatuh dalam presyok dan syok. Karena itu
penting sekali pada setiap ibu yang bersalin dilakukan pengukuran kadar darah
secara rutin, serta pengawasan tekanan darah, nadi, pernafasan ibu, dan periksa
juga kontraksi uterus perdarahan selama 1 jam
F. Diagnosa Banding
 Plasenta akret
 Plasenta inkreta
 Plasenta perkreta
G. Penatalksanaan
Penanganan perdarahan postpartum yang disebabkan oleh sisa plasenta :
 Penemuan secara dini hanya mungkin dengan melakukan pemeriksaan
kelengkapan plasenta setelah dilahirkan. Pada kasus sisa plasenta dengan
perdarahan pasca persalinan lanjut, sebagian besar pasien akan kembali lagi
ke tempat bersalin dengan keluhan perdarahan
 Perbaiki keadaan umum dengan memasang infus Rl atau cairan Nacl 0,9 %
 Ambil darah untuk pemeriksaan hemoglobin, golongan darah dan Cross
match.
 Bila kadar Hb<8 gr% berikan transfusi darah. Bila kadar Hb>8 gr%, berikan
sulfas ferosus 600 mg/hari selama 10 hari. Pada kasus syok parah, dapat
gunakan plasma ekspander. Plasma expender diberikan karena cairan ini
dapat meresap ke jaringan dan cairan ini dapat menarik cairan lain dari
jaringan ke pembuluh darah.
 Jika ada indikasi terjadi infeksi yang diikuti dengan demam, menggigil,
rabas vagina berbau busuk, segera berikan antibiotika spectrum luas.
Antibiotik yang dapat diberikan :
a. Benzilpenisilin 5 juta IU IV kemudian 2 juta IU setiap 6 jam +gentamisin
100 mg stat IM, kemudian 80 mg tiap 8 jam+metronidazol 400 atau 500mg
secara oral setiap 8 jam.
b. Ampisilin 1 g IV diikuti 500 mg secara IM setiap 6 jam+metronidazol 400
mg atau 500 mg secara oral setiap 8 jam
c. Benzilpenisilin 5 juta IU IV kemudian 2 juta IU tiap 6 jam+gentamisin 100
mg stat IM lalu 80 gr tiap 6 jam.
d. Benzilpenisilin 5 juta IU IV kemudian 2 juta IU tiap 6 jam+kloramfenikol
500 mg secara IV tiap 6 jam.
 Lakukan eksplorasi (bila servik terbuka) dan mengeluarkan bekuan darah atau
jaringan. Bila servik hanya dapat dilalui oleh instrument, lakukan evakuasi sisa
plasenta dengan AMV atau dilatasi dan kuretase
 Kuretase oleh Dokter. Kuretase harus dilakukan di rumah sakit dengan hati-hati
karena dinding rahim relatif tipis dibandingkan dengan kuretase pada abortus.
 Sisa plasenta dapat dikeluarkan dengan manual plasenta. Tindakan ini dapat
dilakukan untuk mengeluarkan sisa plasenta yang tertinggal di dalam rahim
setelah plasenta lahir.
 Setelah selesai tindakan pengeluaran sisa plasenta, dilanjutkan dengan
pemberian obat uterotonika melalui suntikan atau per oral.
Daftar Pustaka

Nugroho, d. T. (2012). OBSGYN : Obstetri dan Ginekologi untuk Mahasiswa


Kebidanan dan Keperawatan. Yogyakarta: Nuha Medika.
Maryunani, A. (2016). Manajemen Kebidanan Terlengkap . Jakarta Timur: CV.
Trans Info Media.
https://www.academia.edu/5559266/135982233-Plasenta-Rest-Edit
https://id.scribd.com/doc/266491359/II-Sisa-Plasenta
ASUHAN KEBIDANAN IBU NIFAS PERDARAHAN POST
PARTUM DENGAN SISA PLASENTA DI RS CITRA ABADI

Pengkajian:
Tempat : RS CITRA ABADI
Tanggal : 18 Juli 2017
Pukul : 09.00 WIB

1. SUBJEKTIF
a. Identitas Pasien
Nama : Ny. R NamaSuami : Tn. A
Umur : 23 tahun Umur : 30 tahun
SukuBangsa : Jawa/Indonesia Suku/bangsa : Jawa/Indonesia
Agama : Islam Agama : Islam
Pendidikan : SMA Pendidikan : S1
Pekerjaan : IRT Pekerjaan : PNS
Alamat : Gambiran RT 02 RW 01 Prigen, Pasuruan
b. Keluhan Utama
Ibu mengatakan setelah melahirkania merasa lemah, mengantuk dan
mengeluarkan darah segar jalan lahir serta 4-5 kali ganti pembalut
c. Riwayat Menstruasi
Menarche : 13 tahun.
Siklus : 28 hari.
Lama : 6 hari
Banyaknya : 2 – 3 kali ganti pembalut.
d. Riwayat perkawinan
Pernikahan :I
Usia kawin : 21 tahun
Lama menikah : 2 tahun

e. Riwayat Kehamilan sekarang


HPHT : 13 Oktober 2011
HPL : 20 Juli 2012
ANC :
- Trimester I : sebanyak 2 kali, keluhan mual muntah di pagi hari
- Trimester II : sebanyak 2 kali, tidak ada keluhan
- Trimester III : sebanyak 4 kali, keluhan sering BAK dan pegal.
f. Riwayat Persalinan
Tempatpersalinan : RS CITRA ABADI
Penolong : Bidan
Tanggal/ jam bersalin : 16 Juli 2012 Pukul 06.00 WIB
Jenis kelamin : Laki-laki
BB/PB : 3100 gram / 50 cm
Jenis persalinan : Spontan
Usiakehamilan : 39 minggu 1 hari
Penyulit saat melahirkan : tidak ada
Plasenta :Lahir spontan Pukul 06.15 WIB
Lama persalinan :
- Kala I : 11 jam
- Kala II : 30 menit
- Kala III : 15 menit
- Kala IV : 2 jam
g. Riwayat Keluarga Berencana
Ibu mengatakan sampai saat ini belum pernah menggunakan alat kontrasepsi
jenis apapun
h. Riwayat Penyakit ibu
Ibu mengatakan saat ini tidak sedang menderita penyakit seperti batuk,
demam atau flu
i. Riwayat penyakit Keluarga
Ibu mengatakan dalam keluarganya maupun dari keluarga suaminya tidak ada
yang mempunyai riwayat penyakit menular (seperti epilepsi, TBC, Hepetitis) dan
riwayat penyakit menurun (seperti jantung, asma, DM, Hipertensi).
j. Riwayat keturunan kembar
Ibu mengatakan dalam keluarganya maupun dari keluarga suaminya tidak ada
yang mempunyai riwayat keturunan kembar.
k. Riwayat Operasi
Ibu mengatakan belum pernah melakukan operasi apapun.
l. Pola kebiasaan sehari-hari
- Nutrisi
a. Makan : 2x sehari dengan porsi 1 piring
b. Minum : ibu biasa minum air putih 7-8 gelas perhari
c. Setelah partus, ibu sudah minum air putih sebanyak 2 gelas dan susu
sebanyak 3 gelas
- Pola Eliminasi
a. BAB : 1 x sehari, dengan konsistensi padat
b. BAK : 4 – 5 x sehari, bau amoniak
c. Setelah partus, BAK (+) dan BAB (-)
Ibu mengatakan belum BAB, setelah melahirkan baru BAK 1 kali.
- Pola Istirahat / tidur
a. Tidur siang : 1 – 2 jam sehari
b. Tidur malam : ± 8 jam
c. Setelah partus ibu hanya berbaring
m. Dukungan keluarga
Ibu mengatakan keluarga sangat mendukung kelahiran bayinya.
n. Penggunaan obat
Ibu mengatakan tidak mengkonsumsi obat-obatan terlarang dan hanya
mengkonsumsi obat yang di berikan oleh bidan, tidak minum jamu dan merokok tapi
suami merokok

2. OBJEKTIF
a. Pemeriksaan Umum
KeadaanUmum : cukup
Kesadaran : composmentis
TTV :
TD : 90/70 mmHg N : 80 x/menit
S : 36,5°C R : 20 x/menit
TB : 160 cm
BB sebelum hamil : 53 kg
BB sekarang : 61 kg
LLA : 26 cm.
b. Pemeriksaan Fisik
Kepala : rambut hitam, tidak ada benjolan, tidak ada nyeri tekan, tidak ada bekas
luka
Muka : Bersih, tidak ada odema, pucat
Mata :palpebra tidak ada odema, conjungtiva merah muda, sclera putih.
Hidung : Bersih, tidak ada benjolan.
Telinga : Bersih, tidak ada serumen.
Mulut : Bersih, tidak ada stomatitis, tidak ada caries, gusi tidak mudah berdarah
Leher : tidak ada pembesaran kelenjar tiroid, tidak ada pembesaran kelenjar
limfe
Dada :tidak ada benjolan abnormal, hyperpigmentasi areola, putting susu
menonjol, kolostrum sudah keluar
Abdomen : kontraksi uterus baik teraba bundar dan keras, TFU setinggi pusat
Ekstremitas
- Atas : tidak ada oedem
- Bawah: tidak ada oedema, refleks patella +/+
Genetalia : terdapat laserasi derajat 1, pengeluaran darah pervaginam lebih dari 500
cc.
c. Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan laboratorium :Hb : 8,7 gr%

3. ANALISA DATA
Ny. R P1A0 usia 23 tahun 2 hari post partum dengan sisa plasenta

4. PENATALAKSANAAN
 Perbaiki keadaan umum dengan memasang infus Rl atau cairan Nacl 0,9 %
 Ambil darah untuk pemeriksaan hemoglobin,
 Bila kadar Hb<8 gr% berikan transfusi darah. Bila kadar Hb>8 gr%, berikan
sulfas ferosus 600 mg/hari selama 10 hari.
 Pada kasus syok parah, dapat gunakan plasma ekspander. Plasma expender
diberikan karena cairan ini dapat meresap ke jaringan dan cairan ini dapat
menarik cairan lain dari jaringan ke pembuluh darah.
 Jika ada indikasi terjadi infeksi yang diikuti dengan demam, menggigil, rabas
vagina berbau busuk, segera berikan antibiotika spectrum luas. Antibiotik yang
dapat diberikan :
a. Benzilpenisilin 5 juta IU IV kemudian 2 juta IU setiap 6 jam +gentamisin
100 mg stat IM, kemudian 80 mg tiap 8 jam+metronidazol 400 atau
500mg secara oral setiap 8 jam.
b. Ampisilin 1 g IV diikuti 500 mg secara IM setiap 6 jam+metronidazol
400 mg atau 500 mg secara oral setiap 8 jam
c. Benzilpenisilin 5 juta IU IV kemudian 2 juta IU tiap 6 jam+gentamisin
100 mg stat IM lalu 80 gr tiap 6 jam.
d. Benzilpenisilin 5 juta IU IV kemudian 2 juta IU tiap 6
jam+kloramfenikol 500 mg secara IV tiap 6 jam.
 Lakukan eksplorasi (bila servik terbuka) dan mengeluarkan bekuan darah atau
jaringan. Bila servik hanya dapat dilalui oleh instrument, lakukan evakuasi sisa
plasenta dengan AMV atau dilatasi dan kuretase
 Kuretase oleh Dokter. Kuretase harus dilakukan di rumah sakit dengan hati-hati
karena dinding rahim relatif tipis dibandingkan dengan kuretase pada abortus.
 Sisa plasenta dapat dikeluarkan dengan manual plasenta. Tindakan ini dapat
dilakukan untuk mengeluarkan sisa plasenta yang tertinggal di dalam rahim
setelah plasenta lahir.
 Setelah selesai tindakan pengeluaran sisa plasenta, dilanjutkan dengan
pemberian obat uterotonika melalui suntikan atau per oral.

Anda mungkin juga menyukai