DISUSUN OLEH:
D3 KEBIDANAN
STIKES BINA SEHAT PPNI MOJOKERTO
2019
LAPORAN PENDAHULUAN
A. Pengertian
Perdarahan post partum adalah perdarahan yang berlebihan selama masa nifas,
termasuk periode 24 jam pertama setelah kala tiga persalinan selesai.
Perdarahan post partum adalah perdarahan lebih dari 500 cc yang terjadi setelah
bayi lahir pervaginam atau lebih 1000 ml setelah persalinan abdominal.
Perdarahan masa nifas atau perdarahan post partum sekunder (late postpartum
hemorrhage) adalah perdarahan yang terjadi pada masa nifas (peurperium) tidak termasuk
24 jam pertama setelah kala III.
Perdarahan sisa plasenta adalah perdarahan yang terjadi akibat tertinggalnya
kotiledon dan selaput kulit ketuban yang mengganggu kontraksi uterus dalam menjepit
pembuluh darah dalam uterus sehingga mengakibatkan perdarahan.
B. Etiologi
a. Paritas
Merupakan faktor yang mempengaruhi perdarahan postpartum primer berikut
adalah klasifikasi paritas :
1) Primipara
Primipara adalah wanita yang telah melahirkan seorang anak yang cukup besar
untuk hidup diluar. Pada primipara dapat menyebabkan ketidaksiapan ibu dalam
menghadapi komplikasi selama kehamilan, persalinan, dan nifas. Pada paritas yang
rendah (paritas), menyebabkan ketidaksiapan ibu dalam menghadapi persalinan sehingga
ibu hamil tidak mampu dalam menangani komplikasi yang terjadi selama kehamilan,
persalinan dan nifas. Perdarahan sisa plasenta dapat terjadi pada paritas beresiko
(primipara), hal ini dapat disebabkan oleh kerusakan yang terjadi pada pembuluh darah
pada plasenta sebagai akibat dari komplikasi asupan nutrisi, anemia atau karena belum
berfungsinya organ reproduksi. Pada kehamilan pertama pembentukan blocking
antibodies terhadap antigen plasenta belum sempurna, yang makin sempurna pada
kehamilan berikutnya.
2) Multipara
Multipara adalah seorang wanita yang telah melahirkan lebih dari satu kali
sedangkan semakin sering wanita mengalami kehamilan dan melahirkan (paritas lebih
dari 3) maka uterus semakin lemah hingga besar resiko terjadi perdarahan. Pada multipara
terjadi kemunduran dan cacat pada endometrium yang mengakibatkan terjadinya fibrosis
pada bekas implantasi plasenta pada persalinan sebelumnya, sehingga vaskularisasi
menjadi berkurang. Ibu-ibu yang dengan kehamilan lebih dari 1 kali atau yang termasuk
multigravida mempunyai risiko lebih tinggi terhadap terjadinya perdarahan pasca
persalinan dibandingkan dengan ibu- ibu yang termasuk golongan primigravida (hamil
pertama kali). Hal ini dikarenakan pada multigravida, fungsi reproduksi mengalami
penurunan sehingga kemungkinan terjadinya perdarahan pasca persalinan menjadi lebih
besar. Selain itu juga, pada multipara terjadi penurunan elastisitas uterus sehingga
miometrium tidak dapat berkontraksi dan beretraksi dengan maksimal yang
mengakibatkan terjadinya retensio plasenta.
3) Grandemultipara
Grandemultipara adalah seorang wanita yang telah melahirkan 5 anak orang anak
atau lebih dan biasanya mengalami penyulit dalam kehamilan dan persalinan. Ibu yang
pernah melahirkan 5 orang anak atau lebih baik hidup ataupun mati akan mengalami
resiko selama kehamilan ataupun persalinannya, salah satu komplikasi yang terjadi pada
saat persalinan yaitu perdarahan pada saat melahirkan yang disebabkan oleh otot uterus
tempat implantasi plasenta digantikan oleh jaringan baru yang tidak memiliki susunan
jaringan otot sama seperti sebelumnya sehingga mengurangi kemampuan uterus untuk
berkontraksi.Paritas 2-3 merupakan paritas paling aman ditinjau dari sudut perdarahan
pasca persalinan yang dapat mengakibatkan kematian maternal. Paritas satu dan paritas
tinggi (lebih dari tiga) mempunyai angka kejadian perdarahan pasca persalinan lebih
tinggi. Sama halnya dnegan multipara, pada persalinan grande terjadi penurunan
elastisitas uterus sehingga miometrium tidak dapat berkontraksi dan beretraksi dengan
maksimal yang mengakibatkan terjadinya sisa plasenta.
C. Gejala Klinis
Pada perdarahan postpartum akibat sisa plasenta ditandai dengan perdarahan
dari rongga rahim dan kontraksi rahim baik.
Tinggi fundus uterus tidak berkurang walaupun uterus berkontraksi.
Pemerikasan tanda – tanda vital
Pemeriksaan suhu badan
Suhu biasanya meningkat sampai 38ºC dianggap normal. Setelah
satu hari suhu akan kembali normal ( 36º – 37ºC ), terjadi penurunan
akibat hipovolemia.
Nadi
Denyut nadi akan meningkat cepat karena nyeri, biasanya terjadi
hipovolemia yang semakin berat.
Tekanan darah
Tekanan darah biasanya turun, memperingan hipovolemia.
Pernafasan
Bila suhu dan nadi tidak normal pernafasan juga menjadi tidak
normal
Pusing, gelisah, letih, ekstremitas dingin dan dapat terjadi syok
hipovolemik.
D. Patofisiologi
Proses kala III di dahului dengan tahap pelepasan plasenta yang akan di tandai
oleh perdarahan pervaginanm, pada retensio plasenta, sepanjang plasenta belum lepas
makatidak akan menimbulkan perdarahan. Sebagian plasenta yang sudah lepas dapat
menimbulkan perdarahan yang cukup banyak dan harus di antisipasi dengan segera
melaakukan plasenta manual.
Sisa plasenta bisa di duga karena kala uri berlangsung tidak lancar, atau setelah
melakukan plasenta manual menemukan adanya kotiledon yang tidak lengkap ada saat
melakukan pemeriksaan plasenta dan masih ada perdarahan dari otium uteri eksternum.
Lepasnya plasenta tidak terjadi bersama sehingga sebagian masih melekat pada
tempat implantasinya, sehingga menyebabkan terganggunya retraksi dan kontraksi otot
uterus, yang menyebabkan sebagian pembuluh darah tetap terbuka serta menimbulkan
perdarahan. Pembentukan epitel akan terganggu sehingga menimbulkan perdarahan yang
berkepanjangan.
Dan dapat di simpulkan bahwa sisa plasenta terjadi karena kala uri berlangsumg
tidakk lancar, disebabkan sebagian plasenta masih melekat pada tempat implantasinya
yang menyebabkan terganggunya kontraksi otot uterus dan menimbulkan perdarahan.
E. DIAGNOSIS
Penilaian klinis sulit untuk memastikan adanya sisa plasenta, kecuali apabila
penolong persalinan memeriksa lengkapan plasenta setelah plasenta lahir.
Apabila kelahiran plasenta dilakukan oleh orang lain atau terdapat keraguan akan
sisa plasenta maka untuk memastikannnya dengan eksplorasi dengan tangan,
kuret, atau alat bantu diagnostik ultrasonografi.
Diagnosis perdarahan pasca persalinan :
• Palpasi uterus : bagaimana kontraksi uterus dan tinggi fundus uteri
Pengkajian:
Tempat : RS CITRA ABADI
Tanggal : 18 Juli 2017
Pukul : 09.00 WIB
1. SUBJEKTIF
a. Identitas Pasien
Nama : Ny. R NamaSuami : Tn. A
Umur : 23 tahun Umur : 30 tahun
SukuBangsa : Jawa/Indonesia Suku/bangsa : Jawa/Indonesia
Agama : Islam Agama : Islam
Pendidikan : SMA Pendidikan : S1
Pekerjaan : IRT Pekerjaan : PNS
Alamat : Gambiran RT 02 RW 01 Prigen, Pasuruan
b. Keluhan Utama
Ibu mengatakan setelah melahirkania merasa lemah, mengantuk dan
mengeluarkan darah segar jalan lahir serta 4-5 kali ganti pembalut
c. Riwayat Menstruasi
Menarche : 13 tahun.
Siklus : 28 hari.
Lama : 6 hari
Banyaknya : 2 – 3 kali ganti pembalut.
d. Riwayat perkawinan
Pernikahan :I
Usia kawin : 21 tahun
Lama menikah : 2 tahun
2. OBJEKTIF
a. Pemeriksaan Umum
KeadaanUmum : cukup
Kesadaran : composmentis
TTV :
TD : 90/70 mmHg N : 80 x/menit
S : 36,5°C R : 20 x/menit
TB : 160 cm
BB sebelum hamil : 53 kg
BB sekarang : 61 kg
LLA : 26 cm.
b. Pemeriksaan Fisik
Kepala : rambut hitam, tidak ada benjolan, tidak ada nyeri tekan, tidak ada bekas
luka
Muka : Bersih, tidak ada odema, pucat
Mata :palpebra tidak ada odema, conjungtiva merah muda, sclera putih.
Hidung : Bersih, tidak ada benjolan.
Telinga : Bersih, tidak ada serumen.
Mulut : Bersih, tidak ada stomatitis, tidak ada caries, gusi tidak mudah berdarah
Leher : tidak ada pembesaran kelenjar tiroid, tidak ada pembesaran kelenjar
limfe
Dada :tidak ada benjolan abnormal, hyperpigmentasi areola, putting susu
menonjol, kolostrum sudah keluar
Abdomen : kontraksi uterus baik teraba bundar dan keras, TFU setinggi pusat
Ekstremitas
- Atas : tidak ada oedem
- Bawah: tidak ada oedema, refleks patella +/+
Genetalia : terdapat laserasi derajat 1, pengeluaran darah pervaginam lebih dari 500
cc.
c. Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan laboratorium :Hb : 8,7 gr%
3. ANALISA DATA
Ny. R P1A0 usia 23 tahun 2 hari post partum dengan sisa plasenta
4. PENATALAKSANAAN
Perbaiki keadaan umum dengan memasang infus Rl atau cairan Nacl 0,9 %
Ambil darah untuk pemeriksaan hemoglobin,
Bila kadar Hb<8 gr% berikan transfusi darah. Bila kadar Hb>8 gr%, berikan
sulfas ferosus 600 mg/hari selama 10 hari.
Pada kasus syok parah, dapat gunakan plasma ekspander. Plasma expender
diberikan karena cairan ini dapat meresap ke jaringan dan cairan ini dapat
menarik cairan lain dari jaringan ke pembuluh darah.
Jika ada indikasi terjadi infeksi yang diikuti dengan demam, menggigil, rabas
vagina berbau busuk, segera berikan antibiotika spectrum luas. Antibiotik yang
dapat diberikan :
a. Benzilpenisilin 5 juta IU IV kemudian 2 juta IU setiap 6 jam +gentamisin
100 mg stat IM, kemudian 80 mg tiap 8 jam+metronidazol 400 atau
500mg secara oral setiap 8 jam.
b. Ampisilin 1 g IV diikuti 500 mg secara IM setiap 6 jam+metronidazol
400 mg atau 500 mg secara oral setiap 8 jam
c. Benzilpenisilin 5 juta IU IV kemudian 2 juta IU tiap 6 jam+gentamisin
100 mg stat IM lalu 80 gr tiap 6 jam.
d. Benzilpenisilin 5 juta IU IV kemudian 2 juta IU tiap 6
jam+kloramfenikol 500 mg secara IV tiap 6 jam.
Lakukan eksplorasi (bila servik terbuka) dan mengeluarkan bekuan darah atau
jaringan. Bila servik hanya dapat dilalui oleh instrument, lakukan evakuasi sisa
plasenta dengan AMV atau dilatasi dan kuretase
Kuretase oleh Dokter. Kuretase harus dilakukan di rumah sakit dengan hati-hati
karena dinding rahim relatif tipis dibandingkan dengan kuretase pada abortus.
Sisa plasenta dapat dikeluarkan dengan manual plasenta. Tindakan ini dapat
dilakukan untuk mengeluarkan sisa plasenta yang tertinggal di dalam rahim
setelah plasenta lahir.
Setelah selesai tindakan pengeluaran sisa plasenta, dilanjutkan dengan
pemberian obat uterotonika melalui suntikan atau per oral.