Anda di halaman 1dari 18

MAKALAH KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH I

ASUHAN KEPERAWATAN PADA GANGGUAN EFUSI PLEURA

Oleh :

Kelompok 3

1. Audri Moureska (173110158)


2. Fadillah Fauzana (173110163)
3. Indri Yanti (173110170)
4. Meggi Satria Pratama (173110174)
5. Nadila Maftiful Khair (173110177)
6. Rana Nurul Azizi (173110184)
7. Syafira Aisyah (173110191)

Dosen Pembimbing :
Ns. Netti, S.Kep, M.Pd

POLTEKKES KEMENKES RI PADANG


D – III KEPERAWATAN PADANG
2018/2019
KATA PENGANTAR

‫يم‬
ِ ‫الر ِح‬
َّ ‫من‬
ِ ْ‫الرح‬
َّ ِ‫س ِم هللا‬
ْ ‫ِب‬

Assalamu’alaikum warahmatullahiwabarrakatuh

Alhamdulillahirrabil’alamin, puji syukur kehadirat Allah SWT atas segala rahmat dan
karunia serta nikmat-Nya, sehingga dapat, menyelesaikan penulisan makalah ini, tak lupa
shalawat serta salam kami ucapkan kepada nabi besar Muhammad SAW beserta keluarga,
sahabat-sahabat dan para pengikut beliau hingga akhir zaman. Kami sebagai penulis
menyadari dalam pembuatan makalah ini terdapat kekurangan dan kesalahan dalam
penulisan, oleh karena itu kami sangat mengharapkan kritik dan saran yang bersifat
membangun demi kesempurnaan makalah ini.

Demikian kata pengantar dari kami sebagai penulis, harapan kami agar makalah ini
dapat bermanfaat bagi para pembaca dan diterima sebagai perwujudan dalam dunia
kesehatan. Dan dapat digunakan sebagaimana mestinya, semoga kita semua mendapat faedah
dan diterangi hatinya dalam setiap menuntut ilmu yang bermanfaat untuk dunia dan akhirat.

Padang, 02 September 2018

Kelompok

1
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR................................................................................................................1
DAFTAR ISI..............................................................................................................................2
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang............................................................................................................3
1.2 Tujuan.........................................................................................................................4
1.3 Manfaat.......................................................................................................................5
BAB II PEMBAHASAN
A. KONSEP PENYAKIT..........................................................................................................6
1. Definisi........................................................................................................................6
2. Etiologi .......................................................................................................................6
3. Manifesti Klinis...........................................................................................................7
4. Patofisiologis...............................................................................................................7
5. WOC............................................................................................................................8
6. Komplikasi...................................................................................................................9
7. Penataklasanaan.........................................................................................................10
B. ASUHAN KEPERAWATAN.............................................................................................11
1. Pengkajian..................................................................................................................11
2. Diagnosa Keperawatan..............................................................................................13
3. Perencaan Keperawatan.............................................................................................13
BAB III PENUTUP
3.1 Kesimpulan...............................................................................................................16
3.2 Saran.........................................................................................................................16
DAFTAR PUSTAKA

2
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Di dalam rongga pleura normal terdapat cairan serosa dengan jumlah rata - rata 0,1
ml/kg/BB/hari (yang dalam keadaan homeotasis terdapat 5 - 15 ml cairan dalam rongga
pleura), dan hanya cukup berfungsi sebagai pelumas dalam pergerakan pkeura parietal
dan pleura viseral. Kestabilan jumlah cairan pleura ini diatur melalui mekanisme
keseimbangan antara transudasi dari kapiler - kapiler pleura dan reabsorbsi oleh vena
viseral dan parietal, serta saluran getah bening. Jika terjadi penimbunan cairan dalam
rongga pleura maka keadaan ini disebut sebagai efusi pleural. Seperti halnya pada
pneumotoraks, timbunan cairan dalam rongga pleura juga akan menyebabkan desakan
(penekanan) pada paru - paru. Pada kasus yang lebih berat akan menyebabkan
atelektasis, penekanan pada pembuluh vena besar, dan menurunnya aliran pembuluh
darah balik jantung. Efusi pleural dapat mengakibatkan gangguan paru restriktif.

Efusi pleural dapat terjadi akibat penyakit atau suatu trauma seperti infeksi, gagal
jantung kongestif, neoplasma, tromboemboli, defek kardiovaskular dan reaksi
imunologis. Trauma pada toraks dapat mengakibatkan terjadinya perdarahan dan masuk
ke dalam rongga pleura, keadaan ini dinamakan dengan hematotoraks.

Di Amerika Serikat, 1,5 juta kasus efusi pleura terjadi tiap tahunnya. Sementara
pada populasi umum secara internasional, diperkirakan tiap 1 juta orang, 3000 orang
terdiagnosa efusi pleura. Di negara - negara barat, efusi pleura terutama disebabkan oleh
gagal jantung kongestif, sirosis hati, keganasan dan pneumonia bakteri, sementara di
negara - negara yang sedang berkembang, seperti Indonesia, lazim berkembang oleh
infeksi tuberkulosis.

Penyebab efusi, penyakit ganas menyumbang 41% dan tuberkulosis untuk 33% dari
100% kasus efusi pleura eksudatif, 2 pasien (2%) memiliki konsistensi tuberkulosis dan
keganasan yang dianalisis dengan kelompok ganas. Parapneumoni efusi ditemukan
hanya 6% kasus, penyebab lain gagal jantung kongestif 3%, komplikasi dari by pass
koroner 2% rheumatoid atritis 2%, gagal ginjal kronis 1%, kolesistitis akut 1%, etiologi
tidak diketahui 8%.

3
Kasus efusi pleura mencapai 2,7% dari penyakit infeksi saluran napas lainnya.
Tingginya angka kejadian efusi pleura disebabkan keterlambatan penderita untuk
memeriksakan kesehatan sejak dini.

Eksudat mempunyai berat jenis (> 1,017) dan kadar protein lebih tinggi, karena
banyak mengandung sel. Eksudat disebabkan oleh peradangan atau keganasan pada
pleura, serta akibat terjadi peningkatan permeabilitas kapiler dan gangguan absorbsi
getah bening. Sedang pada transudat tidak memenuhi kriteria diatas (berat jenis < 1,015 ;
kadar protein < 3,5 g/dl dan LDH < 200 unit).

Penyebab utama efusi transudatif (dan merupakan penyebab tersering efusi pleural)
adalah penyakit gagal jantung kongestif. Terbentuknya transudat adalah melalui
mekanisme.

1. Meningkatnya tekanan hidrostatik seperti pada gagal jantung kongestif

2. Menurunnya tekanan onkotik seperti pada hipoalbuminemia

3. Meningkatnya tekanan negatif ontrapleura seperti pada atelektasis akut.

Jika efusi pleural mengandung maeri nanah (purulen), maka disebut empiema.
Empiema ini bisa disebabkan oleh perluasan infeksi dari struktur yang berdekatan, bisa
merupakan komplikasi dari pneumonia, abses paru, bahkan perforasi dari karsinoma ke
dalam rongga pleura. Bila empiema menyebabkan terjadinya fibrosis pada paru dan
dinding toraks, terjadi perlekatan antara pleura viseral dan parietal, maka keadaan ini
dinamakan fibrotoraks. Pada keadaan trauma atau keganasan yang mengakibatkan cairan
getah bening masuk ke dalam rongga pleura, keadaan ini dinamakan kilotoraks.

1.2 Tujuan
a. Untuk mengetahui definisi efusi pleura
b. Untuk mengetahui etiologi efusi pleura
c. Untuk mengetahui manifesti klinis efusi pleura
d. Untuk mengetahui patofisologi efusi pleura
e. Untuk mengetahui gambaran WOC efusi pleura
f. Untuk mengetahui komplikasi dari efusi pleura
g. Untuk mengetahui penatalaksanaan gangguan efusi pleura

4
1.3 Manfaat
Untuk memahami . menganalisa serta menambah pengetahuan kami sebagai seorang
perawat dalam membuat asuhana keperawatan pada pasien yang memiliki gangguan
efusi pleura

5
BAB II
TINJAUAN TEORI

A. KONSEP PENYAKIT

1. Definisi
Efusi pleura adalah suatu keadaan yang terdapat penumpukan cairan dalam pleura
berupa transudat atau eksudar yang diakibatkan terjadinya ketidakseimbangan anatara
produksi dan absorpsi di kapiler da pleura ventilasi.Efusi pleura adalah suatu keadaan
ketika rongga pleura dipenuhi oleh cairan (terjadi penumpukan cairan dalam rongga
pleura).
Efusi pleura merupakan salah satu kelainan yang menganggu sistem pernapasan.
Efusi pleura bukanlah diagnosis dari suatu penyakit, melainkan hanya merupakan
gejalaatau komplikasi dari suatu penyakit.

2. Etiologi
Kelainan pada pleura hampir selalu merupakan kelainan sekunder. Kelainan primer
pada pleura hanya ada dua macam :
a. Infeksi kuman primer intrapleura
b. Tumor primer pleura
Berdasarkan jenis cairan yang terbentuk, cairan pleura dibagi menjadi :
a. Transudat dapat disebabkan oleh kegagalan jantung kongestif (gagal jantung
kiri), sindrom nefrotik, asites (oleh karena sirosis hepatitis), sindrom vena kava
superior. Tumor dan sindrom meigs.
b. Eksudat disebabkan oleh infeksi, TB, pneumonia, tumor, infeksi paru,radiasi,
dan penyakit kolagen.
c. Efusi hemoragi dapat disebebkan oleh adanya tumor, infeksi paru, radiasi, dan
tuberkulosis.

3. Manifesti klinis
a. Jika efusi pleural hanya sedikit (kurang dari 200 – 300 ml) biasanya tanpa
disertai gejala.
b. Pada efusi pleural yang lebih banyak dapat terjadi dispnea, terutama bila disertai
penyakit kardiopulmonar sebagai penyakit yang mendasari.

6
c. Nyeri dada pleuritik (khususnya pada efusi eksudat) dan batuk kering.
d. Pergerakan dada berkurang dan terhambat pada bagian yang terkena efusi.
e. Penurunan fremitus vokasl dan raba.
f. Redup pada perkusi di atas efusi pleura.
g. Berkurangnya suara napas di atasefusi pleura.
h. Pada efusi yang luas disertai penekanan pada paru , didapatkan aksentuasi suara
napas dan egofani tepat di atas batas efusi.
i. Jika terjadi pleuritis ditandai dengan ifriction rub pleural.
j. Jika terjadi efusi masif disertai peningkatan tekanan intrapleural akan terjadi
pergesaran trakea ke arah kontra lateral (menjauhi sisi yang mengalami efusi)
disertai pendataran spatium interkostal.

4. Patofisiologi
Patofisiologi terjadinya efusi pleura bergantung pada keseimbangan antara cairan
protein dalam rongga pleura. Dalam keadaan normal cairan pleura dibentuk secara
lambat sebagai filtrasi melalui pembuluh darah kapiler. Filtrasi ini terjadi karena
perbedaan tekanan osmotik plasma dan jaringan interstisial submesotelial. Kemudian
melalui sel mesotelial masuk ke dalam rongga pleura. Selain itu cairan pleura dapat
melalui pembulih limfe sekitar pleura.
Pada umumnya, efusi karena penyakit pleura hampir mirip plasma (eksudat),
sedangkan yang timbul pada pleura normal merupakan ultrafiltrat plasma (transudat).
Efusi yang berhubungan dengan pleuritis disebabkan oleh permeabilitas pleura parietalis
sekunder ( akibat samping ) terhadap peradangan atau adanya neoplasma.
Klien dengan pleura normal pun dapat terjadi efusi pleura ketika terjadi payah/gagal
jantung kongestif. Saat jantung tidak dapat memompakan darahnya secara maksimal
keseluruh tubuh maka akan terjadi peningkatan tekanan hidrostatik pada kapiler
selanjutnya timbul hipertensi kapiler sistemik dan cairan yang berada dalam pembuluh
darah pada area tersebut menjadi bocor dan masuk ke dalam pleura, ditambah dengan
adanya penurunan reabsorbsi cairan tadi oleh kelenjar limfedi pleura mengakibatkan
pengumpulan cairan yang abnormal/berlebihan. Hipoalbuminemia (misalnya pada klien
nefrotik sindroom, malabsorbsi atau keadaan lain dengan asites dan edemaanasarka)
akan mengakibatkan peningkatan pembentukan cairan pleura dan reabsorbsi yang
berkurang. Hal tersebut dikarenakan adanya penurunan pada tekanan onkotik

7
intravaskuler yang mengakibatkan cairan akan lebih mudah masuk ke dalam rongga
pleura.
Luas efusi pleura yang mengancam volume paru, sebagian akan bergantung pada
kekakuan relatif paru dan dinding dada. Pada volume paru dalam batas pernapasan
normal, dinding dada cendrung rekoil ke luar sementara paru –paru cendrung untuk
rekoil ke dalam.

5. WOC

TB Paru Gagal Jantung kiri Karsinoma


mediastinum
Pneumonia Gagal ginjal
karsinoma paru
Gagal fungsi hati

Ateletaksis Peningkatan tekanan hidrastatik di Peningkatan


Hipoalbuminemia pembuluh darah permeabilitas kapiler paru
Inflamasi

Tekanan osmotik Ketidakseimbangan jumlah


koloid menurun produksi cairan dengan absorpsi
yang bisa dilakukan pleura viseralis
Tekanan negatif
intrapleura
peningkatan
Akumulasi/penimbunan cairan
permeabilitas kapiler
di kavum pleura

Gangguan ventilasi (pengembangan paru tidak optimal). Gangguan difusi, distribusi, dan transpaltasi
oksigen

Sistem Sistem saraf Sistem Sistem Respon


pernapasan pusat pencernaan muskuloskeleta psikososial
l
Penurunan
Pa o2 menurun Efek
Penurunan suplai suplai oksigen Sesak
PC02 meningkat hiperventilasi
oksigen ke otak ke jaringan napas
Sesak napas
Tindakan
Peningkatan Produksi asam
Hipoksia serebral Peningkatan Invasif
produksi sekret lambung
metabolisme
Penurunan meningkat
anerob
Imunitas peristaltik Koping
8
menurun tidak
efektif
Pusing, Peningkatan
disorentasi Mual,nyeri lambung produksi asam
Pola napas tidak konstipasi laktat
efektif Resiko gangguan kecemas
jalan napas tidak Ketidakseimbangan Kelemahan fisik an
perfusi serebral
efektif nutrisi umumu
6. Komplikasi nyeri lambung
resiko terpapar
infeksi gangguan eliminasi Intoleransi
alvi Aktivitas

a. Infeksi dan fibrosis paru (Mansjoer, 2001)


b. Fibrotoraks
Efusi pleura yang berupa eksudat yang tidak ditangani dengan drainase yang baik
akan terjadi perlekatan fibrosa anatar pleura parientalis dan viseralis. Keadaan ini
disebut dengan fibrotoraks
c. Atalektasis
Pengembangan paru yang tidak sempurna yang disebabkan oleh penekanan
akibat efusi pleura
d. Kolaps paru
Pada efusi pleura, atalektasis tekanan yang disebabkan oleh tekanan ekstrinsik
pada sebagian /semua bagian paru mendorong udara keluar dan mengkibatkan
kolaps paru.

7. Penatalaksanaan
Penatalaksanaan klien dengan efusi pleura adalah dengan mengatasi penyakit yang
mendasarinya, mencegah re-accumulation cairan dan mengurangi ketidaknyamanan dan
dispnea.
a. Pengobatan pada efusi pleural prinsipnya adalah mengobati penyakit penyebab
efusi pleural dan efusi itu sendiri.
b. Pada efusi yang ringan dan bukan proses peradangan (transudat), efusi dapat di
reabsorbsi ke dalam kapiler setelah penyebab efusi sudah diatasi.
c. Pada efusi eksudat dan terjadi proses peradangan, maka dapat dilakukan dengan
pengeluaran dengan drainase atau dengan aspirasi jarum ( torakocentesis)
sebelum berakibat mengalami fibrosis menjadi fibrotoraks
Sehingga prognosis dari efusi pleural ini sangat tergantung dari berat ringannya
penyakit yang mendasari.

9
B. ASUHAN KEPERAWATAN

1. Pengkajian
a. Identitas klien
Identitas klien yang harus diketahui perawat meliputi nama, umur, jenis kelamin,
alamat rumah, agama, suku bangsa, bahasa yang dipakai, status pendidikan,
pekerjaan klien dan asuransi kesehatan.
Sesuai dengan etiologi penyebabnya, efusi pleura dapat timbul seluruh usia.
Status ekonomi (tempat tinggal) yang berperan terhadap timbulnya penyakit ini
terutama yang didahului oleh turbekolosis paru. Klien dengan turbekolosis paru
sering ditemukan di daerah padat penduduk dengan kondisi sanitasi kurang.
b. Riwayat kesehatan
- Keluhan utama
Merupakan faktor utama yang mendorong klien mencari pertolongan atau
berobat ke rumah sakit. Biasanya pada klien dengan efusi pleura
didapatkan keluhan sesak nafas, rasa berat pada dada.Kebanyakan efusi
pleura bersifat asimptomatik, gejala yang timbul sesuai dengan penyakit
yang mendasarinya.pneumonia akan menyebabkan demam, menggigil, dan
nyeri dada pleuritik akibat iritasi pleura yang bersifat tajam, teralokalisasi
terutama pada saat batuk, ketika efusi sudah membesar dan menyebar
kemungkinan timbul dispnea dan batuk. Efusi pleura yang besar akan
mengakibatkan napas pendek. Tanda fisik meliputi deviasi trakea
menjauhi sisi yang terkena, dulness pada perkusi, dan penurunan bunyi
pernapasan pada sisi terkena.
- Riwayat penyakit saat ini
Klien dengan efusi pleura biasanya akan diawali dengan adanya keluhan
seperti batuk, sesak napas, nyeri pleuritis, rasa berat pada dada, dan berat
badan menurun.
- Riwayat kesehatan dahulu
Klien dengan efusi pleura terutama akibat adanya infeksi non-pleura
biasanya mempunyai riwayat penyakit tuberkolosis paru.
- Riwayat kesehatan keluarga

10
Tidak ditemukan data penyakit yang sama ataupun diturunkan dari
anggota keluarga lainnya, terkecuali penularan infeksi tuberkolosis yang
menjadi faktor penyebab timbulnya efusi pleura.
c. Pemeriksaan fisik
- Pada klien efusi pleura bentuk hemitorak yang sakit mencembung, kosta
mendatar, ruang intercosta melebar, pergerakan pernapasan menurun.
Pendorongan mediastinum ke arah hemitorak kontralateral yang diketahui
dari posisi trakea dan iltus kordis. RR cendrung meningkat dan klien
biasanya dispneu.
- Vokal premitus menurun terutama untuk efusi pleura yang jumlah cairan >
250 cc. Disamping itu pada palpasi ditemukan pergerakan dinding dada
tertinggal pada dada yang sakit.
- Suara perkusi redup sampai pekak bergantung pada jumlah cairannya. Bila
cairan tidak mengisi penuh rongga pleura, maka pada pemeriksaan
ekskursi diafragma akan didapatkan adanya penurunan kemampuan
pengembangan diafragma.
- Auskultasi suara napas menurun sampai menghilang, egofoni.
d. Pemeriksaan penunjang
- Sinar tembus dada
Permukaan cairan yang terdapat dalam rongga pleura akan membentuk
bayangan seperti kurva, dengan permukaan daerah lateral lebih tinggi dari
pada bagian medial. Bila permukaannya horizontal dari lateral ke medial,
pasti terdapat udara dalam rongga tersebut bisa dari luar atau dari dalam
paru – paru itu sendiri.
Hal yang lain dapat terlihat dalam foto dada efusi pleura adalah
terdorongnya mesdiatinum pada sisi yang berlawanan dengan cairan. Akan
tetapi, terdapat atelektasis pada sisi yang bersamaan dengan cairan,
mediastinum akan tetap pada tempatnya.
- Torakosentesis
Aspirasi cairan pleura berguna sebagai sarana untuk diagnostik maupu
tarapeutik. Torakosentesis sebaiknya dilakukan pada posisi duduk. Lokasi
aspirasi adalah pada bagian bawah paru di sela iga – 9 garis aksila
posterior dengan memakai jarum abbocath nomor 14 atau 16. Pengeluaran
cairan sebaiknya tidak lebih dari 1000 – 1500 cc pada setiap kali aspirasi.

11
Jika aspirasi dilakukan dalam jumlah banyak, maka akan menimbulkan
syok pleura (hipotensi) atau edema. Edema paru terjadi karena paru –paru
terlalu cepat mengembang.

Tabel : Perbedaan cairan transudat dan eksudat


Transudat Eksudat
1. Warna Kuning pucat, jenuh Jernih, keruh, purulen,
hemoragik
2. Bekuann - -/+
3. Berat jenis < 1018 > 1018
4. Leukosit < 1000 /µL Bervariasi, >1000 µL
5. Eritrosit Sedikit Biasanya banyak
6. Hitung jenis MN Terutama
(Limfosit/mesotel) poliomorfonuklear
(PMN)
7. Protein total < 50 % serum >50 % serum
8. LDH < 60 % serum >60 % serum
9. Glukosa = plasma =/< plasma
10. Fibronogen 0,3 – 4 % 4 – 6 % atau lebih
11. Amilase - >50 % serum
12. Bakteri - -/+

- Biopsi pleura
Pemeriksaan histologis satu atau beberapa contoh jaringan pleura dapat
menunjukkan 50 – 75 % diagnosis kasus pleuritis tuberkolosis dan tumor
pleura. Bila hasil biopsi pertama tidak memuaskan dapat dilakukan biopsi
ulangan. Komplikasi biopsi pleura adalah pneumotorak, hemotorak,
penyebaran infeksi atau tumor pada dinding dada.
- Pendekatan pada efusi yang tidak terdiagnosis
- Bronkoskopi : pada kasus – kasus neoplasma, korpus alienum, abses paru.
- Scanning isotop : pada pasien kasus emboli paru
- Torakospi (fiber – optic pleuroscopy) : pada kasus dengan neoplasma atau
TBC

12
2. Diagnosa Keperawatan
a. Pola napas tidak efektif yang berhubungan dengan penurunan ekspansi paru
(akumulasi dari udara/cairan)
b. Nyeri akut yang berhubungan dengan agens cedera fisik, agens cedera
biologis

3. Perencanaan keperawatan

PERENCANAAN
DIAGNOSA
NO
KEPERAWATAN NOC NIC

1. Pola napas tidak Tujuan : Setelah Manajemen jalan nafas :


efektif yang b/d dilakukan tindakan 1. Posisikan pasien untuk
penurunan ekspansi intervensi diharapkan memaksimal ventilasi
paru (akumulasi dari 2. Posiskan untuk
udara/cairan) Status pernapasan,556 mengurangi sesak nafas
1 2 3 4 5 3. Lakukan fisioterapi dada,
sebagaimana mestinya
Kriteria Hasil : 4. Buang sekret dengan
1. Frekuensi pernapasan memotivasi pasien untuk
20x/menit melakukan batuk /
2. Irama pernapasan menyedot lendir
vesikuler 5. Motivasi pasien untuk
3. Kedalaman inspirasi bernafas pelan, dalam,
normal berputar dan batuk
6. Intruksikan bagaimana
agar bisa melakukan batuk
efektif
7. Auskultasi suara nafas,
catat area ventilasinya
menurun atau tidak ada
dan adanya suara
tambahan

13
8. Regulasi asupan cairan
untuk mengoptimalkan
keseimbangan cairan
9. Monitor status pernafasan
dan oksigenasi,
sebagaimana mestinya

2. Nyeri akut yang b/d Setelah dilakukan Manajemen Nyeri


agens cedera fisik, tindakan intervensi
Aktivitas Keperawatan :
agens cedera biologis keperawatan
diharapkan : 1. Lakukan pengkajian nyeri
secara komprehensif yang
Tingkat nyeri :
meliputi dimana lokasi
1 2 3 4 5 nyeri, bagaimana
karakteristiknya, berapa
Kriteria hasil :
lama durasi nyeri yang
1. Klien tidak lagi dirasakan, seberapa sering
mengerang dan nyeri terjadi, bagaimana
menangis kualitasnya ataupun
beratnya nyeri serta faktor
2. Ekspresi nyeri wajah
pencetusnya.
klien tidak ada lagi
2. Observasi adanya petunjuk
3. Klien dapat
nonverbal dari klien
beristirahat dengan
mengenai ketidaknyamanan
nyaman
yang dirasakannya.
4. Skala nyeri
3. Gali bersama pasien faktor
berkurang
- faktor yang dapat
menurunkan atau
memperberat nyeri.

4. Kendalikan faktor
lingkungan yang dapat
memengaruhi respon pasien

14
terhadap ketidaknyamanan.

5. Kurangi faktor - faktor


yang dapat mencetuskan
atau meningkatkan nyeri
(misalnya ketakutan,
kelelahan, keadaan
monoton dan kurang
pengetahuan).

6. Ajarkan penggunaan teknik


non farmakologi.

7. Pastikan pemberian
analgesik dan atau strategi
nonfarmakologi sebelum
dilakukan prosedur yang
menimbulkan nyeri.

8. Dukung istirahat/tidur yang


adekuat untuk membantu
penuruan nyeri.

9. Monitor kepuasan pasien


terhadap manajemen nyeri
dalam interval yang spesifik.

15
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Efusi pleura adalah adanya sejumlah besar cairan yang abnormal dalam ruang antara
pleura viseralis dan parietalis. Bergantung pada cairan tersebut, efusi dapat berupa
transudat(Gagal jantung, sirosis hepatis dan ascites) atau eksudat (infeksi dan neoplasma) ; 2
jenis ini penyebab dan strategi tata laksana yang berbeda. Efusi pleura yang disebabkan oleh
infeksi paru disebut infeksi infeksi parapneumonik. Penyebab efusi pleura yang sering terjadi
di negara maju adalah CHF, keganasan, pneumonia bakterialis, dan emboli paru. Di Negara
berkembang, penyebab paling sering adalah tuberculosis.
Pasien dapat datang dengan berbagai keluhan, termasuk nafas pendek, nyeri dada,
atau nyeri bahu. Pemeriksaan fisik dapat normal pada seorang pasien dengan efusi kecil.
Efusi yang lebih besar dapat menyebabkan penurunan bunyi nafas, pekak pada perfusi, atau
friction rub pleura.

3.2 Saran

Efusi pleura merupakan penyakit komplikasi yang sering muncul pada penderita
penyakit paru primer, dengan demikian segera tangani penyakit primer paru agar efusi yang
terjadi tidak terlalu lama menginfeksi pleura.

16
DAFTAR PUSTAKA

Muttaqin, Arif. 1997. Asuhan Keperawatan Klien dengan Gangguan Sistem Pernapasan.
Jakarta : Salemba Medika
Somantri, irman. 2009. Asuhan Keperawatan pada Klien dengan Gangguan Sistem
Pernapasan. Jakarta : Salemba Medika
Bararah, Taqiyyah dan Mohammad Jauhar. 2013. Asuhan Keperawatan : Panduan
Lengkap Menjadi Perawat Profesional. Jakarta : Prestasi Pustaka

17

Anda mungkin juga menyukai