Anda di halaman 1dari 26

RESUSITASI BAYI BARU LAHIR

Dosen Pembimbing :
Ns. Zolla Amely Ilda, S. Kep, M, Kep
Nama anggota kelompok 7:

 Latifa Rahmadani
 Maghfirah
 Ulul Azmi
Pengertian Resusitasi
Resusitasi merupakan sebuah upaya
menyediakan oksigen ke otak, jantung dan
organ-organ vital lainnya melalui sebuah
tindakan yang meliputi pemijatan jantung
dan menjamin ventilasi yang adekuat
(Rilantono, 2010).
Tujuan Tindakan Resusitasi

Tindakan resusitasi diberikan untuk


mencegah kematian akibat asfiksia. Dan
bila pada bayi asfiksia berat yang
mengalami gangguan system saraf pusat,
misalnya “cerebral palsy”, kelainan jantung
misalnya tidak menutupnya “ductus
arterious”.
Langkah-langkah Sebelum Tindakan Resusitasi

1. Persiapan Resusitasi Bayi Baru Lahir


2. Persiapan Keluarga
3. Persiapan Tempat Resusitasi
meliputi ruang bersalin dan tempat
resusitasi. Gunakan ruangan yang hangat
dan terang. Tempat resusitasi hendaknya
rata, keras, bersih, dan kering, misalnya
meja, atau di atas lantai beralas tikar.
Kondisi yang rata diperlukan untuk
mengatur posisi kepala bayi.
Tempat resusitasi sebaiknya di dekat sumber
pemanas (misalnya: lampu sorot) dan tidak
banyak tiupan angin (jendela atau pintu yang
terbuka). Biasanya digunakan lampu sorot atau
bohlam berdaya 60 watt atau lampu gas
minyak bumi (petromax). Nyalakan lampu
menjelang kelahiran bayi.
4. Persiapan alat resusitasi

Sebelum menolong persalinan, selain peralatanpersalinan, siapkan


juga alat-alat resusitasi dalam keadaan siap pakai, yaitu:Dua helai
kain/handuk, Bahan ganjal bahu bayi, alat pengisap lender DeLee
atau bola karet, tabung dan sungkup atau balon dan sungkup
neonatal, Kotak alat resusitasi danJam atau pencatat waktu
5. Penilaian Segera
Segera setelah lahir, letakkan bayi di perut
bawah ibu atau dekat perineum (harus bersih
dan kering). Cegah kehilangan panas dengan
menutupi tubuh bayi dengan kain/handuk
yang telah disiapkan sambil melakukan
penilaian dengan menjawab 2 pertanyaan:
a. Apakah bayi menangis kuat, tidak bernapas
atau megap-megap?
b. Apakah bayi lemas
6. Penilaian
Sebelum bayi baru lahir, sesudah ketuban
pecah: Apakah air ketuban bercampur
mekonium (warna kehijauan) pada presentasi
kepala.
7 Keputusan
Putuskan perlu dilakukan tindakan resusitasi
apabila: 1) Air ketuban bercampur mekonium
2) Bayi tidak bernapas atau bernapas megap-
megap, 3)Bayi lemas atau lunglai
8. Tindakan
Segera lakukan tindakan apabila: bayi tidak
bernapas atau megap-megap atau lemas.
Langkah-langkah Resusitasi BBL

1 Langkah awal
1). Beritahu ibu dan keluarganya bahwa bayinya
memerlukan bantuan untuk memulai bernapas.
2)Minta keluarga mendampingi ibu (member
dukungan moral, menjaga dan melaporkan kepada
penolong apabila terjadi perdarahan).
3)Enam langkah awal (dilakukan dalam 30 detik)
adalah: 1) Jaga bayi tetap hangat, 2) Atur posisi
bayi, 3) Isap lendir, 4) Keringkan dan rangsangan
taktil, 5) Reposisi, 6) Penilaian apakah bayi
menangis atau bernapas spontan dan teratur.
Cara yang dilakukan adalah sebagai
berikut:
a.Jaga bayi tetap hangat: 1)Letakkan bayi di atas kain yang ada di atas perut ibu atau
dekat perineum, 2) Selimuti bayi dengan kain tersebut, potong tali pusat, 3)
Pindahkan bayi ke atas kain ke tempat resusitasi
b. Atur posisi bayi
1) Baringkan bayi terlentang dengan kepala di dekat penolong, 2)Ganjal bahu agar
kepala sedikit ekstensi
c. Isap lendir

Gunakan alat penghisap lendir De Lee atau bola karet.Pertama, isap


lendir di dalam mulut, kemudian baru isap lendir di hidung, hisap
lendir sambil menarik keluar pengisap (bukan pada saat
memasukkan), bila menggunakan pengisap lendir DeLee, jangan
memaasukkan ujung penghisap terlalu dalam (lebih dari 5 cm ke
dalam mulut atau lebih dari 3 cm ke dalam hidung) karena dapat
menyebabkan denyut jantung bayi melambat atau henti napas bayi.
d.Keringkan dan rangsang bayi, keringkan bayi mulai dari
muka, kepala dan bagian tubuh lainnya dengan sedikit
tekanan. Rangsangan ini dapat memulai pernapasan
bayi atau bernapas lebih baik.
Lakukan rangsangan taktil dengan beberapa cara di
bawah ini :
 Menepuk atau menyentil telapak kaki.
 Menggosok punggung, perut, dada atau tungkai bayi
dengan telapak tangan. Berbagai bentuk rangsangan
taktil yang dulu pernah dilakukan, sebagian besar tak
di lakukan lagi karena membahayakan kondisi bayi
baru lahir. Rangsangan yang kasar, keras atau terus
menerus, tidak akan banyak menolong dan malahan
dapat membahayaka bayi.
e. Atur kembali posisi kepala dan selimuti
bayi
 Ganti kain yang telah basah dengan kain
bersih dan kering yang baru (disiapkan).
 Selimuti bayi dengan kain tersebut, jangan
tutupi bagian muka dan dada agar
pemantauan pernapasan bayi dapat
diteruskan.
 Atur kembali posisi terbaik kepala bayi
(sedikit ekstensi).
f. Lakukan penilaian bayi. Lakukan penilaian
apakah bayi bernapas normal, megap-megap
atau tidak bernapas.
1 ) Bila bayi bernapas normal, berikan pada
ibunya
a) Letakan bayi di atas dada ibu dan selimuti
keduanya untuk menjaga kehangatan tubuh
bayi melalui persentuhan kulit ibu bayi.
b) Anjurkan ibu untuk menyusukan bayi
sambil membelainya.
2)Bila bayi bernapas atau mengap-mengap :
segera lakukan tindakan ventilasi.
2. Melakukan tindakan ventilasi
tekanan positif
Ventilasi adalah bagian dari tindakan resusitasi untuk memasukkan sejumlah
udara ke dalam paru dengan tekanan positif yang memadai untuk membuka
alveoli paru agar bayi bisa bernapas spontan dan teratur.
VTP dilakukan apabila pada penilaian pasca langkah awal didapatkan salah satu
keadaan berikut:
 Apnu
 Frekuensi jantung <100 kali/menit
 Tetap sianosis sentral walaupun telah diberikan oksigen aliran bebas
Adapun langkah-langkah ventilasi sebagai berikut:
a. Pemasangan sungkup : pasang dan pegang sungkup agar menutupi mulut dan
hidung bayi.
b.Ventilasi percobaan (2 kali) : lakukan
tiuapan udara dengan tekanan 30 cm air
tiupan awal ini sangat penting untuk
membuka alveloli paru agar bayi bisa mulai
bernapasan dan sekaligus menguji apakah
jalan napas terbuka atau bebas. Lihat
apakah dada bayi mengembang.
c.Bila tidak mengembang
 Periksa posisi kepala, pastikan posisinya suda benar.
 Periksa pemasangan sungkup dan pastikan tidak terjadi
kebocoran.
 Periksa ulang apakah jalan napas tersumbat cairan atau lendir
(isap kembali).
Bila dada mengembang, lakukan tahap berikutnya.
a. Ventilasi defintif (20 kali dalam 30 detik).
 Lakukan tiupan dengan tekanan 20 cm air, 20 kali dalam 30
detik.
 Pastikan udara masuk (dada mengembang) dalam 30 detik
tindakan.
b. Lakukan penilaian
 Bila bayi sudah bernapas normal, hentikan ventilasi dan
pantau bayi. Bayi diberikan asuhan pasca resusitasi.
Bila bayi belum bernapas atau
mengap-mengap, lanjutkan ventilasi.
a. Lanjutkan ventilasi dengan tekanan 20 cm
air, 20x untuk 30 detik berikutnya
b.Evaluasi hasil ventilasi setiap 30 detik.
c. Lakukan penilaian bayi apakah bernapas,
tidak bernapas atau megap-megap.
3.VTP + Kompresi Dada

Apabila setelah tindakan VTP selama 30 detik, frekuensi jantung <60 detik,
maka lakukan kompresi dada yang terkoordinasi dengan ventilasi selama 30
detik dengan kecepatan 3 kompresi: 1 ventilasi selama 2 detik. Kompresi
dilakukan dengan dua ibu jari atau jari tengah-telunjuk/ tengah-manis.
Lokasi kompresi ditentukan dengan menggerakka jari sepanjang tepi iga
terbawah menyusur ke atas sampai mendapatkan sifois, letakkan ibu jari
atau jari-jari pada tulang dada sedikit di atas sifoid. Berikan topangan pada
bagian belakang bayi. Tekan sedalam 1/3 diameter anteroposterior dada.
4. Intubasi
 Intubasi endotrakea dilakukan pada keadaan
berikut:
 Ketuban tercampur mekonium dan bayi tidak
bugar
 Jika VTP dengan balon dan sungkup tidak efektif
 Membantu koordinasi VTP dan kompresi dada
 Pemberian epinefrin untuk stimulasi jantung
 Indikasi lain: sangat premature dan hernia
diafragmatika
5. Obat-Obatan
Obat-obatan yang harus disediakan untuk resusitasi bayi baru lahir adalah epinefrin
dan cairan penambah volume plasma.
Epinefrin
 Indikasi : setelah pemberian VTP selama 30 detik dan pemberian secara
terkoordinasi VTP + kompresi dada selama 30 detik, frekuensi jantung tetap <60
kali/menit.
 Cara pemberian dan dosis :
Persiapan : 1 mL cairan 1:10000 (semprit yang lebih besar diperlukan utuk
pemberian melalui pipa endotrakea)
Melalui vena umbilikalis (dianjurkan) : 0,1-0,3 mL/kgBB
Melalui pipa endotrakea : 0,3-1,0 mL/kgBB
Kecepatan pemberian : secepat mungkin
6. Penghentian Resusitasi
Jika sesudah 10 menit resusitasi yang
benar, bayi tidak bernapas dan tidak ada
denyut jantung, pertimbangkan untuk
menghentikan resusiasi.
 Orang tua perlu dilibatkan dalam
pengambilan keputusan, jelaskan keadaan
bayi.
 Persilahkan ibu memegang bayinya jika ia
menginginkan.

Anda mungkin juga menyukai