Anda di halaman 1dari 3

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Gagal jantung sering disebut dengan gagal jantung kongestif adalah
ketidakmampuan jantung untuk memompakan darah yang adekuat untuk memenuhi
kebutuhan jaringan akan oksigen dan nutrisi. Istilah gagal jantung kongestif sering
digunakan kalau terjadi gagal jantung sisi kiri dan kanan. Gagal jantung merupakan
suatu keadaan patologis adanya kelainan fungsi jantung berakibat jantung gagal
memompakan darah untuk memenuhi kebutuhan metabolisme jaringan dan atau
kemampuannya hanya ada kalau disertai peninggian tekanan pengisian ventrikel kiri
(Kasron, 2012).
Para ahli kesehatan yang lain juga mengajukan definisi yang kurang lebih sama,
diantaranya Daulat Manurung tahun 2014 yang mendefinisikan bahwa gagal jantung
adalah suatu sindrom klinis kompleks, yang didasari oleh ketidakmampuan jantung
untuk memompakan darah keseluruhan jaringan tubuh adekuat, akibat adanya
gangguan struktural dan fungsional dari jantung. Pasien dengan gagal jantung
biasanya terjadi tanda dan gejala sesak nafas yang spesifik pada saat istirahat atau saat
beraktivitas dan atau rasa lemah, tidak bertenaga, retensi air seperti kongestif paru,
edema tungkai, terjadi abnormalitas dari struktur dan fungsi jantung (Setiani, 2014).
Kesimpulan yang bisa diambil dari definisi diatas bahwa gagal jantung adalah suatu
keadaan abnormal dimana jantung tidak mampu memompa darah sehingga tidak
mencukupi kebutuhan jaringan terhadap oksigen dan nutrisi untuk melakukan
metabolisme.
Berdasarkan data World Health Organisations (WHO) risiko kematian akibat
gagal jantung berkisar antara 5-10% pertahun pada gagal jantung ringan yang akan
meningkat menjadi 30-40% pada gagal jantung berat (World Health Organization
(WHO), 2015). Di Amerika Serikat pada tahun 2008 jumlah pasien gagal jantung
sekitar 5,7 juta jiwa, pada tahun 2010 meningkat menjadi 6,6 juta jiwa (american
Heart Association, 2012). Pada tahun 2016 sekitar 5,7 juta dewasa di amerika serikat
mengalami gagal jantung (Benyamin et.al 2016).
Kematian yang disebabkan oleh penyakit jantung pembuluh darah, terutama
penyakit jantung koroner dan stroke diperkirakan akan terus meningkat mencapai 23,3
juta kematian pada tahun 2030 (Kemenkes RI, 2014). Hasil Riskesdas 2018
menunjukkan prevalensi penyakit tidak menular mengalami kenaikan jika
dibandingkan dengan Riskesdas 2013, antara lain kanker, stroke, penyakit ginjal
kronis, diabetes melitus, dan hipertensi. Penyakit –penyakit ini merupakan faktor
resiko dari kejadian penyakit gagal jantung. Hal ini menjadikan gagal jantung
merupakan satu-satunya penyakit kardiovaskuler yang terus meningkat indiden dan
prevalensinya. Berdasarkan diagnosis dokter penyakit gagal jantung di indonesia pada
tahun 2013 sebesar 0,13% dan meningkat menjadi 1,5% pada tahun 2018, sedangkan
Provinsi Kepulauan Riau berada di peringkat 13 dari urutan provinsi prevalensi gagal
jantung di Indonesia (Rikesdas, 2018). Di RSUD Muhammad Sani Kabupaten
Karimun kejadian penyakit gagal jantung meningkat menjadi 404 kasus pada tahun
2018 dari tahun sebelumnya hanya 386 kejadian gagal jantung berdasarkan diagnosis
dokter.
Gagal jantung merupakan masalah klinis yang mengejutkan publik. Meskipun
gagal jantung dikaitkan dengan kematian yang signifikan, morbiditas dan
peningkatkan pengeluarkan biaya kesehatan, khususnya bagi yang berusia ≤65 tahun,
beban ini tidak berhubungan dengan peningkatan penyakit. Sebaliknya, itu
mencerminkan gejala klinis kronis pasien yang hidup dengan gagal jantung, dimana
hampir 1 juta rawat inap untuk gagal jantung (Roger, 2013).
Penatalaksanaan penderita dengan gagal jantung kongestif meliputi
penatalaksanaan secara non farmalogis dan secara farmakologis, keduanya dibutuhkan
karena akan saling melengkapi untuk penatalaksanaan paripurna penderita gagal
jantung. Penatalaksanaan non farmakologis yang dapat dikerjakan antara lain adalah
dengan menjelaskan kepada pasien mengenai penyakitnya, pengobatan serta
pertolongan yang dapat dilakukan sendiri, perubahan gaya hidup seperti pengaturan
nutrisi, penurunan berat badan, pembatasan asupan natrium, pembatasan asupan
cairan, pengelolaan aktifitas dan latihan dan lain-lain (Smelzert dan Bare, dalam
Arisandi, 2017)
Perawat sebagai tenaga profesional dibidang pelayanan kesehatan memiliki
kontribusi yang besar dalam perawatan kesehatan khususnya klien dengan gagal
jantung kongestif baik saat dirawat, akan pulang dirumah sakit dan setelah pulang dari
rumah sakit. Penatalaksanaan non farmakologis juga tidak terlepas masalah
keperawatan yang muncul pada pasien gagal jantung kongestif. Pasien perlu
pengawasan ketat seperti dalam hal memonitor tanda-tanda vital, monitor balance
cairan, pengawasan tanda-tanda syok cardiogenik, dan toleransi terhadap aktifitas.
Namun dari pengamatan di lapangan pasien dengan gagal jantung kongestif bahkan
yang dalam terapi inotropik dan diuretik hanya dilakukan pengkururan tanda-tanda
vital satu kali dalam satu shift, dan tidak terdokumentasinya penghitungan balance
cairan, pasien dianjurkan bedrest terlalu lama tanpa latihan terjadwal, kurangnya
pemberian informasi dan lain-lain.
Berdasarkan hal tersebut, maka pasien yang mengalami gagal jantung harus
segera ditangani dengan cepat dan tepat. Keberhasilan penangananan tergantung pada
kerjasama pasien, keluarga dan petugas medis. Oleh sebab itu kelompok III tertarik
untuk melakukan pembahasan mengenai asuhan keperawatan pada pasien gagal
jantung.
B. Tujuan
1. Tujuan umum
Makalah ini dapat memeberikan gambaran tentang hasil dari praktek elektif profesi
ners dengan mengaplikasikan asuhan keperawatan gagal jantung dan telaah jurnal
tentang gagal jantung.
2. Tujuan Khusus
a. Memahami konsep dasar gagal jantung
b. Melakukan asuhan keperawatan medikal bedah: Congestif Heart Failure pada
Ny. A di ruang rawat flamboyan RSUD Muhammad Sani Kabupaten Karimun.
c. Melakukan telaah jurnal
d. Memodifikasi asuhan keperawatan gagal jantung sesuai dengan jurnal
C. Manfaat
a. Bagi Pelayanan Keperawatan
Makalah ini dapat memberikan manfaat bagi pelayanan keperawatan dan
memberikan acuan dalam melakukan asuhan keperawatan pasien gagal jantung
yang komprehensif (bio, psiko sosial, pengetahuan dan sikap)
b. Bagi pendidikan keperawatan dan mahasiswa keperawatan
Memberikan informasi, salah satu rujukan dan acuan dalam memberikan asuhan
keperawatan pada apsien dengan gagal jantung sehingga mampu melayani
sebagai perawat profesional.
c. Bagi pasien
Sebagai tambahan pengetahuan dan informasi bagi pasien dalam menangani
ganguan-gangguan yang terjadi akibat gagal jantung.

Anda mungkin juga menyukai