Anda di halaman 1dari 19

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Ilmu fisik adalah studi ilmu kimia dan fisika di alam. Dari sudut pandang
materialis dan fungsionalis, ilmu fisik dapat berhimpitan dengan ilmu
kehidupan yang mempelajari ekologi dan bukti dari fakta sejarah dan
evolusi. Ilmu alam menjembatani fenomena ilmu fisik dan ilmu kehidupan.
Menurut Bambang Ruwanto, definisi fisika adalah salah satu bagian dari
ilmu dasar atau sains serta merupakan ilmu yang fundamental.
Air adalah zat atau materi atau unsur yang penting bagi semua bentuk
kehidupan yang diketahui sampai saat ini di bumi, tetapi tidak di planet lain.
Air menutupi hampir 71% permukaan bumi. Terdapat 1,4 triliun kubik (330
juta mil³) tersedia di bumi. Sampel yang diambil dapat mewakili sumber
daya air yang bersangkutan.Terhindar dari kontaminasi sekunder.Sifat kimia
dan fisik sampel air dipertahankan sampai pada proses analisa.
Air merupakan senyawa kimia yang paling aman dan paling
dibutuhkan seluruh makhluk hidup karena tanpa air, makhluk hidup tidak
akan dapat bertahan hidup. Ilmu yang mempelajari tentang kandungan,
sifat-sifat, proses penyebaran, dan kebiasaan alami airdikenal dengan
hidrologi. Hidrologi merupakan induk ilmu untuk percabangan teknik sipil,
dan hidrologi mempelajari masalah persediaan air dan penyaluran kotoran,
sistem pengaliranair dan irigasi, peraturan navigasi dan sungai, dan
pengendalian banjir dan tenaga air(anonim, 2009)
Terdapat dua cara dalam menentukan konsentrasi suatu larutan. Cara
pertama membuat larutan dengan konsentrasi tertentu,yaitu dengan
menimbang zat secara tepat menggunakan peralatan yang akurat. Cara
kedua menggunakan perkiraan jumlah zat yang terlarut dan perkiraan
jumlah zat pelarut,kemudian konsentrasinya ditentukan dengan metode
titrasi. Titrasi adalah metode analisis kuantitatif untuk menentukan kadar
suatu larutan. Larutan yang telah diketahui konsentrasinya dengan tepat
1
disebut larutan baku atau larutan standar, sedangkan indicator adalah zat
yang memberikan tanda perubahan pada saat titrasi berakhir yang dikenal
dengan istilah titik akhir titrasi. (Nana Sutresna, 2008).
B. Tujuan
1. Tujuan umum
Mahasiswa dapat mengetahui prosedur Pemeriksaan Parameter
Fisik Air diantaranya Pemeriksaan Bau, Rasa, Warna, Suhu, TSS dan
Kekeruhan
2. Tujuan khusus
1. Mahasiswa dapat mengetahui alat yang digunakan dalam
Pemeriksaan Bau, Rasa, Warna, Suhu, TSS dan Kekeruhan
2. Mahasiswa dapat mengetahui bahan yang digunakan dalam
Pemeriksaan Bau, Rasa, Warna, Suhu, TSS dan Kekeruhan
3. Mahasiswa dapat mengetahui prosedur Pemeriksaan Bau, Rasa,
Warna, Suhu, TSS dan Kekeruhan
C. Manfaat
Dengan mengetahui alat-alat, bahan, prosedur dalam Pemeriksaan Fisik
Air mahasiswa mampu memahami serta dapat menerapkannya dalam proses
pembelajaran maupun dalam lingkungan kehidupan sehari-hari.

2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Permenkes 416 tahun 1990


Dalam Peraturan Menteri ini yang dimaksud dengan:
a. Air adalah minum, air bersih, air kolam renang, dan air pemandian
umum.
b. Air minum adalah air yang kualitasnya memenuhi syarat kesehatan dan
dapat langsung diminum.
c. Air bersih adalah air yang digunakan untuk keperluan sehari-hari yang
kualitasnya memenuhi syarat kesehatan dan dapat diminum apabila
telah dimasak.
d. Air kolam renang adalah air didalam kolam renang yang digunakan
untuk olahraga renang dan kualitasnya memenuhi syarat kesehatan.
e. Air Pemandian Umum adalah air yang digunakan pada tempat
pemandian umum tidak termasuk pemandian untuk pengobatan
tradisional dan kolam renang, yang kualitasnya memenuhi syarat
kesehatan.
Syarat-Syarat:
a. Kualitas Air harus memenuhi syarat kesehatan yang meliputi
persyaratan mikrobiologi, fisika, kimia dan radioaktif.
b. Pengawasan kualitas air.

3
B. Pengertian Air
Air merupakan senyawa kimia yang paling aman dan paling dibutuhkan
seluruh makhluk hidup karena tanpa air, makhluk hidup tidak akan dapat
bertahan hidup. Ilmu yang mempelajari tentang kandungan, sifat-sifat,
proses penyebaran, dan kebiasaan alami airdikenal dengan hidrologi.
Hidrologi merupakan induk ilmu untuk percabangan teknik sipil, dan
hidrologi mempelajari masalah persediaan air dan penyaluran kotoran,
sistem pengaliranair dan irigasi, peraturan navigasi dan sungai, dan
pengendalian banjir dan tenaga air(anonim, 2009)
Air adalah zat atau materi atau unsur yang penting bagi semua bentuk
kehidupan yang diketahui sampai saat ini di bumi, tetapi tidak di planet lain.
Air menutupi hampir 71% permukaan bumi. Terdapat 1,4 triliun kubik (330
juta mil³) tersedia di bumi. Sampel yang diambil dapat mewakili sumber
daya air yang bersangkutan, terhindar dari kontaminasi sekunder. Sifat
kimia dan fisik sampel air dipertahankan sampai pada proses analisa.
Air yang baik idealnya tidak berbau, tidak berwarna, tidak memiliki rasa/
tawar dan suhu untuk air minum idealnya ±30 C. Padatan terlarut total
(TDS) dengan bahan terlarut diameter <10-6 dan koloid (diameter 10-6-10-
3
mm) yang berupa senyawa kimia dan bahan-bahan lain (Effendi, 2003).

Tabel. 2. Sifat- Sifat Fisika Air Minum


Parameter Satuan Kadar Maksimum Keterangan
Yang diperbolehkan
Warna TCU 15
Rasa dan - - Tidak berasa dan
Bau berbau
Temperatur °C Suhu udara + 3°C
Kekeruhan NTU 5
Ph - - 6,5 - 8,5

4
C. Bau
Pada kolam budidaya ikan, air pada kolam ikan harus selalu di buang
atau diganti, agar tidak akan menimbulkan bau yang menyengat pada air.
Faktor yang menyebabkan air pada kolam berbau tidak sedap yaitu
diantaranya; Pakan ikan yang tidak sempat termakan oleh ikan, menjadi
racun bagi kolam dengan amoniak yang muncul, Feses dari kotoran ikan
yang dibudidayakan dan terjadi dekomposisi di air yang menghasilkan
amoniak. Material dalam air dapat berupa jumlah zat tersuspensi (TDS)
(Pemuji dan Anthonius, 2010 dalam Suwondo, 2005).
D. Rasa
Air minum biasanya tidak memberikan rasa (tawar). Air yang berasa
menunjukkan kehadiran berbagai zat yang dapat membahayakan kesehatan.
Efek yang dapat ditimbulkan terhadap kesehatan manusia tergantung pada
penyebab timbulnya rasa. Berdasarkan Keputusan Menteri Kesehatan RI
Nomor 907/MENKES/SK/VII/2002, diketahui bahwa syarat air minum
yang dapat dikonsumsi manusia adalah tidak berasa.
E. Warna
Air minum sebaiknya tidak berwarna untuk alasan estetika dan untuk
mencegah keracunan dari berbagai zat kimia maupun mikroorganisme yang
berwarna. Warna dapat menghambat penetrasi cahaya ke dalam air. Warna
pada air disebabkan oleh adanya partikel hasil pembusukan bahan organik,
ion-ion metal
Alam (besi dan mangan), plankton, humus, buangan industri, dan
tanaman air. Adanya oksida besi menyebabkan air berwarna kemerahan,
sedangkan oksida mangan menyebabkan air berwarna kecoklatan atau
kehitaman. Kadar besi sebanyak 0,3 mg/l dan kadar mangan sebanyak 0,05
mg/l sudah cukup dapat menimbulkan warna pada perairan (peavy et
al., 1985 dalam Effendi, 2003). Kalsium karbonat yang berasal dari daerah
berkapur menimbulkan warna kehijauan pada perairan. Bahan-bahan
organik, misalnya tanin, lignin, dan asam humus yang berasal dari
dekomposisi tumbuhan yang telah mati menimbulkan warna kecoklatan.
5
Kriteria warna air tambak yang dapat dijadikan acuan standar dalam
pengelolaan kualitas air adalah seperti di bawah ini:
1.Warna air tambak hijau tua yang berarti menunjukkan adanya
dominansi chlorophyceae dengan sifat lebih stabil terhadap perubahan
lingkungan dan cuaca karena mempunyai waktu mortalitas yang relatif
panjang. Tingkat pertumbuhan dan perkembangannya yang relatif cepat
sangat berpotensi terjadinya booming plankton di perairan tersebut.
2.Warna air tambak kecoklatan yang berarti menunjukkan adanya
dominansi diatomae. Jenis plankton ini merupakan salah satu penyuplai
pakan alami bagi udang, sehingga tingkat pertumbuhan dan perkembangan
udang relatif lebih cepat. Tingkat kestabilan plankton ini relatif kurang
terutama pada kondisi musim dengan tingkat curah hujan yang tinggi,
sehingga berpotensi terjadinya plankton collaps dan jika pengelolaannya
tidak cermat kestabilan kualitas perairan akan bersifat fluktuatif dan akan
mengganggu tingkat kenyamanan udang di dalam tambak.
3.Warna air tambak hijau kecoklatan yang berarti menunjukkan
dominansi yang terjadi merupakan perpaduan antara chlorophyceae dan
diatomae yang bersifat stabil yang didukung dengan ketersediaan pakan
alami bagi udang.
F. Suhu
Suhu air sebaiknya sejuk atau tidak panas, agar tidak terjadi pelarutan zat
kimia pada saluran/pipa yang dapat membahayakan kesehatan, menghambat
reaksireaksi biokimia di dalam saluran/pipa, mikroorganisme patogen tidak
mudah berkembang biak, dan bila diminum dapat menghilangkan dahaga.
Suhu suatu badan air dipengaruhi oleh musim, lintang (latitude), ketinggian
dari permukaan laut (altitude), waktu, sirkulasi udara, penutupan awan,
aliran, serta kedalaman. Perubahan suhu mempengaruhi proses fisika, kimia,
dan biologi badan air. Suhu berperan dalam mengendalikan kondisi
ekosistem perairan.
Peningkatan suhu mengakibatkan peningkatan viskositas, reaksi kimia,
evaporasi, volatilisasi, serta menyebabkan penurunan kelarutan gas dalam air
6
(gas O2, CO2, N2, CH4, dan sebagainya) (Haslam, 1995 dalam Effendi,
2003). Peningkatan suhu juga menyebabkan terjadinya peningkatan
dekomposisi bahan organik oleh mikroba. Kisaran suhu optimum bagi
pertumbuhan fitoplankton di perairan adalah 20 oC – 30 oC.
Pada umumnya, suhu dinyatakan dengan satuan derajat Celcius (oC) atau
derajat Fahrenheit (oF). Berdasarkan Keputusan Menteri Kesehatan RI
Nomor 907/MENKES/SK/VII/2002, diketahui bahwa temperatur maksimum
yang diperbolehkan dalam air minum sebesar ± 3 oC. Pengukuran suhu pada
contoh air air dapat dilakukan menggunakan termometer.
Suhu udara adalah derajat panas dan dingin udara di atmofer.
Berdasarkan penyebarannya di muka bumi suhu udara dapat dibedakan
menjadi dua, yakni sebaran secara horisontal dan vertikal.air sebagai
lingkungan hidup organisme air relatif tidak begitu banyak mengalami
fluktuasi suhu dibandingkan dengan udara, hal ini disebabkan panas jenis air
lebih tinggi daripada udara. Artinya untuk naik 1oC, setiap satuan Volume
air memerlukan sejumlah panas yang lebih banyak daripada udara. Pada
perairan dangkal akan menunjukan fluktuasi suhu air yang lebih besar
daripada perairan yang dalam. Sedangkan organisme memerlukan suhu
yang stabil atau fluktuasi sushu yang rendah. Agar suhu air suatu perairan
berfluktuasi rendah maka perlu adanya penyebaran suhu. Hal tersebut
tercapai secara sifat alam antara lain :
1. Penyerapan (Absorpsi) panas matahari pada bagian permukaan air.
2. Angin, sebagai penggerak pemindahan massa air.
3. Aliran vertikal dari air itu sendiri, terjadi bila disuatu perairan terdapat
lapisan air yang bersuhu rendah akan turun mendesak lapisan air yang
bersuhu tinggi naik ke permukaan perairan.
Suhu air yang ideal bagii organisme air yang dibudidayakan sebaiknya
adalah tidak terjadi perbedaan suhu yang tidak mencolok antara siang dan
malam (tidak lebih dari 5oC). Pada perairan yang tergenang yang
mempunyai kedalaman minimal 1,5 meter biasanya akan terjadi pelapisan
(strasifikasi) suhu. Pelapisan ini terjadi karena suhu permukaan air lebih
7
tinggi dibanding dengan suhu air dibagian bawahnya. Strasifikasi suhu
terjadi karena masuknya panas dari cahaya matahari kedalam kolam air yang
mengakibatkan terjadinya gradien suhu yang vertikal. Pada kolam yang
kedalaman airnya kurang dari dua meter biasanya terjadi strasifikasi suhu
yang tidak stabil. Oleh karena itu bagi para pembudidaya ikan yang
melakukan kegiatan budidaya ikan kedalaman air tidak boleh lebiih dari 2
meter. Selain itu untuk memecah strasifikasi suhu pada wadah budidaya ikan
perlu iperhatikan dan harus menggunakan alat bantu untuk pengukurannya.
G. TSS(Total suspended solid)
Total suspended solid atau padatan tersuspensi total (TSS) adalah residu
dari padatan total yang tertahan oleh saringan dengan ukuran partikel
maksimal 2μm atau lebih besar dari ukuran partikel koloid. Yang termasuk
TSS adalah lumpur, tanah liat, logam oksida, sulfida, ganggang, bakteri dan
jamur. TSS umumnya dihilangkan dengan flokulasi dan penyaringan. TSS
memberikan kontribusi untuk kekeruhan (turbidity) dengan membatasi
penetrasi cahaya untuk fotosintesis dan visibilitas di perairan. Sehingga nilai
kekeruhan tidak dapat dikonversi ke nilai TSS. Kekeruhan adalah
kecenderungan ukuran sampel untuk menyebarkan cahaya. Sementara
hamburan diproduksi oleh adanya partikel tersuspensi dalam sampel.
Kekeruhan adalah murni sebuah sifat optik. Pola dan intensitas sebaran akan
berbeda akibat perubahan dengan ukuran dan bentuk partikel serta materi.
Sebuah sampel yang mengandung 1.000 mg / L dari fine talcum
powder akan memberikan pembacaan yang berbeda kekeruhan dari sampel
yang mengandung 1.000 mg / L coarsely ground talc . Kedua sampel juga
akan memiliki pembacaan yang berbeda kekeruhan dari sampel
mengandung 1.000 mg / L ground pepper. Meskipun tiga sampel tersebut
mengandung nilai TSS yang sama.
Perbedaan antara padatan tersuspensi total (TSS) dan padatan terlarut
total (TDS) adalah berdasarkan prosedur penyaringan. Padatan selalu diukur
sebagai berat kering dan prosedur pengeringan harus diperhatikan untuk

8
menghindari kesalahan yang disebabkan oleh kelembaban yang tertahan
atau kehilangan bahan akibat penguapan atau oksidasi
H. Kekeruhan
Kekeruhan menggambarkan sifat optik air yang ditentukan berdasarkan
banyaknya cahaya yang diserap dan dipancarkan oleh bahan-bahan yang
terdapat di dalam air. Kekeruhan disebabkan adanya bahan organik dan
anorganik yang tersuspensi dan terlarut (misalnya lumpur dan pasir halus),
maupun bahan anorganik dan organik yang berupa plankton dan
mikroorganisne lain (APHA, 1976; Davis dan Cornwell, 1991dalam Effendi
2003). Bakteri dapat dikategorikan sebagai materi organik Secara optis,
kekeruhan merupakan suatu kondisi yang mengakibatkan cahaya dalam air
didispersikan atau diserap dalam suatu contoh air. Beberapa metode
pengukuran kekeruhan antara lain (Santika, 1987) :
Gusriana, 2012, Sentra Edukasi, Budidaya Ikan (Jilid 1) Kecerahan air
merupakan ukuran transparansi perairan dan pengukuran cahaya sinar
matahari didalam air dapat dilakukan dengan menggunakan
lempengan/kepingan Secchi disk. Satuan untuk nilai kecerahan dari suatu
perairan dengan alat tersebut adalah satuan meter. Jumlah cahaya yang
diterima oleh phytoplankton diperairan asli bergantung pada intensitas
cahaya matahari yang masuk kedalam permukaan air dan daya perambatan
cahaya didalam air.
Masuknya cahaya matahari kedalam air dipengaruhi juga oleh kekeruhan
air (turbidity). Sedangkan kekeruhan air menggambarkan tentang sifat optik
yang ditentukan berdasarkan banyaknya cahaya yang diserap dan
dipancarkan oleh bahan-bahan yang terdapat didalam perairan. Faktor-faktor
kekeruhan air ditentukan oleh:
a. Benda-benda halus yang disuspensikan (seperti lumpur dsb)
b. Jasad-jasad renik yang merupakan plankton.
c. Warna air (yang antara lain ditimbulkan oleh zat-zat koloid berasal
dari daun-daun tumbuhan yang terektrak).

9
BAB III
ISI
A. Waktu dan Tempat
Hari, tanggal : Senin, 05 Februari 2018
Pukul : 15:00 – 17:15 WIB
Lokasi : Labor Fisika Lingkungan
Materi : Pemeriksaan Bau, Rasa, Warna, Suhu,
TSS dan Kekeruhan
Kelompok : 3 (tiga)
1. Alat-alat yang digunakan
No Nama alat Jumlah(buah)
1 Cawan penguap 2
2 Kompor listrik 1
3 Termometer 1
4 Buret 1
5 Klem dan standar buret 1
6 Labu ukur 50 ml 6
7 Cuvet 6
8 Spektrofotometer 1
9 Pompa udara 1
10 Corong 1
11 Neraca analitik 1
12 Gelas kimia 100 ml 1
13 Erlemeyer berlengan 1
14 Pinset 1
15 Petridish 1
16 Gelas ukur 100 ml 1
17 Oven 1
18 Desikator 1
19 Turbidity 1

10
2. Bahan-bahan yang digunakan
No Nama Bahan Jumlah
1 Larutan induk warna 14,5 ml
2 Sampel air bersih 100 ml
3 Aquades secukupnya
4 Kertas saring whatman 1

B. Pemeriksaan Bau
1. Alat yang digunakan
a. Cawan penguap
b. Kompor listrik
2. Bahan yang digunakan
Sampel air bersih
3. Prosedur kerja
a. Siapkan alat dan bahan yang akan digunakan
b. Masukkan sampel air kedalam cawan penguap
c. Cium bau sampel dengan hidung, bantu dengan mengkibas-kibaskan
tangan
d. Jika belum tercium, maka lakukan pemanasan dengan kompor listrik
e. Hidupkan kompor listrik, lalu letakkan cawan penguap yang telah
berisi sampel air diatas kompor listrik
f. Dan tunggu sampai sampel air mendidih atau mengeluarkan uap
g. Terakhir kibaskan uap ke arah hidung dan cium baunya.
4. Hasil Pemeriksaan bau
Dari pemeriksaan bau yang dilakukan didapatkan hasil bahwa
sampel air bersih yang diperiksa tidak berbau.

11
C. Rasa
1. Alat yang digunakan
Cawan penguap
2. Bahan yang digunakan
Sampel air bersih
3. Prosedur Kerja
a. Siapkan sampel air bersih yang sudah diambil
b. Lap bersih cawan penguap, lalu isi cawan dengan sampel air
secukupnya
c. Letakkan sampel pada indera perasa (lidah)
d. Dan cicipi rasa airnya dengan tangan, kemudian deteksi apakah
sampel berasa atau tidak.
4. Hasil Pemeriksaan rasa
Dari pemeriksaan rasa yang dilakukan didapatkan hasil bahwa
sampel air bersih yang diperiksa tidak berasa.
D. Warna
1. Alat yang digunakan
a. Buret 25 ml
b. Klem dan standar
c. Labu ukur 50 ml
d. Cuvet
e. Spektrofotometer
f. Alat tulis
g. Label
2. Bahan yang digunakan
a. Aquades
b. Larutan induk warna 500 TCU
3. Prosedur kerja
a. Pembuatan larutan standar dan analisa satuan konsentrasi
1) Siapkan alat dan bahan yang akan digunakan
2) Tentukan deret konsentrasi (0, 5, 10, 20, 40, 70)
12
3) Hitung volume larutan induk warna 500 TCU yang akan
ditambahkan
Ex: untuk konsentrasi 5 ppm
v1 × n1 = v2 × n2
v1 × 500 ppm = 50 ml × 5 ppm
v1 = 50 ml × 5 ppm
500 ppm
v1 = 0,5 ml
lakukan hal yang sama pada konsentrasi (10 ppm, 20 ppm, 40
ppm dan 70 ppm) dan didapatkan hasil 10 ppm = 1 ml, 20 ppm
= 2 ml, 40 ppm = 4 ml, dan 70 ppm = 7 ml
4) Masukkan larutan induk warna 500 TCU kedalam labu ukur 50
ml sesuai dengan volume masing-masing konsentrasi yang
sudah didapat, sebelumnya larutan induk warna 500 TCU sudah
dalam ada buret
5) Paskan larutan warna 500 TCU didalam labu ukur 50 ml dengan
menambahkan aquades sampai batas
6) Homogenkan larutan dan beri label
7) Selanjutnya ukur dengan spektrofotometer dengan panjang
gelombang 355 Nm
8) Dari hasil yang didapat, lalu buat kurva konsentrasi dan
absorban
b. Prosedur penggunaan spektrofotometer
1) Hidupkan spektrofotometer dengan menekan tombol on
2) Atur panjang gelombangg ƛ 355 dengan menekan tombol go to
3) Ambil cuvet dan isi cuvet dengan larutan blangko sampai tanda
batas pada cuvet
4) Masukkan cuvet kedalam spektrofotometer sesuaikan sejajar
diamond dengan posisinya
5) Tutup spektro dan tekan tombol zero

13
6) Ambil cuvet yang telah dimasukkan tadi dan ganti dengan cuvet
lain yang berisi larutan standar konsentrasi 5 ppm
7) Masukkan cuvet dengan posisi sejajar diamond
8) Tutup, dan baca hasilnya pada layar monitor
9) Lakukan seterusnya pada larutan standar 10 ppm, 20 ppm, 40
ppm dan 70 ppm.
4. Perhitungan dan Hasil
a. Perhitungan
Perhitungan pemakaian larutan induk warna 500 TCU untuk masing-
masing konsentrasi( 0 ppm, 5 ppm, 10 ppm, 20 ppm, 40 ppm dan 70
ppm) yaitu dengan menggunakan rumus v1×n1=v2×n2 contoh:
Untuk konsentrasi 5 ppm
v1 × n1 = v2 × n2
v1 × 500 ppm = 50 ml × 5 ppm
v1 = 50 ml × 5 ppm
500 ppm
v1 = 0,5 ml
setelah dilakukan hal yang sama terhadap masing-masing
konsentrasi didapatkan hasil (5 ppm = 0,5 ml, 10 ppm = 1 ml, 20
ppm = 2 ml, 40 ppm = 4 ml, 70 ppm = 7 ml)
b. Hasil spektrofotometer
No Konsentrasi Abs
1. 0 (blangko) 0,0
2. 5,0 0,002
3 10,0 0,044
4. 20,0 0,035
5. 40,0 0,001
6. 70,0 0,069
7. Sampel 0,017

14
Setelah dialurkan ke kurva di antara absorban dan konsentrasi
maka didapatkan konsentrasi dari larutan sampel yaitu 17,5 ppm
(curva terlampir).
E. Suhu
1. Alat yang digunakan
a. Cawan penguap
b. Termometer
2. Bahan yang digunakan
Sampel air bersih
3. Prosedur pemeriksaaan suhu
a. Siapkan cawan dan termometer
b. Masukkan sampel air kedalam cawan
c. Lalu, masukkan termometer dan lihat berapa suhunya
4. Hasil Pemeriksaan suhu
Suhu yang diperiksa dari sampel air yang diambil yaitu 29◦C
F. TSS (Total suspended solid)
1. Alat yang digunakan
a. Pompa udara
b. Corong
c. Neraca analitik
d. Gelas kimia 100 ml
e. Erlemeyer
f. Pinset
g. Petridish
h. Gelas ukur 100 ml
i. Oven
j. Desikator
2. Bahan yang digunakan
a. Sampel air bersih
b. Kertas saring whatman

15
3. Prosedur kerja
a. Lakukan Prosedur pre-kondisi
1) Sebelum melakukan praktek oven kertas saring selama 1 jam
2) Keluarkan lalu dinginkan ke dalam desikator selama lebih
kurang 15 menit
3) Timbang dengan neraca analitik, untuk mendapatkan Hitung Wo
4) Dinginkan kembali di dalam desikator selama 15 menit
5) Lalu timbang lagi untuk mencari W1
6) Jika berat Wo dan W1 stabil atau sama maka kertas saring dapat
digunakan untuk sampling
b. Sampling
1) Menggunakan pompa udara
a) Siapkan alat dan bahan yang akan digunakan
b) Sampel yang sudah diambil dimasukkan sebanyak 100 ml
kedalam gelas ukur
c) Rangkai peralatan dengan pompa udara dan kertas
saring(jangan terbalik)
d) Hidupkan pompa udara dengan menekan tombol on
e) Lalu masukkan sampel air yang sudah di ukur 100 ml tadi
kedalam rangkaian alat
f) Biarkan beberapa menit sampai zat padat terlarut didalam
sampel benar-benar tersaring
g) Setelah selesai matikan dan buka rangkaian alat
h) Ambil kertas saring dan masukkan kedalam petridish
2) Menggunakan corong
a) letakkan gelas kimia 100 ml di bawah corong untuk
menampung larutan
b) letakkan kertas saring di atas corong dengan pinset , lalu
masukkan sampel
c) terakhir, letakkan kertas saring ke dalam petridish dengan
menggunakan pinset, kemudian tutup
16
C. Kemudian lakukan post kondisi
1) Oven lagi kertas saring yang sudah disampling tadi selama 1
jam
2) Dinginkan didalam desikator selama 15 menit
3) Lalu timbang untuk mencari w2
4) Rumus : Mg/L residu tersuspensi = w2 – w1 × 1000
v
4. Hasil Pemeriksaan TSS
Hasil pemeriksaan w1 = 0,200
Hasil pemeriksaan w2 = 0,206
Mg/L residu tersuspensi = w2 – w1 × 1000
v
= 0,206 – 0,200 × 1000
100
= 0,06 mg/l .
G. Kekeruhan
1. Alat yang digunakan
a. Turbidity
b. Gelas ukur
2. Bahan yang digunakan
Sampel air bersih
3. Prosedur kerja
a. Hidupkan alat dengan menekan tombol off ke arah angka 20
b. Masukkan botol, isi kalibrasi botol dengan 0 dan 10
c. Tutup botol dan putar tombol zero kontrol sesuai botol 0/10 sampai
angka monitor menunjukkan angka 0/10
d. Masukkan sampel kedalam botol sampel sampai batas
e. Lalu masukkan botol kedalam turbidity dan baca angka yang tertera
pada monitor
4. Hasil pemeriksaan kekeruhan
Kadar kekeruhan = 1,74 NTU

17
BAB IV
PENUTUP

A. Kesimpulan
Dari hasil pemeriksaan bau dan rasa, didapatkan hasil tidak berbau dan
tidak berasa maka secara fisika air sudah memenuhi syarat, pada
pemeriksaan warna setelah dialurkan ke kurva di antara absorban dan
konsentrasi maka didapatkan konsentrasi dari larutan sampel yaitu 17,5 ppm
maka hasil yang didapat sudah memenuhi nilai baku mutu fisik air, pada
pemeriksaan suhu didapatkan hasil 29◦C yang berarti suhu air bersih normal,
pada pemeriksaan TSS didapatkan hasil 0,06 mg/l maka hasil yang didapat
sudah memenuhi nilai baku mutu dan pada pemeriksaan kekeruhan
didapatkan kadar kekeruhan = 1,74 NTU, untuk kekeruhan hasil yang
didapat belum memenuhi syarat baku mutu.

BAKU MUTU AIR BERSIH PARAMETER FISIK


No Parameter Satuan Kadar maksimum Keterangan
yang
diperbolehkan
1. Bau - - Tidak berbau
2. Rasa - - Tidak berasa
3. Warna TCU 50 Tidak melebihi
baku mutu
4. TSS Mg/L 0,1 Tidak melebihi
baku mutu

5. Suhu C Suhu udara ± 3◦C -
6. Kekeruhan NTU 25 Tidak melebihi
baku mutu

18
B. Saran
Dari hasil yang diperiksa didapatkan hasil tidak melebihi baku mutu,
maka dari itu penting bagi kita untuk menjaga air dari pencemaran. Salah
satunya:
1. Menggunakan bahan-bahan yang ramah lingkungan
2. Melakukan pengolahan limbah dengan benar
3. Menjauhkan sumber polutan dari sumber air
4. Tidak mendirikan kawasan industri yang dekat dengan sumber air
5. Tidak membuang sampah disungai atau disumber air lainnya
6. Menggunakan detergen yang ramah lingkungan
7. Tidak menggunakan pestisida dengan berlebihan
8. Rutin melakukan upaya pembersihan sumber air
9. Menananam pohon
10. Kelola sampah dengan baik

19

Anda mungkin juga menyukai