Anda di halaman 1dari 10

KATA PENGANTAR

Dengan mengucap puji dan syukur kehadirat Allah SWT, karena atas ridho dan
hidayahNya, sehingga penulis dapat menyelesaikan Tugas Akhir ini.

Maksud dan tujuan penyusunan Draft Laporan Akhir ini adalah untuk memenuhi
persyaratan pada pekerjaan jasa konsultansi Penyusunan DED Pembangunan TPA
Karangdiyeng, Kabupaten Mojokerto.

Mengingat bahwasannya Draft Lapotan Akhir ini merupakan ringkasan-ringkasan


dari perencanaan pembangunan TPA Karangdiyeng, kami menyadari bahwa
penulisan laporan ini masih jauh dari sempurna dan masih banyak kekurangan-
kekurangan lainnya, maka dari itu kami mengharapkan saran dan kritik yang
membangun dari semua pihak demi perbaikan konsep perencanaan TPA nantinya.

Menyadari penyusunan laporan ini tidak lepas dari bantuan berbagai pihak, maka
pada kesempatan ini penulis menyampaikan ucapan terima kasih yang setulus-
tulusnya kepada semua pihak yang telah membantu.

Tim Penyusun Masterplan


TPA Karangdiyeng, Kab. Mojokerto
BAB I
KONSEP PERENCANAAN

1.1. KONSEP TAPAK DAN LINGKUNGAN


Dengan melihat kondisi tapak yang cukup luas, maka pengolahan tapak bisa
maksimal dan leluasa. Sehingga peruntukkan lahan sebagai Tempat Pengolahan
Akhir (TPA) sampah serta sarana edukasi persampahan yang memerlukan lahan
ekstra untuk menampung dan memfasilitasi para pengunjung masih cukup memadai.
Untuk menutupi citra sampah yang “kotor” akan disiasati dengan penataan
vegetasi/penghijauan, pedestrian dan fasilitas bermain.

1.2. KONSEP KAWASAN


Dengan lahan yang luas, TPA direncanakan akan menjadi ruang yang hijau dengan
banyak pepohonan layaknya hutan kecil, namun bedanya pepohonan tersebut ditata
sedemikian rupa sehingga masih tampak asri dan sejuk. Adapun konsep-konsep yang
lain adalah :
1.2.1. Kenyamanan
Dalam perancangan TPA Karangdiyeng ini diutamakan kenyamanan,
keamanan, dan kemudahan bagi pengelola, petugas maupun pengunjung.
Kenyamanan yang dimaksud disini adalah nyaman dalam pencapaian antar
ruang. Untuk mencapai kenyamanan yang diinginkan, di TPA ini
direncanakan diberi beberapa fasilitas agar pengelola, petugas maupun
pengunjung semakin merasa nyaman berada di dalam kawasan TPA, antara
lain :
- Lahan Parkir
- Pedestrian
- Gazebo
- Playground.
Fasilitas-fasilitas tersebut di atas adalah hanya sebagai sarana penunjang
saja, untuk fungsi utama TPA ini tetap sebagai sarana pengelolaan sampah.
Jadi jumlah fasilitas tersebut tidak terlalu banyak.

1.2.2. Keamanan
Untuk menjaga keamanan terutama pencurian maka di kawasan TPA
nantinya dibuat atau direncanakan dengan tidak banyak akses atau pintu
masuk, gunanya untuk memudahkan pengawasan maupun pengontrolan
armada sampah maupun kendaraan yang keluar masuk TPA dan juga
diadakannya pengawasan keliling oleh petugas.

1.2.3. Kemudahan
Petugas atau pengunjung yang berada di TPA Karangdiyeng ini diberikan
kemudahan-kemudahan, baik kemudahan dalam pencapaian ke kantor
pengelola, workshop, kolam stabilisasi dan sampai aktif ini maupun
penggunaan tempat parkir. Untuk memudahkan pencapaian dibuat jalan-
jalan dengan lebar 6 meter, sehingga meminimalisir terjadi antrian dan
kemacetan.

1.3. KONSEP ZONING

Private

Private

Public

Semi Public

Gambar: Zonasi Kawasan TPA

Pembagian area/zoning ini berdasarkan pada fungsi bangunan. Karena bangunan-


bangunan yang direncanakan di Kawasan TPA Karangdiyeng ini adalah termasuk
bangunan public maka pembagian zoning dibagi menjadi 3 (tiga) bagian yaitu :
 Zoning area public, yaitu area dimana masyarakat umum boleh memasuki
area ini secara bebas. Pada zona ini akan direncenakan untuk:
- Lahan parkir pengunjung
- Fasilitas rekreatif, dll.
 Zoning area semi-public, yaitu area dimana masyarakat umum boleh masuk
tetapi tidak terlalu bebas. Pada zona ini akan direncenakan untuk:
- Area kantor pengelola
- Workshop/bengkel,
- Gudang
- Ruang pertemuan
- Musholla, dll.

 Zoning area private, yaitu area dimana masyarakat umum tidak boleh
memasuki area ini, kecuali bila ada keperluan tertentu yang telah disepakati.
Pada zona ini akan direncenakan untuk:
- Lahan persampahan aktif (landfill)
- Pengelohan air limbah/kolam stabilisasi.
BAB II
KONSEP PERANCANGAN

2.1. PAGAR KELILING DAN GAPURA


Pagar adalah sebuah fisik bangunan yang akan dilihat pertama kali saat akan
memasuki kawasan TPA Karangdiyeng. Untuk menguatkan karakteristik daerah,
pagar keliling TPA dirancang mengikuti gaya Candi Bentar peninggalan kerajaan
Majapahit sebagai ciri khas Kabupaten Mojokerto.

Gambar: Candi Bentar, Mojokerto

Gaya Candi Bentar ini akan diaplikasikan pada bangunan Gapura sebagai pintu
masuk Kawasan TPA. Sedangkan bangunan pagar akan mengikutinya dengan
pasangan bata ekspose.

2.2. BANGUNAN GEDUNG


Bangunan gedung yang dimaksud adalah bangunan Gedung Kantor Pengelola,
Gudang, Bengkel, Ruang Pertemuan dan Musholla. Mengikuti gaya desain pagar dan
gapura, maka bangunan-bangunan Gedung yang ada di Kawasan TPA akan
direncanakan mengikuti petunjuk yang telah dikelurakan oleh Dinas PU Cipta Karya,
akan tetapi dipadupadankan dengan desain yang mengikuti bangunan pagar dan
gapura. Spesifikasi teknis yang direncanakan, antara lain:
Pondasi : Menggunakan pondasi batu kali dan tapak/pilecap.
Kolom : Beton bertulang, kecuali pada bangunan workshop/bengkel dan Gudang
menggunakan kolom dari baja IWF 200 dan atau IWF 300.
Dinding : Perpaduan antara tembok biasa yang diplester dan dicat, dengan dinding
batu bata ekspose untuk menyamakan denga tema Pagar dan Gapura.
Atap : Genteng karang pilang, kecuali pada bangunan workshop/bengkel dan
Gudang menggunakan galvalume.

2.3. SAMPAH AKTIF (LANDFILL)


Dengan luas sekitar 1,5 Hektar, area Sampah Aktif (Landfill) dibagi menjadi dua area.
Masing-masing area direncanakan akan digali sedalam 7,5 meter dengan galian
terasering setiap kedalaman 2,5 meter dengan menggunakan alat berat.
Pada bagian dasar galian akan dipasangkan hamparan Geo-Membrane dan instalasi
pemipaan penyaluran air lindi, serta saluran drainase menggunakan U-Ditch
dengang ukuran bervariasi sesuai fungsi dan kebutuhan.

2.4. TIMBUNAN (BARRIER)


Hasil galian sampah aktif akan ditimbun mengelilingi area Sampah Aktif. Hal ini
maksudkan agar tanah tersebut bias digunakan kembali sebagai urugan di atas
sampah agar baunya tidak tercium, serta sebagai pagar dan juga pembatas (barrier)
agar timbunan sampah nantinya tidak terlihat oleh pengunjung. Tinggi timbunan
direncanakan setidaknya 3,5 meter hingga 5 meter yang akan dikamuflase dengan
vegetasi agar tampak seperti bukit hijau yang memanjang.

2.5. KOLAM STABILISASI


Kolam banyak dipilih untuk mengolah limbah karena hanya membutuhkan biaya
konstruksi dan operasi yang rendah. Metode ini digunakan untuk mengolah air
limbah dari limbah domestik dan industri pada berbagai perubahan kondisi cuaca.
Metode kolam dapat digunakan sebagai pengolahan tunggal ataupun
dikombinasikan dengan berbagai proses pengolahan lainnya. Pada TPA
Karangdiyeng, Kabupaten Mojokerto akan direncanakan mengaplikasikan metode
Kolam Stabilisasi, yang terdiri dari beberapa jenis kolam, antara lain:

2.5.1. Kolam Anaerob (Anaerobic Ponds)


Kolam anaerobic biasanya relatif lebih dalam dan digunakan untuk mengolah
limbah yang memiliki beban organik tinggi. Pada kolam anaerobik tidak
terdapat adanya zona aerob. Kedalaman kolam anaerobik biasanya berkisar
2,5-5 m (8-16 ft). Waktu detensi berkisar antara 20 sampai 50 hari (USEPA
1983b).

Bakteri anaerob menguraikan bahan organik menjadi karbon dioksida dan


metana. Prinsip dari reaksi biologi adalah pembentukan asam dan fermentasi
metana. Proses ini mirip dengan yang terjadi pada proses kondisi anaerobik
pada pengolahan lumpur. Pada proses ini juga dihasilkan penyebab bau
seperti asam-asam organik dan hidrogen Sulfida (H2S).

Kolam anaerobik biasanya digunakan untuk mengolah limbah pekat industri


dan pertanian. Kolam ini telah digunakan sebagai pretreatment kolam
fakultatif atau kolam aerobik untuk air limbah pekat industri dan limbah area
domestik di daerah pedesaan yang memiliki beban organik yang tinggi,
seperti sisa-sisa makanan. Namun kolam ini tidak terlalu banyak digunakan
pada pengolahan air limbah kota.

Keuntungan dari kolam anaerobik dibandingkan dengan proses pengolahan


aerobik adalah produksi lumpur yang rendah dan tidak memerlukan
peralatan aerasi. Namun, kelemahannya adalah proses ini menghasilkan
senyawa yang menyebabkan timbulnya bau. Oleh karena itu untuk
menstabilisasi limbah dibutuhkan proses pengolahan lanjutan berupa proses
aerobik. Pada proses dekomposisi senyawa organik, suhu yang terjadi pada
kondisi anaerob ini relatif lebih tinggi.

2.5.2. Kolam Aerob (Aerobic Ponds)


Kolam aerobik, juga disebut sebagai kolam aerobik tinggi tingkat. Kolam ini
relatif dangkal dengan kedalaman 1,5 sampai 2 m sehingga memungkinkan
cahaya untuk menembus lapisan air hingga bagian dasar kolam. Hal ini
menjaga agar DO tersebar di seluruh bagian kolam. Hal ini meransang kinerja
ganggang sehingga terjadinya kondisi anaerobik dapat dicegah. DO pada air
berasal dari proses fotosintesis yang dilakukan oleh ganggang atau alga dan
oksigen yang berasal dari permukaan kolam. Bakteri aerobik memanfaatkan
dan menstabilkan kandungan organik dalam air limbah untuk memperoleh
nutrisi. Waktu tinggal (Hidraulic Retention Time) di tambak adalah singkat,
yaitu 3 sampai 5 hari.

Penggunaan kolam aerobik biasanya hanya terbatas pada daerah yang


beriklim hangat dan cerah, terutama di mana tingkat tinggi penghapusan
BOD diperlukan tapi ketersediaan lahan tidak terbatas. Namun, tingkat
penurunan nilai kandungan koliform melalui pengolahan air limbah dengan
kolam aerob ini adalah rendah.

2.5.3. Kolam Fakultatif


Kolam fakultatif merupakan jenis kolam stabilisasi yang biasanya banyak
digunakan. Kolam ini disebut sebagai lagoon. Kedalaman kolam fakultatif
yang direncanakan adalah 1 - 1,5 m, memiliki lapisan aerob dan anaerob dan
mengandung lumpur. Waktu detensi pada kolam ini biasanya adalah 5-30
hari (USEPA, 1983b).

Kolam ini dapat diaplikasikan pada air buangan yang hanya melewati proses
penyaringan. Kolam ini juga dapat diaplikasikan mengikuti proses trickling
filter, kolam aerasi, atau kolam anaerobik. Pada kolam ini kemudian
terbentuk lapisan grit dan material yang berat sebagai lapisan anaerobik.
Sistem ini merupakan suatu bentuk interaksi antara bakteri heterotrof dan
alga.

Pada kolam stabilisasi, bakteri yang terdapat di zona aerob merupakan


bakteri yang sama yang dapat dijumpai pada proses lumpur aktif atau lapisan
film pada media lekat di proses trickling filter. Bakteri-bakteri tersebut
meliputi Beggiatoa Alba, Sphaerotilus natans, Achromobacter, Alcaligenes,
Flavobacterium, Pseudomonas, dan Zoogloea spp. (Lynch dan Poole, 1979).
Organisme-organisme tersebut akan menguraikan material organik pada
zona aerob.

2.5.4. Kolam Tersier/Maturasi


Kolam tersier juga disebut sebagai kolam pelengkap, terakhir atau kolam
maturasi atau (pemasakan), merupakan tahap ketiga untuk mengolah efluen
yang berasal dari proses lumpur aktif atau trickling filter. Kolam ini juga
digunakan pada tahap kedua setelah proses di kolam fakultatif dan kolam
aerobik.

Kedalaman air pada kolam tersier ini biasanya berkisar 1 – 1,5 m. Loading
Rate BODnya kecil dari 17 kg/ha . d atau 15 lb/acres . d. Sedangkan waktu
detensinya relatif singkat, yaitu 4 hingga 15 hari.

Adapun spesifikasi tehnik kolam adalah sebagai berikut:


Pondasi : Menggunakan pondasi batu kali serta lantai rabatan beton dengan
ketebalan tertentu.
Kolom : Beton bertulang (kolom praktis), diperkuat juga oleh balok .
Dinding : Pasangan batu bata merah dengan plesteran di kedua sisinya. Dan di
haluskan dengan acian.
Pipa : Pemipaan dengan kualitas pipa HDPE.

2.6. LANSEKAP
2.6.1. Jalan Operasional
Jalan operasional yang direncanakan adalah menggunakan jalan perkeraan
kaku/beton dan diaplikasikan pada area mulai dari gerbang masuk, menuju
ke area sampah aktif dan juga pada area lahan parkir kendaraan pengunjung.
Adapun spesifikasi tehnik jalan perkersan kaku tersebut adalah sebagai
berikut:
Mutu : Beton K 300.
Tulangan : Jaring Kawat Besi (Wiremesh M8)
Tebal : 20 cm.

2.6.2. Pedestarian
Diperuntukkan bagi pejalan kaki yang berada di sekitaran area parkir dan
juga di sekeliling sisi luar barrier sampah aktif. Perbedaannya tampak nyata
dengan jalan operasional, karena tesusun dari pasangan paving.

2.6.3. Gazebo
Diperuntukkan bagi pengunjung kawasan TPA Karangdiyeng sebagai fasilitas
berteduh dan juga beristirahat. Ditempatkan beberapa unit di sepanjang jalan
pedestrian. Strukturnya dominan terbuat dari kayu.
2.6.4. Fasilitas Bermain Anak (Playground)
Diperuntukkan bagi anak-anak pengunjung, sebagai fasilitas hiburan dan
juga membuat kesan TPA yang ramah dan bersahabat untuk usia anak-anak.
Dirancang dengan tampilan yang berwarna-warni untuk mengesankan
kemeriahan bagi lingkungan sekitar. Pasilitas bermain Anak yang dimaksud
adalah antara lain: ayunan tunggal, ayunan kelompok dan perosotan.

2.6.5. Vegetasi
Diperuntukkan bagi anak-anak pengunjung, sebagai fasilitas hiburan dan
juga membuat kesan TPA yang ramah dan bersahabat untuk usia anak-anak.
Dirancang dengan tampilan yang berwarna-warni untuk mengesankan
kemeriahan bagi lingkungan sekitar. Pasilitas bermain Anak yang dimaksud
adalah antara lain: ayunan tunggal, ayunan kelompok dan perosotan.

2.6.6. Fasilitas Penunjang


TPA Karangdiyeng, Mojokerto ini akan dilengkapi dengan jembatan timbang
dan PJU sebagai penerangan kawasan.

Anda mungkin juga menyukai