Lapkas 1 - Herni
Lapkas 1 - Herni
“Konjungtivitis Bakteri”
Pembimbing :
dr. Hasri Darni, Sp. M
Disusun oleh :
Herni Maulidyah
2015730054
Puji dan syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, atas karuniaNya
sehingga penulis dapat menyelesaikan laporan kasus dengan judul
“Konjungtivitis Bakteri”. Laporan kasus ini penulis ajukan sebagai salah satu
persyaratan untuk menyelesaikan kepanitraan klinik stase Ilmu Penyakit Mata di
Program Studi Kedokteran, Fakultas Kedokteran dan Kesehatan, Universitas
Muhammadiyah Jakarta.
Penulis menyadari laporan kasus ini masih jauh dari kesempurnaan, oleh
karena itu kritik dan saran sangat diharapkan guna perbaikan selanjutnya. Atas
selesainya laporan kasus ini, penulis menyampaikan terima kasih dan
penghargaan yang setinggi-tingginya kepada dr. Hasri Darni, Sp.M. yang telah
memberikan arahan dan bimbingannya. Semoga tugas laporan kasus ini dapat
menambah ilmu pengetahuan bagi penulis dan para pembaca.
I. Identitas Pasien
Nama : Ny. Putri
Jenis Kelamin : Perempuan
Umur : 32 tahun
Alamat : Pondok Kopi, Jakarta Timur
Pekerjaan : Ibu rumah tangga
Tanggal masuk RS : 27 Desember 2019
II. Anamnesa
Keluhan Utama
Mata kiri merah sejak 3 hari yang lalu
Riwayat Pengobatan
Os telah meneteskan obat mata dengan menggunakan insto.
Riwayat alergi
Os menyangkal adanya riwayat alergi obat-obatan, makanan dan cuaca
Riwayat Psikososial
Os adalah seorang ibu rumah tangga
Os sering menyapu halaman pada pagi hari
Pasien tidak merokok dan minum alkohol
PEMERIKSAAN OFTALMOLOGI
A. INSPEKSI
OD OS
Palpebra Udem (-) Udem (-)
B. PALPASI
Pemeriksaan OD OS
Tensi okuler normal normal
Nyeri tekan (-) (-)
Massa tumor (-) (-)
Glandula pre-aurikuler Tidak ada pembesaran Tidak ada pembesaran
C. VISUS
VOD = 6/6
VOS = 6/6
D. SLIT LAMP
Tidak dilakukan
IV. RESUME
Os perempuan berusia 32 tahun datang dengan keluhan mata kiri merah yang
dialami sejak 3 bulan yang lalu. Mata merah disertai dengan rasa gatal(+), rasa
mengganjal (+) dan sedikit perih(+). Lakrimasi (+), sekret (+), kelopak mata sulit
dibuka pada pagi hari saat bangun tidur(+). Os telah meneteskan obat mata dengan
menggunakan insto.
Pada pemeriksaan oftalmologi, inspeksi didapatkan lakrimasi (+), sekret (+)
mukopurulen, konjungtiva hiperemis (+), injeksio konjungtiva (+) pada oculi sinistra.
Pada pemeriksaan palpasi tidak terdapat nyeri tekan dan pembesaran kelenjar
preaurikuler. Pada pemeriksaan visus didapatkan VOD: 6/6, VOS: 6/6. Pemeriksaan
slit lamp tidak dilakukan.
V. DIAGNOSIS
OS Kojungtivitis Akut e.c Bakteri
Non Medikamentosa
- Menyarankan untuk menggunakan pelindung mata agar tidak terjadi infeksi
sekunder
- Selalu jaga kebersihan mata
- Selalu mencuci tangan sesaat setelah memegang mata agar tidak menular ke orang
lain
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Pendahuluan
Radang konjungtiva (konjungtivitis) merupakan penyakit mata paling umum di
dunia. Konjungtivitis merupakan suatu keadaan dimana konjungtiva mengalami
suatu inflamasi yang mengakibatkan dilatasi pembuluh darah konjungtiva sehingga
mata tampak merah. Gejala penting konjungtivitis adalah sensasi benda asing, yaitu
sensasi tergores atau panas, sensasi penuh disekitar mata, gatal, dan fotofobia. Tanda
penting konjungtivitis adalah hiperemia, air mata berlebih, eksudasi, pseudoptosis,
hipertropi papiler, kemosis, folikel, pseudomembran, granuloma, dan adenopati
preaurikuler. Penyebanya umumnya eksogen, namun dapat endogen. Ada tiga tipe
utama, yakni konjungtivitis infeksi, alergi, dan kimia.
Konjungtivitis infeksi biasanya disebabkan oleh virus dan bakteri.
Konjungtivitis bakteri merupakan infeksi bakteri yang melibatkan membran mukosa
pada permukaan mata. Kondisi ini biasanya mengalami remisi sendiri (self-limiting
illness) pada kasus yang ringan, namun kadang-kadang dapat menjadi berat atau
mendasari terjadinya penyakit sistemik.
B. Anatomi Fisiologi
Konjungtiva adalah membran mukosa yang tipis dan trasparan yang menutupi
permukaan posterior kelopak mata (konjungtiva palpebralis) dan permukaan anterior
sclera (konjungtiva bulbaris). Konjungtiva mengandung epitel squamous non
keratinosit dengan sejumlah sel goblet dan subtansia propria yang tipis, kaya
pembuluh darah, dan mengandung pembuluh limfe, sel plasma, makrofag, dan sel
mast. Konjungtiva bersambungan dengan kulit pada tepi kelopak (mucocutaneus
junction) dan dengan epitel kornea di limbus. Konjungtiva mengandung kelenjar
musin yang dihasilkan oleh sel Goblet. Musin bersifat membasahi bola mata
terutama kornea. Di bawah konjungtiva bulbi terdapat episklera dan sklera.
Gambar 1.Anatomi mata dan kelopak mata4
D. Patofisiologi
Mata mempunyai mekanisme petahanan terhadap invasi bakteri. Mekanisme
pertahanan primer terhadap infeksi berupa lapisan epitel yang menutupi konjungtiva
dan pertahanan sekunder melibatkan mekanisme imun hematologik yang dibawa
oleh pembuluh darah konjungtiva, lisozim bakteriostatik, immunoglobulin pada tear
film, kedipan mata, dan bakteri non patogenik yang berkolonisasi pada mata dan
berkompetisi dengan organisme yang mencoba menginvasi. Apabila salah satu dari
mekanisme pertahanan ini terganggu, maka infeksi bakteri patogen dapat terjadi.
Infeksi bakteri dan eksotoksin yang mereka produksi akan dikenali sebagai
antigen. Hal ini akan menginduksi reaksi antigen-antibodi dan menyebabkan
terjadinya inflamasi. Pada orang yang sehat, mata akan berusaha untuk kembali ke
kondisi homeostasis, dan bakterinya akan dieradikasi. Namun, invasi bakteri yang
berat bisa menjadi sangat sulit untuk di lawan, dan menyebabkan terjadinya infeksi
konjungtiva dan yang selanjutnya dapat meluas ke kornea dan bagian mata lainnya.
Konjungtivitis bakteri terjadi akibat pertumbuhan berlebihan dan infiltrasi
bakteri pada lapisan epitel konjungtiva dan kadang-kadang pada substansia propria.
Sumber infeksinya adalah kontak langsung dengan sekret individu yang terinfeksi,
biasanya melalui kontak mata-tangan (eye-hand contact) atau penyebaran infeksi
dari organisme yang berkoloni pada mukosa nasal dan sinus pasien sendiri. Pada
orang dewasa dengan konjungtivitis bakteri unilateral, sistem nasolakrimal
sebaiknya diperiksa karena obstruksi duktus nasolakrimalis, dakriosistitis, dan
kanalikulitis dapat menyebabkan konjungtivitis bakteri unilateral.7
E. Gejala Klinik
Secara umum, gejala yang biasa timbul pada konjungtivitis bakteri antara lain:
- Mata merah akibat dilatasi pembuluh darah konjungtiva
- Injeksi konjungtiva
- Sekret konjungtiva mukopurulen sampai purulen
- Edema kelopak mata
- Rasa tidak nyaman; perih, panas, sensasi benda asing, rasa berpasir.
- Nyeri tidak ada atau minimal
- Epifora (air mata berlebih)
- Fotofobia biasanya tidak ada atau ringan.
- Kelopak mata sulit dibuka saat bangun tidur, melengket satu sama lain karena
adanya sekret (“glue eye”)
- Penglihatan biasanya normal. Penglihatan kabur dapat disebabkan adanya
discharge (sekret) atau debris pada tear film.
- Biasanya bilateral. Mulai pada satu mata kemudian dapat menyebar dengan
mudah ke mata sebelah.
Konjungtivitis ini sering terdapat dalam bentuk epidemic atau disebut “mata
merah” oleh orang awam. Penyakit ini ditandai dengan timbulnya hiperemia
konjungtiva secara akut, dan jumlah eksudat mukopurulen sedang. Gejala lainnya
adalah rasa terbakar, iritasi, dan air mata keluar. Pasien sering mengeluhkan kedua
kelopak matanya melengket saat bangun dari tidur. Pembengkakan konjungtiva dan
edema kelopak mata ringan dapat timbul. Gejala dari konjungtivitis akut ini lebih
ringan, dan progresifitasnya lebih rendah dibandingkan dengan konjungtivitis
hiperakut.
3. Konjungtivitis Bakterial Kronik
Konjungtivitis ini biasanya terjadi pada pasien dengan obstruksi duktus
nasolakrimalis dan dakriosistitis menahun, yang biasanya unilateral. Infeksi ini juga
dapat menyertai blefaritis bacterial menahun atau disfungsi kelenjar meibom. Pada
beberapa kasus, konjungtivitis bakterial kronik juga berhubungan dengan seboroik
facial.
F. Diagnosis
Diagnosis ditegakkan berdasarkan :
- Anamnesis : gejala yang dialami pasien, penyakit pasien yang lain, pekerjaan,
riwayat alergi, terekspos zat kimia, perjalanan penyakit, riwayat keluarga.
- Pemeriksaan fisik:
a. Injeksi konjungtiva dapat muncul secara segmental atau difus, sekret yang
muncul lebih purulen, kelopak mata sering melengket satu sama lain terutama
saat bangun tidur. Pembesaran nodus limfatikus preaurikuler jarang
ditemukan pada konjungtivitis bakteri, namun biasanya ditemukan pada
konjungtivitis bakteri yang berat. Dapat terjadi pembengkakan kelopak mata
yang ringan, refleks pupil normal.
b. Dengan menggunakan slit lamp, inflamasi dari konjungtiva dapat terlihat
berbentuk follikular atau papilar. Pola follikular pembuluh darahnya tampak
disekitar dasar dari lesi kecil yang timbul, dimana hal ini biasanya nampak
pada infeksi viral. Pada infeksi bakteri, polanya adalah papilar dimana
pembuluh darah berada pada pusat lesi kecil yang timbul.
- Pemeriksaan laboratorium: pemeriksaan mikroskopik kerokan konjungtiva
dengan pewarnaan Gram atau Giemsa: banyak netrofil polimorfonuklear, kultur
dari sekret konjungtiva.
Pewarnaan gram dan kultur konjungtiva tidak diperlukan pada kasus ringan
(uncomplicated), tetapi harus dilakukan pada situasi berikut:
Host yang memiliki kerentanan yang tinggi, seperti
neonatus,individudengan immunocompromised.
Kasus konjungtivitis purulen berat, untuk membedakannya dari
konjungtivitis hiperpurulen, yang pada umumnya membutuhkan terapi
sistemik.
Kasus-kasus yang tidak berespon terhadap terapi awal.
- Pemeriksaan radiologi: pemeriksaan radiologi tidak biasa dilakukan pada
konjungtivitis bakteri, kecuali dicurigai adanya sinusitis dapat di lakukan
pemeriksaan CT-Scan dan MRI. CT scan orbita diindikasikan untuk
menyingkirkan kemungkinan abses orbital atau pansinusitis, atau jika
konjungtivitis berkaitan dengan selulitis orbitalis.
G. Diagnosis Differensial
Adapun diagnosis differensial konjungtivitis bakteri ini antara lain:
- Konjungtivitis Virus
- Konjungtivitis Alergi
- Konjungtivitis Klamidial
- Keratitis
- Uveitis
- Episkleritis
- Skleritis
- Blefaritis
- Glaukoma
Berikut algoritma yang dapat dipakai untuk membantu menegakkan diagnosis
dengan keluhan mata merah, termasuk konjungtivitis bakteri:
Algoritma diferensial diagnosis untuk mendiagnosis penyakit optalmik dengan
keluhan mata merah4
Tabel1 .Differensial Diagnosis Mata Merah dengan Visus Normal ataupun Turun6
1. Ilyas, Sidartha. 2009. Ilmu Penyakit Mata. Cetakan ke-6. Balai Penerbit FK UI,
Jakarta
2. Vaughan DG, Asbury T, Eva PR. 2000. Palpebra dan Aparatus Lakrimalis. Dalam
Oftamologi umum. Edisi 14. Jakarta : Widya Medika.
3. Ebook Ophtalmology pocket
4. American academy of ophtalmology. 2008. External disease and cornea. Section
8.
5. Getry S. Bahan kuliah konjungtivitis. Blok 19. 2011.