Anda di halaman 1dari 16

MAKALAH

BAB PERAWATAN JENAZAH

DISUSUN OLEH
KELOMPOK 11 :

 Najla Nuwairah
 Wahyuni Dina Rumisni
 Windani Dwi Urliana
 Zhakia Nabillah Matali

D-III Keperawatan Balikpapan


KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT.yang telah memberikan rahmat serta
karunia-Nya kepada kami sehingga kami berhasil menyelessaikan makalah ini yang
Alhamdulillah tepat pada waktunya yang berjudul “Perawatan Jenazah “
Makalah ini berisikan tentang pelaksanaan perawatan terhadap jenazah secara Islam
dan Kristen. Makalah ini dapat memberikan informasi kepada kita semua
tentang perawatan yang harus kita laksanakan terhadap jenazah.
Kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna , karena itu kritik dan
saran dari semua pihak yang bersifat membangun selalu kami harapkan demi kesempurnaan
makalah ini.
Akhir kata, kami sampaikan terima kasih kepada semua pihak yang telah berperan serta
dalam penyusunan makalah ini dari awal sampai akhir, Semoga Allah SWT.senantiasa meridhoi
segala usaha kita. Amin

Balikpapan, 25 Agustus 2018


Penyusun
Kelompok 11

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR .................................................................................................................................. i


DAFTAR ISI............................................................................................................................................... ii

PENDAHULUAN ...................................................................................................................................... 1
BAB IIPEMBAHASAN PERAWATAN JENAZAH SECARA ISLAM
A. Pengertian jenazah..................................................................................................... 2
B. Penyelenggaraan Jenazah. .......................................................................................... 2
1. Memandikan Jenazah ................................................................................................. 4
2. Mengkafani Jenazah.................................................................................................... 5
3. Menshalatkan Jenazah ................................................................................................ 5
4. Menguburkan Jenazah ................................................................................................ 6
BAB III PEMBAHASAN PERAWATAN JENAZAH SECARA KRISTEN
A. Latar Belakang............................................................................................................... 8
B. Tujuan ........................................................................................................................... 8
C. Isi ................................................................................................................................... 8
BAB IV KESIMPULAN ............................................................................................................................... 11
KATA PENUTUP ....................................................................................................................................... 12
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................................................................... 13

ii
BAB I
PENDAHULUAN

Syariat Islam mengajarkan bahwa setiap manusia pasti akan mengalami kematian yang
tidak pernah diketahui kapan waktunya. Sebagai makhluk sebaik-baik ciptaan Allah SWT dan
ditempatkan pada derajat yang tinggi, maka Islam sangat menghormati orang muslim yang
telah meninggal dunia. Oleh sebab itu, menjelang menghadapi kehariban Allah SWT orang yang
telah meninggal dunia mendapatkan perhatian khusus dari muslim lainnya yang masih hidup.
Dalam ketentuan hukum Islam jika seorang muslim meninggal dunia maka hukumnya
fardhu kifayah atas orang-orang muslim yang masih hidup untuk menyelenggarakan 4 perkara,
yaitu memandikan, mengkafani, menshalatkan dan menguburkan orang yang telah meninggal
tersebut.Untuk lebih jelasnya 4 persoalan tersebut, pemakalah akan mencoba menguraikan
dalam penjelasan berikut ini.

1
BAB II
PEMBAHASAN
PELAKSANAAN FARDU KIFAYAH TERHADAP JENAZAH
A. PENGERTIAN JENAZAH1
Kata jenazah diambil dari bahasa Arab (‫ )جن ذح‬yang berarti tubuh mayat dan kata ‫جن‬
‫ ذ‬yang berarti menutupi. Jadi, secara umum kata jenazah memiliki arti tubuh mayat yang
tertutup.[1]

B. PERAWATAN JENAZAH
Adalah perawatan pasien setelah meninggal, perawatan termasuk menyiapkan jenazah
untuk diperlihatkan kepada keluarga dan melakukan disposisi (penyerahan) barang-barang
milik pasien.

C.PENYELENGGARAAN JENAZAH
Penyelenggaraan jenazah adalah fardu kifayah bagi sebagian kaum muslimin, khususnya
penduduk setempat terhadap jenazah muslim/ muslimah.
Namun, sebelum penyelenggaraan jenazah itu dimulai, maka ada beberapa hal yang harus
dilakukan terhadap jenazah tersebut,[2] yaitu :
1. Dipejamkan matanya, mendo’akan dan meminta ampunkan atas dosanya.
2. Dilemaskan tangannya untuk disedekapkan di dada dan kakinya diluruskan.
3. Mengatupkan rahangnya atau mengikatnya dari puncak kepala sampai ke dagu supaya
mulutnya tidak menganga/terbuka.
4. Jika memungkinkan jenazah diletakkan membujur ke arah utaradan badannya diselubungi
dengan kain.
5. Menyebarluaskan berita kematiannya kepada kerabat- kerabatnya dan handai tolannya.
6. Lunasilah hutang-hutangnya dengan segera jika ia punya hutang.
7. Segerakanlah fardu kifayahnya.

Menurut syari’at Islam, fardu kifayah dalam menyelenggarakan jenazah ada empat macam,
yaitu :
1. Memandikan jenazah
2. Mengkafani jenazah
3. Mensalatkan jenazah
4. Menguburkan jenazah

1 Memandikan jenazah
Memandikan adalah salah satu cara yang wajib dilakukan terhadap mayat orang yang
beragama Islam. Caranya adalah menyampaikan atau mengalirkan air bersih ke seluruh
tubuhnya walaupun ia sedang haid atau junub. Memandikan ini dilakukan orang yang masih
hidup dengan menggunakan sabun dan wangi- wangian, tetapi dengan lemah lembut.

2
Adapun persiapan yang harus dilakukan atau peralatan yang harus disediakan sebelum
memandikan jenazah adalah:
1. Menyediakan air yang suci dan mensucikan secukupnya dan mempersiapkan perlengkapan
mandi seperti handuk, sabun, wangi- wangian, kapur barus dan lain-lain.
2. Mengusahakan tempat yang tertutup untuk memandikan jenazah sehingga hanya orang yang
berkepentingan saja yang ada disitu.
3. Menyediakan kain kafan secukupnya.
4. Usahakanlah orang-orang yang akan memandikan jenazah itu adalah keluarga terdekat jenazah
atau orang-orang yang dapat menjaga rahasia. Jika jenazahnya laki-laki, maka yang
memandikannya harus laki- laki, demikian juga sebaliknya jika jenazahnya perempuan, maka
yang memandikannya harus perempuan, kecuali suami kepada istrinya/istri kepada suaminya
atau muhrimnya.
Orang yang boleh memandikan jenazah adalah orang yang sama jenis kelaminnya
dengan mayat kecuali istri/ suami. Namun, jika ada beberapa orang yang berhak
memandikanny, maka yang lebih berhak adalah keluarga terdekat yang mengetahui
pelaksanaan mandi jenazah serta bersifat amanah. Kalau tidak, orang lain yang lebih
berpengetahuan serta amanah ( dapat dipercaya untuk tidak membuka aib jenazah).
Adapun cara memandikan jenazah itu dapat dilakukan sebagai berikut :
1. Niat karena Allah ta’ala.
2. Melepaskan segala pakaian yang melekat di badan jenazah dan menggantinya dengan kain
yang menutup aurat.
3. Melepaskan perhiasan dan gigi palsunya jika memungkinkan.
4. Membersihkan rongga mulutnya, kuku- kukunya dan seluruh tubuhnya dari kotoran dan najis.
5. Memulai memandikan dengan membersihkan anggota wudu’nya, dengan mendahulukan yang
kanan dan menyiramnya sampai rata tiga, lima,tujuh kali atau sesuai dengan kebutuhan.
6. Jenazah dimiringkan ke kiri kemudian bagian kanan badan disiram dengan air, dan selanjutnya
dimiringkan ke kanan dan bagian kiri badan disiram dengan air, siramlah dengan bilangan ganjil.
7. Pada waktu jenazah disiram dengan air, badannya di gosok-gosok guna menghilangkan najis/
kotoran sekaligus untuk meratakan air ke seluruh tubuh, perutnya di urut dengan pelan atau
badannya di bungkukkan sedikit supaya gas dan kotoran yang ada dalam perutnya keluar, dan
tempat keluar kotoran tersebut disiram dengan air yang harum dengan memakai sarung
tangan.
8. Pada bagian akhir siraman hendaklah disiram dengan wangi- wangian.
9. Mengeringkan badan jenazah dengan handuk dan berilah wangi-wangian. Bagi jenazah yang
berambut panjang hendaklah dikepang rambutnya jika memungkinkan.
Selain hal di atas, yang perlu diperhatikan terhadap jenazah adalah sebagai berikut:
1. Orang yang gugur, syahid dalam peprangan membela agama Allah cukup dimakamkan dengan
pakaian yang melekat di tubuhnya ( tanpa dimandikan, dikafani dan disalatkan ).
2. Orang yang wafat dalam keadaan berihram di rawat seperti biasa tanpa diberi wangi-wangian.
3. Orang yang syahid selain dalam peperangan membela agama Allah seperti melahirkan,
tenggelam, terbakar dirawat seperti biasa.

3
4. Jenazah janin yang telah berusia empat bulan dirawat seperti biasa.
5. Jika terdapat halangan untuk memandikan jenazah, maka cukup diganti dengan tayammum.
6. Bagi orang yang memandikan jenazah, disunnahkan untuk mandi sesudahnya.

2 Mengkafani jenazah
Mengkafani jenazah adalah membalut seluruh tubuhnya dengan kain dan sebagainya
walaupun hanya dengan sehelai kain.Mayat laki- laki sunat dikafani dengan tiga lapis kain putih.
Hal ini sesuai dengan hadis dari Aisyah r.a
ّ ّ ّ ّ ّ
‫سحولية كرسف ليس فيها قميص ول عمامة (متفق‬ ‫عن عائشة كفن رسول هللا صل هللا عليه وسلم ف ثالثة اثواب بيض‬
)‫عليه‬
Sementara itu, mayat perempuan sunat mengkafaninya dengan lima lapis kain yang
terdiri dari sehelai kain sarung, selendang dan dua helai kain untuk membalut tubuh
mayat/jenazah.
Persiapan dan perlengkapan yang akan dilakukan untuk mengkafani jenazah adalah :
1. Kain untuk mengkafani secukupnya dan diutamakan yang berwarna putih.
2. Kain kafan untuk jenazah laki- laki terdiri dari tiga lembar, sedangkan kain kafan untuk jenazah
perempuan terdiri dari lima lembar kain, yaitu : kain basahan, baju kurung, kerudung dan dua
lembar kain penutup.
3. Sebaiknya disediakan perlengkapan sebagai berikut:
a. Tali sejumlah 3, 5, 7, atau 9 antara lain untuk ujung kepala, leher, pinggang/ pada lengan
tangan, perut, lutut, pergelangan kaki dan ujungkaki.
b. Kapas secukupnya.
c. Kapur barus atau pewangi secukupnya.
d. Meletakkan kain memanjang searah tubuhnya di atas tali-tali yang telah disediakan.
e. Untuk jenazah perempuan, aturlah kerudung/ mukena, baju dan kain basahan sesuai dengan
letaknya.
Setelah perlengkapan disediakan, maka dilakukan dengan mengkafani jenazah dengan
urutan sebagai berikut :
1. Pada waktu hendak mengkafani dipasang lebih dahulu tirai (pendinding) supaya jenazah itu
tidak sampaidilihat orang lain/ selain orang yang mengkafani.
2. Kain kafan telah dihamparkan dengan letak sebagai berikut:
a. Kain kafan diletakkan pada urutan yang paling bawah yang telah ditaburi dengan wangi-
wangian seperti kapur barus. Dibawah kain kafan diletakkan tiga/ lima buah tali yang di ambil
dari pinggir kain kafan. Cara meletakkannya, satu helai di ujung kepala, satu helai di pinggang
dan satu helai lagi di ujung kaki.Kedua tangannya diletakkan di dadanya seperti ketika
melaksanakan solat.
b. Jenazah diletakkan membujur di atas kain kafan dalam keadaan tertutup selubung kain.
c. Lepaskan kain selubung dalam keadaan aurat tetap tertutup.
d. Jika diperlukan, tutuplah dengan kapas lubang- lubang yang mengeluarkan cairan.

4
3. Bagi jenazah laki-laki di tutup dengan tiga lapis kain secara rapi dan di ikat dengan simpul
disebelah kiri.
4. Bagi jenazah yang berrambut panjang (permpuan) hendaklah rambutnya dikepang jika
memungkinkan.
5. Bagi jenazah perempuan, kenakan(pakaian) lima lapis kain yaitu: kerudung, untuk kepala, baju
kurung , kain basahan penutup aurat dan dua lembar kain penutup secara rapi serta di ikat
dengan simpul disebelah kiri.

6. Setelah tutup kepala, baju( bagi wanita) kain dan kapas dipakaikan, maka kain kapan digulung
dengan cara mempertemukan ujung kain sebelah kanan dan kiri satu persatu, sejak dari leher
sampai ke kaki kemudian di ikat dengan tali yang telah diletakkan terlebih dahulu di bawah kain
kafan yaitu di ujung sebelah kaki dan pinggang, sedangkan yang sebelah atas masih terbuka
sambil menanti kerabatnya ziarah terakhir. Setelah kerabat dan familinya selesai berziarah,
maka disempurnakan gulungannya dan
7. kemudian di ikat di ujung sebelah atas. Dan pertemuan ikatan itu sebaiknya dibuat sebelah kiri
jenazah.

3 Menshalatkan jenazah
Dalam mensalatkan jenazah, terdapat beberapa perbedaan dengan salat- salat pada
umumnya karena ada rukun yang sama dan adapula yang berbeda dengan rukun salat pada
umumnya.
Ada beberapa hal yang harus diperhatikan dalam melaksanakan salat jenazah, yaitu:[3]
a. Jenazah diletakkan di arah kiblat( di depan imam apabila berjama’ah atau di depan orang yang
mensalatkannya apabila sendiri). Posisi jenazah, kepalanya sebelah kanan dan kaki sebelah kiri
imam.
b. Pada jenazah laki- laki imamnya berdiri sejajar dengan dada jenazah, sedangkan apabila
jenazahnya perempuan, maka imam berdiri sejajar dengan pinggang jenazah.
c. Setelah jama’ah salat jenazah siap untuk melaksanakan salat jenazah tersebut, kemudian
berniatlah di dalam hati untuk melaksanakan salat jenazah.

Adapun rukun salat jenah adalah sebagai berikut :[4]


1. Niat dengan lafaz
‫تكبيات فرض كفا ية اما ما\ ما موما هلل تعل‬
‫ا صل عل هذا\ هذه الميت \ميتة ارب ع ر‬
2. Berdiri bagi yang kuasa tanpa rukuk dan sujud.
3. Takbir empat kali dengan urutan sebagai berikut :
Setelah berniat sebagaimana tersebut di atas, lalu bertakbir dengan mengangkat kedua
tangan sejajar dengan kedua telinga atau sejajar kedua bahu dan diletakkan di dada.
· Sesudah takbir pertama, dibaca surat Al- Fatihah.
· Sesudah takbir kedua, dibaca salawat atas nabi.

5
· Sesudah takbir ketiga, dibaca do’a. Antara lain do’a yang dibaca Rasulullah Saw sebagaimana
hadis riwayat Muslim dan Nasa’i dari Auf bin Malik, Rasulullah membaca :

َ َ َ ْ َ َ َْ َ َ َْ ْ ْ َ َ َ َْ ْ ََ َ ْ ْ َ َ َْ ْ َ َ َ ْ َ ْ َ ْ َ
‫قه ِم َن الخطا َيا ك َما‬
ِ ‫اللهم اغ ِف ْر له ور حمه و عا ِف ِه وا عف عنه و ا كرم نز له وو سع مد خله و اغ ِسله ِب الما ِء والثلج و ال َ َي ِد ون‬
َ َ َْ ْ َ َْ ْ َ ْ َ َ ْ َ ْ ًْ َ ً ْ ََ َ ْ ًْ َ َ َ ْ ََْ َ َ َ ْ َ ْ َ
‫اب‬ ِ ‫ينق الثو ب ال بييض ِمن الدنس واب ِد له دارا خ ريا ِمن دارِه واهال خ ريا ِمن اه ِل ِه وزوجا خ ريا ِمن زو ِج ِه و ِق ِه ِمن ِفتن ِة عذ‬
ََ َ َْ
) ‫اب النار( متفق عليه‬ ِ ‫الق َي و عذ‬

· Sesudah takbir ke empat sesuai hadis riwayat Al- Hakim dibaca:


َ ‫َاللهم َل َت ْحر ْم َنا َأ ْج َره َو َل َت ْفتنا َ َوا ْغف ْر َلنا َو َله َ(ر َواه‬
‫الحا ِكم‬ ِ ِ

Apabila jenazahnya anak- anak, maka do’anya sesudah takbir ketiga diganti dengan do’a
berikut sebagaimana hadis riwayat Al-Bukhori dan Al- Baihaqy :
ً َ ْ ًَ َ َ َ
) ‫اجعله لنا َسلفا َوزخ ًرا َوف َرطا ( رواه البخارى و البيهق‬ ‫اللهم‬
Kemudian yang terakhir adalah mengucap salam ke kanan dan kiri :
‫السال م عليكم ورحمة هللا وبركا ته‬

4 Menguburkan jenazah
Kewajiban yang ke empat terhadap jenazah ialah menguburkannya.hukum
menguburkan jenazah adalah fardu kipayah atas orang yang masih hidup. Dalamnya kuburan
sekurang kurangnya kira-kira tidak tercium bau busuk mayat itu dari atas kubur dan tidak
dapat dibongkar oleh binatang buas,sebab maksud menguburkan mayat ialah untuk menjaga
kehormatan mayat itu dan menjaga kesehatan orang-orang yang ada di sekitar tempat itu.[5]
Sedangkan waktu penguburan secara normal dapat dilakukan pada siang
hari.Namun,penguburan dapat dilakukan juga pada malam hari sebab rasulullah saw pernah
menguburkan seseorang pada malam hari ,Ali r.a. menguburkan Fatimah binti Muhammad,Abu
bakar,Usman,Aisyah,dan Ibnu Mas’ud juga dikuburkan pada malam hari sebagaimana sabda
rasulullah SAW.dari jabir r.a yang diriwayatkan ibnu m
‫حد ثنا عمرو بن عبدهللا الءودي حد ثنا وكيع عن ابرهيم بن يذيد المك عن َاب الز ربي عن جا بر بن عبدهللا قال قا ل‬
‫ان‬ ‫ال‬ ‫با ليل‬ ‫فنوا مو تا كم‬ ‫تد‬ ‫لل‬ ‫و سلم‬ ‫عليه‬ ‫هللا‬ ‫صل‬ ‫رسوهللا‬
‫تضطروا‬
Artinya’’:janganlah kamu menguburkan jenazah pada malam hari kecuali dalam keadaan
terpaksa’’(H.R.Sunan Ibnu Majah no.1510 kitab ja’a fi al-janaiz)
Hal – hal yang perlu diperhatikan dalam penguburan jenazah ini antara lain adalah:[6]
1) Ketika memasukkan mayat ke liang kubur hendaknya pekerja jenazah untuk membaca’’

2) ‫هللا وعل ملة رسو هلل صل هللا عليه و سلم‬ ‫بسم‬. Khusus ketika
memasukkan jenazah perempuan hendaklah di bentangkan kain di atas liang kuburnya.

6
3) Dua atau tiga orang dari keluarga terdekat jenazah dan di utamakan yang tidak junub pada
malam hari sebelumnya, masuk kedalam liang kubur dengan berdiri untuk menerima jenazah.
4) Adapun melepas tali-talinya dan membuka kain yang menutupi dan jari-jari kakinya sehingga
menempel ke tanah serta memasang bantalan tidak ada tuntunan dari rasulullah SAW.
5) Bagi pengiring jenazah yang tiba di kuburan ketika kubur bekum selesai digali hendaklah duduk
menghadap kiblat dan jangan duduk di atas kuburan

6) Memintakan ampunan dan keteguhan dalam jawaban bagi jenazah dan mendo’akannya sambil
berdiri
7) Jenazah diperbolehkan untuk di masukkan ke dalam peti jika tanahnya berair atau jenazah
dalam keadaan mudorat.[7]
8) Dalam kondisi darurat boleh menguburkan dalam satu lubang dua mayat atau lebih, dan yang
lebih didahulukan adalah yang lebih afdhal di antara mereka.
9) Yang menurunkan mayat adalah kaum laki-laki meskipun mayatnya perempuan.
10) Menurut sunnah: memasukkan mayat dari arah belakang liang kubur.
11) Meletakkan mayat di atas sebelah kanannya, wajahnya menghadap kiblat.

7
BAB III
PERAWATAN JENAZAH MENURUT AGAMA KRISTEN

A. Latar Belakang
Perawatan jenazah hingga akhirnya jenazah tersebut dikebumikan, pada umumnya
adalah sama. Tentu dimulai dengan mengetahui dulu identitas dan kelengkapan
tubuhjenazah, dimandikan (dibersihkan), dibajukan atau dikafani, dan selanjutnya didoakan
laludikebumikan. Hanya saja, terdapat beberapa detail yang berbeda menurut
kepercayaan,agama, dan adat kebudayaan masing-masing yang perlu kita ketahui
sebagai tenagamedis mengingat ada kemungkinan bahwa jenazah tersebut adalah pasien atau
klien kita,sehingga kita masih harus bertanggung jawab dan mendampingi keluarga
dalamperawatannya.Oleh karena itu, kami selaku kelompok 11akan membahas tentang
perawatan jenazah
menurut agama kristen.

B. Tujuan
Mengetahui dan memahami tentang tata cara perawatan jenazah sesuai dengan
agama kristen sehingga tidak terjadi kesalah pahaman atau miss perseption antara pengurus
atau perawat jenazah dengan keluarga.

C. Isi
Perawatan jenazah dalam agama kristen adalah dimulai dari dimandikan, dirias
(dibajukan), didoakan, dimasukan ke dalam peti dan masuk ke acara kebaktian lalu sebelum
dikubur dibaptis lagi oleh pendeta yang dipercaya oleh keluarga jenazah.
1. Memandikan Jenazah
Memandikan jenazah dilakukan di ruang pemandian jenazah sebesar 5x3 oleh anggota
yayasan atau pihak keluarga. Proses pemandian jenazah dilakukan ketika sudah sampai ke
rumah persemayaman atau rumah duka. Pemandian dilakukan oleh satu atau dua orang
tergantung kondisi jenazah.
2. Memakaikan Pakaian Jenazah
Jika jenazah seorang gadis dipakaikan baju pengantin, jika perempuan atau laki-laki
yang sudah menikah dipakaikan jas.
3. Mengawetkan Jenazah
Pegawetan jenazah dilakukan ketika jenazah telah selesai dimandikan dan
mengenakan pakaian lengkap.

Pengawetan jenazah ini diperlukan untuk mencegah pembusukan dan penyebaran


kuman dari jenazah ke lingkungan, dikarenakan biasanya keluarga jenazah tinggal di tempat
yang berbeda-beda sehingga perlu menunggu kedatangannya dan pada saat ini telah berhasil
dibuat pengawetan jenazah yang tidak mengubah warna kulit, tekstur tidak keras, tidak
meleleh dan tidak perih, malahan dilengkapi dengan bau wangi yang dapat dipilih jenisnya

8
Adapun tata cara untuk pengawetan jenazah, antara lain :
1. Dalam mengawetkan jenazah, harus ditanamkan untuk menghormati setiap tubuh
jenazah yang akan diawetkan.
2. Cuci jenazah atau mandikan jenazah dengan larutan desinfektan.
3. Baringkan jenazah dalam posisi supine (terlentang).
4. Buka pakaian dan semua perhiasan yang dipakai jenazah.
5. Hilangkan kaku mayat. Apabila ada kaku mayat, hal tersebut harus dilawan untuk
mengurangi ketegangan otot. Otot yang tegang maka akan meningkatkan tekanan
ekstravaskular sehingga akan terjadi pengalihan cairan pengawet dari dalam pembuluh darah
ke tempat yang tidak semestinya.
6. Atur lah posisi penampilan mayat, tutup mata dan mulut jenazah.
7. Buatlah campuran cairan pengawet. Biasanya dibutuhkan 3 liter cairan untuk
mengawetkan mayat. Factor yang berpengaruh terhadap kebutuhan ini antara lain : ukuran
tubuh, adanya edema dan tahap pembusukan mayat sudah sampai dimana. Biasanya 16 ons
cairan dengan 1,5 galon air merupakan cairan pengawet terbaik, ini akan menghasilkan
larutan formalin sebesars 2-3%.
8. Pilih tempat suntikan. Tempat terbaik untuk menyuntikkan cairan pengawet adalah pada
vena femoralis, hal ini karena pada lokasi tersebut menyebabkan tekanan yang diterima pada
kepala sama pada kedua sisinya. Pada orang tua sering mengalami sklerosing, maka tempat
suntikan dilakukan pada pembuluh karotis karena lebih dekat dengan
pusat sirkulasi.
9. Tempat pengaliran cairan pengawet paling baik yaitu pada vena jugularis interna, karena
lebih dekat dengan atrium kanan jantung yang merupakan pusat pertemuan vena seluruh
tubuh.
10. Masukkan kanul kedalam pembuluh darah kemudian dijepit dengan ligature atau jika
tidak ada ligature bias diikat pada kedua sisi pembuluh darah pada kanul.
11. Hidupkan mesin pompa dengan tekanan 2-3 pon per inci persegi. Selama pengaliran ini
pastikan aliran cairan tedistribusi seluruhnya. Lakukan pemijatan pada daerah yang kaku
untuk melancarkan drainase.
12. Setelah drainase tersebut akan mucul tanda-tanda pada mayat seperti perut semakin
keras, keluarnya cairan dari saluran pencernaan dan mata menjadi merah serta tekanan ocular
yang tinggi, juga terjadi perubahan warna pada tubuh mayat. Jika terdapat tanda-tanda
tersebut, maka proses drainase dapat dihentikan dan kanul dicabut secara hati-hati dan di ikat
untuk mencegah keluarnya cairan pengawet tersebut.
13. Bekas luka pada tempat penyuntikan dibersihkan dan dijahit kembali.
Proses pengawetan ini dilakukan di ruang rias jenazah oleh mantri, dokter forensik
atau asisten dokter (bidan atau perawat) yang telah berpengalaman atau memiliki izin untuk
melakukan pengawetan jenazah.

9
4. Merias Jenazah
Merias jenazah dilakukan di ruang rias jenazah oleh satu orang anggota yayasan.
Dalam hal ini, merias jenazah adalah merias wajah dan rambut. Setelah selesai merias,
jenazah di bawa ke aula (ruang perseayaman) dan dimasukkan ke dalam peti mati.

5. Menuju Rumah Duka


Rumah duka bisa merupakan rumah sendiri atau rumah duka yang memang
disediakan. Biasanya ini sudah termasuk ke dalam pelayanan jasa pengurusan jenazah di
gereja-gereja atau organisasi semacamnya berikut dengan dekorasi ruangan (sesuai dengan
kepercayaan masing-masing) dan makanan bagi pelayat. Ruangan ini berfungsi sebagai
tempat persemayaman.

10
BAB IV
KESIMPULAN

Sepanjang uraian diatas dapat diambil kesimpulan bahwasanya manusia sebagi makhluk
yang mulia di sisi Allah SWT dan untuk menghormati kemuliannya itu perlu mendapat
perhatian khusus dalam hal penyelenggaraan jenazahnya. Dimana, penyelengaraan jenazah
seorang muslim itu hukumnya adalah fardhu kifayah. Artinya, kewajiban ini dibebankan kepada
seluruh mukallaf di tempat itu, tetapi jika telah dilakukan oleh sebagian orang maka gugurlah
kewajiban seluruh mukallaf.
Adapun 4 perkara yang menjadi kewajiban dalam perawatan jenazah secara Islam itu ialah:
a. Memandikan
b. Mengkafani
c. Menshalatkan
d. Menguburkan

Dan di dalam ajaran kristen bisa kita simpulkan 5 perkara yang wajib dilaksanakan dalam merawat
jenazah :
1. Memandikan jenazah.
2. Memakaikan pakaian.
3. Mengawetkan jenzah.
4. Merias jenazah.
5. Menuju rumah duka.

Adapun hikmah yang dapat diambil dari tata cara pengurusan jenazah, antara lain:
a. Memperoleh pahala yang besar.
b. Menunjukkan rasa solidaritas yang tinggi diantara sesama manusia.
c. Membantu meringankan beban keluarga jenazah dan sebagai ungkapan belasungkawa atas
musibah yang dideritanya.
d. Mengingatkan dan menyadarkan manusia bahwa setiap manusia akan mati dan masing-
masing supaya mempersiapkan bekal untuk hidup setelah mati.
e. Sebagai bukti bahwa manusia adalah makhluk yang paling mulia, sehingga apabila salah
seorang manusia meninggal dihormati dan diurus dengan sebaik-baiknya menurut aturan Allah
SWT dan RasulNya.

11
KATA PENUTUP

Demikian yang dapat kami paparkan mengenai materi perawatan jenazah secara Islam
maupun Kristen yang menjadi pokok bahasan dalam makalah ini, tentunya masih banyak
kekurangan dan kelemahannya, karena terbatasnya pengetahuan dan kurangnya rujukan atau
referensi yang ada hubungannya dengan judul makalah inikami banyak berharap para pembaca
yang budiman memberikan kritik dan saran yang membangun kepada penulis demi
sempurnanya makalah ini dan dan penulisan makalah di kesempatan-kesempatan berikutnya.
Semoga makalah ini berguna bagi penulis pada khususnya juga para pembaca yang budiman
pada umumnya.

12
DAFTAR PUSTAKA

Sulaiman Rasjid, Fiqih Islam, Sinar Baru Algensindo Bandung. 1994


Ali Imran Sinaga, Fiqih Taharah, Ibadah, Muamalah, Cita Pustaka Media Perintis Bandung. 2011
Buku Ajar Praktik Ibadah, Fakultas Tarbiyah IAIN SU Medan. 2012
Praktikum Ibadah, Fakultas Ushuluddin IAIN SU Medan. 2012
http: //dear.to/ Abusalma, Ringkasan Cara Penyelenggaraan Jenazah
http://zainlzainal.blogspot.com/2012/10/penyelenggaraan-jenazah-disusun-oleh.html
http://Zainal.blogspot.com/2013/03/ Penyelenggaraan Jenazah, disusun oleh.html
Ali Imran Sinaga, fiqih taharah, Ibadah, Muamalah, hal.81
Buku Ajar Praktik Ibadah, Fakultas Tarbiyah Institut Agama Islam Negeri Sumatera Utara,hal. 38
Ibid ,hal. 39- 40
Sulaiman Rasjid, Fiqih Islam Bandung 1994,hal.182
Praktikum Ibadah, Fakultas Ushuluddin Institut Agama Islam Negeri Sumatera Utara,2012, hal.31
http://dear.to/abusalma, Ringkasan Cara Penyelenggaraan Jenazah, Mar 2, 08 10: 22 PM

13

Anda mungkin juga menyukai