Anda di halaman 1dari 5

PEMBAHASAN

MATERI KELOMPOK
PERAN AGAMA DALAM MENGATASI MASALAH NARKOBA
HIV / AIDS

KELOMPOK 4

LIDYA P07220118092
MAHESA CANDRA ADITAMA P07220118093
MARDYANA P07220118082
MUHAMMAD AKBAR NA’IM P07220118094
NAJLA NUWAIRAH P07220118095
NANDA YORIKA KUSASIH P07220118096
NUR APSARI P07220118097
OCTAVIANA NUR ARDIYATI P07220118098
PUTRI CAHAYATY P07220118099
QONITA YAUMIL MAGHFIROH P07220118100

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENTERIAN KESEHATAN


KALIMANTAN TIMUR
PRODI D-III KEPERAWATAN
2018
(1.)LATAR BELAKANG MASALAH

1. Pengidap HIV/AIDS dalam catatan WHO kian tahun bertambah. Di Indonesia


jumlahnya mengalami peningkatan termasuk Sumatera Barat sudah terdeteksi adanya
pengidap HIV/AIDS tersebut.

2. Pengidap HIV/AIDS dan penularannya disebabkan oleh hubungan kelamin gonta-


ganti, baik terhadap lain jenis ataupun hubungan kelamin sama sejenis. Penularan
kedua disebabkan oleh pemakaian suntikan atau mungkin juga oleh infeksi darah. Bila
dilakukan di Rumah Sakit, kecil kemungkinan bisa terjadi, karena adanya sterilisasi.
Kecuali kalau adanya kelalaian. Penggunaan alat suntik banyak dilakukan oleh pemakai
obat bius, Narkoba.

3. Agama Islam menyebut hubungan kelamin gonta ganti pasangan itu ZINA dan
dengan lawan sejenis namanya LIWATH (homosexual) yang sangat dicela dan pernah
dilakukan oleh umat Nabi Luth. Untuk kasus umat Nabi Luth ini jawaban
penyelesaiannya adalah negeri itu ditelungkupkan oleh Allah. Peristiwa ini diceritakan
oleh Kitab-kitab Suci yang ada.

4. Beberapa negara didunia yang menganut faham libaralisme dan teguh


memperjuangkan hak asasi manusia sangat melindungi kebebasan individu dan
masyarakat untuk memiliki kebebasan, sampai kepada kebebasan melakukan
hubungan sex dengan siapa saja atas dasar suka sama suka. Bahkan kaum homosex
perlu dilindungi keberadaannya dan dibuatkan undang-undang yang menjamin akan
kebebasan mereka untuk saling menjual diri sesama termasuk perlindungan kepada
wanita-wanita pekerja sex, yang tidak lebih kerjanya hanya sebgai pelacur atau pezina.

5. Agama menetapkan pezina itu tidak boleh berhubungan kelamin dengan orang
baik-baik (mukmin) kecuali sesama mereka ahli pezina yakni antara pelacur laki-laki
sesama pelacur laki-laki, atau pelacur laki-laki dengan pelacur perempuan.

6. Bila terjadi hubungan dengan pelacur (laki-laki atau perempuan) kemudian


berhubungan dengan keluarga baik-baik, inilah yang menyebabkan terjadinya
penularan penyakit berbahaya itu.

7. Laporan Kasus Narkoba 1999 Kapolda Sumbarhampir seluruh Resort Kepolisian


(8 Polres) telah ditangkap banyak pelaku pengedar Narkoba (Ganja, Shabu-Shabu dan
ectacy). Pelakunya berbagai kalangan Swasta, Penganggur, Mahasiswa, Pelajar SMU,
pedagang, PNS, tani, sopir). Data yang tidak ada hanya di Polres Pasaman.[2]

8. Berita-berita dari TV dan Radio bahwa masyarakat menyatakan perang terhadap


Narkoba. Ungkapan Koran setiap hari menyebut tentang bahaya Narkoba ini. Narkoba
sebenarnya saudara kembar Pekat. Kedua-duanya anak kandung dari
keluargaGelapJahili
(2.)PERAN AGAMA DALAM MENGHADAPI MASALAH
NARKOBA DAN HIV/AIDS

2.1 PERAN AGAMA DALAM MENGHADAPI MASALAH


NARKOBA.

Agama Islam menempatkan NARKOBA dan MIRAS sebagai barang haram, menurut
dalil Al Qurani.

a. Khamar, segala minuman (ic. Makanan)yang memabukkan, dan judi. Disebutkan


dalam QS.2: 219 “ Pada keduanya itu terdapat dosa besar, dan beberapa manfaat bagi
manusia, tetapi “dosa keduanya lebih besar dari manfaatnya”JN.

b. Khamar, judi (al-maysir), berkurban untuk berhala (al-anshab) dan mengadu


nasib dengan anak panah (al-azlam), adalah keji (rijsun) dari amalan syaithan. Jauhilah
agar menang. (QS.5, al-Maidah:90).

c. Permusuhan dan kebencian (kekacauan) ditengah kehidupan


masyarakat ditimbulkan lantaran minuman khamar dan judi. Inilah kerja syaitan.
Berakibat kepada lalai mengingat Allah dan meninggalkan shalat.Karena itu
berhentilah. (QS.5:91).

d. Hadist diriwayatkan Tirmidzi dari Shahabat Anas RA, bahwa “Rasul SAW melaknat
sepuluh orang disebabkan khamar (la’ana Rasulullah SAW fil-khamr ‘asyaratan):

 Orang yang memerasnya (pembuatnya, ‘aa-shirahaa),


 yang menyuruh memeras (produsen,mu’tashirahaa),
 peminumnya (konsumen, syaa-ribahaa),
 pembawanya (distributor, haa-milahaa),
 yang minta diantarinya (pemesan, al-mahmulata ilaihi),
 yang menuangkannya (pelayan, saa-qiyahaa),
 penjualnya (retailer, baa-I’a-haa),
 pemakan hasil penjualannya (aa-kila tsamanihaa),
 pembelinya (al-musytariya lahaa),
 yang minta dibelikannya (al-musytaraa-ta-lahu).
Hadist ini terdapat didalam Jami’ Tirmizi.[3]

e. Zina yang menjadi penyebab HIV/AIDS perlu diperangi sesuai bimbingan Agama.
Disekolah-sekolah perlu diajarkan kembali etika pergaulan yang semestinya berisi
ajaran bahwa pergaulan bebas itu terlarang oleh agama dan adat. Tidak semua
kebisaaan dari Barat itu baik untuk ditiru.
2.2 PERAN AGAMA DALAM MENGHADAPI MASALAH
HIV/AIDS
Media utama penulatan HIV/AIDS adalah seks bebas. Oleh karena itu
pencegahannya harus dengan menghilangkan praktik seks bebas itu sendiri. Hal ini
bisa dilakukan melalui pendidikan Islam yang menyeluruh dan komprehensif,
dimana setiap individu muslim dipahamkan untuk kembali terikat pada hukum-
hukum Islam dalam interaksi sosial (nizhom ijtima’i/aturan sosial).
Seperti larangan mendekati zina dan berzina itu sendiri, larangan khalwat (beruda-
duaan laki perempuan bukan mahram, seperti pacaran), larangan ikhtilat (campur
baur laki perempuan), selalu menutup aurat, memalingkan pandangan dari aurat,
larangan masuk rumah tanpa izin, larangan bercumbu di depan umum, dll.
Sementara itu, kepada pelaku seks bebas, segera jatuhi hukuman setimpal agar jera
dan tidak ditiru masyarakat umumnya. Misal pezina dirajam, pelaku aborsi
dipenjara, dll.
Di sisi lain, seks bebas muncul karena maraknya rangsangan-rangsangan syahwat.
Untuk itu, segala rangsangan menuju seks bebas harus dihapuskan. Negara wajib
melarang pornografi-pornoaksi, tempat prostitusi, tempat hiburan malam dan
lokasi maksiat lainnya. Industri hiburan yang menjajakan pornografi dan pornoaksi
harus ditutup. Semua harus dikenakan sanksi. Pelaku pornografi dan pornoaksi
harus dihukum berat, termasuk perilaku menyimpang seperti homoseksual.
Sementara itu, kepada penderita HIV/Aids, negara harus melakukan pendataan
konkret. Negara bisa memaksa pihak-pihak yang dicurigai rentan terinveksi
HOV/Aids untuk diperiksa darahnya. Selanjutnya penderita dikarantina,
dipisahkan dari interaksi dengan masyarakat umum. Karantina dimaksudkan bukan
bentuk diskriminasi, karena negara wajib menjamin hak-hak hidupnya. Bahkan
negara wajib menggratiskan biaya pengobatannya, memberinya santunan selama
dikarantina, diberikan akses pendidikan, peribadatan, dan keterampilan.
Di sisi lain, negara wajib mengerahkan segenap kemampuannya untuk membiayai
penelitian guna menemukan obat HIV/Aids. Dengan demikian, diharapkan
penderita bisa disembuhkan.
KESIMPULAN

(1). Hanya satu kesimpulan; NARKOBA dan MIRAS, dalam pandangan dan ajaran
agama Islam, adalah haram secara syar’i. Sangat membahayakan. Berdosa besar.
Walau manfaatnya ada, tetapi mudharatnya lebih besar.

Perlu di berantas dengan berbagai cara. Secara adat dibenci. Ditinjau dari segi
keamanan dan stabilitas, sangat berbahaya.

Menurut UU No.22/1997 pasal 78 ayat 1, ancaman pidana sepuluh tahun atau denda
500 juta rupiah.

UU. No.5/1997 pasal 59 ayat 1, pengguna, memproduksi, pengimpor, penyimpan,


pembawa, bisa diancam pidana 15 tahun dan denda 750 juta rupiah. Pasal 59 ayat 2,
bila terorganisir diancam pidana 20 tahun atau denda 750 juta rupiah, Dan pasal 59
ayat 3 bila korporasi, jaringan sindikasi, diancam pidananya tambah lagi dengan denda
5 milyar rupiah.

Sudah cukup berat bukan ???

Pertanyaannya, kenapa belum dilaksanakan ???

(2). Sulitnya memberantas peredaran Narkoba ini, menimbulkan dugaan kuat adanya
jaringan luas secara internasional. Dan tidak tertutup kemungkinan bahwa para Mafia
Yahudi Internasional bermain padanya. Sebagaima diyakini bahwa gerakan Kristenisasi
Internasional itu tidak semata batasnya isu agama tetapi lebih banyak kepada
konspirasi politik, ekonomi, dan penguasaan suatu wilayah negara asing dengan
kekuatan apa saja.

(3). Maka petugas keamanan terutama kepolisian perlu membersihkan diri dan citranya
ditengah masyarakat luas

Anda mungkin juga menyukai