MATERI KELOMPOK
PERAN AGAMA DALAM MENGATASI MASALAH NARKOBA
HIV / AIDS
KELOMPOK 4
LIDYA P07220118092
MAHESA CANDRA ADITAMA P07220118093
MARDYANA P07220118082
MUHAMMAD AKBAR NA’IM P07220118094
NAJLA NUWAIRAH P07220118095
NANDA YORIKA KUSASIH P07220118096
NUR APSARI P07220118097
OCTAVIANA NUR ARDIYATI P07220118098
PUTRI CAHAYATY P07220118099
QONITA YAUMIL MAGHFIROH P07220118100
3. Agama Islam menyebut hubungan kelamin gonta ganti pasangan itu ZINA dan
dengan lawan sejenis namanya LIWATH (homosexual) yang sangat dicela dan pernah
dilakukan oleh umat Nabi Luth. Untuk kasus umat Nabi Luth ini jawaban
penyelesaiannya adalah negeri itu ditelungkupkan oleh Allah. Peristiwa ini diceritakan
oleh Kitab-kitab Suci yang ada.
5. Agama menetapkan pezina itu tidak boleh berhubungan kelamin dengan orang
baik-baik (mukmin) kecuali sesama mereka ahli pezina yakni antara pelacur laki-laki
sesama pelacur laki-laki, atau pelacur laki-laki dengan pelacur perempuan.
Agama Islam menempatkan NARKOBA dan MIRAS sebagai barang haram, menurut
dalil Al Qurani.
d. Hadist diriwayatkan Tirmidzi dari Shahabat Anas RA, bahwa “Rasul SAW melaknat
sepuluh orang disebabkan khamar (la’ana Rasulullah SAW fil-khamr ‘asyaratan):
e. Zina yang menjadi penyebab HIV/AIDS perlu diperangi sesuai bimbingan Agama.
Disekolah-sekolah perlu diajarkan kembali etika pergaulan yang semestinya berisi
ajaran bahwa pergaulan bebas itu terlarang oleh agama dan adat. Tidak semua
kebisaaan dari Barat itu baik untuk ditiru.
2.2 PERAN AGAMA DALAM MENGHADAPI MASALAH
HIV/AIDS
Media utama penulatan HIV/AIDS adalah seks bebas. Oleh karena itu
pencegahannya harus dengan menghilangkan praktik seks bebas itu sendiri. Hal ini
bisa dilakukan melalui pendidikan Islam yang menyeluruh dan komprehensif,
dimana setiap individu muslim dipahamkan untuk kembali terikat pada hukum-
hukum Islam dalam interaksi sosial (nizhom ijtima’i/aturan sosial).
Seperti larangan mendekati zina dan berzina itu sendiri, larangan khalwat (beruda-
duaan laki perempuan bukan mahram, seperti pacaran), larangan ikhtilat (campur
baur laki perempuan), selalu menutup aurat, memalingkan pandangan dari aurat,
larangan masuk rumah tanpa izin, larangan bercumbu di depan umum, dll.
Sementara itu, kepada pelaku seks bebas, segera jatuhi hukuman setimpal agar jera
dan tidak ditiru masyarakat umumnya. Misal pezina dirajam, pelaku aborsi
dipenjara, dll.
Di sisi lain, seks bebas muncul karena maraknya rangsangan-rangsangan syahwat.
Untuk itu, segala rangsangan menuju seks bebas harus dihapuskan. Negara wajib
melarang pornografi-pornoaksi, tempat prostitusi, tempat hiburan malam dan
lokasi maksiat lainnya. Industri hiburan yang menjajakan pornografi dan pornoaksi
harus ditutup. Semua harus dikenakan sanksi. Pelaku pornografi dan pornoaksi
harus dihukum berat, termasuk perilaku menyimpang seperti homoseksual.
Sementara itu, kepada penderita HIV/Aids, negara harus melakukan pendataan
konkret. Negara bisa memaksa pihak-pihak yang dicurigai rentan terinveksi
HOV/Aids untuk diperiksa darahnya. Selanjutnya penderita dikarantina,
dipisahkan dari interaksi dengan masyarakat umum. Karantina dimaksudkan bukan
bentuk diskriminasi, karena negara wajib menjamin hak-hak hidupnya. Bahkan
negara wajib menggratiskan biaya pengobatannya, memberinya santunan selama
dikarantina, diberikan akses pendidikan, peribadatan, dan keterampilan.
Di sisi lain, negara wajib mengerahkan segenap kemampuannya untuk membiayai
penelitian guna menemukan obat HIV/Aids. Dengan demikian, diharapkan
penderita bisa disembuhkan.
KESIMPULAN
(1). Hanya satu kesimpulan; NARKOBA dan MIRAS, dalam pandangan dan ajaran
agama Islam, adalah haram secara syar’i. Sangat membahayakan. Berdosa besar.
Walau manfaatnya ada, tetapi mudharatnya lebih besar.
Perlu di berantas dengan berbagai cara. Secara adat dibenci. Ditinjau dari segi
keamanan dan stabilitas, sangat berbahaya.
Menurut UU No.22/1997 pasal 78 ayat 1, ancaman pidana sepuluh tahun atau denda
500 juta rupiah.
(2). Sulitnya memberantas peredaran Narkoba ini, menimbulkan dugaan kuat adanya
jaringan luas secara internasional. Dan tidak tertutup kemungkinan bahwa para Mafia
Yahudi Internasional bermain padanya. Sebagaima diyakini bahwa gerakan Kristenisasi
Internasional itu tidak semata batasnya isu agama tetapi lebih banyak kepada
konspirasi politik, ekonomi, dan penguasaan suatu wilayah negara asing dengan
kekuatan apa saja.
(3). Maka petugas keamanan terutama kepolisian perlu membersihkan diri dan citranya
ditengah masyarakat luas