Anda di halaman 1dari 3

Rangkuman Ceramah Kajian

Dengan Tema Kemuliaan Itu.. Bersama Ustadz Dzull Fadhli

Setiap manusia, ingin memperoleh kehidupan mulia. Dalam arti, memiliki kedudukan
yang mapan secara lahiriah (materialfinansial) dan batiniyah (moral-spiritual) di
tengah lingkungan keluarga dan masyarakat. Sehingga ada semboyan populer 'isy
kariman, awu mutsyahidan'. Hidup mulia atau mati syahid.

Contohnya dalam hal senioritas di sebuah institusi dimana seorang senior merasa
dirinya paling benar, paling mengetahui dalam segala hal sehingga merendahkan dan
meremehkan juniornya.

Hidup dihiasi perbuatan-perbuatan bermanfaat, baik yang bersifat vertikal berupa


ketaatan kepada Allah SWT, menjalankan segala perintah-Nya sekaligus menjauhi
larangan-Nya, maupun bersifat horizontal. Berbuat amal saleh, kebajikan, yang ikhlas
tanpa pamrih, sesuai dengan tuntunan Allah SWT dan Rasul-Nya, kepada sesama
manusia. Sedangkan ketika mati, mencapai nilai syahid, berkat sikap dan perilaku
ketika menjalani tugas kewajiban di muka bumi.

kemuliaan itu seluruhnya kepunyaan Allah. Kepada-Nyalah naik kalimat-kalimat


yang baik dan amal saleh mengangkatnya (QS Fathir: 10). Menurut para salafush
shalihin, syarat memperoleh bagian dari kemuliaan (izzah) adalah keimanan dan
ketakwaan. Iman merupakan fondasi untuk menancapkan pilar-pilar takwa. Dan
takwa itulah yang menjadi tangga pencapaian kemuliaan hidup di dunia kini dan di
akhirat kelak.
Dalam takwa itu terdapat 'kalimat yang baik' (kalimatuth thayyibah). Perilaku yang
serbabagus, mulai dari niat, ucapan, hingga tindakan. Semua menunjukkan
kerendahhatian, sopan-santun, lemah-lembut, kasih sayang, tunduk, dan patuh kepada
aturan-aturan Allah SWT. Dirumuskan oleh para ulama salafus shalihin, 'kalimat
yang baik' meliputi doa, zikir, membaca Quran, dan lain-lain, yang berkaitan dengan
ibadah ritual.

Hubungan dengan Allah SWT (hablum minallahi), serta perbuatan-perbuatan baik


dan bajik terhadap sesama manusia (hablum minannasi). Maka antara 'kalimat yang
baik' dengan perbuatan baik dan bajik atau amal saleh, tidak terpisahkan satu sama
lain dalam menghasilkan kemuliaan dari Allah SWT. Tegasnya, 'kalimat yang baik'
yang merupakan presentasi hubungan dengan Allah SWT, tidak sempurna tanpa amal
saleh yang merupakan wujud hubungan dengan sesama manusia. Ibadah ritual akan
terangkat berkat ibadah sosial (amal saleh).

Orang yang sudah beruntung mendapat kemuliaan dari Allah SWT dalam bentuk
harta kekayaan, pangkat, jabatan, ketinggian ilmu, ketekunan ibadah, serta bentuk-
bentuk lain yang menjadi ciri kehormatan diri serta penghormatan orang lain, harus
mampu mempertahankannya hingga akhir hayat. Jangan sampai ternodai oleh hal-hal
yang dapat menghancurkan nilai kemuliaan itu. Terutama sikap lupa diri dan
penyalahgunaan wewenang. Tumpuan fondasi iman dan takwa jangan digoyahkan
oleh perilaku-perilaku yang menyimpang dari 'kalimat thayyibah' dan amal saleh.

Kejatuhan seseorang dari kemuliaan hidup yang sudah diperolehnya, akan muncul
hanya karena menyimpang dari prinsipprinsip 'kalimat thayyibah' dan amal saleh.
Merasa kuat, kaya, tampan, dan lain sebagainya, seolah-olah milik pribadi. Lupa
bahwa itu hanya pinjaman atau titipan dari Allah SWT yang diberikan berkat 'kalimat
thayyibah' dan amal saleh. Begitu 'kalimat thayyibah' dan amal saleh hilang, hilang
pulalah kemuliaan itu dalam sekejap. Peringatan dari Allah SWT, sangat jelas: "Dan
orang-orang yang membuat rencana jahat, bagi mereka azab yang keras, serta rencana
jahat mereka akan binasa" (QS Fathir: 10).

Artinya, orang-orang yang bermaksud menyelewengkan kemuliaan yang ada pada


dirinya, untuk memuaskan hawa nafsu, mengumbar perilaku sewenang-wenang, dan
tindakan tercela lainnya, segera akan dicabut kemuliaannya. Anggapan untuk
mempertahankan kemuliaan dengan mencederai 'kalimat thayyibah' dan amal saleh,
adalah salah sama sekali. Allah SWT sebagai pemilik kemuliaan, tidak akan tinggal
diam. Dia Mahakuasa atas segala sesuatu. Termasuk mencampakkan manusia yang
hari ini mulia, besok hina dina.

Maka itu, tidak ada jalan lain bagi orang yang sudah mencapai kemuliaan, untuk
mempertahankannya dengan memelihara 'kalimat thayyibah', yang menjadi pertanda
hablum minallah dan amal saleh (hablum minannasi).

Anda mungkin juga menyukai