Batukapur PDF
Batukapur PDF
TINJAUAN PUSTAKA
Batu kapur ialah jenis batuan sedimen yang mengandung senyawa karbonat. Pada
umumnya batu kapur yang banyak terdapat adalah batu kapur yang mengandung
kalsit. Batu kapur memiliki warna putih, putih kekuningan, abu–abu hingga hitam.
Pembentukan warna ini tergantung dari campuran yang ada dalam batu kapur
tersebut, misalnya : lempung, kwarts, oksida besi, mangan dan unsur organik.
Batu kapur terbentuk dari sisa–sisa kerang di laut maupun dari proses presipitasi
kimia. Berat jenis batu kapur berkisar 2,6 - 2,8 gr/cm3, dalam keadaan murni
dengan bentuk kristal kalsit (CaCO3), sedangkan berat volumenya berkisar 1,7 –
2,6 gr/cm3. Jenis batuan karbonat dapat dibagi menjadi 2 bagian utama yaitu batu
kapur (limestone) dan dolomit (dolostone) (Boggs, 1987).
Batu kapur murni digunakan sebagai bahan baku dalam pengolahan kaca,
kalsinasi dan beberapa kapur digunakan dalam pengolahan dari campuran
struktural semen. Batu kapur digunakan dalam pembuatan dari bubuk pemucat
dimana digunakan dalam bidang tekstil dan kertas gulung. Kini batu kapur banyak
digunakan sebagai bahan baku semen Portland (Zubkov, 1967). Komposisi dari
batu kapur yang dianalisa dengan pengujian XRF dapat ditunjukan pada tabel 2.1
Tabel 2.1 Komposisi Kimia Batu Kapur Hasil Pengujian dengan XRF (X Ray
Flourescence)
No Komposisi Kimia % Wt
1 Ca 92,1
2 Fe 2,38
3 Mg 0,9
4 Si 3,0
5 In 1,4
6 Ti 0,14
7 Mn 0,03
8 Lu 0,14
(Arifin, 2010)
Bahan pengisi adalah bahan yang banyak digunakan untuk ditambahkan pada
bahan polimer yang dapat meningkatkan sifat-sifatnya dan kemampuan
pemprosesan atau untuk mengurangi ongkos. Bahan pengisi dapat digunakan
sebagai penguat, perbaikan temperatur deformasi termal, pelindung, ketahanan
cuaca dan perbaikan sifat pencetakan (Surdia, 1995).
Pada dasarnya kalsium karbonat ialah zat pengisi yang penting digunakan pada
plastik. Kalsium karbonat merupakan bahan filler anorganik dalam plastik yang
banyak digunakan pada beberapa polimer karena mudah terurai dan berwarna
putih disamping banyak tersedia dialam dan harga tidak mahal (Seymor, 1985).
Berikut adalah keuntungan kalsium karbonat sebagai zat pengisi yaitu :
a. Kemurnian kimia yang tinggi, tidak memiliki ion logam berat yang dapat
mengkatalisasi proses penyimpanan pada polimer.
b. Tidak ada tendensitas untuk membentuk penggumpalan.
c. Non-abrasif, lembut digunakan pada bagian mesin.
d. Meningkatkan daya kekakuan dan modulus elastisitas.
e. Mengurangi penyusutan, meningkatkan warna.
f. Meningkatkan kualitas permukaan pada penyelesaian produk.
g. Meningkatkan daya tumbukan, dalam hal ini untuk meningkatkan daya lapis.
h. Meningkatkan stabilitas dan daya tahan pemeraman terutama ketika
digunakan sebagai pelapis.
i. Tidak beracun, tidak berbau dan tahan panas sampai 600oC.
j. Biaya yang rendah, dikarenakan dapat meningkatkan keuntungan di bagian
berat dan volume (Gachter, 1990).
2.4 Plastik
2.5 Polietilena
Polietilena adalah bahan termoplastik yang digunakan secara luas oleh konsumen
sebagai produk kantung plastik. Polietilena adalah polimer yang terdiri dari rantai
panjang monomer. Di industri polietilena disingkat dengan PE dimana molekul
etana C2H4 adalah CH2 = CH2. Dua grup CH2 bersatu dengan ikatan ganda.
High density polyethylene (HDPE) merupakan polietilen (PE) yang linier dengan
berat jenis 0.94 – 0.97 g/cm3, dengan berat molekul 50.000 – 250.000 dan
memiliki sifat kekristalan yang tinggi. HDPE ini terbentuk oleh polimerisasi
sejenis dan tidak sejenis pada fase cairan atau gas pada tekanan dan temperatur
yang relatif rendah. HDPE memiliki kekerasan yang baik dalam temperatur
rendah, tahan terhadap zat kimia dan memiliki sifat dielektrik yang baik
(Zebarjad, 2006).
Sifat dari HDPE meliputi titik lebur kristalin yang lebih rendah
dibandingkan pada PP yaitu 120 – 135oC dengan sedikit sekali proses
pendinginan dan laju kristalisasi yang cepat. Kekakuan HDPE sebanding dengan
polipropilen tetapi tidak mudah rusak dan tahan terhadap goresan. Nilai viskositas
rendah akan membuat rapuh jika konsentrasi tegangan diberikan, tetapi berat
molekul yang besar akan membuat jadi keras meskipun pada temperatur rendah.
Polimer dengan berat molekul rendah mungkin akan tertarik hingga robek jika
diisi dengan bahan kimia. Densitasnya ialah 4% - 6% lebih besar dibandingkan
dengan PP.
Maleat anhidrida (C4H2O3) larut dalam aseton dan air, tidak berwarna atau
berwarna putih padat dalam keadaan murni dengan abu yang sangat tajam,
memiliki massa molar 98.06 g/mol, berwarna kristal putih dan memiliki densitas
1.314 g/cm3. Maleat anhidrat adalah senyawa vinil tidak jenuh yang merupakan
bahan mentah dalam sintesa resin polyester, pelapisan permukaan karet seterjen,
bahan aditif dan minyak pelumas, plastisizer, kopolimer dan ikatan ini berperan
dalam reaksi adisi (Parker, 1984). Adapun struktur bangun dari maleat anhidrida
ditunjukkan pada gambar 2.2
Proses grafting maleat anhidrat (MA) pada plastik polietilena juga merupakan
suatu jalur untuk membuat plastik yang mampu didegradasi oleh mikroba dalam
tanah yang kemudian dikenal dengan plastik ramah lingkungan. Salah satu cara
yang telah ditempuh pada proses grafting adalah dengan proses dalam larutan
pada suhu tinggi. Proses ini terasa kurang praktis karena melibatkan banyak
langkah dalam mengerjakannya. Untuk itu pada penelitian ini dilakukan dengan
cara proses dalam lelehan dengan cara memblending antara polietilena, maleat
anhidrat (MA) dan inisiator benzoil peroksida (BPO) dalam fase cair. Karena pada
proses lelehan, reaksi yang terjadi lebih dipengaruhi oleh diffussion control
daripada chemical control. Dengan demikian, faktor yang mempengaruh pada
keberhasilan proses kopolimerisasi tempel ini antara lain adalah suhu proses
blending, kecepatan putaran blending, konsentrasi MA dan konsentrasi BPO
(Muin, 2005). Mekanisme tahap proses grafting maleat anhidrida terhadap
polietilena adalah sebagai berikut:
1. Tahap dekomposisi peroksida
tahap ini terjadi penguraian benzoil peroksida akibat adanya pemanasan
sehingga menyebabkan terbentuknya benzoil peroksida radikal
2. Tahap inisisasi
3. Pada tahap ini terjadi proses pembentukan bahan polimer radikal yang
disebabkan inisiator radikal
4. Tahap propagasi
Tahap pencangkokan monomer terhadap bahan polimer radikal. Dimana
akan menghasilkan bahan polimer yang tercangkok monomer yang
berbentuk radikal
Dekomposisi Peroksida
O O O
0
T= 145 C
C O O C 2 C O'
Inisiasi
H H H
O H O
C *
C O + C C C + C
H n
H n OH
H
BPO radikal HDPE radikal
As. Benzoat
HDPE
Propagasi
H H
H H
* C C
C C + C C
O H
H n
O O
C C n
O
O
HDPE radikal Maleat anhidrat O
HDPE-g-MA
Terminasi
H H H H H
H H H
C C + C *C C C + C C
H H n H
* H
O n
O
O O
O O n
disproporsinasi
H H H H
H H H H C C
CH3 C* + C *C
H n C C
* H
H
H O
O O O
O O
Ikat Silang (croslinking)
Karbon
Radikal
Benzoil peroksida BPO radikal dioksida
bebas
Komposit polimer merupakan perpaduan antara dua atau lebih bahan yang
mempunyai jenis dan mempunyai sifat yang berbeda serta sifat akhir komposit
yang berbeda dengan sifat polimer penyusunnya. Komposit yang tersusun dari
bahan polimer sebagai matrik dan bahan anorganik sebagai pengisi atau filler
yang dicampurkan kedalam matrik, akan menghasilkan komposit dengan sifat
akhir yang sangat tergantung pada karakterisktik polimer dan pengisi serta sifat
adhesi antar muka matrik pengisi yang menentukan kompatibilitas komposit serta
distribusi zat pengisi dalam matrik. Sejauh ini telah dilakukan penelitian bahan
komposit dan polipaduan yang mengkaji sifat mekanik, kompatibilitas, sifat
termal untuk berbagai keperluan aplikasi (Ari, 2007).
2.9.1 Nanokomposit
Pada dasarnya teknik ini sama dengan spektroskopi inframerah biasa, kecuali
dilengkapi dengan cara penghitungan “Fourier transform” dan pengolahan data
untuk mendapatkan resolusi dan kepekaan yang lebih tinggi. Teknik ini dilakukan
dengan penambahan peralatan interferometer yang telah lama ditemukan oleh
Michelson pada akhir abad 19. Michelson telah mendapat informasi spektrum dari
suatu berkas radiasi dengan mengamati interferogram yang diperoleh dari
interfemeter tersebut. Fellet (1970) juga telah menggunakan perhitungan Faurier
transform pada spektrofotometer dalam bidang astronomi.
Sampel yang digunakan untuk analisa dapat berupa padat cair dan gas.
Metode penyiapan untuk polimer antara lain melarutkan polimer ke dalam suatu
pelarut seperti karbon bisulfida, karbon tetra klorida atau kloroform, pembuatan
film transparan dan metode pellet Kbr.
100
A B
Transmitans (%)
Serapan
Latar C
belakang
0
D
σt = (2.4)
Keterangan :
σt : Kekuatan tarik bahan (Kgf/mm2)
Fmaks : Tegangan Maksimum (Kgf)
Ao : Luas Permukaan Mula – mula (mm2)
Selama deformasi dapat diasumsikan bahwa volume spesimen tidak
berubah sehingga perbandingan luas penampang semula dengan penampang
setiap saat = dengan l dan lo masing-masing adalah panjang spesimen akhir
Korelasi Kekuatan tarik dan kemuluran pada uji mekanik pada suatu bahan
polimer dapat dilihat pada gambar 2.6
Tegangan putus
Perpanjangan Lumer
Tegangan
Kuat tarik
Tegangan lumer
Regangan
(Dieter, 1986)
Tujuan pengujian kekuatan sifat mekanik ini ialah untuk mengatahui
ketahanan suatu bahan terhadap pembebanan pada titik lentur dan juga untuk
mengetahui keelastisan suatu bahan (Surdia, 1995).
Sejumlah sifat – sifat termal polimer dibahas termasuk titik lebur kristal, suhu
transisi gelas, nyala dan stabilitas panas. Suhu transisi gelas paling umum diukur
dengan kalorimetri scanning diferensial (DSC), analisis termal diferensial (DTA)
atau analisis termomekanik (TMA)
Eksoterm
Kristalisasi
∆T
Leleh
Endoterm
Transisi Gelas
Dekomposisi
Temperatur