Anda di halaman 1dari 17

1

BAB 1. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Limbah kelapa sawit pada industri minyak kelapa sawit merupakan
limbah padatan yang cukup berlimpah di Provinsi Kalimantan Timur. Limbah
tersebut belum memperoleh perhatian yang lebih jauh, kecuali hanya untuk
kompos. Hingga tahun 2013, luas areal kelapa sawit di Kalimantan Timur
mencapai 1.115.415 Ha yang terdiri dari 230.266 Ha sebagai tanaman plasma
/rakyat, 22.367 Ha milik BUMN sebagai inti dan 862.782 Ha milik
Perkebunan Besar Swasta.
Pemilihan tandan kosong kelapa sawit (TKKS) sebagai bahan baku
papan partikel, karena berdasarkan dari segi sifat fisika dan kimia tandan
kosong kelapa sawit sangat potensial untuk pembuatan papan partikel karena
mengandung komposisi kimia dalam Snel et al, (1992) adalah lignin (10,5-
11,7%), hemiselulosa (16,8-18,9%), selulosa (38,1-42,0%), dan zat ekstraktif
(0,1-3%). Pemilihan tandan kosong kelapa sawit sebagai bahan baku papan
partikel juga dikarenakan potensi kebun kelapa sawit banyak terdapat di
Indonesia baik milik pemerintah, dan swasta ataupun rakyat, serta peningkatan
produksi kelapa sawit akan meningkatkan limbah padat berupa tandan kosong,
serat peresan buah, pelepah dan sabut kelapa sawit, sehingga berpotensi untuk
digunakan sebagai bahan baku papan partikel dengan jumlahnya cukup
banyak.
Pada penelitian ini, akan dibahas secara rinci tentang potensi limbah
sawit untuk dijadikan sebagai salah satu unsur penyusun papan partikel.
Komposit merupakan perpaduan dua atau lebih material untuk memeroleh
sifat baru yang diinginkan. Pada kesempatan kali ini, akan dibahas
karakteristik papan partikel yang menggunakan filler kayu sengon dengan
penguat serat tandan kosong kelapa sawit. Limbah kelapa sawit ini akan
dimanfaatkan untuk menemukan bentuk material baru yang memiliki nilai
ekonomi dan teknologi yang lebih baik. Penelitian yang dilakukan sebelumnya
oleh Lusiani dkk menunjukkan bahwa semakin panjang serat maka semakin
besar nilai kekerasan, kekuatan impak, kekuatan lentur, densitas tetapi
berbanding terbalik terhadap persentase pengembangan tebalnya. Karakteristik
komposit polimer juga sangat dipengaruhi oleh jenis dan ukuran filler yang
digunakan. Diketahui bahwa semakin besar ukuran filler maka semakin kecil
nilai densitas, kekuatan tarik, modulus elastisitas, kekuatan impak dan
kekerasan komposit.Pengaruh mesh filler kayu sengon terhadap sifat mekanis
papan partikel akan diuraikan lebih lanjut dalam tulisan ini.
2

1.2 Rumusan Masalah


Perumusan masalah dalam penelitian ini adalah :
a. Bagaimana kadar campuran kayu yang sesuai dengan persyaratan ISO
papan partikel ?
b. Bagaimana sifat mekanis (keteguhan patah) papan partikel serat tandan
kosong kelapa sawit ?

1.3 Tujuan Penelitian


Berdasarkan pada perumusan masalah diatas, maka tujuan dari penelitian
ini adalah:
a. Mencari kadar campuran serbuk kayu sengon yang sesuai.
b. Mencari serta menganalisis sifat mekanis (keteguhan patah) papan
partikel.

1.4 Luaran yang diharapkan


Luaran yang diharapkan dari penelitian ini adalah keberhasilan pembuatan
papan partikel dengan menggunakan limbah tandan kosong kelapa sawit dan
serbuk kayu sengon sebagai bahan dasar pembuatan papan partikel yang
memiliki nilai yang ekonomis.

1.1 Manfaat Penelitian


Hasil dari penelitian ini diharapkan akan bermanfaat untuk membantu
permasalahan limbah hasil pengolahan minyak kelapa sawit, serat tandan
kosong kalapa sawit dapat dimanfaatkan sebagai bahan alternatif pembuatan
papan partikel dan memberikan nilai ekonomis pada serat tandan kosong
kelapa sawit yang selama ini hanya dianggap sebagai limbah hasil produksi.
3

BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Landasan Teori


2.1.1 Pengertian Papan Partikel
Papan partikel merupakan salah satu jenis produk komposit atau
panel kayu yang terbuat dari partikel-partikel kayu atau bahan-bahan
berlignoselulosa lainnya, yang diikat dengan perekat atau bahan pengikat
lainnya kemudian dikempa panas (Maloney 1993, dalam Fuadi 2009).
Menurut (Iskandar dalam Hesty 2009), papan partikel adalah
lembaran hasil pengempaan panas campuran partikel kayu atau bahan
berlognoselulosa lainnya dengan perekat organik dan bahan lainnya.
Kualitas papan partikel merupakan fungsi dari beberapa faktor yang
berinteraksi dalam proses pembuatan papan partikel tersebut. Sifat fisis
dan mekanis papan partikel seperti kerapatan, modulus patah, modulus
elastis dan keteguhan rekat internal serta pengembangan tebal merupakan
parameter yang cukup baik untuk menduga kualitas papan partikel yang
dihasilkan (Haygreen dan Bowyer 1986, dalam Fuadi 2009).
2.1.2 Mutu Papan Partikel
Dibawah ini adapun mutu papan partikel yaitu meliputi (Hesty,
2009):
a. Cacat
b. Ukuran
c. Sifat fisis
d. Sifat mekanis
Dalam standar papan partikel yang dikeluarkan oleh beberapa
negara masih mungkin terjadi perbedaan dalam hal kriteria, cara
pengujian dan persyaratannya. Walaupun demikian, secara garis
besarnya sama. Standar SNI 03–2105–1996 dan JIS A 5908–2003
untuk pengujian papan partikel dapat dilihat pada tabel 1.

Tabel 1. Sifat fisis dan mekanis papan partikel dengan standar SNI
03–2105-1996 dan JIS A 5908 – 2003
4

Daya serap air suatu papan partikel dipengaruhi oleh jenis


partikelnya. Menurut (Siagian 1983, dalam Hesty 2009), semakin besar
tekanan kempa, suhu kempa dan kombinasi keduanya maka makin kecil
daya serap air papan sarat. Perbedaan daya serap papan serat terhadap
air berhubungan dengan kerapatan papan yang berbanding terbalik
dengan daya serap terhadap air. Semakin besar kerapatan papan maka
makin kecil daya serapnya terhadap air.
2.1.3 Kelapa Sawit
a. Tandan Kosong Kelapa Sawit
Tandan kosong sawit merupakan limbah padat dari industri sawit
yang jumlahnya cukup besar dan sampai saat ini pemanfaatannya
masih terbatas. Pemilihan tandan kosong kelapa sawit (TKKS)
sebagai bahan baku papan partikel, karena berdasarkan dari segi sifat
fisika dan kimia tandan kosong kelapa sawit sangat potensial untuk
pembuatan papan partikel karena mengandung komposisi kimia
dalam Snel et al, (1992) adalah lignin (10,5-11,7%), hemiselulosa
(16,8-18,9%), selulosa (38,1-42,0%), dan zat ekstraktif (0,1-3%).
Menurut Fitriani (2009), kandungan serat tandan kosong kelapa
sawit 72,67% dan ukuran partikelnya yang sesuai dengan
persyaratan(gambar 1). Alasan lain pemilihan tandan kosong kelapa
sawit sebagai bahan baku papan partikel, karena potensi kebun
kelapa sawit banyak terdapat di Indonesia baik milik pemerintah, dan
swasta ataupun rakyat, serta peningkatan produksi kelapa sawit akan
meningkatkan limbah padat berupa tandan kosong, serat peresan
buah, pelepah dan sabut kelapa sawit, sehingga berpotensi untuk
digunakan sebagai bahan baku papan partikel dengan jumlahnya
cukup banyak.
5

Sumber : Fitriani (2009)


Gambar 1. Limbah Tandan Kosong Sawit

Komposisi kimiawi tandan kosong sawit yang terbesar adalah


selulosa disamping hemiselulosa dan lignin dalam jumlah yang lebih
kecil. Komponen kimiawi TKKS dapat dilihat dalam tabel 2.

Tabel 2. Komposisi kimiawi tandan kosong kelapa sawit (%


berat kering)

2.1.4 Perekat
Perekat (adhesive) adalah suatu zat atau bahan yang memiliki
kemampuan untuk mengikat dua benda melalui ikatan permukaan
(Forest Product Society, 1999 dalam Marcelila 2012).
Berdasarkan unsur kimia utama, Blomquist et al. (1983) dalam
Marcelila (2012) membagi perekat menjadi dua kategori yaitu :
1) Perekat alami
a) Berasal dari tumbuhan, seperti pati, dextrins (turunan pati) dan
getah tumbuh-tumbuhan
b) Berasal dari protein, seperti kulit, tulang, urat daging, albumin,
darah,susu dan soybean meal (termasuk kacang tanah dan
protein nabati seperti biji-bijian pohon dan biji durian).
6

c) Berasal dari material lain, seperti aspal, shellac (lak), karet,


sodium silikat, magnesium oksiklorida dan bahan
anorganiknya.
2) Perekat sintetis
a) Perekat thermoplastis yaitu resin yang akan kembali menjadi
lunak ketika dipanaskan dan mengeras kembali ketika
didinginkan. Contohnya polivinil alkohol (PVA), polivinil
asetat (PVAc), kopolimer, ester dan eter selulosa, poliamida,
polistirena, polivinil butiral dan polivinil formal
b) Perekat thermoset yaitu resin yang mengalami atau telah
mengalami reaksi kimia dari pemanasan, katalis, sinar
ultraviolet, dan tidak dapat kembali ke bentuk semula.
Contohnya urea, melamin, phenol, resorsinol, furfuril, alkohol,
epoksi, poliurethan, poliester tidak jenuh. Urea, melamin,
phenol, dan resorsinol akan menjadi perekat setelah
direaksikan dengan formaldehida (HCHO).
c) Synthetic elastomers adalah perekat yang pada suhu kamar
bisa direnggangkan seperti neoprena, nitril dan polisulfida.
2.1.5 Serbuk Kayu Sengon
Kebutuhan manusia akan kayu semakin meningkat seiring dengan
perkembangan ekonomi yang semakin pesat, sedangkan hutan sebagai
sumber penghasil kayu semakin berkurang dan semakin sulit untuk
mendapatkan kayu yang berdiameter besar dan berkualitas tinggi. Hal
ini makin diperparah dengan adanya inefisiensi yang dilakukan oleh
industri-industri pengolahan kayu seperti sawn timber, plywood,
furnitur yang menghasilkan limbah yang tidak sedikit sekitar 40-50%
dari volume kayu yang digunakan. Limbah-limbah tersebut berupa
potongan log, sebetan, serbuk gergajian (Mulyadi, 2001).
Untuk penggunaan luar (eksterior) papan partikel senantiasa
kontak langsung dengan air, hal ini menyebabkan perusakan yang lebih
besar oleh mikroorganisme seperti bakteri, jamur. dan faktor lainnya
(sinar UV, air hujan). Mengingat hal itu maka perlu dilakukan
penelitian tentang daya tahan papan partikel dari limbah serbuk kayu
Sengon (Paraserianthes fa/cataria).
7

BAB 3. METODE PENELITIAN

3.1 Waktu dan Tempat


Penelitian kami lakukan pada bulan Desember 2017. Sedangkan untuk
tempat, kami melakukan penelitian di Laboratorium Papan Partikel Fakultas
Kehutanan Universitas Mulawarman.

3.2 Alat dan Bahan


3.2.1 Alat
a. Papan cetak berbahan alumunium
b. Cefat soul
c. Timbangan Digital
d. Jangka Sorong digital
e. Siempelkamp
f. oven
g. UTM (Universal Technic Mechanic)
h. Tabung Vacum
3.2.2 Bahan
Bahan-bahan yang digunakan dalam penelitian ini antara lain:
a. Serat tandan kosong kelapa sawit,
b. Serbuk kayu sengon.
c. Resin epoxy dan hardener.

3.3 Prosedur Percobaan


3.3.1 Proses pembuatan papan partikel
a. Tandan kosong kelapa sawit dijemur hingga kering(±2 hari) lalu
dipisahkan antara serat dengan kulit luar, potong serat tandan
kelapa sawit dengan panjang ±2 cm,
b. Bersihkan batang kayu sengon dengan mengupas kulitnya,
kemudian potong batang kayu sengon dengan tinggi ±2 cm,
kemudian potong seukuran jari kelingking dan jemur hingga
kering(±3 hari),
c. Digiling batang kayu sengon yang telah dipotong hingga menjadi
serbuk, kemudian dipisahkan serbuk kayu sengon yang bertekstur
halus dengan yang bertekstur kasar,
d. Timbang serat tandan kosong kelapa sawit dengan menggunakan
timbangan digital hingga didapat massa 100 gram,
e. Timbang serbuk kayu sengon dengan menggunakan timbangan
digital hingga didapat massa 300 gram,
8

f. Campurkan serat tandan kosong kelapa sawit dengan serbuk kayu


sengon yang telah ditimbang dan aduk dengan lem epoxy dengan
pengeras hardener hingga tercampur merata,
g. Setelah itu, cetak pada bingkai besi beralaskan aluminium dengan
ukuran 30x30 cm. Setelah tercetak secara sempurna maka
diberikan kompaksi sebesar 30 bar pada kompaksi panas. Ukuran
butiran serbuk kayu sengon dinyatakan dalam mesh. Penambahan
resin epoxy untuk meningkatkan sifat tertentu papan partikel,
h. Dinginkan papan partikel yang telah tercetak sesuai suhu ruangan ±
3 hari,
i. Ulangi langkah di atas dengan dua papan berikutnya.
3.3.2 Proses pengujian papan partikel
Pengujian papan partikel dilakukan untuk mengetahui apakah
produk yang dihasilkan telah memenuhi persyaratan yang ditentukan
untuk suatu penggunaan tertentu. Jenis pengujian yang dilakukan
meliputi pengujian terhadap sifat fisika dan mekanika berdasarkan
standar JIS A 5908 (2003). Pengujian sifat fisika papan partikel
meliputi kerapatan, penyerapan dan keteguhan patah. Adapun
pengujian sifat mekanika yang kami gunakan diantaranya yaitu:
3.3.2.1 Kerapatan (JIS A 5908, 2003)
Ukuran yang digunakan untuk contoh uji kerapatan adalah
𝑝 × 𝑙 × 𝑡. Kerapatan papan partikel dapat diketahui dengan
menggunakan rumus sebagai berikut :
𝑚
𝐾𝑒𝑟𝑎𝑝𝑎𝑡𝑎𝑛 (𝑔⁄𝑐𝑚3 ) = 𝑣 (1)
Keterangan :
m = massa contoh uji (g)
v = volume contoh uji (cm3)
Adapun Prosedur Kerja untuk menguji kerapatan papan
partikel :
1. Dipotong papan partikel menggunakan cefat soul hingga
menjadi 5 bagian dengan ukuran 5 cm x 5 cm
2. Masukkan papan partikel ke dalam oven terlebih dahulu
dengan tegangan 220 volt dan suhu 102oC ± 3oC untuk
mengurangi kadar minyak dan air yang ada dalam
partikel selama 24 jam.
3. Keluarkan papan partikel dari dalam oven. Kemudian
masukkan papan partikel tersebut ke dalam tabung vacum
sekitar 45 menit.
4. Setelah 45 menit keluarkan papan partikel dari tabung
vacum. Kemudian Hitung massa papan partikel dengan
9

menggunakan timbangan digital. Lalu ukur panjang, lebar


dan tinggi papan partikel dengan menggunakan jangka
sorong digital.
5. Lakukan langkah ke 4 untuk 4 sampel lainnya.
6. Hitung kerapatan menggunakan persamaan (1)
3.3.2.2 Kadar air (JIS A 5908, 2003)
Selanjutnya dihitung kembali massa akhir. Jumlah air yang
terserap dapat dihitung dengan menggunakan rumus sebagai
berikut :

𝑚1 −𝑚0
𝑃𝑒𝑛𝑦𝑒𝑟𝑎𝑝𝑎𝑛 𝑎𝑖𝑟 (%) = 𝑥 100 (2)
𝑚0
Keterangan :
m1 = massa contoh uji setelah direndam (g)
m0 = massa contoh uji sebelum direndam (g)
Adapun Prosedur Kerja untuk menguji kadar air papan
partikel :
1. Dipotong papan partikel menggunakan cefat soul hingga
menjadi 5 bagian dengan ukuran 10 cm x 10 cm
2. Timbang massa awal (m1 ) sebagai massa contoh uji
sebelum direndam pada kelima papan partikel tersebut
menggunakan timbangan digital
3. Masukkan papan partikel ke dalam baskom yang telah
terisi air. Kemudian rendam papan partikel selama 24
jam.
4. Keluarkan papan partikel dari dalam baskom. Kemudian
timbang massa setelah direndam (m0 ) sebagai massa
contoh uj setelah di rendam menggunakan timbangan
digital
5. Lakukan langkah ke 4 untuk 4 sampel lainnya.
6. Hitung kerapatan menggunakan persamaan (2)
3.3.2.3 Pengembangan Tebal (JIS A 5908, 2003)
Pengembangan tebal dapat diukur dengan rumus :
𝑡1 −𝑡0
𝑃𝑒𝑛𝑔𝑒𝑚𝑏𝑎𝑛𝑔𝑎𝑛 𝑡𝑒𝑏𝑎𝑙 (%) = 𝑥 100 (3)
𝑡0
Keterangan :
t1 = tebal contoh uji setelah direndam (mm)
t0 = tebal contoh uji sebelum direndam (mm)
Adapun Prosedur Kerja untuk menguji kadar air papan
partikel :
10

1. Dipotong papan partikel menggunakan cefat soul hingga


menjadi 5 bagian dengan ukuran 10 cm x 10 cm
2. Ukur tebal pada kelima papan partikel tersebut
menggunakan jangka sorong digital
3. Masukkan papan partikel ke dalam baskom yang telah
terisi air. Kemudian rendam papan partikel selama 24
jam.
4. Keluarkan papan partikel dari dalam baskom. Kemudian
ukur tebal setelah direndam menggunakan jangka sorong
digital
5. Lakukan langkah ke 4 untuk 4 sampel lainnya.
6. Hitung kerapatan menggunakan persamaan (2)
3.3.2.4 Keteguhan patah (JIS A 5908, 2003)
Keteguhan patah dapat di ukur dengan rumus :
3𝐹𝑚𝑎𝑘𝑠 𝐿
𝑀𝑂𝑅 = (4)
2𝑎2 𝑏
Keterangan :
𝐹𝑚𝑎𝑘𝑠 = Gaya yang menekan sampai patah (N)
𝐿 = Panjang bentangan contoh uji (cm)
𝑎 = Tebal contoh uji (cm)
𝑏 = Lebar contoh uji (cm)
Adapun Prosedur Kerja untuk menguji keteguhan patah
papan partikel :
1. Dipotong papan partikel menggunakan cefat soul menjadi
5 bagian dengan ukuran 25 cm x 5 cm
2. Ukur massa dan tebal pada kelima papan partikel tersebut
menggunakan jangka sorong digital
3. Beri garis diagonal untuk masing-masing papan partikel.
4. Letakkan papan partikel pada alat UTM (Universal
Technic Mechanic) dengan posisi titik diagonal berada di
tengah. Atur jarum penunjuk alat Wolpert pada titik 0.
5. Lakukan langkah ke 4 untuk 4 sampel lainnya.
6. Hitung keteguhan patah papan partikel menggunakan
persamaan (4)

3.4 Variabel
a. Variabel Bebas : Variasi serbuk kayu sengon
dan serat tandan kelapa sawit
b. Variabel Terikat : Kerapatan, penyerapan air , pengembangan tebal
dan dan keteguhan patah
c. Variabel Kontrol : Papan cetak berbahan alumunium, Cefat soul,
11

Timbangan Digital, Jangka Sorong digital,


Siempelkamp, oven, UTM (Universal Technic
Mechanic), Tabung Vacum
12

BAB 4. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Papan partikel yang telah terbentuk di potong-potong sesuai ukuran yang


telah ditentukan. Pada percobaan kali ini kami hanya menguji sifat fisika papan
meliputi kerapatan, penyerapan air, pengembangan tebal dan.keteguhan patah
Tekanan yang digunakan dalam pembuatan papan ini sekitar ±30 bar. Sedangkan,
suhu yang digunakan dalam proses pencetakan ±70oC, dengan lama waktu yang
digunakan sekitar ±15 menit. Setelah itu, dibutuhkan waktu sekitar ±15 menit lagi
untuk proses pendinginan (resting). Jadi total waktu yang digunakan untuk
membuat sebuah papan partikel adalah ±45 menit. Selama proses pendinginan,
papan harus ditekan atau ditindih menggunakan sesuatu yang cukup berat untuk
tetap menjaga kondisi papan tetap pada keadaan tertekan.

4.1 Data Eksperimen


Tabel 3. Kerapatan

No. Kerapatan
Massa (g) Volume (cm3)
Sampel (g/cm3)
1 22,24 29,45 0,755
2 23,90 31,32 0,763
3 20,20 29,09 0,694
4 22,43 28,32 0,792
5 21,87 30,16 0,725
Dari hasil tersebut dapat kita lihat nilai kerapatan sesuai dengan standar
JIS A 5908, 2003 dan (SNI) 03-2105-1996 .

Tabel 4. Uji Kadar Air


Berdasarkan hasil percobaan, didapatkan nilai penyerapan air pada papan
partikel yang dihasilkan berkisar antara ............... %.
Penyerapan Air
No. Sampel Massa Awal (g) Massa Akhir (g)
(%)
1 85,75 129,74 51,30
2 85,69 126,74 47,91
3 78,91 117,79 49,27
4 87,83 120,77 37,50
5 82,66 124,10 50,13
Dari hasil tersebut dapat kita lihat nilai daya serap air pada papan partikel
yang direndam selama ±24 jam.
13

Tabel 5. Pengembangan Tebal


Tebal Akhir Pengembangan
No. Sampel Tebal Awal (cm)
(cm) Tebal (%)
1 1,246 1,377 9,513
2 1,236 1,326 6,787
3 1,161 1,250 7,666
4 1,204 1,283 6,561
5 1,210 1,292 6,777

Tabel 6. Keteguhan Patah


Komposisi serat tandan kosong kelapa sawit = 100 gram
Komposisi Serbuk Kayu Sengon = 300 gram

No. Lebar Sampel Tebal Keteguhan


Fmaks (N)
Sampel (cm) Sampel (cm) Patah (kg/cm2)
1. 5,096 1,171 15,2 58,73
2. 5,096 1,200 14,4 52,98
3. 5,076 1,220 6,4 22,87
4. 5,090 1,210 12,8 46,39
5. 5,091 1,209 7,2 26,13

4.2 Grafik
4.2.1 Kerapatan
1
0.9
0.8
0.7
0.6
0.5 x-volume

0.4 y-kerapatan

0.3
0.2
0.1
0
22,24 23,90 20,20 22,43 21,87
14

4.2.2 Uji Kadar Air


1
0.9
0.8
0.7
0.6
0.5 x-massa akhir

0.4 y-penyerapan air

0.3
0.2
0.1
0
85,75 85,69 78,91 87,83 82,66

4.2.3 Pengembangan Tebal


10,000
9,000
8,000
7,000
6,000
5,000 x-tebal akhir

4,000 y-pengembangan tebal

3,000
2,000
1,000
0
1,246 1,236 1,161 1,204 1,210

4.2.4 Keteguhan Patah


15

1,400

1,200

1,000

800 x-tebal sampel


x-Fmaks
600
Series 3
400

200

0
5,096 5,096 5,076 5,090 5,091
16

BAB 5. KESIMPULAN DAN SARAN


5.1 Kesimpulan
Dari hasil penelitian yang telah dilakukan dapat diambil kesimpulan yaitu
sifat fisis papan partikel serat tandan kosong kelapa sawit dengan butiran filler
kayu sengon pada sifat kerapatan 0,694 gram/cm3 sampai 0,792 gram/cm3,
dan pengembangan tebal 6,561 % sampai 9,513 % memenuhi standar JIS A
5908-2003. Sedangkan sifat fisis papan partikel serat tandan kosong kelapa
sawit dengan butiran filler kayu sengon pada sifat kadar air 37,50 % sampai
51,30 % dan sifat mekanik papan partikel serat tandan kosong kelapa sawit
dengan butiran filler kayu sengon pada Keteguhan patah (MOR) 22,87 kg/cm2
sampai 58,73 kg/cm2 tidak memenuhi standar JIS A 5908-2003.

5.2 Saran
Ketika membuat papan partikel dengan menggunakan perekat resin epoxy
sebaiknya di campur secara merata dan persentase berat perekat sebaiknya
tidak lebih dari setengah bahan papan partikel.
17

DAFTAR PUSTAKA

Haygreen Jgdan Bowyer JL. 1986. Hasil Hutan dan Ilmu Kayu: Suatu Pengantar.
Sujipto, A.H, penerjemah;Yogyakarta: Gajah Mada University Press.
Terjemahan dari: Forest Product and Wood Science: An Introduction.

Maloney TM.1993.Modern Particleboard and Dry Process Fiberboard


Manufacturing.Militer Freeman Inc.California

Fauzi Y, Widyastuti YE,Sastrawibawa I, Hartono R.2008.Kelapa Sawit:Budi


Daya, Pemanfaatan Hasil dan Limbah, Analisis Usaha dan
Pemasaran.Jakarta:Penebar Swadaya

Ariesanto, A.2002.Pembuatan Papan Partikel Dari Limbah Shaving Kulit Samak


Dengan Serbuk Kayu Kelas Kuat III-IV.Skripsi.Jurusan Ilmu Produksi
Ternak.Fakultas Peternakan.Institut Pertanian,Bogor.

Prihatini,R.I.2008.Analisa Kecukupan Panas Pada Proses Pateurisasi


Santan.Skripsi.IPB,Bogor.

Sutikno,M.Sobri,Belajar dan Pembelajaran:Upaya Kreatif dalam Mewujudkan


Pembelajaran yang Berhasil,Bandung:Prospect,2009

Hardianto,A.2006.Upaya Peningkatan Produksi Minyak Kelapa


Sawit.Yogyakarta:Gadjah Mada University Press.

http://eprints.polsri.ac.id/1994/3/BAB%20II%20MONA%20FIX.pdf. Diakses
pada tanggal 6 Oktober 2017, pukul 9.30 wita

http://repository.ipb.ac.id/handle/123456789/16983. Diakses pada tanggal 7


Oktober 2017, pukul 16.00 wita

Anda mungkin juga menyukai