Anda di halaman 1dari 7

Politeknik Negeri Sriwijaya,

Jurnal Kinetika Vol. 12, No. 02 (Juli 2021) : 1-7

PEMBUATAN DAN UJI KARAKTERISTIK PAPAN SERAT DARI SERAT


SABUT KELAPA DAN PLASTIK POLIPROPILENA DAUR ULANG

PRODUCTION AND CHARACTERISTIC TEST OF FIBER BOARD MADE


FROM COCONUT FIBER AND RECYCLED POLYPROPYLENE

Syahdilla Fadel Muhammad1*, Abu Hasan1, Fadarina1


1
(Program Studi Teknologi Kimia Industri / Jurusan Teknik Kimia, Politeknik Negeri Sriwijaya)

Jl. Srijaya Negara Bukit Besar Palembang 30139, Telp. 0711-353414


*
e-mail: syahdilla2211@gmail.com

ABSTRACT

The use of wood as industrial raw material has increased every year, while the availability of wood has decreased.
Besides that, the increase in plastic waste is also a big problem. By making fiberboard from coconut coir fiber and
recycled polypropylene plastic, it is hoped that it can increase the added value of coconut coir so that it can become
a substitute material to replace the increasingly limited use of wood and also as a way to minimize polypropylene
plastic waste in the environment. Based on the test results, the best fiberboard is a fiber board with a random
arrangement of fibers with a pressing time of 60 minutes with a moisture content value of 1.18%, a density value of
0.48%, a water absorption value of 4.14%, a thick swelling value. amounted to 4.52%, the MOE value was 4050.80
kg/cm3, and the MOR value was 242 kg/cm3. Overall, the random fiber arrangement fiberboard with a pressing time
of 60 minutes has met the SNI 03-2105-2006 standard, but only the MOE value has not met the standard.

Keywords: Fiber Board, Coconut Fiber, Polypropylene, Adhesive

susunan serat sabut kelapa terhadap karakteristik papan


1. PENDAHULUAN
serat yang dihasilkan sehingga menghasilkan papan
Penggunaan kayu sebagai bahan baku industri
serat yang memenuhi standar. Tujuan penelitian antara
setiap tahunnya mengalami peningkatan, sementara
lain membuat papan serat dari serat sabut kelapa dan
ketersediaan kayu mengalami penurunan. Diperlukan
plastik polipropilena daur ulang, menentukan pengaruh
upaya alternatif untuk memenuhi kebutuhan bahan
susunan serat sabut kelapa dan waktu pengempaan
baku industri perkayuan, salah satunya adalah
terhadap karakteristik papan serat yang dihasilkan, dan
pemanfaatan teknologi papan serat dengan bahan baku
menentukan karakteristik papan serat yang dihasilkan
bukan kayu. Salah satu syarat material bukan kayu
terhadap standar kualitas papan serat pada standar SNI
dapat dijadikan sebagai bahan baku pembuatan papan
03-2105-2006.
yaitu bahan yang memiliki kandungan lignoselulosa,
Papan serat adalah panel yang dihasilkan dari
yaitu memiliki kandungan lignin dan selulosa. Salah
pengembangan serat kayu atau bahan berlignoselulosa
satu material bukan kayu yang mengandung
lain dengan ikatan utama berasal dari bahan baku yang
lignoselulosa dan memiliki karakteristik yang hampir
bersangkutan (khususnya lignin) atau bahan lain
sama dengan kayu yaitu sabut kelapa. Selain
(khususnya perekat) untuk memperoleh sifat khusus
permasalahan ketersediaan kayu di Indonesia,
(Badan Standardisasi Nasional, 2006). Papan serat
meningkatnya sampah plastik juga menjadi sebuah
merupakan salah satu jenis produk panel kayu yang
permasalahan besar. Meningkatnya jumlah sampah
terbuat dari bahan berlignoselulosa yang diikat dengan
plastik menjadi sebuah hal yang mengancam kerusakan
perekat sintetis atau bahan pengikat lain dan dikempa
ekosistem lingkungan karena merupakan jenis sampah
dengan panas. Papan serat umumnya berbentuk datar
yang proses penguraiannya membutuhkan waktu yang
dengan ukuran relatif panjang, lebar, dan tipis sehingga
sangat lama dan sangat tidak ramah lingkungan.
disebut panel (Muzata, 2015). Berdasarkan
Melalui pembuatan papan serat dari serat sabut kelapa
kerapatannya papan serat diklasifikasikan menjadi tiga
dan plastik polipropilena daur ulang ini merupakan
golongan, yaitu papan serat berkerapatan rendah, yaitu
salah satu cara untuk meningkatkan nilai tambah dari
papan serat yang mempunyai kerapatan kurang dari 0,4
sabut kelapa karena memiliki karakteristik yang
g/cm3; papan serat berkerapatan sedang, yaitu papan
hamper sama dengan kayu sehingga dapat menjadi
serat yang mempunyai kerapatan antara 0,4-0,8 g/cm3;
material substitusi untuk menggantikan penggunaan
dan papan serat berkerapatan tinggi, yaitu papan serat
kayu yang sekarang semakin terbatas dan juga sebagai
yang mempunyai kerapatan lebih dari 0,8 g/cm3.
salah satu cara untuk meminimalisir sampah plastik
Karakteristik papan serat digunakan untuk mengetahui
polipropilena yang ada di lingkungan.
dan menganalisis campuran polimer dengan serat.
Permasalahan pada penelitian ini yaitu bagaimana
Karakteristik ini meliputi sifat fisik dan sifat mekanis
pengaruh lama pengempaan dan bagaimana pengaruh
berdasarkan acuan standar papan serat. Standar
ISSN: 1693-9050
E-ISSN: 2623-1417
https://jurnal.polsri.ac.id/index.php/kimia/index 1
Syahdilla, dkk
Nasional Indonesia atau SNI 03-2105-2006 uang kertas polimer, dan keperluan medis atau
menetapkan persyaratan sifat fisis dan mekanis papan labolatorium bisa karena mampu menahan panas di
serat yang harus dipenuhi, dapat dilihat pada Tabel 1. dalam autoklaf (Nasution, 2012). Polipropilena
mempunyai titik leleh yang cukup tinggi 190-200℃,
Tabel 1 Standar Sifat Fisis dan Mekanis Papan serat sedangkan titik kristalisasinya antara 130-135℃.
SNI 03-2105- Polipropilena mempunyai ketahanan terhadap bahan
Sifat Papan Serat Satuan
2006 kimia (Chemical Resistance) yang tinggi terhadap
Kerapatan g/cm3 0,4-0,9 pelarut kimia, basa dan asam, tetapi ketahanan pukul
Kadar Air % ≤ 14 (impact strength) yang rendah. Polipropilena
Daya Serap Air % - mempunyai specific gravity rendah dibandingkan
Pengembangan Tebal % ≤ 12 dengan jenis plastik lainnya. Polipropilena mempunyai
Modulus of Rapture konduktivitas panas rendah, kekuatan benturan yang
kg/cm2 ≥ 82 tinggi, dan tahan terhadap pelarut organik (Harwanda,
(MOR)
Modulus of Elasticity 2015).
kg/cm2 ≥ 20400
(MOE)
Internal Bond kg/cm 2
≥ 1,5 2. METODE
Kuat Pegang Sekrup kg ≥ 31 Penelitian ini merupakan penelitian eksperimen
Sumber: Badan Standardisasi Nasional laboratorium yang bertujuan untuk mencari berapa
lama pengempaan yang menghasilkan papan serat
Kelapa (Cocos nucifera) adalah tanaman terbaik dan memenuhi standar. Subjek dalam penelitian
perkebunan yang banyak tersebar di wilayah tropis. ini adalah serat sabut kelapa dan plastik polipropilena
Kelapa dikenal sebagai tanaman serbaguna karena daur ulang sedangkan objek dalam penelitian ini adalah
seluruh bagian tanaman ini bermanfaat bagi kehidupan papan serat dan karakteristiknya.
manusia. Kelapa terdiri dari empat bagian yaitu 35% Bahan yang digunakan pada penelitian ini antara
sabut (mesocarp), 12% tempurung, 28% daging biji lain sabut kelapa sebagai pengisi dan plastik
(endosperm) dan 25% air kelapa dari berat total buah polipropilena sebagai perekat, sedangkan alat yang
kelapa masak. Sabut kelapa merupakan bagian terbesar digunakan pada penelitian ini antara lain cetakan besi
(kurang lebih 35%) dari bobot buah kelapa (Tyas, ukuran ( ) cm, alumunium foil, neraca
2000). Komposisi kimia pada sabut kelapa terdiri atas analitik, gunting, sarung tangan tebal, alat uji pampatan
air, pektin, hemiselulosa, lignin, dan selulosa. Sabut tetap HungTa, oven dan alat uji tekan material
kelapa tersusun atas jaringan dasar sebagai jaringan Humboldt.
utama penyusun sabut. Jaringan dasar tersebut Proses pembuatan papan serat dari sabut kelapa
mempunyai konsistensi seperti gabus. Komponen dan plastic polipropilena daur ulang ini dengan
selulosa dan lignin terdapat di bagian seratnya, menggunakan metode hand lay-up. Penelitian diawali
sedangkan komponen lainnya seperti tannin dan dengan persiapan bahan yaitu serat sabut kelapa dan
hemiselulosa terdapat pada jaringan dasarnya yang plastik polipropilena daur ulang, penyusunan serat
dikenal dengan gabus (Tyas, 2000). Selulosa sabut kelapa dengan susunan serat sejajar dan serat
merupakan struktur dasar sel-sel tumbuhan dan acak, selanjutnya pengempaan bahan dengan tekanan
komponen penting yang dibuat oleh organisme hidup. 17 kgf/cm2 dan temperatur 180℃ dengan
Di dalam kayu, selulosa terikat erat dengan menggunakan alat uji pampatan tetap HungTa selama
hemiselulosa yang keduanya membentuk holoselulosa. 20, 30, 40, 50 dan 60 menit, kemudian setelah proses
Selulosa terdiri dari unit-unit anhidroglukopiranosa pengempaan papan serat masuk pada tahap
yang bersambung-sambung membentuk rantai molekul. pengkondisian selama 7 hari dan dilanjutkan dengan
Oleh karena itu, selulosa dinyatakan sebagai polimer pengujian terhadap papan serat yang dibuat. Pengujian
linear glukan dengan struktur rantai yang seragam. terhadap papan serat yang dibuat dibagi menjadi dua
Berbeda dengan selulosa, hemiselulosa terdiri dari macam yaitu pengujian fisis dan mekanis. Parameter-
komposisi berbagai unit gula dengan rantai molekul parameter pengujian mengacu pada standar SNI 03-
yang lebih pendek. Lignin merupakan zat organik 2105-2006 meliputi kadar air, kerapatan, daya serap
polimer yang mempunyai peranan penting dalam air, pengembangan tebal, Modulus of Elasticity (MOE)
meningkatkan kekuatan mekanik. Kandungan lignin dan Modulus of Rapture (MOR). Pengujian kadar air,
dalam tumbuhan cukup bervariasi, yaitu berkisar 20- kerapatan, daya serap air dan pengembangan tebal
40% (Anton, 2012). dilakukan dengan metode pengeringan menggunakan
Polipropilena merupakan sebuah polimer oven pada temperatur 100oC, sedangkan pengujian
hidrokarbon linier hasil reaksi polimerisasi dari MOE dan MOR dengan menggunakan alat uji tekan
propilena (C3H6). Polipropilena merupakan salah satu material Humboldt.
polimer yang paling tahan terhadap berbagai kondisi
sehingga sering digunakan sebagai plastik dan serat 3. HASIL DAN PEMBAHASAN
(Aji, 2008). Polipropilena biasa digunakan dalam 3.1 Pengaruh Susunan Serat dan Waktu
berbagai aplikasi, diantaranya pengemasan, tekstil, alat Pengempaan terhadap Kadar Air Papan Serat
tulis, perlengkapan labolatorium, komponen otomotif,

2
Politeknik Negeri Sriwijaya,
Jurnal Kinetika Vol. 12, No. 02 (Juli 2021) : 1-7
Nilai kadar air papan serat yang dibuat secara
0.48
keseluruhan telah memenuhi standar SNI 03-2105-

Kerapatan (g/cm3)
2006 yang mensyaratkan nilai kadar air papan serat
0.48
maksimal 14%.
4 0.47
Sejajar
3.5
Kadar Air (%)

0.47 Acak
3
2.5 0.46
Sejajar
2 20 30 40 50 60
Acak Waktu (menit)
1.5
1 Gambar 2 Grafik Pengaruh Susunan Serat dan Waktu
20 30 40 50 60 Pengempaan terhadap Kerapatan Papan Serat
Waktu (menit)
Berdasarkan Gambar 2 ternyata papan serat
Gambar 1 Grafik Pengaruh Susunan Serat dan Waktu dengan nilai kerapatan tertinggi yaitu papan serat
Pengempaan terhadap Kadar Air Papan Serat susunan serat acak dengan waktu pengempaan selama
60 menit. Berdasarkan Gambar 2 juga dapat dilihat
Berdasarkan Gambar 1 ternyata papan serat dengan bahwa semakin bertambahnya waktu pengempaan
nilai kadar air terendah yaitu papan serat susunan serat maka nilai kerapatan papan serat semakin meningkat.
acak dengan waktu pengempaan selama 60 menit. Anton (2012) menyatakan kerapatan papan serat
Berdasarkan Gambar 1 juga dapat dilihat bahwa memiliki pengaruh besar terhadap pengembangan tebal
semakin bertambahnya waktu pengempaan maka kadar dan daya serap air papan serat. Rendahnya nilai
air yang terkandung dalam papan serat semakin kerapatan menyebabkan tingginya nilai pengembangan
berkurang. Nilai kadar air papan serat susunan serat tebal dan daya serap air papan serat. Papan serat
sejajar lebih rendah dibandingkan dengan susunan serat susunan serat sejajar dan acak memiliki nilai kerapatan
acak. Namun, pada waktu pengempaan selama 60 yang sama. Namun, hanya sedikit berbeda pada waktu
menit, nilai kadar air papan serat susunan serat acak pengempaan selama 40 dan 50 menit. Hal ini
jauh lebih rendah dari susunan serat sejajar. Nilai kadar dikarenakan pada waktu tersebut terjadi perataan
air yang rendah sebagai akibat adanya perlakuan panas perekat yang belum maksimal sehingga nilai kerapatan
yang diterima saat proses pengempaan sehingga optimal pada lama waktu 60 menit. Nilai kerapatan
perekat menutupi serat dan juga menyebabkan serat papan serat akan meningkat seiring dengan
tidak bebas menyerap air sebagai akibat adanya ikatan bertambahnya waktu pengempaan akibat adanya
antara perekat dan serat (Anton, 2012). Selain itu juga perlakuan panas dan penekanan yang diterima sehingga
dikarenakan adanya pengaruh antara susunan serat acak perekat menutupi serat. Susunan serat juga
dengan lama waktu pengempaan selama 60 menit yang menyebabkan ikatan antara perekat dan serat menjadi
mengakibatkan penyebaran plastik menjadi merata kuat sehingga menghasilkan papan serat dengan nilai
mengisi rongga-rongga di antara serat sehingga kerapatan yang tinggi. Semakin tinggi kerapatan papan
mengurangi kemampuan serat menyerap air dari udara. serat dari suatu bahan baku tertentu maka semakin
tinggi kekuatannya, tetapi kestabilan dimensinya
3.2 Pengaruh Susunan Serat dan Waktu menurun oleh naiknya kerapatan. Kerapatan papan
Pengempaan terhadap Kerapatan Papan Serat serat dipengaruhi kerapatan kayu. Kerapatan papan
Nilai kerapatan papan serat yang dibuat secara serat merupakan faktor utama dengan kerapatan 5%-
keseluruhan telah memenuhi standar SNI 03-2105- 20% lebih tinggi dibandingkan kerapatan kayu.
2006 yang mensyaratkan nilai kerapatan papan serat Penambahan perekat akan mempengaruhi kerapatan
sebesar 0,4-0,9 . dan menghasilkan papan serat yang berat (Hesty,
2009).

3.3 Pengaruh Susunan Serat dan Waktu


Pengempaan terhadap Pengembangan Tebal Papan
Serat
Nilai pengembangan tebal papan serat yang dibuat
secara keseluruhan telah memenuhi standar SNI 03-
2105-2006 yang mensyaratkan nilai pengembangan
tebal papan serat maksimal 12%.

ISSN: 1693-9050
E-ISSN: 2623-1417
https://jurnal.polsri.ac.id/index.php/kimia/index 3
Syahdilla, dkk

8 21
Pengembangan Tebal (%)

Daya Serap Air (%)


7.5 19
7 17
6.5 15
13
6
Sejajar 11 Sejajar
5.5 9
5 Acak 7 Acak
4.5 5
4 3
20 30 40 50 60 20 30 40 50 60
Waktu (menit) Waktu (menit)

Gambar 3 Grafik Pengaruh Susunan Serat dan Waktu Gambar 4 Grafik Pengaruh Susunan Serat dan Waktu
Pengempaan terhadap Pengembangan Tebal Papan Pengempaan terhadap Daya Serap Air Papan Serat
Serat
Berdasarkan Gambar 4 ternyata papan serat
Berdasarkan Gambar 3 ternyata papan serat dengan dengan nilai daya serap air terendah yaitu papan serat
nilai pengembangan tebal terendah yaitu papan serat susunan serat acak dengan waktu pengempaan selama
susunan serat acak dengan waktu pengempaan selama 60 menit. Berdasarkan Gambar 4 juga dapat dilihat
60 menit. Anton (2012) menjelaskan bahwa bahwa semakin bertambahnya waktu pengempaan
bertambahnya nilai pengembangan tebal seiring dengan maka nilai daya serap air papan serat semakin
bertambahnya nilai daya serap air papan serat. Serat menurun. Menurut Anton (2012) serat yang semakin
semakin terlapisi dengan baik oleh perekat sehingga terlapisi dengan baik oleh perekat maka kontak antara
kontak antara serat dan air menjadi lebih kecil. Perekat serat dan air menjadi lebih kecil. Perekat yang
yang memasuki dinding serat dan kemudian mengeras memasuki dinding serat dan kemudian mengeras dapat
dapat menciptakan hambatan fisik (physical barrier) menciptakan hambatan fisik (physical barrier)
sehingga menyebabkan penurunan penyerapan air yang sehingga menyebabkan penurunan penyerapan air
menyebabkan pengembangan tebal. Berdasarkan dalam batas waktu tertentu. Papan serat susunan acak
Gambar 3 juga dapat dilihat bahwa semakin memiliki nilai daya serap air yang tinggi pada waktu
bertambahnya waktu pengempaan maka nilai pengempaan selama 20 dan 30 menit dibandingkan
pengembangan tebal papan serat semakin menurun. dengan susunan serat sejajar. Hal ini dikarenakan pada
Papan serat susunan acak memiliki nilai susunan acak terdapat banyak rongga sehingga perekat
pengembangan tebal yang tinggi pada waktu tidak merata mengisi rongga-rongga tersebut akibat
pengempaan selama 20, 30 dan 40 menit dibandingkan dari perlakuan panas yang diterima hanya sebentar.
dengan serat sejajar. Menurut Hesty (2009) sifat Daya serap air suatu papan serat dipengaruhi oleh jenis
pengembangan tebal papan serat sejalan dengan sifat seratnya. Semakin besar tekanan kempa, temperatur
daya serap air, yaitu semakin banyak air yang diserap kempa dan kombinasi keduanya maka makin kecil
makin besar pengembangan tebalnya. Semakin tinggi daya serap air papan sarat. Perbedaan daya serap papan
temperatur dan tekanan kempa, makin kecil serat terhadap air berhubungan dengan kerapatan papan
pengembangan tebal papan serat. Keadaan ini yang berbanding terbalik dengan daya serap terhadap
disebabkan pada waktu perendaman serat akan menarik air. Semakin besar kerapatan papan maka semakin
air kembali sehingga serat-serat papan serat akan kecil daya serapnya terhadap air.
kembali menjadi bentuk semula akibat hilangnya
tekanan setelah perendaman (Hesty, 2009). 3.5 Pengaruh Susunan Serat dan Waktu
Pengempaan terhadap Modulus of Rapture (MOR)
3.4 Pengaruh Susunan Serat dan Waktu Papan Serat
Pengempaan terhadap Daya Serap Air Papan Serat Nilai MOR papan serat yang dibuat secara
Nilai daya serap air tidak disyaratkan dalam keseluruhan telah memenuhi standar SNI 03-2105-
standar SNI 03-2105-2006. Pengujian ini tetap 2006 yang mensyaratkan nilai MOR papan serat yaitu
dilakukan untuk mengetahui berapa besar ketahanan minimal 82 kg/cm².
papan serat yang dibuat terhadap air.

4
Politeknik Negeri Sriwijaya,
Jurnal Kinetika Vol. 12, No. 02 (Juli 2021) : 1-7

250 4000

Modulus of Elasticity
Modulus of Rapture

230 3500
(kg/cm2)

(kg/cm2)
210 3000
190 Sejajar 2500 Sejajar
Acak Acak
170 2000

150 1500
20 30 40 50 60 20 30 40 50 60
Waktu (menit) Waktu (menit)

Gambar 5 Grafik Pengaruh Susunan Serat dan Waktu Gambar 6 Grafik Pengaruh Susunan Serat dan Waktu
Pengempaan terhadap Modulus of Rapture (MOR) Pengempaan terhadap Modulus of Elasticity (MOE)
Papan Serat Papan Serat

Berdasarkan Gambar 5 ternyata papan serat Berdasarkan Gambar 6 ternyata papan serat
dengan nilai MOR tertinggi yaitu papan serat susunan dengan nilai MOE tertinggi yaitu papan serat susunan
serat acak dengan waktu pengempaan selama 60 menit. serat acak dengan waktu pengempaan selama 60 menit.
Papan serat susunan acak memiliki nilai MOR yang Yurizan (2015) menyatakan bahwa selain kerapatan
tinggi pada waktu pengempaan 50 dan 60 menit dan kadar perekat, geometri serat merupakan ciri utama
dibandingkan dengan serat sejajar. Hal ini dikarenakan yang menentukan sifat MOE yang dihasilkan. Nilai
pada susunan acak distribusi perekat yang merata MOE yang belum memenuhi standar dapat disebabkan
mengisi rongga-rongga di antara serat seiring dengan oleh ukuran serat yang digunakan dalam pembuatan
semakin lama waktu pengempaan sehingga ikatan antar papan serat bervariasi atau tidak seragam sehingga
seratnya menjadi kompak. Ikatan serat yang kompak mengakibatkan penyebaran perekat yang tidak merata
ini yang menyebabkan saat pengujian MOR mampu dan megakibatkan ikatan antara serat dengan
menahan beban dengan rentang 151-242 kg/cm3 perekatnya kurang kuat. Hal lain yang menyebabkan
sampai papan serat patah. Ikatan antara serat dan nilai MOE belum memenuhi standar yaitu karakteristik
plastik juga mempengaruhi karena plastik yang plastik polipropilena yang kaku atau tidak lentur
digunakan jenis polipropilena yang memiliki sehingga nilai MOE cenderung rendah dan
karakteristik kaku atau tidak elastis. Nilai MOR mengakibatkan papan serat menjadi cepat patah jika
dipengaruhi oleh temperatur kempa, tekanan kempa ditumpu oleh beban tertentu. Sifat mekanis kayu
dan kombinasi keduanya. Semakin tinggi kerapatan dipengaruhi oleh kekuatan dalam menahan beban dari
papan serat dari suatu bahan baku tertentu maka luar. Sifat ini dipengaruhi oleh kelembaban, kerapatan,
semakin tinggi sifat keteguhan dari papan yang temperatur dan kerusakan kayu (Hesty, 2009). Sifat
dihasilkan. Lebih banyak volume kayu yang fisis mekanis papan serat meliputi kerapatan, kadar air,
dipadatkan maka ikatan serat lebih baik. Semakin penyerapan air, pengembangan tebal, modulus lentur
banyak perekat yang digunakan maka semakin tinggi dan keteguhan rekat internal.
sifat mekanis dan stabilitas papan serat. Sifat mekanis
kayu dipengaruhi oleh kekuatan dalam menahan beban 3.7 Perbandingan Hasil Penelitian dengan
dari luar. Sifat ini dipengaruhi oleh kelembaban, Penelitian Terdahulu
kerapatan, temperatur dan kerusakan kayu. Sifat fisis Perbandingan hasil penelitian yang dilakukan
dan mekanis papan serat meliputi kerapatan, kadar air, terhadap hasil penelitian terdahulu dapat dilihat pada
penyerapan air, pengembangan tebal, modulus lentur Tabel 2.
dan keteguhan rekat internal.
Tabel 2 Perbandingan Hasil Pengujian Kadar Air dan
3.6 Pengaruh Susunan Serat dan Waktu Kerapatan dengan Penelitian Terdahulu
Pengempaan terhadap Modulus of Elasticity (MOE) Kadar
Kerapatan
Papan Serat Bahan Baku Air Pustaka
(g/cm3)
Nilai MOE papan serat yang dibuat secara (%)
keseluruhan belum memenuhi standar SNI 03-2105- Sabut kelapa, Peneliti
1,18 0,48
2006 yang mensyaratkan nilai MOE papan serat yaitu polipropilena sekarang
minimal 20400 kg/cm². Sabut kelapa, Harwanda,
7,9 0,65
polipropilena 2015
Sabut kelapa, Purba,
5,89 0,61
isosianat 2018

ISSN: 1693-9050
E-ISSN: 2623-1417
https://jurnal.polsri.ac.id/index.php/kimia/index 5
Syahdilla, dkk
Tabel 3 Perbandingan Hasil Pengujian Pengembangan dengan nilai MOR papan serat peneliti terdahulu. Nilai
Tebal dan Daya Serap Air dengan Penelitian Terdahulu MOR papan serat Purba (2018) masih lebih rendah
Peng. Daya dibandingkan dengan peneliti saat ini, dengan bahan
Bahan Baku Tebal Serap Pustaka baku serat yang sama namun memiliki perbedaan pada
(%) Air (%) bahan perekat menunjukkan perbedaan hasil yang
Sabut kelapa, Peneliti signifikan. Hal ini berarti bahan baku serat serta pola
4,52 4,14 susunan serat dapat mempengaruhi kekuatan papan
polipropilena sekarang
Sabut kelapa, Harwanda, serat yang dihasilkan.
5 36,7
polipropilena 2015
Sabut kelapa, 4. KESIMPULAN
15,99 30,77 Purba, 2018 Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, dapat
isosianat
disimpulkan bahwa serat sabut kelapa dan plastik
Tabel 4 Perbandingan Hasil Pengujian Modulus of polipropilena daur ulang dapat dikatakan merupakan
Elasticity (MOE) dan Modulus of Rapture (MOR) kombinasi yang baik sebagai bahan pembuatan papan
dengan Penelitian Terdahulu serat, sabut kelapa sebagai pengganti kayu sedangkan
MOE MOR plastik polipropilena sebagai perekatnya. Susunan serat
Bahan Baku Pustaka sabut kelapa dan lama pengempaan juga
(kg/cm2) (kg/cm2)
Sabut kelapa, Peneliti mempengaruhi karakteristik papan serat antara lain
4050,80 242 kadar air, kerapatan, daya serap air, pengembangan
polipropilena sekarang
Sabut kelapa, Harwanda, tebal, Modulus of Rapture (MOR) dan Modulus of
- - Elasticity (MOE). Papan serat terbaik berdasarkan hasil
polipropilena 2015
Sabut kelapa, pengujian yaitu papan serat susunan serat acak dengan
2125,02 70,22 Purba, 2018 lama pengempaan selama 60 menit dengan nilai kadar
isosianat
air sebesar 1,18%, nilai kerapatan sebesar 0,48 g/cm3,
nilai daya serap air sebesar 4,14%, nilai pengembangan
Berdasarkan Tabel 2, dapat dilihat bahwa hasil
tebal sebesar 4,52%, nilai MOE sebesar 4050,80
penelitian peneliti saat ini menunjukkan hasil yang
kg/cm2, dan nilai MOR sebesar 242 kg/cm2. Papan
lebih baik dibandingkan hasil penelitian terdahulu,
serat susunan serat acak dengan lama waktu
ditandai dengan nilai kadar air, kerapatan, daya serap
pengempaan selama 60 menit secara keseluruhan telah
air, dan pengembangan tebal papan serat yang lebih
memenuhi standar SNI 03-2105-2006 namun hanya
rendah serta nilai MOE dan MOR yang lebih besar
nilai MOE yang belum memenuhi standar.
dibandingkan dengan penelitian terdahulu. Nilai
kerapatan peneliti saat ini lebih baik dibandingkan
peneliti sebelumnya yang dihasilkan oleh peneliti DAFTAR PUSTAKA
terdahulu, sama halnya dengan nilai kadar air peneliti Aji, Z. R. 2008. Studi Pengaruh Kondisi Pengujian
saat ini yang memiliki kadar air yang lebih kecil Tarik pada Film BOPP (Biaxial Oriented
dibandingkan dengan penelitian terdahulu, yang artinya Polypropylene). Skripsi. Fakultas Teknik,
hasil penelitian saat ini lebih baik dibandingkan dengan Universitas Indonesia.
peneliti terdahulu. Hal ini dapat terjadi karena ukuran
Anton, S. 2012. Pembuatan dan Uji Karakteristik
dan susunan serat dan juga jenis perekat yang
Papan Partikel dari Serat Buah Bintaro
digunakan. Nilai daya serap air peneliti saat ini dengan
(Cerbera manghas). Skripsi. Fakultas
peneliti terdahulu menunjukkan hasil yang lebih baik,
Teknologi Pertanian, Institut Pertanian
ditandai dengan nilai daya serap air peneliti terdahulu
Bogor.
lebih besar dibandingkan peneliti saat ini. Semakin
tinggi daya serap air maka berpengaruh terhadap Badan Standardisasi Nasional. 2006. Mutu Papan Serat
kekuatan papan serat yang dihasilkan. Jika ditinjau dari SNI 03-2105-2006. Pusat Standardisasi dan
nilai pengembangan tebal, nilai pengembangan tebal Lingkungan Departemen Kehutanan. Bogor.
pada peneliti terdahulu lebih tinggi dibandingkan (Diunduh pada 20 Agustus 2020)
dengan peneliti saat ini. Hal tersebut menunjukkan
bahwa pengembangan tebal papan serat peneliti saat ini Harwanda, M. S. 2015. Pembuatan Papan Partikel
lebih baik dibandingkan dengan papan serat peneliti dari Sabut Kelapa dengan Menggunakan
terdahulu. Nilai pengembangan tebal papan serat dapat Perekat Limbah Plastik Polipropilena dan
dipengaruhi oleh bahan baku serat, pola susunan serat Polistirena. Laporan Akhir. Jurusan Teknik
dan perekat yang digunakan. Perbandingan nilai MOR Kimia, Politeknik Negeri Sriwijaya.
peneliti terdahulu dengan peneliti saat ini dapat dilihat
bahwa nilai MOR peneliti terdahulu belum memenuhi Hesty. 2009. Pengaruh Kadar Perekat Urea
standar SNI 03-2105-2006 yaitu minimal 82 kg/cm2 Formaldehida pada Pembuatan Papan
sedangkan peneliti saat ini sudah memenuhi standar Partikel Serat Eceng Gondok. Skripsi.
tersebut, dengan bahan baku yang sama namun jenis Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan
perekat dan susunan serat yang berbeda, nilai MOR Alam, Universitas Sumatera Utara.
papan serat peneliti saat ini lebih unggul dibandingkan

6
Politeknik Negeri Sriwijaya,
Jurnal Kinetika Vol. 12, No. 02 (Juli 2021) : 1-7
Muzata, R. A. 2015. Pembuatan Particle Board dari
Ampas Tebu (Saccharum officinarum)
Berbasis Perekat Limbah Plastik
Polipropilena dan Polistirena. Laporan
Akhir. Jurusan Teknik Kimia, Politeknik
Negeri Sriwijaya.

Nasution, D. Y. 2012. Fungsionalisasi Polipropilena


Terdegradasi Menggunakan Benzoil
Peroksida, Anhidrida Maleat dan Divinil
Benzena Sebagai Bahan Perekat Papan
Partikel Kayu Kelapa Sawit. Disertasi.
Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan
Alam, Universitas Sumatera Utara.

Purba, D. A. 2018. Sifat Fisis dan Mekanis Papan


Partikel dari Beberapa Bahan
Berlignoselulosa dengan Perekat Isosianat.
Skripsi. Fakultas Kehutanan, Universitas
Sumatera Utara.

Sudarsono. 2010. Pembuatan Papan Partikel Berbahan


Baku Sabut Kelapa dengan Bahan Pengikat
Alami (Lem Kopal). Skripsi. Fakultas
Teknologi Pertanian, Universitas Andalas.

Tyas. 2000. Studi Netralisasi Limbah Serbuk Sabut


Kelapa (Cocopeat) sebagai Media Tanam.
Skripsi. Fakultas Peternakan, Institut
Pertanian Bogor.

Yurizan, M. R. 2015. Pengaruh Perekat Likuida Kayu


Karet dan Perekat Urea Formaldehid
terhadap Kualitas Papan Partikel (Particle
Board) dari Tandan Kosong Sawit (Elaeis
guineensis jacq). Laporan Akhir. Jurusan
Teknik Kimia, Politeknik Negeri Sriwijaya.

ISSN: 1693-9050
E-ISSN: 2623-1417
https://jurnal.polsri.ac.id/index.php/kimia/index 7

Anda mungkin juga menyukai