Anda di halaman 1dari 10

BAB I

PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Secara global penyebab kematian nomor satu setiap tahunnya adalah penyakit
kardiovaskuler. Penyakit kardiovaskuler adalah penyakit yang disebabkan gangguan
fungsi jantung dan pembuluh darah. Seperti Jantung Koroner, gagal jantung,
Hipertensi dan Stroke. Mengingat pentingnya fungsi jantung dan bahayanya bagi
tubuh jika gangguan jantung tidak segera ditangani. Maka sangat penting sebagai
tenaga kesehatan untuk mengetahui dan cukup tanggap terhadap tindakan pada pasien
yang mengalami gangguan jantung, seperti henti jantung. Di dalam dunia kesehatan,
banyak peralatan medis yang digunakan untuk menunjang pelayanan kesehatan bagi
pasien, yang bertujuan untuk mewujudkan derajat kesehatan yang optimal. Dalam
rangka untuk menunjang pelayanan kesehatan tersebut perlu dilakukan peningkatan –
peningkatan pelayanan pada masyarakat. Dalam hal ini perlu adanya dukungan dari
berbagai pihak. Untuk meningkatkan pelayanan dibidang kesehatan tidak hanya
dokter yang berperan untuk terciptanya pelayanan yang baik, tetapi disamping dokter
perlu adanya tim medis yang membantu dan bekerja sama untuk membantu dan
bekerja sama untuk melakukan pelayanan kesehatan. Selain bekerja sama dengan tim
medis, keberadaan alat – alat medis sangat mendukung kelancaran jalannya pelayanan
kesehatan.Salah satu alat yang digunakan adalah alat untuk membantu pasien
yang mengalami kegagalan jantung seperti ini disebut fibrilasi ventikuler dan keadaan
pasien akan bertambah parah dalam beberapa menit apabila keadaan ini tidak
diperbaiki, unutk mengembalikan denyutan jantung agar dapat bekerja sebagaimana
mestinya, maka digunakan alat yang disebut defibrillator.

1
BAB II
TEORI MATERI

A. DEFINISI DC SHOCK (DEFRIBILATOR)


Defribilator adalah alat yang
menghasilkan depolarisasi myocardial pada
jantung pasien untuk menghentikan fibrilasi
sentrikular atau fibrilasi artial. Fibrilasi ini
terjadi karena adanya stimulus-stimulus diluar
tempatnya sehingga menyebabkan kontraksi
otot jantung yang tidak dapat dikendalikan
oleh node sinioatrial (SA). Bila fibrilasi ini
terjadi diventrikel, akan menyebabkan aliran Gambar II.1

darah berkurang secara drastis dan mengakibatkan kematian dalam beberapa menit
fibrilasi atrial juga menyebabkan pengurangan aliran darah jantung tetapi biasanya
tidak fatal. Defibrilator DC dapat digunakan untuk terapi kedua kondisi ini.
Defibrilator DC dirancang untuk mentransfer energi 50 hingga 400 joule (J),
atau watt/detik melewati thoraks. Energi yang diperlukan bervariasi dari 1000 hingga
6000 V, tergantung dari durasi pusat DC yang diperpanjang untukn mempertahankan
energi yang ditansfer ke pasien. Level arus yang ditransfer oleh defibrilator bervariasi
dari 1 hingga 20 A. Bila pulsa defibrilator diberikan langsung ke jantung selama
perbedahan jantung, atau dengan menggunakan defibrilator implant, maka level
energi di kurangi 15-50 joule. Bila saklar diposisikan (charge), arus mengalir lewat
diode dalam satu arah dan mengisi kapasitor ke nilai puncak vp. Tegangan puncak vp
dapat bervariasi dengan mengubah pengaturan varactor. Energi yang tersimpan
dikapasitor dan tersedia untuk defibrilasi Maka energi yang tersedia dari defibrilator
divariasi dengan pengaturan varactor. Pulsa defibrilator ditransfer dengan meletakkan
paddle yang dilapisi gell elektrode. Elektrolit pada kulit pasien, dan menempatkan
saklar pada posisi pengosongan (dicharge), paddle yang digunakan memiliki
pemurkaan logam berdiameter 8 hingga 10 cm untuk pasien dewasa. Paddle tersebut
bisa diletakkan pada posisi anterior-antrior sehingga arus mengalir lewat jantung.
Pada posisi anterior-anterior, salah satu paddle diletakkan didaerah apex dari jantung
yang lain.

2
Hal ini menyebabkan arus mengalir dari bagian bawah kebagian atas jantung.
Defibrilasi merupakan prosedur yang berisiko karena dapat menghentikan jantung
bila dilakukan dengan benar, karena dapat menginduksikan fibrilasi pada jantung
normal. Maka diperlukan diagnosis oleh spesialis yang terlatih untuk menjamin
bahwa pasien memang perlu diterapi dengan defibrilasi. Untuk mengurangi resiko dan
agar defibrilator tersedia dengan cepat, maka digunakan rangkaian diagnostik untuk
menilai bahwa terjadi fibrilasi sebelum diberikan pulsa defibrilasi ke pasien. Sehingga
bagi petugas yang kurang terlatih dapat menggunakan defibrilator.
B. FUNGSI DC SHOCK/ DEFIBRILATOR
Digunakan resusitasi jantung pada saat jantung pasien mengalami fibrilasi,
dengan memberikan energi kejut listrik untuk mengaktifkan kembali aktivitas jantung.
Dengan pemberian energi listrik tersebut, kondisi dimana aritma jantung tidak normal
yang mengancam jiwa seperti fibrilasi ventrikel dan atrial takikardi ventrikel
dimungkinkan bisa kembali membangun irama sinus normal dengan pemacu jantung
yang disengatkan atau ditempelkan melalui dada pasien.
C. PRINSIP KERJA DC SHOCK/DEFIBRILATOR
Prinsip kerja defibrilator adalah memberikan stimulus energi stimulus energi
listrik dalam satuan joule yang dihasilkan dari mesin defibrilator yang dilengkapi
dengan baterai. Energi tersebut disalurkan melalui elektroda paddle (berbentuk seperti
setrika). Penggunaanya ditempelkan didada pasien.

Gambar II.2

Pada paddle defibrilator telah dilengkapi dengan tombol charge”mengisi”


energi dan tombol untuk melakukan defibrilasi atau “melepaskan” energi listrik
tersebut. Pada saat kondisi irama jantung yang kacau, seseorang menganalisa dengan
melihat grafik EKG yang ada pada layar monitor. Kemudian menentukan berapa
energi yang akan digunakan. Kondisi ritme jantung yang kacau tersebut dikejutkan

3
melalui stimulus energi listrik dengan ukuran tertentu. Hal ini yang memungkinkan
dan membuat jantung memulai iramanya dengan sinus normal.
D. JENIS-JENIS DC SHOCK/DEFIBRILATOR
Ada dua macam defibrillator bila kita lihat dari jenis gelombangnya. Yaitu satu
arah (Monophasic) dan dua arah (Biphasic), biarpun demikian namun fungsi
defibrillator tetap sama yaitu sebagai alat kejut jantung.
1. Defibrillator Monophasic
Di awal pertama penemuan alat ini di dunia modern, defibrillator hanya
menggunakan kejutan listrik hanya dari satu sisi saja. Arus lisstrik dari elektroda
yang satu ke elektroda yang lain hanya berjalan sekali. Inilah yang dinamakan
monophasic, karena hanya berjalan satu kali. Sekarang ini sudah jarang ditemui
jenis defibrillator monophasic kecuali hanya beberapa merk saja.
2. Defibrillator Biphasic
Seiring perkembangan teknologi dan pengembangan penelitian tentang efektifitas
fungsi defibrillator, ditemukanlah defibrillator dengan menggunakan gelombang
biphasic. Perbedaannya adalah pada arus listrik yang mengalir. Sekarang pada
biphasic arus listrik mengalir dua kali. Pertama dari paddle defibrillator pertama
ke elektroda yang lain kemudian kembali lagi. Dan ternyata jenis defibrillator
biphasic inilah yang memiliki tingkat efisiensi dan keberhasilan tinggi.
Apabila kita melihat pada fitur kerjanya ada dua jenis defibrillator yang bisa kita
bedakan berdasarkan fitur dan spesifikasi penggunaannya yaitu defibrillator manual
dan otomatis :
1. Defibrilator manual
Sekali lagi, walaupun memiliki beberapa
jenis, namun fungsi defibrillator tetap
sama. Defibrillator yang satu ini disebut
manual karena kita bisa melakukan seting
energi yang akan dilepaskan secara
manual. Ciri defibrillator manual
biasanya dilengkapi dengan monitor
ECG, dengan monitor ini dapat dideteksi
dan dianalisa berapa energi yang akan
diberikan. Gambar II.3

4
Cara pengoperasian defibrilator manual
 Pertama-tama ambil paddles dari sisi samping alat
 Pastikan defibrillator dalam keadaan kering
 Beri gel pada permukaan paddle
 Tempelkan paddle pada pasien di posisi apeks dan sternum
 Tekan tombol energy
 Lakukan pengisian dengan menekan satu tombol pada paddle, lalu proses
pengisian dapat dilihat di monitor
 Jangan sentuh pasien pada saat melakukan defibrillasi (kejut jantung)
 Setelah proses pengisian selesai maka akan terdengar suara “beep” pada
display muncul tulisan “Defibrillator Ready” dan pada tombol paddle akan
menyala
 Selanjutnya tekan paddle agak menekan ke dada/tulang rusuk
 Untuk pengosongan tekan kedua tombol pada paddle secara bersamaan
 Lihat pada monitor
 Setelah selesai pilih switch pada tombol energy hingga menunjukkan angka 0
 Lalu tekan tombol power

Selama pemberian shock jantung ini ada yang harus diperhatikan yaitu pasien
harus :

 Tidak ada kontak dengan orang lain


 Tidak ada kontak dengan barang berbahan metal atau konduktor
 Saat paddle kontak langsung atau bersentuhan dengan pasien, pastikan
juga paddle tidak terhubung dengan barang yang terbuat dari metal
 Selain itu pastikan dada pasien kering
 Karena dialiri arus yang besar, kemungkinan terjadi luka bakar oleh karena
itu pastikan peletakan paddle yang tepat.

5
2. Defibrilator otomatis (AED)
Berbeda dengan defibrillator manual AED
(Automated External Defibrillator)
merupakan defibrillator otomatis dimana
analisa ritma jantung pasien sudah otomatis
dilakukan oleh alat sehingga AED itu sendiri
yang akan menentukan berapa energi yang
akan dilepaskan. Fungsi automated external
defibrillator biasanya digunakan untuk
kinerja lapangan karena selain bentuknya
Gambar II.4 yang kecil, juga ringan dan mudah dibawa.
Cara pengoperasian defibrilator otomatis (AED)
 Aktifkan AED , akan muncul nstruksi suara AED . AED akan
menginstruksikan untuk menelepon EMS (layanan darurat medis ) , setelah
menelepon akan muncul instruksi berikutnya untuk melakukan resusitasi
cardiopulmonary dengan cara menekan dada antara kedua papilla mammae
dengan kedalaman 5-6 cm pada orang dewasa sebanyak 30 kali yang akan
diikuti oleh instruksi untuk melakukan bantuan dua kali pernapasan mulut ,
maka alat tersebut akan diperintahkan untuk menginstal pedal dari AED di
dada vertikal dan tepat di menurunkan dada kiri horizontal , maka alat
mendeteksi apakah jantung akan membutuhkan defibrilasi , jika demikian
maka alat akan diminta untuk menekan tombol shock, tapi sebelum menekan
tombol , harus dipastikan bahwa tidak ada orang yang kontak atau memegang
korban untuk menghindari sengatan listrik yang mengalir AED

Ada beberapa perbedaan diantara dua jenis defibrillator ini, dan yang paling mencolok
adalah pada AED tidak terdapat menu seting energi secara manual. Namun pada
defibrillator manual umumnya bisa diatur menjadi fungsi AED dengan mode
otomatis. Dan tidak terdapat monitor pada AED sedangkan pada defibrillator manual
terdapat fitur monitor pasien.

E. Parameter defibrilator
Energi Joule
Tegangan Volt
Kapasitansi Farad

6
BAB III
PERMASALAHAN

A. RUMUSAN MASALAH
Dalam makalah ini kami akan memaparkan beberapa permasalahan :
a. Alat tidak menyala sama sekali / mati total
Solusi :
Cek input power
Cek fuse
b. Antara settingan pada alat dan output tidak sesuai
Solusi :
Cek kertas, masa exp
Cek termal print biasanya kotor
c. Tegangan tinggi tidak dapat terjaga / tegang langsung hilang atau sebelum penuh
tegangan terbuang
Solusi :
Kapasitor utama, lihat kapasitasnya biasanya rusak atau bocor
d. Kapasitor tidak dapat mengisi tegangan
Solusi :
Cek kondisi baterai apakah masih layak biasanya sudah harus diganti.
e. Paddle tidak dapat melakukan shock
Solusi :
Buang sisa tegangan pada paddle

7
BAB IV
KESIMPULAN

Penerapam defibilator dalam dunia kesehatan utamanya adalah dalam membantu pasien yang
terkena serangan fibrilasi tabiak,.desain defibilator yang lebih Mutahir lebih disesuaikan
dengan jenis elektroda yang digunakan,pengembangan sistem yang lebih handal dan
penggunaan energi listrik yang lebih hemat serta keamanan dan kenyamanan pasien yang
tinggi

8
BAB V
PENUTUP

Demikian yang dapat kami paparkan mengenai makalah tentang DC SHOCK / Defibrilator
yang akan menjadi pokok bahasan dalam makalah ini, penulis banyak berharap para pembaca
dapat memberikan kritik dan saran yang membangun tentang makalah ini dan dikesempetan-
kesempatan berikutnya,semoga makalah ini berguna untuk penulis dan bermanfaat juga bagi
pembacanya.

9
DAFTAR PUSTAKA

1. Bishop, Owen, “Dasar-dasar elektronika”, Erlangga, Seri


2. Jhon G. Webster, (1998) “Medical Instrumentation, Application and Design”,
Canada : Jhon Wiley & Sons
3. Richard Aston, (1991), “Principles of Biomedical Intrumentation Measurement”.
Singapore : Macmillan
4. http://alat-kesehatanbanyumas.blogspot.com/2016/01/fungsi-defibrillator.html?m=1
5. http://sentralalkes.com/blog/fungsi-defibrillator/

10

Anda mungkin juga menyukai