Anda di halaman 1dari 14

ETIKA PROFESI

DOSEN

AGUS KOMARUDIN, ST.,MT

DI SUSUN OLEH :

NAMA : SUSANTI

NIM : 17232057

AKADEMI TEKNIK ELEKTROMEDIK


ANDAKARA JAKARTA
2019
PROFESI
A. Analis Kesehatan
Analis kesehatan adalah profesi atau pekerja pada sarana kesehatan yang
bertugas melayani pemeriksaan, pengukuran, penetapan, dan pengujian bahan
yang diambil dari seorang manusia atau bahan yang bukan berasal dari manusia
untuk menentukan jenis penyakit, penyebab penyakit, kondisi kesehatan atau
faktor-faktor yang memengaruhi kesehatan seseorang. Adapun seorang analis
dikatakan professional harus memenuhi 7 syarat pekerjaan professional yaitu :
1. Pekerjaan tersebut adalah untuk melayani orang banyak (umum)
Sebenarnya tugas seorang analis kesehatan lebih rinci dan mengarah pada
diagnosa penyakit yang dibuktikan dengan hasil diagnosa laboratorium.
Seorang analis kesehatan umumnya bekerja pada laboratorium kesehatan.
Beberapa laboratoriun dikenal dengan nama laboratorium patologi klinik
yang berfungsi memeriksa sampel berupa cairan-cairan tubuh manusia
seperti darah, sputum, faeces, urine, liquor cerebro spinalis (cairan otak),
dan lain-lain. Termasuk juga pemeriksaan mikrobiologi (bakteri),
parasitologi (fungi, protozoa, cacing), hematologi (sel-sel darah serta
plasma), imunologi (antigen, antibodi), kimia klinik (hormon, enzim,
glukosa, lipid, protein, elektrolit, dan lain-lain). Laboratorium lainnya
dikenal dengan nama laboratorium patologi anatomi yang berfungsi
memeriksa sampel berupa jaringan hasil operasi (histopatologi). Selain
bekerja di laboratorium klinik atau pada laboratorium rumah sakit
pemerintah atau swasta, banyak pula analis kesehatan yang bekerja pada
industri makanan dan minuman, obat-obatan, serta kosmetik.
2. Melalui pelatihan yang cukup lama dan berkelanjutan
Mempunyai kompetensi jelas dan terukur. Contohnya Pelatihan
Pemeriksaan Mikroskopis TBC, Setelah menyelesaikan pelatihan
Pemeriksaan Mikroskopis TB Peserta Pelatihan harus bisa berperan
sebagai penanggung jawab di dalam pemeriksaan mikroskopis
TB (ditempat kerjanya). Peserta Pelatihan nantinya dapat berfungsi sebagai
pelaksana kegiatan pemeriksaan mikroskopis TB. Adapun Kompetensi
yang diharapkan adalah kemampuan dalam melaksanakan tugas.
Keseluruhan materi sejumlah 50 Jam Pelajaran (JPL) terdiri dari 10 JPL
Teori dan 40 JPL Praktik di Laboratorium dengan alokasi waktu setiap 1
JPL @ 45 menit. Waktu Pelatihan diselenggarakan selama 7 hari dengan 6
hari efektif. Penilaian : Pretest, Post test ; penilaian kinerja harian,dan
praktikum.
3. Kode etik yang berlaku didalam organisasi
Etika profesi Analis Kesehatan yang memiliki tiga dimensi utama, yaitu :
a) Keahlian (pengetahuan, nalar atau kemampuan dalam asosiasi dan
terlatih)
b) Keterampilan dalam komunikasi (baik verbal & non verbal)
c) Profesionalisme (tahu apa yang harus dilakukan dan yang sebaiknya
dilakukan
4. Anggota organisasi profesi
Persatuan Ahli Teknologi Laboratorium Kesehatan Indonesia (PATELKI)
dibentuk pada tanggal 26 April 1986 di Jakarta yang diprakarsai oleh Bapak
Drs. Sjarifuddin Djalil, yang pada saat itu menjabat sebagai Kepala Pusat
Laboratorium Kesehatan Indonesia setelah asosiasi sejenis negara-negara
ASEAN lain menyampaikan undangan untuk bergabung dengan AAMLT
(ASEAN Association of Medical Laboratory
Technologists).PersatuanAhliTeknologiLaboratorium Kesehatan Indonesia
(PATELKI) adalah organisasi profesi nasional yang diakui pemerintah dan
organisasi internasional teknologi laboratorium medik untuk teknologi
laboratorium medis, dan masyarakat profesional nasional bagi para
profesional medis Indonesia laboratorium. PATELKI adalah sebuah
organisasi nirlaba yang didanai sepenuhnya oleh iuran keanggotaan dan
pendapatan dari barang dan jasa. Kami tidak menerima dana operasional
dari pemerintah atau organisasi lain. Anggota PATELKI tersebar di
laboratorium rumah sakit, laboratorium medis swasta, laboratorium
kesehatan masyarakat, laboratorium pemerintah, penelitian dan lembaga
pendidikan dengan jumlah anggota lebih dari 30.000 anggota di seluruh
Indonesia.
5. Mempunyai media/publikasi untuk meningkatkan keahlian dan
keterampilan anggotanya
Mengadakan seminar dan pelatihan (workshop) dengan upaya dan peran
serta dalam Pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi bidang
laboratorium kesehatan baik nasional, regional maupun internasional.
6. Kewajiban menempuh ujian untuk menjadi anggota organisasi profesi
Profesi analis kesehatan mempunyai kompetensi jelas dan terukur dan
profesi analis kesehatan memiliki Standar Kompetensi Analis Kesehatan :
a) Ilmu pengetahuan yang melatarbelakangi dan berkaitan dengan
fungsinya di laboratorium kesehatan.
b) Kemampuan untuk merancang proses teknik operasional.
c) Kemampuan melaksanakan proses teknik operasional.
d) Kemampuan untuk memberikan penilaian (judgement) hasil proses
teknik operasioanl.
e) Kemampuan komunikasi dengan pelanggan atau pemakai jasa, seperti
pasien, klinisi, mitra kerja, dll.
f) Mampu mendeteksi secara dini
g) Kemampuan untuk melakukan koreksi atau penyesaian terhadap
masalah teknis operasional yang muncul.
h) Kemampuan menjaga keselamatan kerja dan lingkungan kerja
i) Kemampuan administrasi.

7. Mempunyai badan yang memberi wewenang oleh pemerintah untuk


mengeluarkan sertifikat
Berdasarkan pasal 21 Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2014 tentang
Tenaga Kesehatan menyebutkan mahasiswa bidang kesehatan pada akhir
masa pendidikan vokasi dan profesi harus mengikuti uji kompetensi secara
nasional. Uji kompetensi itu sendiri diselenggarakan oleh Perguruan Tinggi
bekerja sama dengan Organisasi Profesi, Lembaga Pelatihan, atau Lembaga
Sertifikasi yang terakreditasi. Uji komptensi ini ditujukan untuk mencapai
standar kompetensi lulusan yang memenuhi standar kompetensi kerja yang
disusun oleh Organisasi Profesi dan Konsil masing-masing Tenaga
Kesehatan dan ditetapkan oleh Menteri. Setelah mahasiswa lulus uji
kompetensi berhak mendapatkan Sertifikat Kompetensi yang diterbitkan
oleh Perguruan Tinggi. Dipegangnya Sertifikat Kompetensi bukan berarti
seorang tenaga kesehatan langsung dapat menjalankan praktik. Untuk bisa
menjalankan praktik sebagai tenaga kesehatan sebagaimana diatur dalam
pasal 44 Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2014 wajib memiliki STR.
STR diberikan oleh konsil masing-masing tenaga kesehatan setelah
memenuhi persyaratan yang meliputi memiliki ijazah pendidikan di bidang
kesehatan, sertifikat kompetensi atau sertifikat profesi, surat keterangan
sehat fisik dan mental, surat pernyataan telah mengucapkan sumpah/ janji
profesi dan membuat surat pernyataan mematuhi dan melaksanakan
ketentuan etika profesi.
B. Pegawai Negeri Sipil (PNS)
Pegawai Negeri Sipil (PNS) adalah pegawai yang telah memenuhi syarat yang
ditentukan, diangkat oleh pejabat yang berwenang dan diserahi tugas dalam
suatu jabatan negeri, atau diserahi tugas negara lainnya, dan digaji berdasarkan
peraturan perundang-undangan yang berlaku. Adapun seorang pegawai negeri
sipil dikatakan professional harus memenuhi 7 syarat pekerjaan professional
yaitu :

1. Pekerjaan tersebut adalah untuk melayani orang banyak (umum)


Undang-undang No. 25 Tahun 2009 tentang Pelayanan Publik, dalam Pasal
1 angka 5 yang menyatakan "Pelaksana pelayanan publik yang selanjutnya
disebut Pelaksana adalah pejabat, pegawai, petugas, dan setiap orang yang
bekerja di dalam Organisasi Penyelenggara yang bertugas melaksanakan
tindakan atau serangkaian tindakan pelayanan publik". Maka, bisa
dikatakan setiap pejabat adalah pelaksana pelayanan publik dan setiap
pegawai (PNS) adalah pelaksana pelayanan publik. Bisa kita ambil contoh
siapa Pelayan dan siapa yang dilayani. Misal, setiap Guru/Dosen berstatus
PNS adalah pelayan publik yang melayani murid/mahasiswanya di bidang
pendidikan. Setiap Dokter/Perawat/Bidan berstatus PNS adalah pelayan
publik yang melayani masyarakat di bidang kesehatan. Setiap pegawai
berstatus PNS di OPD/Dinas adalah pelayan publik yang melayani
masyarakat di instansinya masing-masing. Maka, secara sederhana menjadi
PNS hanyalah menjadi seorang "Pelayan". Pola pikir ini yang seharusnya
dimiliki oleh tiap-tiap PNS ketika menjalankan tugasnya.
2. Melalui pelatihan yang cukup lama dan berkelanjutan
Pendidikan dan pelatihan PNS yang selanjutnya disebut DIKLAT adalah
proses penyelenggaraan belajar mengajar dalam rangka meningkatkan
kemampuan Pegawai Negeri Sipil.
Diklat Bertujuan:
a) Meningkatkan pengetahuan, keahlian, keterampilan, dan sikap untuk
dapat melaksanakan tugas jabatan secara profesional dengan dilandasi
kepribadian dan etika PNS sesuai dengan kebutuhan instansi;
b) Menciptakan aparatur yang mampu berperan sebagai pembaharu dan
perekat persatuan dan kesatuan;
c) Memantapkan sikap dan semangat pengabdian yang berorientasi pada
pelayanan, pengayoman, dan pemberdayaan masyarakat;
d) Menciptakan kesamaan visi dan dinamika pola pikir dalam
melaksanakan tugas pemerintahan umum dan pembangunan demi
terwujudnya kepemerintahan yang baik.

Sasaran :
Sasaran Diklat adalah terwujudnya PNS yang memiliki kompetensi yang
sesuai dengan persyaratan jabatan masing-masing.
3. Kode etik yang berlaku didalam organisasi
Kode Etik profesi Pegawai Negeri Sipil merupakan nilai-nilai yang diyakini
akan kebenarannya serta kebaikan yang ditimbulkannya apabila dapat
diwujudkaan dalam sikap dan perilaku seorang Pegawai Negeri Sipil
baik dalam kedinasan maupun dalam kesehariannya ditengah-tengah
masyarakat. Kode Etik Pegawai Negeri Sipil mencakup seluruh aspek
kehidupan baik kedinasan maupun dalam kehidupan kesehariannya yaitu
Kode Etika Bernegara, Kode Etika Berorganisasi, Kode Etika
Bermasyarakat, Kode Etika Sesama Pegawai Negeri Sipil dan Kode Etika
terhadap diri sendiri. Butir-butir kode etik tersebut akan bermakna jika
dapat teraplikasikan dalam sikap dan perilaku dan menjadi internalisasi
dalam diri seorang Pegawai Negeri sipil. Butir Kode Etik Pegawai Negeri
Sipil tersebut sebagaimana yang tercantum dalam Peraturan Pemerintah
Nomor 42 Tahun 2004 sebagai berikut.
a) Etika Bernegara
b) Etika Berorganisasi
c) Etika Bermasyarakat
d) Etika Terhadap Diri Sendiri
e) Etika Terhadap Sesama PNS
4. Anggota organisasi profesi
Pegawai Negeri Sipil berkumpul di dalam organisasi Pegawai Negeri Sipil
atau Korps Pegawai Republik Indonesia (KORPRI). Tujuan organisasi ini
adalah memperjuangkan kesejahteraan dan kemandirian Pegawai Negeri
Sipil. Terwujudnya KORPRI sebagai organisasi yang kuat, netral, mandiri,
profesional dan terdepan dalam menjaga persatuan dan kesatuan bangsa,
mensejahterakan anggota, masyarakat, dan melindungi kepentingan para
anggota agar lebih profesional di dalam membangun pemerintahan yang
baik.
5. Mempunyai media/publikasi untuk meningkatkan keahlian dan
keterampilan anggotanya
Ya, dengan Mengadakan seminar dan pelatihan (workshop) dengan upaya
dan peran serta dalam Pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi bagi
seorang pegawai negeri sipil baik nasional, regional maupun internasional.
6. Kewajiban menempuh ujian untuk menjadi anggota organisasi profesi
Undang-undang Nomor 43 Tahun 1999 (UU 43/199) tentang Perubahan
atas UU 8/1974 tentang Pokok-pokok Kepegawaian, dalam Pasal 17 ayat 2
mengatur pengangkatan PNS dalam suatu jabatan dilaksanakan
berdasarkan prinsip profesionalisme sesuai dengan kompetensi, prestasi
kerja, dan jenjang pangkat yang ditetapkan untuk jabatan itu serta syarat
objektif lainnya tanpa membedakan jenis kelamin, suku, agama, ras, atau
golongan. Untuk menentukan Standar Kompetensi Jabatan, telah ditetapkan
Keputusan Kepala Badan Kepegawaian Negara Nomor 13 Tahun 2011
tanggal 28 Juni 2011 tentang Pedoman Penyusunan Standar Kompetensi
Jabatan. Pedoman ini merupakan panduan bagi setiap instansi pemerintah
baik pusat maupun daerah dalam menyusun standar kompetensi jabatan
pada instansi masing-masing. Standar Kompetensi Jabatan yang
selanjutnya disebut Standar Kompetensi Manajerial adalah persyaratan
kompetensi manajerial minimal yang harus dimiliki seorang PNS dalam
melaksanakan tugas jabatan. Sedangkan Kompetensi Manajerial adalah
karakteristik yang mendasari individu dengan merujuk pada kriteria efektif
dan/atau kinerja unggul dalam jabatan tertentu. Dengan demikian setiap
PNS yang akan memangku jabatan struktural harus memiliki standar
kompetensi jabatan sesuai Keputusan Kepala Badan Kepegawaian Negara
Nomor 13 Tahun 2011. Berdasarkan kamus kompetensi manajerial yang
tertuang dalam Keputusan Kepala Badan Kepegawaian Negara Nomor 13
Tahun 2011, ada sekitar 39 (tiga puluh Sembilan) kompetensi manajerial
yang harus dimiliki setiap pejabat struktural eselon, IV, III, II dan I. Selain
pejabat struktural, penyelenggaraan pemerintahan dan pelayanan publik
dilaksanakan oleh pejabat fungsional yakni kedudukan yang menunjukkan
tugas, tanggung jawab, wewenang dan hak seseorang Pegawai Negeri Sipil
dalam suatu satuan organisasi yang dalam pelaksanaan tugasnya didasarkan
pada keahlian dan/atau ketrampilan tertentu serta bersifat mandiri.
7. Mempunyai badan yang memberi wewenang oleh pemerintah untuk
mengeluarkan sertifikat
Menurut Keputusan Presiden Nomor 87 Tahun 1999 tentang Rumpun
Jabatan Fungsional Pegawai Negeri Sipil adalah kedudukan yang
menunjukkan tugas, tanggung jawab, wewenang dan hak seorang Pegawai
Negeri Sipil dalam suatu satuan organisasi yang dalam pelaksanaan
tugasnya didasarkan pada keahlian/dan atau keterampilan tertentu serta
bersifat mandiri. Jabatan Fungsional per tanggal 26 April 2019 memiliki
193 jenis jabatan dengan jumlah 25 rumpun jabatan fungsional karena
jabatan dalam organisasi pemerintah di Indonesia berikut ini adalah pejabat
yang bukan sebagai Pegawai Negeri Sipil ataupun berstatus pegawai negeri.
Pejabat berikut ini dipilih berdasarkan pemilihan yang melibatkan suara
rakyat. Kekuasaan mereka melebihi pejabat yang berstatus Pegawai Negeri
Sipil, karena mereka merupakan aspirasi dan suara rakyat, karena jabatan
ini memiliki wewenang atas pejabat yang berstatus Pegawai Negeri Sipil.
C. Wartawan/Jurnalistik
Wartawan atau jurnalis atau pewarta adalah seseorang yang melakukan
kegiatan jurnalistik atau orang yang secara teratur menuliskan berita (berupa
laporan) dan tulisannya dikirimkan/dimuat di media massa secara teratur.
Adapun seorang wartawan/jurnalistik dikatakan professional harus memenuhi
7 syarat pekerjaan professional yaitu :
1. Pekerjaan tersebut adalah untuk melayani orang banyak (umum)
Wartawan mencari sumber mereka untuk ditulis dalam laporannya dan
mereka diharapkan untuk menulis laporan yang paling objektif dan tidak
memiliki pandangan dari sudut tertentu untuk melayani masyarakat.
Laporan ini lalu dapat dipublikasi dalam media massa,
seperti koran, televisi, radio, majalah, film dokumentasi, dan internet.
Laporan ini lalu dapat dipublikasi dalam media massa,
seperti koran, televisi, radio, majalah, film dokumentasi, dan internet.
2. Melalui pelatihan yang cukup lama dan berkelanjutan
memelajari jurnalistik untuk beberapa tujuan berikut:
a) agar mampu dengan jernih menangkap apa yang terjadi di
sekelilingnya,
b) mampu merumuskan apa yang ditangkap itu dalam bahasa yang
sederhana tanpa kehilangan makna,
c) peka pada masalah sosial,
d) mampu menuangkan gagasan paling sulit sekalipun secara sederhana.
Ingat, orang pintar bisa menyampaikan hal ribet dengan sederhana. Orang
bodoh pinter membuat ribet hal yang sederhana.
3. Kode etik yang berlaku didalam organisasi
Untuk menjamin kemerdekaan pers dan memenuhi hak publik untuk
memperoleh informasi yang benar, wartawan Indonesia memerlukan
landasan moral dan etika profesi sebagai pedoman operasional dalam
menjaga kepercayaan publik dan menegakkan integritas serta
profesionalisme. Atas dasar itu, wartawan Indonesia menetapkan dan
menaati Kode Etik Jurnalistik:
a) Wartawan Indonesia bersikap independen, menghasilkan berita yang
akurat, berimbang, dan tidak beritikad buruk.
b) Wartawan Indonesia menempuh cara-cara yang profesional dalam
melaksanakan tugas jurnalistik.
c) Wartawan Indonesia selalu menguji informasi, memberitakan secara
berimbang, tidak mencampurkan fakta dan opini yang menghakimi,
serta menerapkan asas praduga tak bersalah.
d) Wartawan Indonesia tidak membuat berita bohong, fitnah, sadis, dan
cabul.
e) Wartawan Indonesia tidak menyebutkan dan menyiarkan identitas
korban kejahatan susila dan tidak menyebutkan identitas anak yang
menjadi pelaku kejahatan.
f) Wartawan Indonesia tidak menyalahgunakan profesi dan tidak
menerima suap.
g) Wartawan Indonesia memiliki hak tolak untuk melindungi narasumber
yang tidak bersedia diketahui identitas maupun keberadaannya,
menghargai ketentuan embargo, informasi latar belakang, dan “off the
record” sesuai dengan kesepakatan.
h) Wartawan Indonesia tidak menulis atau menyiarkan berita berdasarkan
prasangka atau diskriminasi terhadap seseorang atas dasar perbedaan
suku, ras, warna kulit, agama, jenis kelamin, dan bahasa serta tidak
merendahkan martabat orang lemah, miskin, sakit, cacat jiwa atau cacat
jasmani.
i) Wartawan Indonesia menghormati hak narasumber tentang kehidupan
pribadinya, kecuali untuk kepentingan publik.
j) Wartawan Indonesia segera mencabut, meralat, dan memperbaiki berita
yang keliru dan tidak akurat disertai dengan permintaan maaf kepada
pembaca, pendengar, dan atau pemirsa.
k) Wartawan Indonesia melayani hak jawab dan hak koreksi secara
proporsiona
4. Anggota organisasi profesi
Organisasi jurnalistik/wartawan adalah Persatuan Wartawan Indonesia
(PWI), Aliansi Jurnalis Independen (AJI). Serta adanya keahlian, bahwa
sudah jelas bahwa profesi jurnalis keahliannya adalah menulis berita.
5. Mempunyai media/publikasi untuk meningkatkan keahlian dan
keterampilan anggotanya
Ya, dengan Mengadakan seminar dan pelatihan (workshop) dengan upaya
dan peran serta dalam Pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi bagi
julnalistik/wartawan baik nasional, regional maupun internasional.
6. Kewajiban menempuh ujian untuk menjadi anggota organisasi profesi
Uji Kompetensi Jurnalis (UKJ) merupakan salah satu agenda yang sejak
lama didesakkan oleh Aliansi Jurnalis Independen (AJI) untuk menjawab
problem profesionalisme jurnalis dan penegakan etika jurnalistik di
Indonesia. Kongres AJI di Surakarta pada November 2017 memasukkan
UKJ sebagai salah satu program nasional dan salah satu cara yang strategis
untuk meningkatkan profesionalisme dan independensi jurnalis di
Indonesia beserta penegakan kode etik. Tujuannya untuk :
a) Menguji kompetensi (pemahaman, wawasan, dan ketrampilan) peserta;
b) Mengukur sikap dan perilaku peserta sebagai jurnalis profesional
c) Memastikan penerapan kode etik dank ode perilaku AJI
7. Mempunyai badan yang memberi wewenang oleh pemerintah untuk
mengeluarkan sertifikat
Aliansi Jurnalis Independen atau AJI adalah organisasi profesi jurnalis,
yangdidirikanolehpara wartawan muda Indonesia pada 7Agustus 1994 din
Bogor,JawaBarat, melalui penandatangan suatu deklarasi yang disebut
"Deklarasi Sirnagalih". Organisasi ini didirikan sejak pembredelan tiga
media DeTik, Tempo, Editor pada 21 Juni 1994 dan didirikan sebagai
upaya untuk membuat organisasi jurnalis alternatif di luar PWI karena saat
itu PWI dianggap menjadi alat kepentingan pemerintah Soeharto dan tidak
betul-betul memperjuangkan kepentingan jurnalis
PEKERJAAN

A. Pedagang Sayur Keliling


Pedagang sayur keliling mungkin bisa digolongkan sebagai pekerjaan yang
sangat mudah dijalani. Untuk menggelutinya, seseorang tidak membutuhkan
pendidikan tinggi. Terlebih modal yang dibutuhkan tidak terlalu besar. Itu
sebabnya bekerjaan tersebut kerap dianggap remeh sebagian orang. Terlepas
dari pandangan tersebut, sebenarnya perannya sangat dibutuhkan masyarakat.
B. Buruh
Buruh, pekerja, worker, laborer, tenaga kerja atau karyawan pada dasarnya
adalah manusia yang menggunakan tenaga dan kemampuannya untuk
mendapatkan balasan berupa pendapatan baik berupa uang maupun bentuk
lainya kepada Pemberi Kerja atau pengusaha atau majikan. Pada dasarnya,
buruh, Pekerja, Tenaga Kerja maupun karyawan adalah sama. namun dalam
kultur Indonesia, "Buruh" berkonotasi sebagai pekerja rendahan, hina, kasaran
dan sebagainya. sedangkan pekerja, Tenaga kerja dan Karyawan adalah sebutan
untuk buruh yang lebih tinggi, dan diberikan cenderung kepada buruh yang
tidak memakai otot tetapi otak dalam melakukan kerja. Akan tetapi pada intinya
sebenarnya keempat kata ini sama mempunyai arti satu yaitu Pekerja. Hal ini
terutama merujuk pada Undang-undang Ketenagakerjaan, yang berlaku umum
untuk seluruh pekerja maupun pengusaha di Indonesia.
C. Office Boy (OB)
OB yang merupakan singkatan dari office boy atau istilah Indonesianya
karyawan pesuruh. Seorang OB memang mempunyai banyak tugas rutin,
seperti menyapu lantai, membersihkan sampah-sampah, melayani permintaan
fotokopi, merapikan meja kursi, menghidangkan makanan dan minuman dan
sebagainya. Dan selain tugas-tugas rutin di atas, mereka juga punya tugas yang
sifatnya kondisional, yaitu dimintai tolong oleh sekian banyak karyawan untuk
berbagai keperluan terkait urusan kantor, bahkan kadang yang gak ada
urusannya dengan pekerjaan kantor. Ada sistem OB yang standby di kantor
selama 24 jam, ada juga model rotasi shift kerja

Anda mungkin juga menyukai