DOSEN
DI SUSUN OLEH :
NAMA : SUSANTI
NIM : 17232057
Sasaran :
Sasaran Diklat adalah terwujudnya PNS yang memiliki kompetensi yang
sesuai dengan persyaratan jabatan masing-masing.
3. Kode etik yang berlaku didalam organisasi
Kode Etik profesi Pegawai Negeri Sipil merupakan nilai-nilai yang diyakini
akan kebenarannya serta kebaikan yang ditimbulkannya apabila dapat
diwujudkaan dalam sikap dan perilaku seorang Pegawai Negeri Sipil
baik dalam kedinasan maupun dalam kesehariannya ditengah-tengah
masyarakat. Kode Etik Pegawai Negeri Sipil mencakup seluruh aspek
kehidupan baik kedinasan maupun dalam kehidupan kesehariannya yaitu
Kode Etika Bernegara, Kode Etika Berorganisasi, Kode Etika
Bermasyarakat, Kode Etika Sesama Pegawai Negeri Sipil dan Kode Etika
terhadap diri sendiri. Butir-butir kode etik tersebut akan bermakna jika
dapat teraplikasikan dalam sikap dan perilaku dan menjadi internalisasi
dalam diri seorang Pegawai Negeri sipil. Butir Kode Etik Pegawai Negeri
Sipil tersebut sebagaimana yang tercantum dalam Peraturan Pemerintah
Nomor 42 Tahun 2004 sebagai berikut.
a) Etika Bernegara
b) Etika Berorganisasi
c) Etika Bermasyarakat
d) Etika Terhadap Diri Sendiri
e) Etika Terhadap Sesama PNS
4. Anggota organisasi profesi
Pegawai Negeri Sipil berkumpul di dalam organisasi Pegawai Negeri Sipil
atau Korps Pegawai Republik Indonesia (KORPRI). Tujuan organisasi ini
adalah memperjuangkan kesejahteraan dan kemandirian Pegawai Negeri
Sipil. Terwujudnya KORPRI sebagai organisasi yang kuat, netral, mandiri,
profesional dan terdepan dalam menjaga persatuan dan kesatuan bangsa,
mensejahterakan anggota, masyarakat, dan melindungi kepentingan para
anggota agar lebih profesional di dalam membangun pemerintahan yang
baik.
5. Mempunyai media/publikasi untuk meningkatkan keahlian dan
keterampilan anggotanya
Ya, dengan Mengadakan seminar dan pelatihan (workshop) dengan upaya
dan peran serta dalam Pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi bagi
seorang pegawai negeri sipil baik nasional, regional maupun internasional.
6. Kewajiban menempuh ujian untuk menjadi anggota organisasi profesi
Undang-undang Nomor 43 Tahun 1999 (UU 43/199) tentang Perubahan
atas UU 8/1974 tentang Pokok-pokok Kepegawaian, dalam Pasal 17 ayat 2
mengatur pengangkatan PNS dalam suatu jabatan dilaksanakan
berdasarkan prinsip profesionalisme sesuai dengan kompetensi, prestasi
kerja, dan jenjang pangkat yang ditetapkan untuk jabatan itu serta syarat
objektif lainnya tanpa membedakan jenis kelamin, suku, agama, ras, atau
golongan. Untuk menentukan Standar Kompetensi Jabatan, telah ditetapkan
Keputusan Kepala Badan Kepegawaian Negara Nomor 13 Tahun 2011
tanggal 28 Juni 2011 tentang Pedoman Penyusunan Standar Kompetensi
Jabatan. Pedoman ini merupakan panduan bagi setiap instansi pemerintah
baik pusat maupun daerah dalam menyusun standar kompetensi jabatan
pada instansi masing-masing. Standar Kompetensi Jabatan yang
selanjutnya disebut Standar Kompetensi Manajerial adalah persyaratan
kompetensi manajerial minimal yang harus dimiliki seorang PNS dalam
melaksanakan tugas jabatan. Sedangkan Kompetensi Manajerial adalah
karakteristik yang mendasari individu dengan merujuk pada kriteria efektif
dan/atau kinerja unggul dalam jabatan tertentu. Dengan demikian setiap
PNS yang akan memangku jabatan struktural harus memiliki standar
kompetensi jabatan sesuai Keputusan Kepala Badan Kepegawaian Negara
Nomor 13 Tahun 2011. Berdasarkan kamus kompetensi manajerial yang
tertuang dalam Keputusan Kepala Badan Kepegawaian Negara Nomor 13
Tahun 2011, ada sekitar 39 (tiga puluh Sembilan) kompetensi manajerial
yang harus dimiliki setiap pejabat struktural eselon, IV, III, II dan I. Selain
pejabat struktural, penyelenggaraan pemerintahan dan pelayanan publik
dilaksanakan oleh pejabat fungsional yakni kedudukan yang menunjukkan
tugas, tanggung jawab, wewenang dan hak seseorang Pegawai Negeri Sipil
dalam suatu satuan organisasi yang dalam pelaksanaan tugasnya didasarkan
pada keahlian dan/atau ketrampilan tertentu serta bersifat mandiri.
7. Mempunyai badan yang memberi wewenang oleh pemerintah untuk
mengeluarkan sertifikat
Menurut Keputusan Presiden Nomor 87 Tahun 1999 tentang Rumpun
Jabatan Fungsional Pegawai Negeri Sipil adalah kedudukan yang
menunjukkan tugas, tanggung jawab, wewenang dan hak seorang Pegawai
Negeri Sipil dalam suatu satuan organisasi yang dalam pelaksanaan
tugasnya didasarkan pada keahlian/dan atau keterampilan tertentu serta
bersifat mandiri. Jabatan Fungsional per tanggal 26 April 2019 memiliki
193 jenis jabatan dengan jumlah 25 rumpun jabatan fungsional karena
jabatan dalam organisasi pemerintah di Indonesia berikut ini adalah pejabat
yang bukan sebagai Pegawai Negeri Sipil ataupun berstatus pegawai negeri.
Pejabat berikut ini dipilih berdasarkan pemilihan yang melibatkan suara
rakyat. Kekuasaan mereka melebihi pejabat yang berstatus Pegawai Negeri
Sipil, karena mereka merupakan aspirasi dan suara rakyat, karena jabatan
ini memiliki wewenang atas pejabat yang berstatus Pegawai Negeri Sipil.
C. Wartawan/Jurnalistik
Wartawan atau jurnalis atau pewarta adalah seseorang yang melakukan
kegiatan jurnalistik atau orang yang secara teratur menuliskan berita (berupa
laporan) dan tulisannya dikirimkan/dimuat di media massa secara teratur.
Adapun seorang wartawan/jurnalistik dikatakan professional harus memenuhi
7 syarat pekerjaan professional yaitu :
1. Pekerjaan tersebut adalah untuk melayani orang banyak (umum)
Wartawan mencari sumber mereka untuk ditulis dalam laporannya dan
mereka diharapkan untuk menulis laporan yang paling objektif dan tidak
memiliki pandangan dari sudut tertentu untuk melayani masyarakat.
Laporan ini lalu dapat dipublikasi dalam media massa,
seperti koran, televisi, radio, majalah, film dokumentasi, dan internet.
Laporan ini lalu dapat dipublikasi dalam media massa,
seperti koran, televisi, radio, majalah, film dokumentasi, dan internet.
2. Melalui pelatihan yang cukup lama dan berkelanjutan
memelajari jurnalistik untuk beberapa tujuan berikut:
a) agar mampu dengan jernih menangkap apa yang terjadi di
sekelilingnya,
b) mampu merumuskan apa yang ditangkap itu dalam bahasa yang
sederhana tanpa kehilangan makna,
c) peka pada masalah sosial,
d) mampu menuangkan gagasan paling sulit sekalipun secara sederhana.
Ingat, orang pintar bisa menyampaikan hal ribet dengan sederhana. Orang
bodoh pinter membuat ribet hal yang sederhana.
3. Kode etik yang berlaku didalam organisasi
Untuk menjamin kemerdekaan pers dan memenuhi hak publik untuk
memperoleh informasi yang benar, wartawan Indonesia memerlukan
landasan moral dan etika profesi sebagai pedoman operasional dalam
menjaga kepercayaan publik dan menegakkan integritas serta
profesionalisme. Atas dasar itu, wartawan Indonesia menetapkan dan
menaati Kode Etik Jurnalistik:
a) Wartawan Indonesia bersikap independen, menghasilkan berita yang
akurat, berimbang, dan tidak beritikad buruk.
b) Wartawan Indonesia menempuh cara-cara yang profesional dalam
melaksanakan tugas jurnalistik.
c) Wartawan Indonesia selalu menguji informasi, memberitakan secara
berimbang, tidak mencampurkan fakta dan opini yang menghakimi,
serta menerapkan asas praduga tak bersalah.
d) Wartawan Indonesia tidak membuat berita bohong, fitnah, sadis, dan
cabul.
e) Wartawan Indonesia tidak menyebutkan dan menyiarkan identitas
korban kejahatan susila dan tidak menyebutkan identitas anak yang
menjadi pelaku kejahatan.
f) Wartawan Indonesia tidak menyalahgunakan profesi dan tidak
menerima suap.
g) Wartawan Indonesia memiliki hak tolak untuk melindungi narasumber
yang tidak bersedia diketahui identitas maupun keberadaannya,
menghargai ketentuan embargo, informasi latar belakang, dan “off the
record” sesuai dengan kesepakatan.
h) Wartawan Indonesia tidak menulis atau menyiarkan berita berdasarkan
prasangka atau diskriminasi terhadap seseorang atas dasar perbedaan
suku, ras, warna kulit, agama, jenis kelamin, dan bahasa serta tidak
merendahkan martabat orang lemah, miskin, sakit, cacat jiwa atau cacat
jasmani.
i) Wartawan Indonesia menghormati hak narasumber tentang kehidupan
pribadinya, kecuali untuk kepentingan publik.
j) Wartawan Indonesia segera mencabut, meralat, dan memperbaiki berita
yang keliru dan tidak akurat disertai dengan permintaan maaf kepada
pembaca, pendengar, dan atau pemirsa.
k) Wartawan Indonesia melayani hak jawab dan hak koreksi secara
proporsiona
4. Anggota organisasi profesi
Organisasi jurnalistik/wartawan adalah Persatuan Wartawan Indonesia
(PWI), Aliansi Jurnalis Independen (AJI). Serta adanya keahlian, bahwa
sudah jelas bahwa profesi jurnalis keahliannya adalah menulis berita.
5. Mempunyai media/publikasi untuk meningkatkan keahlian dan
keterampilan anggotanya
Ya, dengan Mengadakan seminar dan pelatihan (workshop) dengan upaya
dan peran serta dalam Pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi bagi
julnalistik/wartawan baik nasional, regional maupun internasional.
6. Kewajiban menempuh ujian untuk menjadi anggota organisasi profesi
Uji Kompetensi Jurnalis (UKJ) merupakan salah satu agenda yang sejak
lama didesakkan oleh Aliansi Jurnalis Independen (AJI) untuk menjawab
problem profesionalisme jurnalis dan penegakan etika jurnalistik di
Indonesia. Kongres AJI di Surakarta pada November 2017 memasukkan
UKJ sebagai salah satu program nasional dan salah satu cara yang strategis
untuk meningkatkan profesionalisme dan independensi jurnalis di
Indonesia beserta penegakan kode etik. Tujuannya untuk :
a) Menguji kompetensi (pemahaman, wawasan, dan ketrampilan) peserta;
b) Mengukur sikap dan perilaku peserta sebagai jurnalis profesional
c) Memastikan penerapan kode etik dank ode perilaku AJI
7. Mempunyai badan yang memberi wewenang oleh pemerintah untuk
mengeluarkan sertifikat
Aliansi Jurnalis Independen atau AJI adalah organisasi profesi jurnalis,
yangdidirikanolehpara wartawan muda Indonesia pada 7Agustus 1994 din
Bogor,JawaBarat, melalui penandatangan suatu deklarasi yang disebut
"Deklarasi Sirnagalih". Organisasi ini didirikan sejak pembredelan tiga
media DeTik, Tempo, Editor pada 21 Juni 1994 dan didirikan sebagai
upaya untuk membuat organisasi jurnalis alternatif di luar PWI karena saat
itu PWI dianggap menjadi alat kepentingan pemerintah Soeharto dan tidak
betul-betul memperjuangkan kepentingan jurnalis
PEKERJAAN