Anda di halaman 1dari 17

BAB I

PENDAHULUAN

Hipertensi merupakan salah satu penyakit tidak menular yang memiliki


kontribusi besar pada jumlah kasus kematian di beberapa negara pada setiap
tahunnya, yang mana hipertensi memplopori kasus infark miokardium, stroke, dan
gagal ginjal ketika penyakit ini tidak dideteksi dan ditangani secara cepat.1

Hipertensi atau penyakit darah tinggi sebenarnya adalah suatu


gangguanpada pembuluh darah yang mengakibatkan suplai oksigen dan nutrisi
yang dibawa oleh darah terhambat sampai ke jaringan tubuh yang membutuhkan.
Hipertensi sering kali disebut sebagai pembunuh gelap (Silent Killer), karena
termasuk penyakit yang mematikan tanpa disertai dengan gejala-gejalanya lebih
dahulu sebagai peringatan bagi korbannya.2

Sampai saat ini hipertensi masih tetap menjadi masalah karena beberapa
hal, antara lain meningkatnya prevalensi hipertensi, masih banyaknya pasien
hipertensi yang belum mendapat pengobatan maupun yang sudah diobati tetapi
tekanan darahnya belum mencapai target, serta adanya penyakit penyerta dan
komplikasi yang dapatmeningkatkan morbiditas dan mortalitas. 2

Data epidemiologi menunjukkan bahwa dengan makin meningkatnya


populasi usia lanjut, maka jumlah pasien dengan hipertensikemungkinan besar
juga akan bertambah. Hipertensi sering timbul pada pasien dengan usia >65
tahun. Samapi saat ini, data hipertensi yang lengkap sebagian besar berasal dari
negara-negara yang sudah maju. Data dari The National Health and Nutrition
Examination Survey (NHNES) menunjukkan bahwa dar tahun 1999-2000, insiden
hipertensi pada orang dewasa adalah 29-31% yang berarti 58-65 juta orang
hipertensi di Amerika.2

1
BAB II

KASUS

STATUS PASIEN

IDENTITAS PASIEN

Nama : Tn. J

Umur : 70 tahun

Jenis Kelamin : Laki – laki

Pekerjaan : Tani

Agama : Islam

Alamat : Layana Indah

Tanggal Pemeriksaan : 15 November 2015

ANAMNESIS

Keluhan Utama : Nyeri kepala

Riwayat Penyakit Sekarang :

Pasien mengeluhkan sering merasakan nyeri kepala yang telah dialami


sejak ± 1 tahun lalu. Keluhan dirasakan hilang timbul, lebih sering timbul saat
pasien bekerja dan kelelahan namun keluhan terasa berkurang saat pasien
beristirahat. Nyeri kepala terasa pada seluruh kepala dan tegang pada tengkuk
leher. Pasien juga mengeluhkan kadang nyeri dada kiri tembus belakang dan nyeri
terasa menjalar ke lengan kiri dan ulu hati pada saat pasien bekerja berat. Batuk (-
), sesak (-), mual (-), muntah (-), buang air kecil lancar, buang air besar lancar.

2
Riwayat Penyakit Dahulu :

Pasien memiliki riwayat nyeri kepala hebat dan berobat di Puskesmas


Talise. Saat itu tekanan darah pasien 200/100mmHg. Tidak ada riwayat cedera
kepala.

Riwayat Penyakit keluarga :

Istri, dan keempat anak pasien memiliki riwayat menderita hipertensi, istri
pasien meninggal karena strok, anak ke-tiga pasien meninggal karena penyakit
jantung dan anak ke-empat pasien meninggal karena gagal ginjal.Diabetes Melitus
tidak diketahui. Anak ke-dua pasien riwayat menderita TB paru.

Genogram

* * * *

Keterangan:

= Pasien

* = Anggota keluarga yang menderita hipertensi

3
Riwayat Pengobatan :

Pasien sudah menjalani terapi hipertensi sejak satu tahun terakhir, namun
dalam 2 bulan terakhir pasien sudah tidak mengkonsumsi obat dan tidak datang
kontrol di puskesmas.

Kondisi Lingkungan :

- Pasien tinggal bersama 2 orang anak, 3 orang cucu. Rumah pasien


berukuran luas ± 10 x 5 m2. Rumah terdiri dari 1 ruang tamu, 2 kamar
tidur, 1 dapur. Rumah bagian ruang tamu dan kamar terbuat dari tembok
semen, berlantai tehel kramik dan atap rumah terbuat dari seng dan
berplafon. Rumah bagian dapur terbuat dari papan berlantai semen kasar
dan atap rumah terbuat dari seng tanpa plafon. Rumah memiliki
penchayaan yang kurang. Jarak rumah pasien dengan rumah tetangga
sekitar 2-3 meter.
- Sumber air yang dipakai untuk sehari-hari menggunakan air sumur bor.
Air sumur bor digunakan untuk memasak, dan MCK.
- Sumber listrik dari PLN, sampah dibuang pada tempat sampah dihalaman
samping rumah dan sampah tersebut dibakar oelh anggota keluarga pasien.

Asupan Makanan :

- Pasien makan kurang teratur. Sehari pasien biasa makan 2 kali, kadang
tiga kali sehari. Porsi sepiring 2-3 sendok nasi. Lauk yang sering dimakan

4
adalah ikan goreng, ikan asin dan sayur kelor berkuah santan serta lauk
lain yang sering digoreng.
- Minyak goreng digunakan berkai-kali sampai warna kehitaman, dan
menggunakan minyak kelapa kampung.
- Pasien tidak ada riwayat mengkonsumsi alkohol.

Aktivitas sehari-hari :

- Aktivitas sehari-hari membersihkan rumah (menyapu, mengepel) dan


memasak. Terkadang pergi bekerja di kebun kelapa sawit.
- Pasien memiliki riwayat merokok.
- Pasien tidak memiliki minum minuman beralkohol

Sosial Ekonomi :

Pasien memiliki hubungan baik dengan keluarga beserta tetangga sekitar.


Pasien tergolong ekonomi lemah. Anak-anak pasien bekerja sebagai pembuat
arang dan gembala sapi dengan penghasilan tidak menentu. Berdasarkan hasil
wawancara alasan pasien sering mengkonsumsi ikan goreng dan ikan asin karena
lauk tersebut memiliki harga terjangkau dan mudah dibeli.

PEMERIKSAAN FISIK

Status generalisata : Sakit Sedang


Tingkat kesadaran : Composmentis
Tanda Vital :
Tekanan darah : 180/100 mmHg
Nadi : 80 kali/itmenit
Pernapasan : 20 x/men
Suhu aksilla : 36,6 °C

Kepala : Normocephal, rambut berwarna hitam. konjungtiva


anemis (-), sklera ikterus (-), pupil bulat isokor diameter
± 3 mm.

5
Tenggorokan – leher : Tonsil dan faring normal

Thoraks :
Inspeksi : Permukaan dada simetris kanan=kiri
Palpasi : Massa Tumor (-), Nyeri Tekan (-), Vokal
Fremitus kiri = kanan
Perkusi : Sonor bilateral
Auskultasi : Bunyi Pernapasan : vesikuler
Bunyi Tambahan : Rhonki -/-,Wheezing -/-
Jantung :
Inspeksi : Iktus cordis tidak tampak
Palpasi :Iktus cordis teraba di SIC V linea
midclavicula sinistra
Perkusi : Batas jantung kesan normal
Auskultasi : BJ I/IIreguler, bising jantung (-)

Abdomen

Inspeksi : Perut tampak datar, benjolan (-)

Auskultasi : Peristaltik kesan normal

Perkusi : Timpani

Palpasi : Nyeri tekan (-), massa (-), hepar dan lien tidak
teraba

Ekstremitas :

Atas: :Deformitas (-), Akral Hangat (+)

Bawah : Deformitas (-), Akral Hangat (+)

6
DIAGNOSIS KERJA

Hipertensi Grade II

ANJURAN PEMERIKSAAN

1.Pemeriksaan profil lipid


2.EKG
3.Foto Thorax
4.Urinalisis

PENATALAKSANAAN

- Medikamentosa
o Amlodipin 10mg 1 x 1
o Captopril 25mg 1 x 1
o Simvastatin 20mg 1 x ½
- Non Medikamentosa
o Menganjurkan melakukan perilaku hidup sehat dan bersih pada diri
sendiri, lingkungan keluarga dan sekitar.
o Menjelaskan tentang komplikasi yang dapat timbul bila hipertensi
yang diderita tidak terkontrol.
o Menjelaskan pada pasien bahwa pengobatan yang dijalani
bertujuan agar tekanan darah pasien terkontrol < 150/90mmHg.
o Menyarankan anak – anak pasien untuk tertatur berobat di
puskesmas

7
PEMBAHASAN

Aspek Klinis

Pada kasus ini, pasien anak berumur 7 tahun dengan keluhan luka pada
paha kanan yang dialamai sejak ± 30 menit sebelum ke Puskesmas. Keluhan
dirasakan setelah paha kanan pasien digigit anjing saat pasien sedang berjalan
pulang sekolah. Anjing tersebut tiba-tiba menyerang dan menggigit pasien dan
langsung lari setelah menggigit pasien. Luka berdarah (+), nyeri (+).

Berdasarkan hasil anamnesis dan pemeriksaan fisik, pasien menderita


Hipertensi Grade II. Hipertensi merupakan penyakit dimana tekanan darah
mengalami peningkatan yaitu tekanan darah sistolik ≥ 140mmHg dan tekanan
darah diastol ≥ 90mmHg. Hipertensi merupakan penyakit “Tidak Menular”
dengan jumlah penderita tertinggi di masyarakat. Berdasarkan penyebabnya,
hipertensi dibagi menjadi dua golongan yaitu hipertensi esensial atau primer
(idiopatik) dan hipertensi renal atau sekunder. Sekitar 95% kasus hipetensi
merupakan hipertensi esensial (primer). Berdasar JNC VIII, hipertensi dibagi
menjadi: 3

Klasifikasi TD Sistolik (mmHg) TD Diastolik (mmHg)

Normal < 120 < 80


Pre hipertensi 120-139 80-89
Grade I 140-159 90-99
Grade II ≥160 ≥100
Tabel 1. Klasifikasi hipertensi1

Sebagian besar pasien dengan hipertensi tidak memiliki gejala spesifik


yang terkait peningkatan tekanan darah. Nyeri kepala umumnya hanya hanya
terjadi pada pasien dengan hipertensi parah. Gejala lain yang dapat terkait dengan
peningkatan tekanan darah adalah pusing, palpitasi, mudah lelah, pandangan
kabur, epistaksis dan impotensi. Hipertensi dapat memberikan komplikasi berupa
hipertrofi ventrikel kiri, gagal jantung, gangguan fungsi ginjal, aterosklerosis

8
pemuluh darah, angina pektoris, infark miokard, retinopati, dan stroke. Telah
dijelaskan bahwa pada pasien ini masuk dalam katergori hipertensi grade II dan
disertai adanya gejala angina pektoris yang biasa terjadi saat pasien bekerja, maka
diperlukan beberapa pemeriksaan tambahan guna untuk mengetahui apakah
hipertensi yang diderita telah menyebabkan komplikasi pada organ-organ lain.4

Patomekanisme hipertensi sebagai berikut:


Angiotensin I

Angiotensin I Converting Enzyme (ACE)

Angiotensin II

Stimulasi sekresi aldosteron dari


↑ Sekresi hormone ADH rasa haus korteks adrenal

↓ Ekskresi NaCl (garam) dengan


mereabsorpsinya di tubulus ginjal
Urin sedikit → pekat & ↑osmolaritas

↑ Konsentrasi NaCl
di pembuluh darah
Mengentalkan

Diencerkan dengan ↑ volume


Menarik cairan intraseluler → ekstraseluler ekstraseluler

Volume darah ↑ ↑ Volume darah

↑ Tekanan darah ↑ Tekanan darah

Gambar 1. Patofisiologi hipertensi2

9
Gambar 2. Beberapa faktor yang mempengaruhi tekanan darah2

Gambar 3. Patogenesis penyulit yang ditimbulkan oleh hipertensi arteri.5

10
Komplikasi yang dapat timbul pada hipertensi yaitu:1,2,4,5

a. Stroke hemoragik

Hal ini dapat timbul akibat perdarahan pembuluh darah diotak akibat
tekanannya yang tinggi atau akibat embolus yang terlepas dari pembuluh darah
non otak akibat tekanan darah yang tinggi. Stroke dapat terjadi pada hipertensi
kronis apabila arteri telah menebal dan hipertrofi sehingga alirannya berkurang
bahkan terhambat, arteri otak yang mengalami aterosklerosis tersebut
menyebabkan menurunnya elastisitas pembuluh darahdan melemah sehingga
meningkatkan resiko terjadinya aneurisma.

b. Infark miokard

Infark miokard dapat terjadi apabila arteri koroner yang aterosklerosis


tidak dapat menyuplai darah yang membewa oksigen pada otot miokardium atau
apabila adanya trombus yang menghambat aliran melalui pembuluh darah
tersebut. Karena hipertensi kronik dan hipertensi ventrikel maka kebutuhan
oksigen mungkin tidak dapat terpenuhi dan dapat menyebabkan terjadinya ikemik
jantung yeng menyebabkan infark.

c. Gagal ginjal

Gagal ginjal terjadi karena kerusakan progresif akibat tekanan tinggi pada
kapiler-kapiler glomerulus menyebabkan rusaknya membran glomerulus protein
akan keluar melalui urin sehingga tekanan osmotik koloid plasma berkurang,
menyebabkan edema yang terjadi pada pasien hipertensi kronik.

d. Ensefalopati

Hal ini terutama terjadi pada hipertensi maligna. Tekanan yang tinggi pada
kelainan ini dapat menyebabkan peningkatan tekanan kapiler dan mendorong
cairan ke dalm ruang intertisium di seluruh susunan saraf pusat. Neuron-neuron
disekitarnya menjadi kolaps dan terjadi koma hingga kematian.

11
Gambar 4. Alur penanganan hipertensi menurut Eighth Joint National Committee
(JNC 8).1

Dalam pemilihan obat anti hipertensi perlu dipertimbangkan selain untuk


menurunkan tekanan darah juga dapat mempertahankan tekanan darah secara

12
optimal. Pedoman dari JNC 8 merekomendasikan 5 golongan obat anti hipertensi
yaitu ACE inhibitors, Angiotensin receptor blockers, β – Blockers, Calcium
channel blockers, Thiazide – type diuretics. Obat-obatan tersebut dapat sebagai
first-linetreatment:initiation and maintenance baik sebagai monoterapi atau
kombinasi.4

Terapi hipertensi sering memerlukan lebih dari satu macam obat anti
hipertensi sehingga perlu dipertimbangkan pemilihan obat sebagai first class
sesuai dengan compelling indications dan pemilihan obat kombinasi yang benar
seperti terlihat pada tabel dibawah berikut:2

Tabel 2. Terapi obat pada kondisi tertentu2

Aspek Ilmu Kesehatan Masyarakat

Adanya ketidak seimbangan faktor-faktor utama untuk hidup sehat yang


mempengaruhi derajat kesehatan masyarakat karena dapat menimbulkan suatu
penyakit mencakup 4 faktor menurut Hendrik L Blum, yaitu: faktor genetik
(keturunan), perilaku (gaya hidup) individu atau masyarakat, faktor lingkungan
(sosial ekonomi, fisik, poitik) dan faktor pelayanan kesehatan (jenis, cakupan dan
kualitasny). Untuk kasus hipertensi keempat faktor tersebut sangat mempengaruhi
dalam pejalanan maupun prognosis pasien.2,6

13
1. Faktor genetik

Sering ditemukan beberapa penderita hipertensi berada dalam satu


keluarga. Peluang seorang anak mengalami hipertensi apabila salah satu dari
orang tua mengalami hipertensi adalah 40-50%. Pada pasien dan anak-anak pasien
menunjukkan adanya faktor genetik yang menyebabkan hipertensi. Namun pada
anamnesis pasien tidak mengetahui dengan jelas apakah kedua orang tua dan
saudara pasien menderita hipertensi atau tidak.

2. Faktor perilaku

Terdiri atas pola makan dan aktivitas fisik termasuk merokok dan minum
minuman beralkohol. Pola makan pada pasien dan keluarga yang sering makan
makanan yang digoreng, bersantan dan ikan asin merupakan salah satu faktor
terjadinya hipertensi. Makanan yang digoreng dan bersantan mengandung kadar
lemak yang tinggi yang dapat menyebabkan tingginya kadar lemak dalam darah
dan memudahkan terbentuknya plak dalam pembuluh darah yang menyebabkan
gangguan aliran darah. Sedangkan makanan ikan asin mengandung kadar garam
yang tinggi sehingga dapat menyebabkan retensi cairan dalam darah yang
menyebabkan hipertensi.

Modifikasi gaya hidup dengan target tekanan darah < 140/90 mmHg atau
< 130/80 mmHg pada pasien diabetes melitus atau penyakit ginjal kronik melalui:

a. Menurunkan berat badan sampai batas ideal


b. Mengubah pola makan pada penderita diabetes, kegemukan atau kadar
kolesterol darah yang tinggi
c. Mengurangi pemakaian garam sampai kurang dari 2,3gr natrium atau 6gr
natrium klorida setiap harinya (disertai dengan asupan kalsium,
magnesium dan kalium yang cukup) dan mengurangi alkohol.
d. Olah raga aerobik yang tidak terlalu berat namun teratur
e. Penderita hipertensi esensial tidak perlu mambatasi aktivitasnya selama
tekanan darahnya terkendali
f. Berhenti merokok

14
Kondisi aktivitas fisik pasien tergolong cukup, pasien sehari-hari
beraktivitas dalam rumah seperti menyapu, memasak dan membersihkan rumah.
Terkadang pasien bekerja di kebun kelapa sawit, dengan begitu kebutuhan fisik
dalam berolahraga terpenuhi dengan aktivitas tersebut.

Faktor perilaku lainnya yang dapat dinilai yaitu kurangnya kontrol


terhadap penyakit yang diderita oleh pasien. Berdasarkan anamnesis, yang
menjadi kendala sehingga pasien tidak datang kontrol di puskesmas dalam 2 bulan
terakhir yaitu tidak adanya yang menolong pasien mengantarnya ke puskesmas
sedangkan pasien tidak bisa mengendarai motor.

3. Faktor lingkungan

Masalah sosial ekonomi dapat berkaitan dengan penyakit hipertensi.


Berdasarkan anamnesis, pasien dan anak-anak pasien memiliki penghasilan
minim dan kurang menentu sehingga menjadi alasan mengapa keluarga lebih
sering mengkonsumsi ikan asin dibanding ikan segar dan mengkonsumsi tahu dan
tempe yang digoreng.

4. Faktor pelayanan kesehatan

Pelayanan kesehatan yang diberikan oleh Puskesmas Talise sudah cukup


baik, terhitung sudah tiga kali pasien dan keluarga mendapatkan kunjungan dari
petugas kesehatan puskesmas untuk melakukan pemeriksaan, terapi dan edukasi
kepada pasien dan keluarganya.

5. Faktor stres

Faktor stres yang dapat menjadi pemicu hipertensi pada pasien yaitu
kondisi ekonomi keluarga yang lemah dan istri pasien yang meninggal ± 3 bulan
yang lalu dan anak ke-empat pasien yang meninggal sebulan kemudian.

15
Aspek IKM

Genetik Perilaku Lingkungan Pelayanan Kesehatan Stersor

Gambar 5. Aspek IKM pada Kesehatan Masyarakat

16
Daftar Pustaka

1. Jamses Paul, Oparil S, Carter B, et.all.2014 Evidence-Based Guideline for the


Management of High Blood Pressure in Adults Report From the Panel
Members Appointed to the Eighth Joint National Committee (JNC 8).
American Medical Association. USA: JAMA. 2013.
2. Sudoyo A, Setiyohadi B, Alwi I, et.all. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Jilid
II Edisi V. Jakarta: Internal Publishing. 2009.
3. Mansjoer A, Triyanti K, Savitri R, et.all. Kapita Selekta Kedokteran Jilid 1
Edisi 3. Jakarta: Fakultas Kedokteran UI. 2001.
4. Ghofir A, Hantoro DA, Budiyanto A, et.all. The Disease Diagnosis & Terapi.
Yogyakarta: Pustaka Cendekia Press. 2013.
5. McPhee J, Ganong FW. PatofisiologiPenyakit, Pengantar Menuju
Kedokteran Klinis Edisi 5. Jakarta: Penerbit EGC. 2015.
6. Rakel ER. Essential Family Medicine, Fundamentals & Case Studies Third
Edition. USA: Elsevier. 2006.

17

Anda mungkin juga menyukai