Anda di halaman 1dari 34

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Katarak merupakan penyakit pada usia lanjut akibat proses penuaan, saat kelahiran
(katarak kongenital) dan dapat juga berhubungan dengan trauma mata tajam maupun
tumpul, penggunaan kortikosteroid dalam jangka panjang, adanya penyakit sistemik
seperti diabetes. Katarak dapat mengakibatkan bermacam-macam komplikasi pada
penyakit mata seperti glaukoma ablasio, uveitis, retinitis pigmentosa, dan kebutaan.
Di Indonesia, katarak merupakan penyebab utama kebutaan, prevalensi kebutaan
pada usia 55-65 tahun sebesar 1,1%, usia 65-75 tahun sebesar 3,5%, dan usia 75
tahun keatas 8,4%. Prevalensi kebutaaan diusia lanjut masih jauh diatas 0,5% yang
berarti masih menjadi masalah kesehatan. Insidensi katarak di Indonesia sendiri
mencapai angka yang memprihatinkan, dimana setiap tahun muncul kasus-kasus baru
katarak sebanyak 210.000 orang. Dalam pencegahan kebutaan Amerika Serikat
memperkirakan lebih dari 22 juta Amerika usia 40 tahun atau lebih menderita
katarak. Diperkirajkan 3 juta orang Amerika menjalani pembedahan katarak setiap
tahunnya, dengan angka keberhasilan 95% dan dengan tajam penglihatan koreksi
terbaik 20/20-20-40.
Bedah katarak merupakan salah satu penatalaksanaan penting terhadap kekeruhan
lensa yang signifikan mempengaruhi penglihatan. Sejalan perkembangan ilmu
kedokteran dan teknologi, maka terjadi pula perubahan yang evolutif maupun
revolusioner dalam teknik pembedahan. Ketika IOL mulai sering digunakan secara
luas sejak tahun 1980, ekstraksi catarac intracapsular telah ditinggalkan dan beralih
kepada jenis pembedahan lainnya.

1
BAB II
LAPORAN KASUS

Anamnesis
Identifikasi Nama : Tn.M
Umur : 62 Tahun
Jenis kelamin : Laki-laki
Agama : Islam
Bangsa : Indonesia
Pekerjaan : Pedagang
Alamat : Kenali besar
Tanggal berobat : 8 Februari 2018
Keluhan utama Penglihatan kedua mata kabur sejak ± 8 yang lalu.
Anamnesa khusus Pasien mengeluh penglihatan mata kanannya kabur sejak 8
yang lalu. Keluhan ini timbul secara perlahan-lahan.
Awalnya os mengeluh penglihatannya seperti melihat asap
atau berkabut pada mata kanannya lalu lama-kelamaan os
penglihatan os menjadi semakin kabur. Keluhan ini
disertai dengan os mudah merasa silau melihat cahaya.
Rasa silau dan pandangan terlihat berasap semakin
memberat jika os berada di bawah terik matahari atau
lampu yang terang. 6 bulan sebelumnya, keluhan yang
sama kembali muncul pada mata kiri. Sebelumnya os
belum pernah memakai kacamata. Os baru pertama kali
berobat mengenai keluhan matanya ini. Keluhan disertai
mata berair (-), mata nyeri (-), air mata berlebihan (-),
kotoran mata berlebihan (-), nyeri dengan pergerakan bola
mata (-), nyeri kepala (-), mual dan muntah (-). Os

2
sekarang mengkonsumsi amlodipin 1 x 10 mg untuk
tekanan darah tingginya.
Riwayat penyakit Pasien belum pernah mengalami keluhan serupa
dahulu sebelumnya. Riwayat penyakit gula darah (-), riwayat
memakai kacamata (-), riwayat trauma mata (-), riwayat
operasi mata (-), riwayat penggunaan obat tetes mata
jangka panjang (-), dan demam (-).
Riwayat penyakit - Tidak ada keluarga yang menderita penyakit seperti
keluarga pasien
- Riwayat hipertensi dan diabetes mellitus disangkal.
Riwayat gizi IMT: 55/(1,63)2 = 20,7(normal)
Keadaan sosial Menengah ke bawah
ekonomi

Penyakit Sistemik
 Tractus respiratorius Tidak ada keluhan
 Tractus digestivus Tidak ada keluhan
 Kardiovaskuler Tidak ada keluhan
 Endokrin Tidak ada keluhan
 Neurologi Tidak ada keluhan
 Kulit Tidak ada keluhan
 THT
Tidak ada keluhan
 Gigi dan mulut
Tidak ada keluhan
 Lain-lain
Tidak ada keluhan

Pemeriksaan Visus dan Refraksi


OD OS
Visus : 2/60 Visus : 4/60

3
4
Muscle Balance
Kedudukan bola mata Ortoforia Ortoforia

Pergerakan bola mata

Duksi : baik Duksi : baik


Versi : baik Versi : baik

Pemeriksaan Eksternal
OD OS
mixed injection lensa keruh

kornea udem
Palpebra superior Palpebra superior
Edema (-), hiperemis (-), Edema (-), hiperemis (-),
entropion (-), ektropion (-) entropion (-), ektropion (-)
Palpebra inferior Palpebra inferior
Benjolan (-), hiperemis (-), Benjolan (-), hiperemis (-),
entropion (-), ektropion (-) entropion (-), ektropion (-)
Cilia Cilia
Trikiasis (-), distikiasis (-) Trikiasis (-), distikiasis (-)
Ap. lacrimalis Ap. lacrimalis
Pembengkakan kelj. dan sakus lakrimal Pembengkakan kelj. dan sakus lakrimal
(-), hiperemis punktum lakrimal sup (-), hiperemis punktum lakrimal sup
et inf (-), pus (-) et inf (-), pus (-)

5
Conjungtiva tarsus superior Conjungtiva tarsus superior
Papil (-), folikel (-), sikatriks (-) Papil (-), folikel (-), sikatriks (-)
Conjungtiva tarsus inferior Conjungtiva tarsus inferior
Papil (-), folikel (-), sikatriks (-) Papil (-), folikel (-), sikatriks (-)
Conjungtiva bulbi Conjungtiva bulbi
Injeksi siliar dan injeksi konjungtiva Injeksi siliar dan injeksi konjungtiva (-)
(+)
Kornea Kornea
Keruh (+), edema (+) Keruh (-), edema (-)
COA COA
Sulit dinilai Dalam, hifema (-), hipopion (-)
Pupil Pupil
Bulat, melebar  6 mm Bulat, menyempit  3 mm
RC direct (-), indirect (-) RC direct (+), indirect (+)
Iris Iris
Coklat, kripta tidak jelas Coklat, kripta jelas
Shadow test sulit dinilai Shadow test (-)
Lensa : sulit dinilai Lensa : agak keruh

Pemeriksaan TIO (manual)


Fluktuasi (+), teraba keras Fluktuasi (+), tidak teraba keras
N +2 N +1

Funduskopi
Sulit dinilai karena media refraksi Tidak dilakukan
keruh

Visual Field

6
Sulit dinilai karena pasien kurang Sulit dinilai karena pasien kurang
kooperatif kooperatif

7
Pemeriksaan Slit Lamp
OD OS

Supersilia lengkap, tidak mudah rontok Supersilia lengkap, tidak mudah rontok
Cilia Cilia
Trikiasis (-), distikiasis (-) Trikiasis (-), distikiasis (-)
Palpebra Palpebra
Jaringan sikatriks (-), benjolan (-), Jaringan sikatriks (-), benjolan (-),
hiperemis (-) hiperemis (-)
Conjungtiva Conjungtiva
Injeksi siliar (+), injeksi konjungtiva (-), Injeksi siliar (-), injeksi konjungtiva (-),
papil (-), folikel (-) papil (-), folikel (-)
Kornea Kornea
Keruh (+), edema (+), ulkus (-), Keruh (-), edema (-), ulkus (-),
abrasi (-), sikatriks (-) abrasi (-), sikatriks (-)
Pupil Pupil
Bulat, refleks cahaya (-) Bulat, refleks cahaya (+)
Iris Iris
Coklat, kripta tidak jelas, Coklat, kripta jelas,
sinekia anterior (-), sinekia posterior (-) sinekia anterior (-), sinekia posterior (-)
Lensa Lensa
Sulit dinilai Keruh, kedudukan lensa di tengah

8
9
Tonometer
OD OS
 Schiotz : -  Schiotz : -
 Non contact : error  Non contact : 28 mmHg

Pemeriksaan Umum
Tinggi badan 163 cm
Berat badan 55 kg
Tekanan darah 110/80 mmHg
Nadi 84 kali/menit
Suhu 36,80C
Pernapasan 18 kali/menit
Kerdiovaskuler BJ I-II regular, murmur (-), gallop (-)
Traktus gastrointestinal Bising usus (+)
Paru-paru Vesicular (+/+), wheezing (-/-), rhonki (-/-)
Neurologi Tidak dilakukan

Diagnosis : katarak subcapsular posterior ODS


Diagnosis diferensial :
-
Anjuran pemeriksaan : Gonioskopi, USG mata
Pengobatan :
 Medikamentosa :
- SICS + IOL OD
- Cendo Xytrol 6 x 1 tetes/hari OD
- Ciprofloxacin 2 x 500 mg
- Paracetamol 3 x 500 mg
- Diazepam 1 x 5 mg

10
- Amlodipin 1 x 10 mg
Prognosis :
Quo ad vitam: Dubia ad bonam
Quo ad functionam: Dubia ad bonam
Quo ad sanationam: Dubia ad bonam

11
BAB III
TINJAUAN PUSTAKA

3.1 Anatomi Lensa


Lensa adalah struktur binkonveks yang transparan, yang dibungkus oleh kapsul
yang transparan. Terletak dibelakang iris dan di depan corpus vitreum, serta
dikelilingi processus siliaris. Lensa tidak memiliki serabut saraf, pembuluh darah, dan
jaringan ikat. Lensa dipertahankan di tempatnya oleh serat zonula yang berada di
antara lensa dan badan siliar. Serat zonula ini, yang bersal dari ephitel siliar, adalah
serat kaya fibrilin yang mengelilingi lensa secara sirkular. Lensa adalah salah satu
media refraktif terpenting yang berfungsi memfokuskan cahaya masuk ke mata agar
jatuh tepat ke retina. Lensa memiliki dua permukaan, yaitu permukaan anterior dan
posterior. Permukaan posterior lebih cembung daripada permukaan anterior.
Secara histologis lensa memiliki empat komponen utama yaitu :
1. kapsul lensa
Kapsul lensa terdiri dari kapsul anterior dan posterior. Kapsul ini merupakan
suatu membran basalis dan terutama terdiri dari kolagen tipe IV, beberapa serat
kolagen lain dan komponen matriks ekstraseluler,seperti glikosaminoglikan,laminin,
fibronektin dan proteoglikan. Kapsul lensa merupakan membran halus, homogen dan
tidak mengandung pembuluh darah serta bersifat semipermeabel sehingga dapt dilalui
oleh air dan elektrolit. Ketebalan kapsul lensa bervariasi dimana yang paling tebal
terdapat di ekuator dan yang paling tipis di daerah polus posterior. Kelengkungan
bagian anterior lensa berbeda dengan kelengkungan bagian posterior dimana
kelengkungan bagian posterior dengan radius kurvatura 10.0 mm sedangkan
kelengkungan anterior dengan radius kurvatura 6.0 mm).
2. Epitel subkapsuler
Epitel subkapsular terdiri atas sel epitel kuboid yang hanya terdapat pada
permukaan anterior lensa. Epitel subkapsular yang berbentuk kuboid akan berubah

12
menjadi kolumnar di bagian ekuator dan akan terus memanjang dan membentuk
serat lensa. Lensa bertambah besar dan tumbuh seumur hidup dengan terbentuknya
serat lensa baru dari sel-sel yang terdapat di ekuator lensa. Sel-sel epitel ini memiliki
banyak interdigitasi dengan serat-serat lensa.
Di sinilah terjadi aktivitas metabolisme dan transpor aktif yang membawa keuar
seluruh hasil aktivitas sel normal termasuk Deoxyribonucleic Acid (DNA),
Ribonucleic Acid (RNA), protein dan sintesis lipid. Di sinilah pula terbentuk
Adenosine Triphosphate (ATP) yang dibutuhkan oleh lensa untuk transpor nutrisi
karena lensa merupakan organ avaskular.
3. Nukleus dan korteks
Korteks lensa merupakan bagian yang lebih lunak daripada nukleus lensa.
Nukleus merupakan serat lensa yang terbentuk sejak lahir dan korteks merupakan
serat baru yang terbentuk setelah lahir.Sesuai dengan bertambahnya umur, serat –
serat lamelar subepitel terus berproduksi, sehingga lama kelamaan lensa menjadi
lebih besar dan kurang elastis. Nukleus dan korteks terbentuk dari lamela konsentris
yang panjang. Tempat bertemunya lamela- lamela ini berbentuk Y yang dapat dilihat
dengan menggunakan slit lamp dengan bagian tegak di anterior dan terbalik di
posterior. Lensa secara terus menerus membentuk serat baru dimana serat yang lebih
dulu dibentuk akan tergser dan tertekan ke bagian tengah lensa sehingga menjadi
bagian dari nukleus lensa yang tidak elastis. Oleh karena itu ukuran nukleus lensa
yang tidak elastis akan bertambah besar.

2.2 Fisiologis Lensa


Lensa adalah salah satu dari media refraktif terpenting yang berfungsi
memfokuskan cahaya masuk ke mata agar tepat jatuh di retina. Lensa memiliki
kekuatan sebesar 10-20 dioptri tergantung dari kuat lemahnya akomodasi.
Agar sinar dari kejauhan bisa terfokus, otot- otot siliar bisa berelaksasi, serabut-
serabut zonula teregang, sehingga mengurangi diameter anteroposterior lensa sampai

13
dimensi minimal. Dalam posisi ini daya refraksi adalah minimal dan dengan
demikian sinar sejajar terfokos pada retina. Untuk memfokuskan sinar yang berasal
dari jarak yang dekat, otot- otot siliar berkontraksi menarik koroid ke depan dan
membebaskan tegangan pada zonula. Kapsul lensa yang elastic menjadikan lensa
daya refraksinya bertambah besar. Kerjasama fisiologis antara badan siliar zonula
dan lensa menghasilkan terfokusnya obyek dekat pada retina dan ini dinamakan
akomodasi. Karena umur lensa bertambah tua maka daya akomodasi makin
menurun.
Dalam keadaan normal transparansi lensa terjadi karena adanya keseimbangan
antara protein yang dapat larut dalam protein yang tidak dapat larut dalam
membrane semi permiable. Apabila terjadi peningkatan jumlah protein yang tidak
dapat diserap dapat mengakibatkan penurunan sintesa protein, perubahan
biokimiawi dan fisik dan protein tersebut mengakibatkan jumlah protein dalam lensa
melebihi jumlah protein dalam lensa, melebihi jumlah protein dalam bagian yang
lain sehingga membentuk suatu kapsul yang dikenal dengan nama katarak.
Terjadinya penumpukan cairan dan degenerasi dan disintegrasi pada serabut tersebut
menyebabkan jalannya cahaya terhambat dan mengakibatkan gangguan mata.

2.3 Katarak
2.3.1 Definisi Katarak
Katarak berasal dari bahasa Yunani Katarrhakies, Inggris Cataract, dan latincataracta
yang berarti air terjun. Dalam bahasa Indonesia disebut bular dimana penglihatan seperti
tertutup air terjun akibat lensa keruh. Katarak adalah setiap keadaan kekeruhan pada lensa
yang dapat terjadi akibat hidrasi (penambahan cairan) lensa, denaturasi protein lensa terjadi
akibat kedua-duanya.

14
Gambar 2.2 katarak

2.3.2 Epidemiologi Katarak


Menurut WHO, katarak adalah penyebab kebutaan terbesar di seluruh dunia.
Katarak menyebabkan kebutaan pada delapan belas juta orang diseluruh dunia dan
diperkirakan akan mecapai angka empat puluh juta orang pada tahun 2020. Hampir 20,5
juta orang dengan usia di atas 40 yang menderita katarak, atau 1 tiap 6 orang dengan usia di
atas 40 tahun menderita katarak.

2.3.3 Etiologi dan Faktor Risiko Katarak.


Katarak umumnya merupakan penyakit pada usia lanjut, akan tetapi dapat
juga akibat kelainan kongenital, atau penyulit penyakit mata lokal menahun.
Bermacam-macam penyakit mata dapat mengakibatkan katarak seperti glaukoma,
ablasi, uveitis, retinitis pigmentosa, dan bahan toksik khusus (kimia dan fisik).
Katarak dapat berhubungan dengan proses penyakit intraokuler lainnya. Kelainan

15
sistemik atau metabolik juga dapat menyebabkan terjadinya katarak, seperti
diabetes mellitus, galaktosemi, dan distrofi miotonik. Katarak dapat ditemukan
dalam keadaan tanpa adanya kelainan mata atau sistemik ( katarak senil, juvenil,
herediter ) atau kelainan kongenital mata. Terdapat beberapa faktor yang dapat
merupakan penyebab terbentuknya katarak lebih cepat, seperti :
 Diabetes
 Radang mata
 Trauma mata
 Riwayat keluarga dengan katarak
 Pemakaian steroid lama (oral) atau tertentu lainnya.
 Merokok
 Pembedahan mata lainnya
 Terpajan banyak sinar ultra violet (matahari).

2.3.4 Klasifikasi Katarak


Berdasarkan anatomi katarak dibagi menjadi :
1. Katarak nuklear.
Bentuk katarak yang sangat umum. Kekeruhan terutama pada nucleus yang
terletak dibagian sentral lensa. Katarak ini diakibatkan oleh bertambahnya
usia.
2. Katarak kortikal.
Katarak atau kekeruhan lensa yang terbentuknya pada korteks lensa. Diabetes
mellitus akan mengakibatkan katarak kortikal ini. Pemeriksaan menggunakan
biomikroskop slitlamp akan mendapatkan gambaran vakuola dan seperti celah
air disebabkan degenerasi serabut lensa, serta pemisahan lamela korteks
anterior atau posterior oleh air. Gambaran Cortical-spokes seperti baji terlihat
di perifer lensa dengan ujungnya mengarah ke sentral, kekeruhan ini tampak
gelap apabila dilihat menggunakan retroiluminasi.

16
3. Katarak subkapsular posterior
Biasanya mulai dibelakang lensa. Bentuk katarak subkapsular sering
ditemukan pada penderita diabetes mellitus, rabun jauh berat, retinitis
pigmentosa atau penderita yang memakai steroid lama.
Katarak tipe ini terletak pada lapisan korteks posterior dan biasanya selalu
aksial. Pada tahap awal biasanya katarak subkapsularis posterior ini masih
terlihat halus pada pemeriksaan slit lamp di lapisan korteks posterior., tetapi
pada tahap lebih lanjut terlihat kekeruhan granular dan seperti plak pada
korteks subkapsular posterior. Gejala yang timbul dapat berupa silau, diplopia
monokular dan lebih kabur melihat dekat dibandingkan melihat jauh.

Berdasarkan usia katarak dapat diklasifikasikan dalam :


1. Katarak kongenital, katarak yang sudah terlihat pada usia dibawah 1 tahun.
2. Katarak juvenil, katarak yang terjadi sesudah usia 1 tahun
3. Katal sensil, katarak setelah usia 50 tahun.

Beberapa klasifikasi katarak :


a. Katarak Kongenital
Katarak kongenital adalah katarak yang mulai terjadi sebelum atau segera setelah
lahir dan bayi berusia kurang dari 1 tahun. Katarak kongenital merupakan penyebab
kebutaan pada bayi yang cukup berarti terutama akibat penanganannya yang kurang
tepat.
Katarak kongenital digolongkan dalam katarak :
1. Kapsulolentikular, dimana pada golongan ini termasuk katarak kapsular dan
katarak polaris.
2. Katarak Lentikular, dimana pada golongan ini termasuk katarak yang
mengenai korteks atau nukleus lensa saja.

17
Pada pupil mata bayi yang menderita katarak kongenital akan terlihat bercak putih
atau
suatu leukokoria. Untuk mengetahui penyebab katarak kongenital diperlukan
pemeriksaan riwayat prenatal infeksi pada ibu seperti rubella pada kehamilan
trimester pertama dan riwayat pemakaian obat selama kehamilan.
b. Katarak Juvenil
Katarak yang lembek dan terdapat pada orang muda, yang mulai terbentuk pada
usia kurang dari 9 tahun dan lebih dari 3 bulan. Katarak juvenile biasanya
merupakan kelanjutan katarak kongenital. Katarak juvenil biasanya merupakan
penyulit penyakit sistemik ataupun metabolik dan penyakit lainnya seperti :
1. Katarak metabolik
 Katarak diabetik dan galaktosemik (gula)
 Katarak hipokalsemik (tetanik)
 Katarak defisiensi gizi
 Katarak aminoasiduria (termasuk sindrom Lowe dan homosistinuria)
 Penyakit Wilson
 Katarak berhubungan dengan kelainan metabolik lain.
2. Otot
Distrofi miotonik (umur 20 sampai 30 tahun)
3. Katarak traumatik
4. Katarak komplikata
 Kelainan kongenital dan herediter (siklopia, koloboma, mikroftalmia, aniridia,
pembuluh hialoid persisten, heterokromia iridis).
 Katarak degeneratif (dengan miopia dan distrofi vitreoretinal), seperti Wagner
dan retinitis pigmentosa, dan neoplasma).
 Katarak anoksik

18
 Toksik (kortikosteroid sistemik atau topikal, ergot, naftalein, dinitrofenol,
triparanol, antikholinesterase, klorpromazin, miotik, klorpromazin, busulfan,
dan besi).
 Lain-lain kelainan kongenital, sindrom tertentu, disertai kelainan kulit
(sindermatik), tulang (disostosis kraniofasial, osteogenesis imperfekta,
kondrodistrofia kalsifikans kongenita pungtata), dan kromosom.
 Katarak radiasi

c. Katarak Senil
Katarak senil adalah semua kekeruhan lensa yang terdapat pada usia lanjut, yaitu
usia diatas 50 tahun. Penyebabnya sampai sekarag tidak diketahui secara pasti.
Katarak senil secara klinis dikenal dalam 4 stadium yaitu insipien, imatur, matur dan
hipermatur.
I. Katarak insipien
Pada stadium ini akan terlihat hal-hal berikut : Kekeruhan mulai dari tepi akuator
berbentuk jeriji menuju korteks anterior dan posterior. Vakuol mula terlihat di
dalam korteks. Katarak subkapsular posterior, kekeruhan ini mulai terlihat anterior
subkapsular posterior, celah berbentuk antara serat lensa dan korteks berisi
jaringan degeneratif pada katarak insipien. Kekeruhan ini dapat menimbulkan
poliopia oleh karena indeks refraksi yang tidak sama pada semua bagian lensa.
II. Katarak imatur
Sebagian lensa keruh atau katarak yang belum mengenai seluruh lapis lensa.
Pada katarak imatur akan dapat bertambah volume lensa akibat meningkatnya
tekanan osmotik bahan lensa degeneratif. Pada keadaan lensa mencembung akan
dapat menimbulkan hambatan pupil, sehingga terjadi glaukoma sekunder.
III. Katarak matur
Pada katarak matur, kekeruhan telah mengenai seluruh massa lensa. Kekeruhan
ini bias terjadi akibat deposisi ion Ca yang menyeluruh. Bila katarak imatur tidak

19
dikeluarkan,maka cairan lensa akan keluar sehingga lensa kembali pada ukuran
yang normal. Bilik mata depan akan berukuran kedalaman normal kembali, tidak
terdapat bayangan iris pada lensa yang keruh, sehingga uji bayangan negatif.
IV. Katarak hipermatur
Katarak yang mengalami proses degenerasi lanjut, dapat menjadi keras atau
lembek dan mencair. Masa lensa yang berdegenerasi keluar dari kapsul lensa
sehingga lensa menjadi mengecil, berwarna kuning dan kering. Pada pemeriksaan
terlihat bilik mata dalam dan lipatan kapsul lensa. Kadang-kadang pengkerutan
berjalan terus sehingga hubungan dengan zonula Zinn menjadi kendur. Bila
proses katarak berjalan lanjut disertai dengan kapsul yang tebal, maka korteks
yang berdegenerasi dan cair tidak dapat keluar, korteks akan memperlihatkan
bentuk sebagai sekantong susu disertai dengan nukleus yang terbenam di dalam
korteks lensa karena lebih berat. Keadaan ini disebut sebagai katarak Morgagni.

d. Katarak Komplikata
Merupakan katarak akibat penyakit mata lain seperti radang, dan proses
degenerasi seperti ablasi retina, retinitis pigmentosa, glaukoma, tumor intraokular,
iskemia okular, akibat suatu trauma dan pasca bedah mata. Katarak komplikata
dapat juga disebabkan oleh penyakit sistemik endokrin ( hipoparatiroid,
galaktosemia dan miotonia distrofi) dan keracunan obat (steroid lokal lama,
steroid sistemik, oral kontra septik dan miotika antikolinesterase). Katarak
komplikata memberikan tanda khusus dimana mulai katarak selamanya di daerah
bawah kapsul atau pada lapisan korteks, kekeruhan dapat difus, pungtata ataupun
linear. Dapat berbentuk rosete, retikulum dan biasanya terlihat vakuol.
Dikenal 2 bentuk yaitu :
 Kelainan pada polus posterior mata Terjadi akibat penyakit koroiditis,
retinitis pigmentosa, ablasi retina, miopia tinggi dan kontusio retina.
Biasanya kelainan ini berjalan aksial sehingga sering terlihat nukleus lensa

20
tetap jernih. Katarak akibat miopia tinggi dan ablasi retina memberikan
gambaran agak berlainan.
 Kelainan pada polus anterior mata Biasanya akibat kelainan kornea berat,
iridosiklitis, kelainan neoplasma dan glaukoma. Pada katarak iridosiklitis
akan mengakibatkan katarak subkapsularis anterior sedangkan pada
katarak akibat glaukoma akan terlihat katarak disiminata pungtata
subkapsular anterior.

e. Katarak Diabetes
Merupakan katarak yang terjadi akibat adanya penyakit diabetes mellitus.
Katarak pada pasien diabetes mellitus dapat terjadi dalam 3 bentuk :
 Pasien dengan dehidrasi berat, asidosis dan hiperglikemi nyata, pada lensa
akan terlihat kekruhan berupa garis akibat kapsul lensa berkerut. Bila
dehidrasi lama akan terjadi kekeruhan lensa, kekeruhan akan hilang jika
terjadi rehidrasi dan kadar gula normal kembali.
 Pasien diabetes juvenil dan tua tidak terkontrol, dimana terjadi katarak
serentak pada kedua mata dalam 48 jam, bentuk dapat snowflakes atau
bentuk piring subkapsular.
 Katarak pada pasien diabetes dewasa dimana gambaran secara histologi
dan biokimia sama dengan katarak pasien non diabetik.

f. Katarak Sekunder
Terjadi akibat terbentuknya jaringan fibrosis pada sisa lensa yang tertinggal,
paling cepat keadaan ini terlihat sesudah 2 hari ekstraksi katarak ekstra kapsular (
EKEK ). Pengobatan katarak sekunder adalah pembedahan seperti disisio katarak
sekunder, kapsulotomi, membranektomi, atau mengeluarkan seluruh membran
keruh.

21
2.3.5 Patogenesis
 Konsep Penuaan
Lensa mata mempunyai bagian yang disebut pembungkus lensa atau kapsul
lensa, korteks lensa yang terletak antara nukleus lensa atau inti lensa dengan kapsul
lensa. Pada anak dan remaja nukleus bersifat lembek sedang pada orang tua nukleus
ini menjadi keras. Dengan menjadi tuanya seseorang, maka lensa mata akan
kekurangan air dan menjadi lebih padat. Lensa akan menjadi keras pada bagian
tengahnya, sehingga kemampuannya memfokuskan benda dekat berkurang. Dengan
bertambahnya usia, lensa mulai berkurang kebeningannya, keadaan ini akan
berkembang dengan bertambah beratnya katarak.
 Teori Radikal Bebas
Mekanisme terjadinya katarak karena penuaan memang masih diperdebatkan,
tetapi telah semakin nyata bahwa oksidasi dari protein lensa adalah salah satu faktor
penting. Serat-serat protein yang halus yang membentuk lensa internal itu sendiri
bersifat bening. Kebeningan lensa secara keseluruhan bergantung pada keseragaman
penampang dari serat-serat ini serta keteraturan dan kesejajaran letaknya di dalam
lensa. Ketika protein rusak, keseragaman struktur ini menghilang dan serat-serat
bukannya meneruskan cahaya secara merata, tetapi menyebabkan cahaya terpencar
dan bahkan terpantul. Hasilnya adalah kerusakan penglihatan yang parah. Kerusakan
protein akibat elektronnya diambil oleh radikal bebas dapat mengakibatkan sel-sel
jaringan dimana protein tersebut berada menjadi rusak yang banyak terjadi adalah
pada lensa mata sehingga menyebabkan katarak. Pandangan yang mengatakan bahwa
katarak karena usia mungkin disebabkan oleh kerusakan radikal bebas memang tidak
langsung, tetapi sangat kuat dan terutama didasarkan pada perbedaan antara kadar
antioksidan di dalam tubuh penderita katarak dibandingkan dengan mereka yang
memiliki lensa bening.
 Sinar Ultraviolet

22
Banyak ilmuan yang sekarang ini mencurigai bahwa salah satu sumber radikal
bebas penyebab katarak adalah sinar ultraviolet yang terdapat dalam jumlah besar di
dalam sinar matahari. Memang sudah diketahui bahwa radiasi ultraviolet
menghasilkan radikal bebas di dalam jaringan. Jaringan di permukaan mata yang
transparan sangat peka terhadap sinar ultraviolet. Pada mereka yang mempunyai
riwayat terpajan sinar matahari untuk waktu lama dapat mempercepat terjadinya
katarak.
 Merokok
Kerusakan lensa pada katarak adalah kerusakan akibat oksidasi pada protein
lensa. Rokok kaya akan radikal bebas dan substansi oksidatif lain seperti aldehid.
Kita tahu bahwa radikal bebas dari asap rokok dapat merusak protein. Dilihat dari
semua ini, tidaklah mengherankan bahwa perokok lebih rentan terhadap katarak
dibanding dengan yang bukan perokok.
2.3.6 Diagnosis
Kekeruhan lensa atau katarak akan mengakibatkan sinar terhalang masuk ke
dalam mata sehingga penglihatan menjadi menurun. Gumpalan protein lensa
mengakibatkan menurunkan ketajaman bayangan mencapai retina. Gumpalan kecil
tidak menganggu penglihatan dan gumpalan ini bertambah besar sehingga perlahan-
lahan penglihatan bertambah kurang.
Pasien dengan katarak mengeluh, gangguan penglihatan dapat berupa :
 Merasa silau
 Berkabut,berasap
 Sukar melihat dimalam hari atau penerangan redup.
 Melihat ganda
 Melihat warna terganggu
 Melihat halo sekitar sinar
 Penglihatan menurun.

23
Katarak biasanya didiagnosis melalui pemeriksaan rutin mata.Katarak pada
stadium perkembangan yang paling dini dapat diketahui melalui pupil yang didilatasi
maksimum dengan opthalmoskop, kaca pembesar atau slitlamp. Pemeriksaan yang
dilakukan pada pasien katarak adalah pemeriksaan sinar celah ( slitlamp ),
funduskopi, tonometer selain daripada pemeriksaan prabedah. Pada pasien diabetes,
diperiksa juga kadar gula darah. Pemeriksaan kartu mata Snellen juga dilakukan
Universitas Sumatera Utara untuk melihat kemungkinan terganggu dengan kerusakan
kornea, lensa , atau vitreous humor atau penyakit sistem saraf dan jalan optik.

2.3.7 Diagnosis Banding


 Katarak diabetes
Merupakan katarak yang terjadi akibat adanya penyakit diabetes mellitus.
Katarak bilateral dapat terjadi karena gangguan sistemik, seperti salah satunya pada
penyakit diabetes mellitus.
 Katarak komplikata m
Merupakan katarak akibat penyakit mata lain seperti radang, dan proses
degenerasi seperti ablasi retina, retinitis pigmentosa, glaucoma, tumor intraocular,
iskemia ocular, nekrosis anterior segmen, buftalmos,akibat suatu trauma dan pasca
bedah mata. Katarak komplikata dapat juga disebabkan oleh penyakit sistemik
endokrin(diabetes melitus, hipoparatiroid,galaktosemia,dan miotonia distrofi) dan
keracunan obat ( tiotepa intravena, steroid local lama, steroid sistemik, oral
kontraseptik dan miotika antikolinesterase ). Katarak komplikata memberikan tanda
khusus dimana mulai katarak selamanya didaerah bawah kapsul atau pada lapis
korteks, kekeruhan dapay difus, pungtata, linear, rosete, reticulum dan biasanya
terlihat vakuol.
 Katarak traumatik
Paling sering disebabkan oleh cedera benda asing di lensa atau trauma tumpul
terhadap bola mata. Sebagian besar katarak traumatik dapat dicegah.

24
Lensa menjadi putih segera setelah masuknya benda asing, karena lubang pada kapsul
lensa menyebabkan humor aqueus dan kadang-kadang korpus vitreum masuk dalam
struktur lensa. Pasien mengeluh penglihatan kabur secara mendadak. Mata jadi
merah, lensa opak, dan mungkin disertai terjadinya perdarahan intraokular. Apabila
humor aqueus atau korpus vitreum keluar dari mata, mata menjadi sangat lunak.
Penyulit adalah infeksi, uveitis, ablasio retina dan glaukoma.

2.3.8 Penatalaksanaan
Katarak hanya dapat diatasi melalui prosedur operasi, tetapi jika gejala katarak
tidak mengganggu, tindakan operasi tidak diperlukan. Operasi katarak dilakukan
dengan cara ekstraksi lensa dengan prosedur intrakapsular atau ekstrakapsular.
1. Pengobatan Preoperatif
- Antibiotik topical
- Preparasi pada mata sebelum operasi dilakukan
- Informed consent
- Menurunkan tekanan bola mata (TIO)
- Menjaga agar pupil tetap berdilatasi

2. Operasi

 Operasi katarak intrakapsular atau Ekstraksi Katarak Intrakapsular ( EKIK )


Pembedahan dengan mengeluarkan seluruh lensa bersama kapsul. Dapat
dilakukan pada zonula Zinn yang telah rapuh atau berdegenerasi dan mudah diputus.
Pada katarak ekstraksi intrakapsular tidak akan terjadi katarak sekunder dan
merupakan tindakan pembedahan yang sangat lama populer. Pembedahan ini
dilakukan dengan mempergunakan mikroskop dan pemakaian alat khusus sehingga
penyulit tidak banyak seperti sebelumnya.

25
Katarak ekstraksi intrakapsular ini tidak boleh dilakukan atau kontraindikasi
pada pasien berusia kurang dari 40 tahun yang masih mempunyai ligament hialoidea
kapsular.
Kontraindikasi absolut pada katarak anak dan dewasa muda dan kasus ruptur
kapsula traumatic. Sedangkan kontraindikasi relatif pada high myopia, marfan
syndrome, katarak morgagni, dan adanya vitreous di bilik mata depan.
Penyulit yang dapat terjadi pada pembedahan ini astigmat, glaucoma, uveitis,
endoftalmitis, dan perdarahan.

Pembedahan Katarak dengan Metode ICCE

 Operasi katarak ekstrakapsular atau Ekstraksi Katarak Ekstrakapsular (EKEK)


Tindakan pembedahan pada lensa katarak dimana dilakukan pengeluaran isi
lensa dengan memecah atau merobek kapsul lensa anterior sehingga massa lensa dan
korteks lensa dapat keluar, melalui robekan tersebut, kemudian dikeluarkan melalui
insisi 9-10 mm, lensa intraocular diletakkan pada kapsul posterior

26
Termasuk ke dalam golongan ini ekstraksi linear, aspirasi dan irigasi. .
Pembedahan ini dilakukan pada pasien dengan katarak imatur, kelainan endotel,
keratoplasti, implantasi sekunder lensa intra okular, kemungkinan akan dilakukan
bedah glaukoma, sebelumnya mata mengalami ablasi retina, predisposisi prolaps
vitreous dan sitoid macular edema. Penyulit yang dapat timbul pada pembedahan ini
yaitu dapat terjadi katarak sekunder.

Metode dengan ECCE


 Keuntungan ECCE dibandingkan dengan ICCE:
1. ECCE dapat dilakukan pada penderita di semua usia kecuali jika zonule tidak
intak, sedangkan pada ICCE tidak dapat dilakukan pada penderita usia di
bawah 40 tahun.
2. Pada ECCE dapat dilakukan implantasi IOL sedangkan pada ICCE tidak dapat
dilakukan
3. Komplikasi postoperative yang berhubungan dengan vitreous (herniasi pada
bilik mata depan, papillary blok, vitreous touch syndrome) hanya dapat terjadi
pada ICCE, sedangkan pada ECCE komplikasi tersebut tidak dapat terjadi.
4. Insidens untuk komplikasi seperti endoftalmitis, cystoid macular edema, dan
ablasi retina lebih kecil pada ECCE dibandingkan dengan teknik ICCE

27
5. Kemungkinan astigmatisme postoperative lebih kecil pada ECCE
dibandingkan dengan ICCE karena insisi yang dilakukan lebih kecil
 Keuntungan ICCE dibandingkan dengan ECCE:
1. Teknik ICCE lebih simple, mudah dilakukan, lebih murah dan tidak
memerlukan alat yang canggih.
2. Komplikasi kekeruhan lensa posterior pasca operasi sangat mungkin terjadi
pada proses ECCE, tidak dengan teknik ICCE
3. ICCE membutuhkan waktu yang relatif singkat, cocok untuk operasi massal

 Small Incision Cataract Surgery (SICS)


Pada tekhnik ini insisi dilakukan di sklera sekitar 5.5mm – 7.0mm. Keuntungan
insisi pada sklera kedap air sehingga membuat katup dan isi bola mata tidak prolaps
keluar. Dan karena insisi yang dibuat ukurannya lebih kecil dan lebih posterior,
kurvatura kornea hanya sedikit berubah. . Sesudah ekstraksi katarak mata tak
mempunyai lensa lagi yang disebut afakia. Tanda-tandanya adalah bilik mata depan
dalam, iris tremulans dan pupil hitam.

28
 Fakoemulsifikasi
Pembedahan dengan menggunakan vibrator ultrasonic untuk menghancurkan
nucleus yang kemudian diaspirasi melalui insisi 2,5-3 mm, dan kemudian
dimasukkan lensa intraocular yang dapat di lipat.
Keuntungan yang didapat dengan tindakan insisi kecil ini adalah pemulihan
visus lebih cepat, induksi astigmatis akibat operasi minimal, komplikasi dan inflamasi
pasca bedah minimal. Kerugian dari phakoemulsifikasi : Biaya, Peralatan yang sangat
mahal, membutuhkan biaya tambahan untuk tiap jenis peralatan untuk tiap kasus.
Latihan, phakoemulsifikasi merupakan tehnik yang sulit untuk dipelajari,
membutuhkan waktu yang sangat lama untuk latihan.

29
Penyulit yang dapat ditimbul pada pembedahan katarak ekstrakapsul, dapat
terjadi katarak sekunder yang dapat di hilangkan/dikurangi dengan tindakan yang
laser.

Pemasangan Lensa Tanam (IOL)

Merupakan pilihan utama untuk kasus aphakia. Bahan dasar IOL yang dipakai sampai
saat ini yaitu polymethylmethacrylate (PMMA). Ada beberapa tipe dari IOL
berdasarkan metode fiksasinya di mata:
1. Anterior Chamber IOL

30
Lensa jenis ini berada di depan iris dan disuport oleh anterior chamber. ACIOL ini
dapat ditanam setelah proses ICCE dan ECCE. Jenis ini jarang dipakai karena
mempunyai resiko tinggi terjadinya bullous Keratopathy.
2. Iris-Supported lenses
Lensa difiksasi di iris dengan bantuan jahitan. Lensa jenis ini juga telah jarang
dipakai karena mempunya insidens yang tinggi terjadinya komplikasi post operatif

3. Posterior chamber lenses


PCIOL ini terletak di bagian belakang iris yang disuport oleh sulkus siliar atau oleh
capsular bag. Ada 3 jenis dari PCIOL yang sering dipakai:
o Rigid IOL
Terbuat secara keseluruhan dari PMMA
o Foldable IOL
Dipakai untuk penanaman melalui insisi yang kecil(3,2mm) setelah tindakan
phacoemulsifikasi dan terbuat dari silikom, akrilik, hydrogel dan collaner
o Rollable IOL
IOL yang paling tipis dan biasa dipakai setelah mikro insisi pada phakonit teknik,
terbuat dari hydrogel.

31
Indikasi pemasangan IOL:
Sebaliknya pemasangan IOL dilakukan pada setiap operasi katarak, kecuali ada
kontraindikasinya.
Pseudophakia
Adalah keadaan aphakia ketika sudah dipasang lensa tanam (IOL). Keadaan setelah
pemasangan lensa tanam:
 Emmetropia
Keadaan di mana kekuatan lensa yang ditanam tepat. Pasien yang demikian hanya
membutuhkan kacamata plus untuk penglihatan dekat saja

 Consecutive Myopia
Keadaan di mana kekuatan lensa yang ditanam overkoreksi. Pasien yang demikian
membutuhkan kacamata untuk menangani myopia dan juga membutuhkan
kacamata plus untuk penglihatan dekatnya
 Consecutive Hypermetropia
Keadaan dimana kekuatan lensa yang ditanam underkoreksi sehingga membutuhkan
kacamata plus untuk penglihatan jauhnya dan tambahan +2D dan +3D untuk
penglihatan dekatnya.
Tanda-tanda pseudophakia:
o Surgical scar, biasanya dapat dilihat di dekat limbus

32
o Anterior chamber biasanya sedikit lebih dalam dibandingkan dengan mata
normal
o Iridodonesis ringan
o Purkinje image test menunjukkan empat gambaran.
o Pupil bewarna kehitam-hitaman tetapi ketika sinar disenter ke arah pupil maka
akan terlihat pantulan reflex. Ada tidaknya IOL dapat dikonfirmasi dengan
mendilatasi pupil.
o Status visus dan refraksi dapat bermacam-macam, sesuai dengan IOL yang
ditanam.

2.3.9 Komplikasi
Bila katarak dibiarkan maka akan terjadi komplikasi berupa glaukoma dan
uveitis. Glaukoma adalah peningkatan abnormal tekanan intraokuler yang menyebabkan
atrofi saraf optik dan kebutaan bila tidak teratasi . Uveitis adalah inflamasi salah satu
struktur traktus uvea.
Pembedahan Komplikasi pembedahan katarak dapat terjadi pada waktu yang
berbeda, terbagi dari ; pada saat operasi, dan setelah operasi. Oleh karena itu perlu untuk
mengevaluasi pasien post operasi katarak selama 1 hari, 1 minggu, 1 bulan dan 3 bulan.
Komplikasi awal pembedahan adalah setiap kejadian klinis yang terjadi baik selama
operasi maupun 48 jam setelah operasi. Komplikasi lanjut adalah setiap kejadian klinis
yang terjadi dalam 4-6 minggu setelah operasi. Komplikasi intra operasi ; prlolap korpus
vitreus, iridodialisis, hyfema,dan perdarahan exspulsif. Sedangkan komplikasi setelah
operasi adalah; oedem kornea, kekeruhan kapsul posterior, residual lens material, prolap
iris, hifema, glaucoma skunder, iridosiklitis, endophtalmitis, ablasi retina, astigmatisma.

2.3.10 Prognosis
Apabila pada proses pematangan katarak dilakukan penanganan yang tepat
sehingga tidak menimbulkan komplikasi serta dilakukan tindakan pembedahan pada
saat yang tepat maka prognosis pada katarak senilis umumnya baik. Tidak adanya

33
penyakit okular lain yang menyertai pada saat dilakukannya operasi yang dapat
mempengaruhi hasil dari operasi, seperti degenerasi makula atau atropi nervus optikus
memberikan hasil yang baik dengan operasi standar yang sering dilakukan yaitu ECCE dan
Phacoemulsifikasi. Hasil pembedahan yang baik dapat mencapai 95%.

34

Anda mungkin juga menyukai