Puskesmas Progam TB
Puskesmas Progam TB
TINJAUAN PUSTAKA
14
Universitas Sumatera Utara
langsung dapat membunuh kuman. Percikan dapat bertahan selama beberapa jam
dalam keadaan yang gelap dan lembab. 3.) Daya penularan seorang pasien ditentukan
oleh banyaknya kuman yang dikeluarkan dari parunya. Makin tinggi derajat
kepositifan hasil pemeriksaan dahak, makin menular pasien tersebut. 4.) Faktor yang
memungkinkan seseorang terpajan kuman TB ditentukan oleh konsentrasi percikan
dalam udara dan lamanya menghirup udara tersebut.Risiko tertular tergantung dari
tingkat pajanan dengan percikan dahak.
Pasien TB paru dengan BTA positif memberikan kemungkinan risiko
penularan lebih besar dari pasien TB paru dengan BTA negatif. Seseorang dapat
terpapar dengan TB hanya dengan menghirup sejumlah kecil kuman TB. Penderita
TB dengan status TB BTA positif dapat menularkan sekurang-kurangnya kepada 1015
orang lain setiap tahunnya. Sepertiga dari populasi dunia sudah tertular dengan TB
(Depkes RI, 2009a). Infeksi TB dibuktikan dengan perubahan reaksi tuberkulin
negative. menjadi positif. Faktor yang mempengaruhi kemungkinan seseorang
menjadi pasien. TB adalah daya tahan tubuh yang rendah, diantaranya infeksi
HIV/AIDS dan malnutrisi (gizi buruk).
2.1.3. Gejala Klinis Pasien TB
Gejala utama pasien TB paru adalah batuk berdahak selama 2-3 minggu atau
lebih. Batuk dapat diikuti dengan gejala tambahan yaitu dahak bercampur darah,
batuk darah, sesak nafas, badan lemas, nafsu makan menurun, berat badan menurun,
malaise, berkeringat malam hari tanpa kegiatan fisik, demam meriang lebih dari satu
program.
Masing-masing
tingkat
pelaksana
program
(UPK,
No
1.
2.
3.
4.
Indikator
Angka Penjaringan
Suspek
Proporsi pasien TB
paru BTA positif
diantara suspek
yang diperiksa
dahaknya
Proporsi pasien TB
paru BTA positif
diantara seluruh
pasien TB paru
Proporsi pasien TB
Anak diantara
seluruh pasien
5.
Angka Konversi
6.
Angka Kesembuhan
7.
Kesalahan
laboratorium
Daftar suspek
Data Kependudukan
Daftar suspek
Register TB
Kab/Kota Laporan
Penemuan
Triwulan
Pemanfaat Indikator
UPK Kab/ Prop Pu
Kota insi
sat
Triwulan
Kartu Pengobatan
Register TB
Kab/Kota Laporan
Penemuan
Kartu Pengobatan
Register TB
Kab/Kota Laporan
Penemuan
Kartu Pengobatan
Register TB
Kab/Kota Laporan
Konversi
Kartu Pengobatan
Register TB
Kab/Kota Laporan
Hasil Pengobatan
Laporan Hasil Uji
Silang
Triwulan
Triwulan
Sumber
Data
Waktu
Triwulan
Triwulan
Triwulan
No
Sumber
Data
Indikator
Waktu
Pemanfaat Indikator
UPK Kab/ Prop Pu
Kota insi
sat
8.
Angka Notifikasi
Kasus
Laporan Penemuan
Data Kependudukan
Tahunan
9.
Angka Penemuan
Kasus
Laporan Penemuan
data perkiraan
jumlah pasien baru
BTA positif
Tahunan
10.
Angka
Keberhasilan
Pengobatan
Kartu Pengobatan
Register TB
Kab/Kota Laporan
hasil Pengobatan
Tahunan
Jumlah suspek yang diperiksa bisa didapatkan dari buku daftar suspek UPK
yang tidak mempunyai wilayah cakupan penduduk, misalnya rumah sakit, BP4 atau
dokter praktek swasta, indikator ini tidak dapat dihitung
3) Proporsi Pasien TB Paru BTA Positif Diantara Semua Pasien TB Paru Tercatat.
Adalah persentase pasien Tuberkulosis paru BTA positif diantara semua
pasien Tuberkulosis paru tercatat. Indikator ini menggambarkan prioritas penemuan
pasien Tuberkulosis yang menular diantara seluruh pasien Tuberkulosis paru yang
diobati.
Angka ini sebaiknya jangan kurang dari 65%. Bila angka ini jauh lebih
rendah, itu berarti mutu diagnosis rendah dan kurang memberikan prioritas untuk
menemukan pasien yang menular (pasien BTA Positif).
Angka ini sebagai salah satu indikator untuk menggambarkan ketepatan dalam
mendiagnosis TB pada anak. Angka ini berkisar 15%. Bila angka ini terlalu besar
dari
15%, kemungkinan terjadi overdiagnosis.
5) Angka Konversi (Conversion Rate)
Angka konversi adalah persentase pasien TB paru BTA positif yang
mengalami konversi menjadi BTA negatif setelah menjalani masa pengobatan
intensif. Angka konversi dihitung tersendiri untuk tiap klasifikasi dan tipe
pasien,
BTA postif baru dengan pengobatan kategori-1, atau BTA positif pengobatan ulang
dengan kategori-2. Indikator ini berguna untuk mengetahui secara cepat
kecenderungan keberhasilan pengobatan dan untuk mengetahui apakah pengawasan
langsung menelan obat dilakukan dengan benar.
Rumus:
1+
2+
3+
KBNP
KBNP
KBNP
1-9 BTA/100 LP
KKPP
Benar
Benar
KG
KG
1+
KBPP
Benar
Benar
Benar
KG
2+
KBPP
KG
Benar
Benar
Benar
3+
KBPP
KG
KG
Benar
Benar
Negatif
Keterangan :
Benar
: Tidak ada kesalahan
KG
: Kesalahan Gradasi
Kesalahan Kecil
KKNP
: Kesalahan Kecil Positif Palsu
Kesalahan Kecil
KBNP
: Kesalahan Besar Negatif Palsu
Kesalahan Besar
KBPP
: Kesalahan Besar Positif Palsu
Kesalahan Besar
KG adalah perbedaan baca pada sediaan positf yaitu minimal 2 gradasi.
Kesalahan yang tidak dapat diterima ádalah sebagai berikut:
1. Setiap kesalahan besar negatif palsu (KBNP)
2. Setiap kesalahan besar positif palsu (KBPP)
3. > 3 kesalahan kecil negatif palsu
pemeriksa,
di
tingkat
kabupaten/kota.
Kabupaten/kota
harus
mutu
pemeriksaan
sediaan dahak
secara
mikroskopis.
Bagi
laboratorium yang memiliki kesalahan yang tidak dapat diterima, maka perlu
dilakukan tindakan perbaikan.
8) Angka Notifikasi Kasus (Case Notification Rate = CNR)
Adalah angka yang menunjukkan jumlah pasien baru yang ditemukan dan
tercatat diantara 100.000 penduduk di suatu wilayah tertentu. Angka ini apabila
dikumpulkan serial, akan menggambarkan kecenderungan penemuan kasus dari tahun
ke tahun di wilayah tersebut, dengan rumus:
Angka ini berguna untuk menunjukkan "trend" atau kecenderungan meningkat atau
menurunnya penemuan pasien pada wilayah tersebut.
9) Angka Penemuan Kasus (Case Detection Rate = CDR)
Adalah persentase jumlah pasien baru BTA positif yang ditemukan dibanding
2.2.
2.3.
Manajemen P2 TB Paru
Manajemen program penanggulangan TB mempunyai tiga fungsi pokok yaitu
yaitu:
memperbaiki
manajemen
program,
mempertimbangkan
2.4. Koordinasi
Salah satu unsur penting dalam manajemen pelaksanaan program kesehatan
seperti program penanggulangan TB paru adalah koordinasi. Menurut Robbin (2006)
koordinasi adalah pengetahuan sekelompok orang secara teratur untuk menciptakan
kesatuan tindakan dalam mengusahakan tercapainya suatu tujuan bersama,
sedangkan menurut Sondang (2006) lebih lanjut menekankan bahwa koordinasi
dalam suatu organisasi akan tercapai melalui (1) Konfirmasi lengkap, (2) Pertemuan
berkala, (3) Pembentukan panitia gabungan, (4) Wawancara dengan bawahan/pihak
terlibat, dan (5) Memorandum berantai.
Koordinasi merupakan ilmu untuk mengatur saling ketergantungan dari
berbagai aktifitas untuk mencapai suatu tujuan. Ketergantungan dalam organisasi
tidak dapat dimanajemen tanpa komunikasi, apakah komunikasi horisontal dalam
bentuk penyesuaian bersama atau komunikasi vertikal dalam bentuk standarisasi atau
supervisi langsung, mekanisme koordinasi adalah standardisasi praktek kerja dan
(2006)
berpendapat
bahwa:
“Koordinasi
adalah
kegiatan
Pengetahuan (Knowledge)
Menurut Mustopadidjaja (2008), pengetahuan adalah informasi yang dimiliki
oleh seseorang dalam suatu bidang tertentu dan keterampilan adalah kemampuan
untuk melaksanakan tugas tertentu baik mental ataupun fisik. Pengetahuan dan
keterampilan sesungguhnya yang mendasari pencapaian produktivitas, pengetahuan
dan keterampilan termasuk faktor pembentuk kemampuan. Apabila seseorang
mempunyai pengetahuan dan keterampilan yang tinggi akan memiliki kemampuan
(ability) yang tinggi pula sehingga akan membentuk kompetensi seorang
pegawai/pekerja (Sulistiyani & Rosidah, 2003). Pengetahuan merupakan informasi
yang dimiliki oleh seseorang, dan pengetahuan adalah komponen utama kompetensi
yang mudah diperoleh dan mudah diidentifikasikan (Thoha, 2008). Sulistiyani dan
Rosidah (2003) mengemukakan bahwa konsep pengetahuan lebih berorientasi kepada
intelejensi, daya pikir dan penguasaan ilmu serta luas sempitnya wawasan yang
dimiliki oleh seseorang. Dengan demikian pengetahuan adalah merupakan akumulasi
hasil proses pendidikan baik yang diperoleh secara formal maupun informal yang
memberikan kontribusi kepada seseorang didalam pemecahan masalah, daya cipta,
termasuk
dalam melakukan
atau
menyelesaikan
suatu
pekerjaan.
Dengan
pengetahuan yang luas dan pendidikan yang tinggi, seorang pegawai diharapkan
mampu melakukan pekerjaan dengan baik dan produktif. Notoatmodjo (2008)
berpendapat bahwa pengetahuan merupakan hasil dari tahu, dan ini terjadi setelah
Sikap (Attitude)
Sikap merupakan reaksi atau respons seseorang yang sifatnya masih tertutup
terhadap suatu stimulus atau objek. Sikap secara nyata menunjukan konotasi adanya
kesesuaian reaksi terhadap stimulus tertentu, dalam kehidupan sehari-hari merupakan
reaksi yang bersifat emosional terhadap stimulus sosial. Menurut Notoatmodjo (2008)
bahwa sikap itu merupakan kesiapan atau kesediaan untuk bertindak, dan bukan
merupakan pelaksanaan motif tertentu. Sikap belum merupakan suatu tindakan atau
aktivitas, akan tetapi baru merupakan “pre-disposisi” tindakan atau perilaku. Sikap
itu
masih merupakan reaksi yang sifatnya masih tertutup, bukan merupakan reaksi
terbuka dan tingkah laku yang terbuka.
Menurut Allport (1954) dalam Notoatmodjo (2008) menjelaskan bahwa sikap
mempunyai 3 komponen pokok, yakni : (1) Kepercayaan (keyakinan), ide dan konsep
terhadap suatu objek. (2) Kehidupan emosional atau evaluasi emosional terhadap
suatu objek. (3) Kecenderungan untuk bertindak (trend to behave). Ketiga komponen
ini secara bersama-sama membentuk sikap yang utuh (total attitude). Dalam
(Valuing),
mengajak
orang
lain
untuk
mengerjakan
atau
mendiskusikan dengan orang lain terhadap suatu masalah adalah suatu indikasi
sikap tingkat tiga.
4) Bertanggungjawab (Responsible), bertanggung jawab terhadap segala sesuatu
yang telah dipilihnya dengan segala resiko merupakan sikap yang paling tinggi.
2.5.3
Pengukuran sikap dapat dilakukan dengan cara langsung dan tidak langsung.
penanggung
jawab
laboratorium,
berusaha
mencari
dan
dan
mencatat
hasil
pemeriksaan
spesimen
rujukan
dan
pelayanan
melalui
peningkatkan
kecepatan
kerja
tanpa
perlu
ditingkatkan
kualitas
sumber
daya manusianya.
menyangkut
kebutuhan
minimal
(jumlah
dan
jenis
tenaga)
untuk
program kesehatan
Kerangka Konsep
Kerangka konsep dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
Variabel Independen
Variabel Dependen
KOORDINASI
Kinerja Pengelola Program
Penganggulangan TB Paru
KOMPETENSI
Gambar 2.1. Kerangka Konsep Penelitian