Oleh :
Kelompok III
Tn. L berumur 50 tahun, dibawa ke RSUD dr.Abdul Aziz dengan keluhan sesak nafas
pada saat beraktivitas dan sedikit berkurang ketika beristirahat, kaki kanan membengkak dan
terdapat luka terbuka penuh pus pada telapak kaki kanannya. Luka tampak kemerahan,
dipenuhi cairan putih kekuningan berbau dan klien kesulitan berjalan serta menggerakkan
kakinya karena hal tersebut. Tanda-tanda vital ketika masuk ruang penyakit dalam yaitu TD
100/70 mmHg, Nadi 80x/menit, RR 26x/menit, T 36,3 C. Klien mengatakan ia memiliki
riwayat diabetes mellitus tipe II sehingga mengakibatkan lukanya sulit sembuh. Pengecekan
gula darah sewaktu terakhir menunjukkan angka 289g/dL.
Klien mengatakan sebelumnya pernah dirawat dan masuk rumah sakit karena
diabetesnya, dan terakhir di rawat inap di RS Abdul Aziz Singkawang 1 tahun yang lalu
dikarenakan peningkatan gula darah pada diriya. Klien mengatakan sudah menderita diabetes
ini selama 6 tahun. Diketahui 2 bulan terakhir yang awalnya karena tertusuk tulang ikan,
dikarenakan klien memiliki diabetes menjadikan untuk proses penyembuhan luka menjadi
lama begitupula perawatan luka yang seadanya semakin memperburuk keadaan luka klien.
B. STEP 2
1. Apa beda DM tipe II dengan DM tipe I ?
2. Bagaimana DM dapat mengakibatkan luka sulit sembuh ?
3. Bagaimana cara peawatan luka DM ?
4. Bagaimana diet untuk penderita DM ?
C. STEP 3
1. Diabetes tipe 1 tubuh tidak memproduksi insulin sama sekali. Oleh karena adanya
autoimun yang membuat sistem kekebalan tubuh menyerang sel-sel pankreas yang
merupakan organ tubuh yang memproduksi insulin. Sedangkan pada diabetes tipe
2, tubuh masih memproduksi insulin, tetapi dalam jumlah yang sedikit.
2. Saat kadar gula dalam darah tinggi, terdapat beberapa mekanisme yang terganggu
seperti terhambatnya kemampuan nutrisi dan oksigen untuk masuk ke dalam sel,
menurunnya fungsi sistem kekebalan tubuh, dan meningkatnya kemungkinan
terjadinya radang pada berbagai sel dalam tubuh. Semua kondisi tersebut tentu
memiliki dampak pada progres penyembuhan luka.
3. Luka harus dibersihkan setiap hari menggunakan cairan NaCl dan kasa steril, di
bilas dan di cuci menggunakan sabun antiseptic pada luka yang sudah sangat
kotor. Setelah dikeringkan, sekeliling luka di baluri bethadine atau dressing
tertentu sepeti madu baru kemudian di balut menggunakan kasa steril kering.
4. Diet rendah gula dan karbohidrat. Klien biasa akan lebih disarankan untuk
mengganti nasi dengan kentang tumbuk dan dilarang makan pada malam hari
D. STEP 4
DM TIPE 2
LUKA KAKI
PEMERIKSAAN
PENGERTIAN MANIFESTASI
PENUNJANG
PATOFISIOLOGI
ASUHAN
PENATALAKSANAAN
KEPERAWATAN
E. STEP 5
1. Definisi
2. Etiologi
3. Patofisiologi dan pathway
4. Manifestasi klinis
5. Pemeriksaan penunjang
6. Penatalaksanaan
7. Asuhan keperawatan
8. Evidence Based Practice (Jurnal)
F. STEP 6
1. Pengertian
Diabetes mellitus Tipe 2 atau dikenal dengan istilah Non-insulin Dependent
Millitus (NIDDM) adalah keadaan dimana hormone insulin dalam tubuh tidak
dapat berfungsi dengan semestinya, hal ini dikarenakan berbagai kemungkinan
seperti kecacatan dalam produksi insulin atau berkurangnya sensitifitas (respon)
sel dan jaringan tubuh terhadap insulin yang ditandai dengan meningkatnya kadar
insulin di dalam darah (Wahdah, 2011).
2. Etiologi
Disebabkan oleh kegagalan relative sel beta dan resistensi insulin. Faktor
resiko yang berhubungan dengan proses terjadinya diabetes melitus tipe II : usia,
obesitas, riwayat dan keluarga (Wahdah, 2011).
3. Patofisiologi
Sebagian besar patologi Diabetes Mellitus dapat dikaitkan dengan satu dari
tiga efek utama kekurangan insulin sebagai berikut : (1) Pengurangan penggunaan
glukosa oleh sel-sel tubuh, dengan akibat peningkatan konsentrasi glukosa darah
setinggi 300 sampai 1200mg/hari/100 ml. (2) Peningkatan mobilisasi lemak dari
daerah-daerah penyimpanan lemak, menyebabkan kelainan metabolisme lemak
maupun pengendapan lipid pada dinding vaskuler yang mengakibatkan
aterosklerosis. (3) Pengurangan protein dalam jaringan tubuh.
Akan tetapi selain itu terjadi beberapa masalah patofisiologi pada Diabetes
Mellitus yang tidak mudah tampak yaitu kehilangan ke dalam urine penderita
Diabetes Mellitus. Bila jumlah glukosa yang masuk tubulus ginjal dan filtrasi
glomerulus meningkat kira-kira diatas 225 mg.menit glukosa dalam jumlah
bermakna mulai dibuang ke dalam urine. Jika jumlah filtrasi glomerulus yang
terbentuk tiap menit tetap, maka luapan glukosa terjadi bila kadar glukosa
meningkat melebihi 180 mg%.
Asidosis pada diabetes, pergeseran dari metabolisme karbohidrat ke
metabolisme telah dibicarakan. Bila tubuh menggantungkan hampir semua
energinya pada lemak, kadar asam aseto – asetat dan asam Bihidroksibutirat dalam
cairan tubuh dapat meningkat dari 1 Meq/Liter sampai setinggi 10 Meq/Liter.
4. Manifestasi Klinis
Manifestasi Kinis yang sering dijumpai pada pasien diabetes meilitus yaitu:
a. Poliura (peningkatan pengeluaran urine)
b. Polidipsia (peningkatan rasa haus) akibat volume urine yang besar dan
keluarnya air yang menyebabkan dehidrasi ekstrasel. Dehidrasi intrasel akan
berdifusi keluar sel mengikuti penurunan gradien knsentrasi ke plasma yang
hipertonik (sangat pekat). Dehidras intrasel merangsang pengeluaran ADH dan
menimbulkan rasa haus.
c. Rasa lelah dan kelemahan otot akibat gangguan aliran darah pada pasien
diabetes lama, katabolisme protein diotot dan ketidakmampuan sebagian besar
sel untuk menggunakan glukosa sebagai energi.
d. Polifagia (peningkatan rasa lapar)
e. Peningkatan angka infeksi akibat penurunan protein sebagai bahan pembentuk
antibody peningkatan konsentrasi glukosa desereksi mukus gangguan fungsi
imun dan penurunan aliran darah pada penderita diabetes kronik.
f. Kelainan kulit: gatal, bisul-bisul
Gatal iasanya terjadi didaerah ginjal. Lipatan kulit seperti diketiak dan
dibawah payudara, biasanya akibat tumbuhnya jamur.
g. Kelainan genekologis, keputihan dengan penyebab tersering yaitu jamur
terutama candida.
h. Kesemutan rasa baal akibat terjadinya neuropati. Paa penderita diabetes
meilitus regenrasi sel persarafan mengalami bahan dasar utama yang berasal
dari usus protein. Akibatnya banyak sel persarafan terutama perifer mengalami
kerusakan.
i. Kelemahan tubuh, kelemahan terjadi akibat penurunan produksi energi
metabolik yang dilakukan oleh sel melalui proses glikolisis tidak dapat
berlangsung secara optimal.
j. Luka atau bisul yang tidak sembuh-sembuh. Proses penyembuhan luka
membutuhkan bahan dasar utama dari protein dan unsur makanan yang lain.
Pada penderita diabetes milletus bahan protein banyak diformulasikan untuk
kebutuhan sel sehingga bahan yang dipergunakan untuk penggantian jaringan
yang rusak mengalami gangguan. Selain itu luka yang sulit sembuh juga dapat
diakibatkan oleh pertumbuhan mikroorganisme yang cepat pada penderita
diabetes milletus.
k. Pada laki-laki terkadang megalami impotensi. Ejakulasi dan dorongan
seksualitas laki-laki banyak dipengaruhi oleh peningkatan hormon testoteron.
Pada kondisi optimal maka secara otomatis akan memingkatkan dorongan
seksual. Penderita diabetes milletus mengalami penurunan produksi hormon
seksual akibat kerusakan testoteron dari sistem yang berperanan.
l. Mata kabur yang disebabkan katark atau gangguan refraksi akibat perubahan
pada lensa oleh hiperglikemia. Mungkin juga disebabkan kelianan pada corpus
vitreum.
Mual dan mutah. Karena Gastroparesis, kondisi dimana lambung gagal
mengosongkan diri secara tepat dan kemungkinan disebabkan
generalizedneurophaty ( kegagalan dari syaraf dalam tubuh untuk mengirim
sinyal yang tepat ke dan dari otak)
5. Komplikasi
a. Hiperglikemia
b. Ketoasidosis
c. Katarak dan kerusakan mata
d. Pruritus
e. Gagal Jantung Kongestif
f. Amputasi
6. Penatalaksanaan
a. Obat-obatan Hipoglikemik Oral (OHO)
1) Golongan sulfoniluria
Cara kerja golongan ini adalah: merangsang sel beta pankreas untuk
mengeluarkan insulin, jadi golongan sulfonuria hanya bekerja bila sel-sel beta
utuh, menghalangi pengikatan insulin, mempertinggi kepekatan jaringan
terhadap insulin dan menekan pengeluaran glukagon. Indikasi pemberian obat
golongan sulfoniluria adalah: bila berat badan sekitar ideal kurang lebih 10%
dari berat badan ideal, bila kebutuhan insulin kurang dari 40 u/hari, bila tidak
ada stress akut, seperti infeksi berat/perasi.
2) Golongan biguanid
Cara kerja golongan ini tidak merangsang sekresi insulin. Golongan
biguanid dapat menurunkan kadar gula darah menjadi normal dan
istimewanya tidak pernah menyebabkan hipoglikemi. Efek samping
penggunaan obat ini (metformin) menyebabkan anoreksia, nausea, nyeri
abdomen dan diare. Metformin telah digunakan pada klien dengan gangguan
hati dan ginjal, penyalahgunaan alkohol, kehamilan atau insufisiensi
cardiorespiratory.
3) Alfa Glukosidase Inhibitor
Obat ini berguna menghambat kerja insulin alfa glukosidase didalam
saluran cerna sehingga dapat menurunkan penyerapan glukosa dan
menurunkan hiperglikemia post prandial. Obat ini bekerja di lumen usus dan
tidak menyebabkan hipoglikemi dan tidak berpengaruh pada kadar insulin.
Alfa glukosidase inhibitor dapat menghambat bioavailabilitas metformin. Jika
dibiarkan bersamaan pada orang normal.
4) Insulin Sensitizing Agent
Obat ini mempunyai efek farmakolagi meningkatkan sensitifitas
berbagai masalah akibat resistensi insulin tanpa menyebabakan hipoglikemia.
b. Pemberian Insulin
Untuk pasien yang pertama kali akan dapat insulin, sebaiknya selalu
dimulai dengan dosis rendah (8-20 unit) disesuaikan dengan reduksi urine dan
glukosa darah.Selalu dimulai dengan RI, diberikan 3 kali (misalnya 3 x 8 unit)
yang disuntikkan subkutan ½ jam sebelum makan. Jika masih kurang dosis
dinaikkan sebanyak 4 unit per tiap suntikan. Setelah keadaan stabil RI dapat
diganti dengan insulin kerja sedang atau lama PZI mempunyai efek
maksimum setelah penyuntikan.
PZI disuntik 1/4 jam sebelum makan pagi dengan dosis 2/3 dari dosis
total RI sehari. Dapat pula diberikan kombinasi RI dengan PZI diberikan
sekali sehari. Misalnya semula diberikan RI 3 x 20 unit dapat diganti dengan
pemberian RI 20 unit dan PZI 30 unit.
c. Olahraga
Dianjurkan latihan jasmani teratur 3-4 kali tiap minggu selama kurang
lebih ½ jam yang sifatnya sesuai CRIPE (Continous Rythmiccal Intensify
Progressive Endurance). Latihan dilakukan terus menerus tanpa berhenti, otot-
otot berkontraksi dan relaksasi secara teratur. Latihan CRIPE minimal
dilakukan selama 3 hari dalam seminggu, sedangkan 2 hari yang lain dapat
digunakan untuk melakukan olahraga kesenangannya. Adanya kontraksi otot
yang teratur akan merangsang peningkatan aliran darah dan penarikan glukosa
kedalam sel.
Hal yang perlu diingat dalam latihan jasmani adalah jangan memulai
olahraga sebelum makan dan penderita diabetes mellitus yang memulai
olahraga tanpa makan akan beresiko terjadinya stravasi sel dengan cepat dan
akan berdampak pada nekrosis sel.
Olahraga lebih dianjurkan pada pagi hari (sebelum jam 06.00) karena
selain udara yang masih bersih juga suasana yang belum ramai sehingga
membantu penderita lebih nyaman dan tidak mengalami stress yang lebih
tinggi. Olahraga yang teratur akan memperbaiki sirkulasi insulin dengan cara
meningkatkan dilatasi sel dan pembuluh darah sehingga membantu masuknya
glukosa ke dalam sel.
7. Pemeriksaan Penunjang
Kriteria diagnostik menurut WHO untuk diabetes melitus pada orang dewasa
tidak hamil, pada sedikitnya dua kali pemeriksaan:
a. Glukosa plasma sewaktu > 200 mg/dl (11,1 mmol/L)
b. Glukosa plasma puasa/Nuchter >140 mg/dl ( 7,8 mmol/L)
c. Glukosa plasma dari sampel yang diambil 2 jam kemudian sesudah
mengkomsumsi 75gr Karbohidrat ( 2 jam post prandial (pp) >200 mg/dl (11,1
mmol/L)
G. STEP 7 (Asuhan Keperawatan)
PENGKAJIAN
A. IDENTITAS DIRI
1. Klien
Nama : Tn. L
Tempat/Tgl lahir : 27/9/1969
Umur : 50 tahun
Jenis Kelamin : Laki-laki
Alamat : Dsn. Usaha Kec. Tebas Kab. Sambas
Agama : Islam
Suku : Melayu
Pendidikan : SMA
Pekerjaan : Swasta
Tgl Masuk RS : 12/1/2020
Tangal Pengkajian : 13/1/2020
No. RM : 504105
Dx Medis : DM II, CHF
Sumber Informasi : Klien dan Istri Klien
2. Penanggung Jawab
Nama : Ny. R
Umur : 46 tahun
Alamat : Dsn. Usaha Kec. Tebas Kab. Sambas
Hub. Dgn Klien : Istri
B. RIWAYAT PENYAKIT
1. Keluhan Utama : Klien mengeluh sesak nafas jika beraktivitas dan berkurang
sesak nafasnya jika beristirahat. Klien mengeluhkan juga pada kakinya terjadi
pembengkakan, terdapat luka terbuka di telapak kaki kanan penuh dengan pus,
luka tampak kemerahan, dipenuhi cairan putih kekuningan serta berbau.
2. Riwayat Pasien Dahulu :
Klien mengatakan sebelumnya pernah dirawat dan masuk rumah sakit karena
diabetesnya, dan terakhir di rawat inap di RS Abdul Aziz Singkawang 1 tahun
yang lalu dikarenakan peningkatan gula darah pada diriya. Klien mengatakan
sudah menderita diabetes ini selama 6 tahun. Terdapat luka terbuka di telapak
kaki klien
yang penuh dengan pus, luka tampak kemerahan, dipenuhi cairan putih
kekuningan serta berbau. Diketahui 2 bulan terakhir yang awalnya karena
tertusuk tulang ikan, dikarenakan klien memiliki diabetes menjadikan untuk
proses penyembuhan luka menjadi lama begitupula perawatan luka yang
seadanya semakin memperburuk keadaan luka klien.
D. GENOGRAM
Keterangan
Laki – Laki Klien Garis Keluarga
Diabetes Mellitus
b. Intake Minum
Tabel 3. Pola minum
Keterangan Sebelum sakit Selama sakit
Frekuensi 10- 15 gelas 10- 15 gelas
Jumlah 2500- 3750 ml 2500- 3750 ml
Jenis Air putih dan teh Air putih
Keluhan Sering haus Sering haus
Masalah keperawatan : -
Masalah Keperawatan : -
F. PEMERIKSAAN FISIK
1. Keadaan Umum : Lemas
2. Kesadaran : Composmentis GCS : E4 M6 V5 = 15
3. Tanda Vital : TD : 100/70mmHg
RR : 26x/mnt
N : 80x/mnt
S : 36,3oC
4. Kepala : Bentuk meshochepal, tidak terdapat trauma kepala, tidak ada odem,
dan tidak nampak lesi pada kepala.
5. Rambut : Rambut berwarna hitam sebagian putih, tumbuh merata, rontok dan
terlihat bersih tidak berketombe.
6. Mata : Rekasi cahaya positif bentuk mata bulat, sklera tidak ikterik, pupil
isokar, simetris kanan dan kiri, konjungtiva tidak anemis.
7. Hidung : Bentuk simetris tidak terdapat sinus, tidak ada cuping hidung, tidak
ada penumpukan secret, terpasang alat bantu pernafasan O2 nasal kanul 3ltpm.
8. Mulut : Tidak ada lesi didalam mulut, bentuk simetris, mukosa bibir lembab,
tidak ada stomatitis, lidah bersih.
9. Leher : Tidak ada kelainan bentuk, tidak ada kesulitan bicara maupun reflek
menelan, jalan nafas paten, tidak ada pembesaran kelenjar tiroid.
10. Paru-paru (pernafasan)
Pola Nafas : klien sesak dengan RR 26x/menit
Batuk : tidak ada batuk
Spuntum : tidak ada spuntum
Oksigenasi : Klien terpasang Oksigen nasal kanul dengan terapi 3lt/mnt.
Sulit untuk bernafas dan terasa sesak di dada terpasang nasal kanul 3ltpm.
- Inspeksi : : simetris kanan dan kiri, pergerakan dinding dada simetris,
terdapat retraksi dinding dada
- Palpasi : gerakan dinding dada antara kanan dan kiri sama, vocal
premitus kanan dan kiri sama.
- Perkusi : suara sonor
- Auskultasi : terdengar suara ronkie
Masalah keperawatan : Ketidakefektifan pola nafas
11. Jantung ( sirkulasi)
Capillary reffil : kurang dari 2 detik
Junggularis Vena Pressure (JVP) : Normal, 3-4 cm diatas sudut sternum
Distensi Vena Junggularis (DVJ) : -
Nyeri Dada : Tidak
- Inspeksi: ictus cordis tidak nampak, tidak ada edema
- Palpas : ictus cordis teraba kuat angkat, teraba dari intercosta ke 4-5
- Perkusi : Redup batas kiri bawah jantung ruang interkostale VI kiri agak
ke medial dari linea midklavikularis sinistra, dan agak di atas batas paru-
hepar. Batas bawah kanan jantung di interkostal II-IV kanan, di line
parasternalis kanan. Batas atas di interkostal II kanan linea parasternalis
kanan
- Auskultasi: bunyi jantung s1 dan s2 reguler, tidak ada suara tambahan.
12. Dada/ Payudara :
- Inspeksi: tidak ada benjolan , tidak terlihat masa
- Palpasi: tidak teraba adanya masa
13. Abdomen:
- Inspeksi: tidak ada benjolan, tidak ada lesi, bentuk simetris dan tidak ada
bekas luka
- Auskultasi: peristaltik usus terengar 8x/mnt
- Perkusi: suara timpani
- Palpasi: tidak terdapat nyeri tekan
14. Genetalia : tidak terpasang DC
15. Ekstremitas : 1. Atas : terpasang infuse Nacl 0,9% di tangan kanan. Tidak ada
kelemahan otot. tidak ada odema tidak ada luka atau ulkus dm
1. Bawah : tidak ditemukan atropi pada otot kaki dan simetris
sama panjang, kaki kanan membengkak dan terdapat luka di
telapak kaki kanan terdapat cairan putih kekuningan dan berbau
sehingga klien kesulitan berjalan dan menggerakkan kakinya.
Kekuatan Otot : 5 5
3 5
Keterangan :
5 : dapat melawan tahanan pemeriksa dengan kekuatan penuh
4 : dapat melawan gravitasi tapi tidak dapat menahan tahanan pemeriksa (lemah)
3 : dapat mengadakan gerakan melawan grafitasi tetapi tidak dapat melawan grafitasi
2 : hanya ada pergeseran atau gerakan sendi
1 : tidak ada kontraksi
G. PROGRAM Terapi
- Inf Nacl 0,9% 8tpm
- Inj. Ceftriaxone 1gr/12jam
- Inj. Ketorolac 30mg/8 jam
- Inj. Ranitidin 1amp/8jam jika perlu
H. Pemeriksaan Penunjang
Laboratorium Darah (12 Januari 2020)
Pemeriksaan Hasil Satuan Normal
GDP 289 mg/dl 70-110
Hemoglobin 13,5 g/dl 13,2-17,3
Leukosit 5.820 /ul 3.800-10.600
Trombosit 134.000 /ul 150.000-440.000
Hematokrit 35,8 % 40-52
Eritrosit 4,13 106/ul 4,4-5,9
ANALISA DATA
Riyadi, S., & Sukarmin. (2013). Asuhan Keperawatan pada Pasien dengan Gangguan
Eksokrin dan Endokrin pada Pankreas. Yogyakarta: Graha Ilmu.
Hayati,Nurul., Listyai, Indah Lia., Salsabila, Nia., Iswara, Arya., Nasruddin. (2019).
Kombinasi Cold Plasma dengan Madu Sebagai Metode Penyembuhan Luka Diabetes
Mellitus. Semarang: University Research Colloqium.
Nurarif, Amin Huda. (2015) . Asuhan Keperawatan Berdasarkan Diagnosa Medis & NANDA
NIC-NOC Jilid 1 . Jogjakarta : MediAction.