Anda di halaman 1dari 10

Journal TABARO Vol. 2 No.

1, Mei 2018 Wardani dan Oeng Anwarudin

PERAN PENYULUH TERHADAP PENGUATAN KELOMPOK TANI


DAN REGENERASI PETANI DI KABUPATEN BOGOR
JAWA BARAT

Wardani*, Oeng Anwarudin**

*Sekolah Tinggi Penyuluhan Pertanian Bogor


Jalan Cibalagung No 1 Bogor, Jawa Barat
Email : wardanis39@yahoo.co.id
**Sekolah Tinggi Penyuluhan Pertanian Manokwari
Jalan SPMA, Reremi, Manokwari, Papua Barat
Email : oenganwarudin@gmail.com

Absrak

Penelitian bertujuan menganalisis peran penyuluh terhadap penguatan, kemandirian


kelompok tani serta regenerasi petani dan menganalisis pengaruh penguatan, kemandirian
kelompok tani terhadap regenerasi petani. Penelitian dilakukan di wilayah kerja Balai
Penyuluhan Pertanian, Perikanan dan Kehutanan Caringin, Kabupaten Bogor pada Juni
sampai November 2017. Populasi penelitian adalah petani muda yang menjadi anggota
kelompok tani dan gabungan kelompok tani sebanyak 60 orang yang diambil menggunakan
teknik acak sederhana. Data diambil menggunakan kuesioner dengan skala instrumen rating
scale. Variabel penelitian terdiri atas peran penyuluh pertanian (X1), penguatan kelompok
tani (X2), kemandirian kelompok tani (X3) dan regenerasi petani (Y). Analisis data
menggunakan statistik deskriptif, korelasi dan regresi. Hasil penelitian disimpulkan bahwa
peran penyuluh pertanian berpengaruh signifikan terhadap penguatan kelompok tani. Peran
penyuluh dan penguatan kelompok tani berpengaruh nyata terhadap kemandirian kelompok
tani. Peran penyuluh, penguatan kelompok dan kemandirian kelompok tani berpengaruh tidak
nyata terhadap regenerasi petani.

Kata kunci : kelompok tani, kemandirian, regenerasi, petani muda

p-ISSN : 2580-6165 | 191


e-ISSN : 2597-8632
Journal TABARO Vol. 2 No. 1, Mei 2018 Wardani dan Oeng Anwarudin

EDUCATION ROLE OF STRENGTHENING OF LAND GROUPS AND


FARMERS REGENERATION IN BOGOR REGENCY
WEST JAVA
Abstract

The objective of this research is to analyze the role of extension worker on the
strengthening, independence of farmer groups and succession of farmers and to analyze the
effect of strengthening, independence of farmer groups to succession of farmers. The research
was conducted in the working area of Agricultural, Fishery and Forestry Extension Center, at
Caringin, Bogor Regency from June to November 2017. The population was young farmers
who were members of farmer groups as many as 60 people taken using simple random
technique. Data were collected using questionnaires with rating scale instruments. The
research variables consisted of the role of agricultural extension worker (X1), strengthening
of farmer group (X2), independence of farmer group (X3) and succession of farmer (Y). Data
analysis uses descriptive statistics, correlation and regression. The results concluded that the
role of agricultural extension worker significantly influence the strengthening of farmer
groups. The role of extension worker and the strengthening of farmer groups has a significant
effect on the independence of farmer groups. The role of extension worker, group
strengthening and independence of farmer groups have no significant effect on the succession
of farmers.

Key word: farmer group, independence, succession, young farmer

PENDAHULUAN daya saing petani (Fonchingong and


Sektor pertanian sedang dihadapkan Fonjong, 2003, Ofuoku and Isife, 2009) dan
pada beberapa tantangan. Rendahnya minat pemberdayaan dapat dimulai dari penguatan
generasi muda terhadap pertanian (KRKP, kelembagaan lokal (Schmidt et al., 2015).
2015) berdampak pada semakin Belajar dari pengalaman ini, maka
menurunnya jumlah petani dan makin paradigma pembangunan perdesaan perlu
berkurangnya tenaga kerja bidang memberikan perhatian pada penguatan
pertanian. Tantangan berikutnya adalah kelembagaan masyarakat lokal dengan
kondisi petani kita yang memerlukan pendekatan pembangunan ekonomi berbasis
peningkatan kemampuan manajerial, pertanian. Upaya tersebut dapat dilakukan
kewirausahaan dan organisasi bisnis. Petani melalui penguatan peran penyuluh dalam
dihadapkan pada perubahan lingkungan kegiatan penyuluhan dan pembinaan
strategis nasional terutama menyangkut kelompok tani. Sehubungan dengan hal
permintaan pangan dan bahan baku dan tersebut, Pemerintah melalui Kementerian
tantangan besar yaitu liberalisasi Pertanian telah melakukan pembinaan
perdagangan internasional serta Masyarakat kelembagaan petani yang meliputi
Ekonomi Asia (MEA). Dengan demikian, penguatan kelompok tani dengan tujuan
solusi untuk mengatasi tantangan tersebut dapat terwujud kelompok tani yang kuat
perlu diupayakan agar pelaku utama mampu dan mandiri. Pembinaan kelembagaan
membangun usahatani yang berdaya saing petani meliputi penguatan kelompok tani.
dan berkelanjutan sehingga dapat Pembinaan kelembagaan petani diarahkan
meningkatkan posisi tawarnya. pada penerapan sistem agribisnis,
Di beberapa Negara, pemberdayaan peningkatan peranan, peran serta petani dan
petani telah mampu meningkatkan anggota masyarakat pedesaan lainnya,
kemampuan teknis, kewirausahaan dan dengan menumbuhkembangkan kerja sama
antar petani dan pihak lainnya yang terkait

p-ISSN : 2580-6165 | 192


e-ISSN : 2597-8632
Journal TABARO Vol. 2 No. 1, Mei 2018 Wardani dan Oeng Anwarudin

untuk mengembangkan usaha tani. Selain pendekatan survai. Penelitian ini merupakan
itu pembinaan kelompok tani diharapkan penelitian eksplanatoris untuk menjawab
dapat membantu menggali potensi, apakah suatu variabel berhubungan dengan
memecahkan masalah usaha tani variabel yang lain (Muljono, 2012).
anggotanya secara lebih efektif, dan Populasi dalam penelitian ini adalah
memudahkan dalam mengakses informasi, anggota kelompok tani yang berusia
pasar, teknologi, permodalan dan sumber maksimal 40 (empat puluh) tahun di
daya lainnya. Kegiatan ini merupakan wilayah kerja BP3K Caringin yang meliputi
upaya membentuk kemandirian kelompok 3 (tiga) kecamatan Caringin, Cigombong
tani sebagai wadah petani dalam melakukan dan Cijeruk, Kabupaten Bogor, Jawa Barat.
aktivitasnya. Upaya ini merupakan tindak Jumlah sampel sebanyak 60 orang.
lanjut dari Peraturan Menteri Pertanian Besarnya sampel mempertimbangkan
Nomor 67/Permentan/SM.050/12/2016. keragaman individu dalam populasi
Permentan nomor tersebut. Sampel dipilih menggunakan
67/Permentan/SM.050/12/2016 tersirat teknik acak sederhana (simple random
bahwa penguatan kelompok tani diharapkan sampling). Setiap kecamatan dipilih secara
mampu meregenerasi petani melalui acak empat desa dan setiap desa diambil 5
meningkatnya motivasi, minat dan aksi orang petani muda.
generasi muda pada bidang pertanian. Variabel penelitian terdiri atas peran
Regenerasi petani sangat penting dilakukan penyuluh (X1), penguatan kelompok tani
mengingat jumlah petani yang semakin (X2), kemandirian kelompok tani (X3) dan
menurun. Dalam kurun waktu 10 (sepuluh) regenerasi petani (Y1). Instrumen penelitian
tahun terakhir, telah mengalami penurunan telah melalui uji validitas dan uji reliabilitas
sekitar 15 persen. BPS tahun 2003 (BPS instrumen penelitian dengan hasil valid dan
2003) menampilkan rumah tangga pelaku reliabel. Data terdiri dari data primer dan
pertanian sebanyak 31.232.184 dari total sekunder. Data primer diperoleh dengan
rumah tangga 56.041.000 atau 55,73 persen. menggunakan kuesioner. Data sekunder
Selanjutnya, data BPS tercatat rumah yaitu data monografi desa, dokumen,
tangga pelaku pertanian sebanyak kondisi desa, gabungan kelompok tani, atau
26.135.469 dari total rumah tangga kelompok tani yang sebelumnya sudah
64.041.200 atau 40,81 persen. Diharapkan tersedia yang mendukung kegiatan
kebijakan pembinaan kelompok tani penelitian. Data diolah dengan teknik
tersebut merupakan angin segar bagi analisis statistik deskriptif, analisis korelasi
terwujudnya regenerasi petani (BPS 2013). dan analisis regresi. Data primer
Penelitian bertujuan (1) menganalisis peran ditransformasi menjadi data interval melalui
penyuluh terhadap penguatan dan metode MSI (Method of Successive
kemandirian kelompok tani serta regenerasi Intervals).
petani; (2) menganalisis peran penyuluh
HASIL DAN PEMBAHASAN
terhadap penguatan, kemandirian kelompok
tani serta regenerasi petani, dan (3) Deskripsi Penilaian Responden
menganalisis pengaruh penguatan,
Penyuluh pertanian memiliki beberapa
kemandirian kelompok tani terhadap
peranan dalam penelitian ini yaitu sebagai
regenerasi petani di wilayah binaan BP3K
pendamping teknis, pelatih, dan transfer
Caringin, Kabupaten Bogor.
teknologi dan informasi. Ketiga peran
METODE PENELITIAN penyuluh pertanian ini merupakan kegiatan
Penelitian dilaksanakan di wilayah yang secara rutin yang dikerjakan oleh
binaan BP3K Caringin, Kabupaten Bogor, penyuluh pertanian di wilayah kerja BP3K
Jawa Barat, pada bulan Juni sampai Caringin Kabupaten Bogor. Tabel 1
November 2017 secara kuantitatif dengan menunjukkan rata-rata penilaian responden
terhadap peran penyuluh berada pada

p-ISSN : 2580-6165 | 193


e-ISSN : 2597-8632
Journal TABARO Vol. 2 No. 1, Mei 2018 Wardani dan Oeng Anwarudin

kategori tinggi (43,33). Petani menilai peran pertanian memiliki determinasi yang tinggi
penyuluh beragam mulai dari sangat rendah pada pendamping teknis, dan Lukuyu et al.
sampai sangat tinggi dan mayoritas petani (2012), peran tertinggi sebagai pelatih.
menilai sangat tinggi (41,67%). Penilaian Perbedaan dikarenakan faktor dari penyuluh
didasarkan pada aktivitas penyuluh pertanian itu sendiri, dimana di wilayah
pertanian menjalankan perannya dan kerja BP3K Caringin kegiatan nyata yang
menyumbang nilai yang merata untuk nilai dilaksanakan oleh penyuluh pertanian
total. Hasil penelitian berbeda dengan hampir merata pada semua perannya.
Indraningsih et al. (2013), peran penyuluh

Tabel 1. Kecenderungan penilaian responden terhadap masing-masing variabel


Banyaknya
No. Kriteria Nilai Variabel Interval Nilai Persentase (%)
Responden
Peran Penyuluh (X1)
1. Sangat rendah 15 – < 26,25 3 5,00
2. Rendah 26,25 – < 37,5 12 20,00
3. Tinggi 37,5 – < 48,75 20 33,33
4. Sangat Tinggi 48,75 – 60 25 41,67
Rata-rata 43,33 (tinggi)
Penguatan Kelompok Tani (X2)
1. Sangat rendah 12 – < 21 6 10,00
2. Rendah 21 – < 30 8 13,33
3. Tinggi 30 – < 39 25 41,67
4. Sangat Tinggi 39 – 48 21 35,00
Rata-rata 33,82 (tinggi)
Kemandirian Kelompok Tani (X3)
1. Sangat rendah 24 – < 42 6 10,00
2. Rendah 42 – < 60 17 28,33
3. Tinggi 60 – < 78 23 38,33
4. Sangat Tinggi 78 – 96 14 23,33
Rata-rata 64,30 (tinggi)
Regenerasi Petani (Y)
1. Sangat rendah 10 – < 17,5 6 10,00
2. Rendah 17,5 – < 25 5 8,33
3. Tinggi 25 – < 32,5 26 43,33
4. Sangat Tinggi 32,5 – 40 23 38,33
Rata-rata 29,62 (tinggi)
petani beragam berada pada kisaran sangat
Tabel 1 menunjukkan 41,67%
rendah sampai sangat tinggi. Namun
responden memberikan nilai variabel
demikian persentase terbesar responden
penguatan kelompok tani (X1) tinggi.
cenderung memberikan nilai variabel
Demikian juga berdasarkan rata-rata
kemandirian petani (X3) tinggi yaitu
penilaian responden terhadap penguatan
38,33%. Rata-rata regenerasi petani yang
kelompok tani (X1) adalah tinggi. Data
meliputi minat dan aksi berusaha pada
tersebut menunjukkan bahwa petani
bidang pertanian ternyata tinggi. Hasil
cenderung menilai tinggi pada kegiatan
penelitian ini berbeda dengan KRKP (2015)
penguatan kelompok tani selama ini. Hasil
yang menyatakan bahwa petani memiliki
penelitian ini sesuai dengan Anwaudin dan
Maryani (2017), responden penelitian minat yang rendah pada usaha bidang
pertanian.
cenderung menilai bahwa kemandirian

p-ISSN : 2580-6165 | 194


e-ISSN : 2597-8632
Journal TABARO Vol. 2 No. 1, Mei 2018 Wardani dan Oeng Anwarudin

Pengaruh Peran Penyuluh Terhadap menyebabkan minat pada pertanian


Penguatan Kelompok Tani meningkat. Kondisi ini layak mendapat
apresiasi yang baik mengingat hal tersebut
Hasil penelitian mendukung penelitian
merupakan tanda mulai bangkitnya generasi
Anwarudin dan Haryanto (2018) bahwa
muda mau beraksi pada bidang pertanian.
petani di Bogor memiliki minat yang tinggi.
Kondisi tersebut diduga juga disebabkan
Alasan yang disampaikan oleh petani
oleh membaiknya persepsi generasi muda
terhadap tingginya minat petani di
pada bidang pertanian seperti dilaporkan
Kabupaten Bogor disebabkan oleh baiknya
Dayat (2017a, 2017b) bahwa petani di
dukungan pasar. Petani mengalami
Bogor memiliki persepsi yang tinggi.
kemudahan dalam mendapatkan informasi
Penelitian tersebut juga menyebutkan
harga dan pasar. Lokasi Bogor yang dekat
bahwa petani berpersepsi baik kepada
dengan ibukota sehingga besarnya jumlah
semua subsistem agribisnis baik hulu,
konsumen diduga menjadi penyebab
usahatani, hilir maupun penunjang.
lancarnya penjualan hasil pertanian dan

Tabel 2. Pengaruh peran penyuluh terhadap penguatan kelompok tani


No Uraian Nilai Signifikansi Keterangan
2
1. R 0,688
2. r X1 dengan X2 0,755 0,000 Signifikan
3. Konstanta -0,925 0,769 Tidak signifikan
4. Peran penyuluh 0,802 0,000 Signifikan
kemampuan menganalisis pasar,
Tabel 2 menunjukkan peran penyuluh
menganalisis peluang usaha, potensi
pertanian berpengaruh signifikan terhadap
wilayah, mengelola usaha, penerapan
penguatan kelompok tani. Adapun
teknologi budidaya pertanian dan
persamaannya dapa dikemukanan sebagai
pelaksanaan simpan pinjam untuk modal
berikut: X2 = 0,802 X1. Pengaruh peran
usaha.
penyuluh terhadap penguatan kelompok
tani bernilai positif. Semakin tinggi kinerja Pengaruh Peran Penyuluh dan
terkait peran penyuluh maka semakin tinggi Penguatan Kelompok Tani Terhadap
pula penguatan kelompok tani. Satu poin Kemandirian Kelompok Tani
peningkatan kinerja akan meningkatkan
Berdasarkan hasil analisis data
0,802 poin peningkatan penguatan penelitian melalui teknik analisis regresi
kelompok tani. Pada permentan berganda yang telah disajikan pada Tabel 2,
67/Permentan/SM.050/12/2016 memang diketahui bahwa terdapat pengaruh peran
tersirat bahwa yang melakukan penguatan penyuluh pertanian terhadap penguatan
kelompok tani adalah penyuluh pertanian. kelompok tani dengan nilai koefisien
Beberapa kegiatannya diantaranya saja determinasi (R2) sebesar 0,688. Nilai
memfasilitasi kelompok dalam rangka tersebut bermakna bahwa variabel peran
penyelenggaraan proses belajar mengajar, penyuluh pertanian berpengaruh terhadap
peningkatan kemampuan anggota dalam penguatan kelompok tani sebesar 68%
melaksanakan tugas sesuai identifikasi sedangkan sisanya 32% dijelaskan oleh
masalah, pemecahan masalah, penyusunan faktor lain diluar penelitian ini.
rencana kegiatan, merealisasikan kegiatan,

p-ISSN : 2580-6165 | 195


e-ISSN : 2597-8632
Journal TABARO Vol. 2 No. 1, Mei 2018 Wardani dan Oeng Anwarudin

Tabel 3. Pengaruh peran penyuluh dan penguatan kelompok tani terhadap kemandirian
kelompok tani
No Uraian Nilai Signifikansi Keterangan
2
1. R 0,688
2. r X1 dengan Y1 0,784 0,000 Signifikan
3. r X2 dengan Y1 0,698 0,000 Signifikan
4. Konstanta 2,947 0,623 Tidak signifikan
5. Peran penyuluh 0,727 0,004 Signifikan
6. Penguatan kelompok tani 0,882 0,001 Signifikan

Tabel 3 menunjukkan peran penyuluh keterlibatan dalam pelaksanaan kegiatan,


dan penguatan kelompok tani berpengaruh keterlibatan dalam kegiatan evaluasi,
terhadap kemandirian kelompok tani. keterlibatan dalam pemanfaatan, dan
Temuan persamaam dapat dikemukakan keterlibatan dalam mengajak masyarakat
sebagai berikut: Y1 = 0,727 X1 + 0,882 X2. lain untuk terlibat. Usaha penyuluh
Tabel 3 menunjukkan bahwa peran bekerjasama dengan tokoh masyarakat dan
penyuluh dan penguatan kelompok tani pengurus kelompok tani dalam menjalankan
berpengaruh positif terhadap kemandirian perannya dan melakukan penguatan
petani. Kenaikan satu poin kinerja penyuluh kelompok tani tersebut telah berhasil
menjalankan perannya meningkatkan 0,727 memberikan pengaruh positif terhadap
poin kemandirian petani. Demikian pula kemandirian petani.
kenaikan satu poin penguatan kelompok Berdasarkan temuan lapangan, dalam
tani akan meningkatkan kemandirian penguatan kelompok tani di wiayah kerja
kelompok tani 0,882 poin. Hasil penelitian BP3K Caringin terdapat prakarsa dari
selaras dengan Fonchingong and Fonjong pemerintah melalui penyuluh dan kelompok
(2003), Ofuoku and Isife (2009), Oktarina tani. Upaya yang dilakukan adalah
et al. (2012) dan Anwarudin (2017). pengembangan jiwa wira usaha dengan
Berdasarkan Informasi responden dan memfasilitasi beberapa program yang
pengamatan di lapangan, penyuluh telah terintegrasi dalam kegiatan penguatan
berusaha menjalankan perannya dan kelompok tani. Penguatan kelompok tani
melakukan penguatan kelompok tani. terlihat juga melalui kegiatan berupa
Penguatan kelompok tani telah dilakukan peningkatan kemampuan menganalisis
melalui fasilitasi penyelenggaraan proses pasar dan peluang usaha, peningkatan
belajar-mengajar, fasilitasi pembagian tugas kemampuan menganalisis potensi wilayah,
diantara sesama anggota, fasilitasi jalinan peningkatan kemampuan mengelola usaha
kerja sama usaha dengan kelompok tani tani secara komersial dan melaksanakan
lainnya, penyuluhan dan pelatihan kegiatan simpan pinjam untuk modal usaha.
penerapan teknologi (bahan, alat, cara) Temuan lapangan tersebut selaras dengan
usaha tani, kemampuan menganalisis pasar indikator penguatan kelompok tani dan
dan peluang usaha, menganalisis potensi diduga menjadi pemicu tumbuhnya jiwa
wilayah, mengelola usaha tani secara wira usaha sehingga mampu menyumbang
komersial, penyusunan rencana adanya pengaruh penguatan kelompok tani
kerja/kegiatan, dan dorongan agar petani terhadap kemandirian petani sebagaimana
mau dan mampu melaksanakan kegiatan Okpukpara (2009), pertumbuhan dan
simpan pinjam untuk modal usaha. pembangunan ekonomi tidak dapat tercapai
Penyuluh juga telah berusaha tanpa meletakan program pada fokus yang
membangkitkan partisipasi petani melalui sesuai melalui pemberdayaan yang
kesukarelaan, keterlibatan dalam menekankan jiwa kewirausahaan.
pengambilan keputusan/perencanaan, Penjelasan mengenai kewirausahaan ini

p-ISSN : 2580-6165 | 196


e-ISSN : 2597-8632
Journal TABARO Vol. 2 No. 1, Mei 2018 Wardani dan Oeng Anwarudin

dikemukakan juga oleh Setiawan (2015), sebagai wadah kerjasama dapat membuat
membangun jiwa kewirausahaan petani menjadi bertambah kuat dalam upaya
merupakan proses awal untuk usaha yang meningkatkan keuntungan dan mencegah
berkelanjutan. terjadinya kerugian. Dengan demikian
usaha pertanian menjadi lebih
Pengaruh Peran Penyuluh, Penguatan
menguntungkan dan mempunyai daya saing
Kelompok dan Kemandirian Kelompok
sehingga mengurangi ketergantungan
Tani Terhadap Regenerasi Petani
terhadap tengkulak dan menjadikan petani
Berdasarkan wawancara dengan yang mandiri. Kondisi ini juga didukung
responden diperoleh informasi bahwa Frese dan Gielnik (2014), kelembagaan
hubungan anggota dengan anggota lainnya petani dan tindakan kolektif sering dilihat
dan kelompok tani dapat membantu sebagai faktor kunci dalam meningkatkan
memecahkan masalah yang dihadapi petani akses petani ke pasar. Demikian juga
dan meningkatkan perannya secara Schmidt et al. (2015), kondisi struktural
ekonomi dan sosial. Terjalinnya hubungan petani merupakan dampak karakteristik
yang lebih baik dalam wadah kelompok tani kelompok petani. Penelitian ini mendukung
tersebut menyebabkan petani menjadi dapat Oktarina et al (2012), konsep tentang
menentukan nasibnya sendiri dan strategi penguatan kelembagaan petani
mengurangi ketergantungan terhadap dapat meningkatkan level kemandirian
tengkulak. Kondisi ini selaras dengan petani.
Hamilton et al. (2015), kelompok tani
Tabel 4. Pengaruh peran penyuluh, penguatan kelompok dan kemandirian kelompok tani
terhadap regenerasi petani
No Uraian Nilai Signifikansi Keterangan
2
1. R 0,303
2. r X1 dengan Y2 0,432 0,001 Signifikan
3. r X2 dengan Y2 0,368 0,040 Signifikan
4. r Y1 dengan Y2 0,388 0,020 Signifikan
5. Konstanta 10,193 0,019 Signifikan
6. Peran penyuluh 0,244 0,186 Tidak signifikan
7. Penguatan kelompok tani 0,183 0,349 Tidak signifikan
8. Kemandirian kelompok tani 0,041 0,662 Tidak signifikan
dengan penelitian ini yang merupakan
Tabel 4 menunjukkan hasil analisis
penyuluh pemerintah. Berdasarkan
regresi, peran penyuluh, penguatan
penelitian tersebut, penyuluh swadaya
kelompok dan kemandirian kelompok tani
memiliki kelebihan khusus yaitu dapat
berpengaruh tidak nyata terhadap regenerasi
menjadi contoh dalam bisnis sehingga
petani. Namun demikian melalui uji
kesuksessan mereka dapat memotivasi
korelasi ditemukan hubungan yang nyata
generasi muda. Hal tersebut berbeda dengan
antara peran penyuluh, penguatan kelompok
penyuluh pemerintah yang memang tidak
dan kemandirian kelompok tani dengan
semuanya memiliki usaha dan sukses dalam
regenerasi petani. Adanya pengaruh tidak
berusaha bidang pertanian. Terkait adanya
nyata peran penyuluh terhadap regenerasi
hubungan diantara keduanya tetapi
petani berbeda dengan Anwarudin dan
berpengaruh tidak nyata, diduga bahwa
Haryanto (2018), peran penyuluh
peran penyuluh pemerintah terhadap
berpengaruh nyata terhadap regenerasi
regenerasi petani bukan pengaruh langsung
petani. Namun demikian penelitian
melainkan pengaruh tidak langsung yang
Anwarudin dan Haryanto (2018) berbasis
melalui peran penyuluh swadaya seperti
pada penyuluh swadaya yang berbeda
penelitian terdahulu.

p-ISSN : 2580-6165 | 197


e-ISSN : 2597-8632
Journal TABARO Vol. 2 No. 1, Mei 2018 Wardani dan Oeng Anwarudin

Berdasarkan kondisi tersebut sudah reformasi, kelompok taruna tani


seharusnya penyuluh pemerintah membina ditinggalkan. Peristiwa itu diduga menjadi
hubungan baik dengan penyuluh pertanian salah satu penyebab menurunnya porsi
swadaya. Penyuluh swadaya di beri petani usia muda saat ini. Implikasi dari
kewenangan agar peran-peran lainnya dapat temuan ini, penguatan kelomok tani saat ini
dikerjakan dengan baik oleh penyuluh dan masa mendatang lebih diarahkan
pertanian swadaya sehingga dapat lebih kepada keterlibatan generasi muda dengan
memotivasi generasi muda mencintai harapan dapat menumbuhkan minat
pekerjaan di sektor pertanian. Hasil generasi muda pada bidang pertanian.
penelitian mendukung Syahyuti (2014), sisi Beberapa program pemberdayaan
keunggulan penyuluh swadaya dibanding generasi muda pedesaan telah pula
dengan penyuluh pemerintah adalah lebih diimplementasikan oleh Kementerian
mampu menciptakan penyuluhan yang Pemuda dan Kementerian Pertanian.
partisipatif. Hal tersebut karena penyuluh Program pengembangan pemuda yang
swadaya hidup di antara petani, mengalami sekarang banyak menghasilkan petani
secara langsung perasaan dan masalah handal di berbagai daerah di Indonesia
petani, menjadi bagian dari semangat adalah Program Magang Pemuda Tani ke
petani, serta terlibat secara partisipatif Jepang. Sekolah Lapang PHT dan PTT juga
dalam kegiatan pertanian di komunitasnya. banyak melahirkan petani sukses dan petani
Penyuluh swadaya adalah orang dalam yang inovator. Kemandirian alumni magang
tidak perlu lagi belajar psikologi petani dan jepang untuk kembali dan berusaha secara
sosiologi masyarakat desa. rasional di daerah asalnya merupakan kunci
Penyuluh pertanian swadaya dinilai perubahan nasib, citra diri dan
sangat strategis karena memiliki berbagai keberlanjutan petani. Persoalannya,
keunggulan, diantaranya adalah sebagian besar pemuda terdidik dalam
pengetahuan dan keterampilan teknologi bidang pertanian enggan untuk kembali dan
yang lebih kuat meski spesifik karena berwirausaha secara rasional di daerah
mereka adalah pelaku langsung pertanian di asalnya. Ironisnya, sebagian besar dari
lapangan. Syahyuti (2014) menyatakan mereka malah memperebutkan lapangan
penyuluh swadaya hidup sehari-hari di kerja dan sebagian lagi terjebak dalam
tengah komunitasnya, maka lebih mampu pengangguran di perkotaan. Bersamaan
menciptakan penyuluhan yang partisipatif, dengan itu, peran dan fungsi penyuluhan
lebih mampu mengorganisasikan dalam memberdayakan generasi pelaku
masyarakat (community-organizing role), pembangunan di pedesaan terus melemah
mampu menjadi penghubung (change seiring tuanya umur penyuluh. Meskipun
agent) yang lebih powerfull, dan memiliki kebijakan dan program pemberdayaan
nilai lebih pada kepemilikan modal sosial. pemuda mengalami peningkatan di era
Selanjutnya, penguatan kelompok tani otonomi daerah, namun implementasinya di
berpengaruh tidak nyata terhadap regenerasi pedesaan tetap lemah.
petani. Hasil analisis tersebut dapat
dimaklumi setelah melihat kenyaaan di KESIMPULAN
lapangan bahwa sasaran kegiatan penguatan Peran penyuluh pertanian berpengaruh
kelompok tani tersebut adalah kelompok nyata terhadap penguatan kelompok tani.
tani dewasa bukan khusus kelompok petani Peran penyuluh dan penguatan kelompok
muda atau taruna tani. Kelompok taruna tani berpengaruh nyata terhadap
tani pernah berjaya pada masa orde baru. kemandirian kelompok tani, dan peran
Pada saat itu sasaran penyuluhan terdiri atas penyuluh, penguatan kelompok dan
tiga jenis kelompok yaitu kelompok tani kemandirian kelompok tani berpengaruh
dewasa, kelompok wanita tani dan taruna tidak nyata terhadap regenerasi petani.
tani. Namun demikian memasuki era

p-ISSN : 2580-6165 | 198


e-ISSN : 2597-8632
Journal TABARO Vol. 2 No. 1, Mei 2018 Wardani dan Oeng Anwarudin

DAFTAR PUSTAKA Kinerja Penyuluh dan Perspektif Petani


dan Eksistensi Penyuluh Swadaya
Anwarudin O. 2017. Faktor penentu
sebagai Pendamping Penyuluh
partisipasi petani pada program upaya
Pertanian. Jurnal Analisis Kebijakan
khusus padi di Kabupaten Manokwari,
Pertanian. 8(4):303-321
Papua Barat. Jurnal Penyuluhan
http://pse.litbang.pertanian.go.id/ind/pdf
Pertanian. 12 (1): 67-79.
files/ART8-4b.pdf
Anwarudin O, Haryanto Y. 2018. The role
KRKP. 2015. Laporan Kajian Regenerasi
of farmer-to-farmer extension as a
Petani, Faktor faktor yang
motivator for the agriculture young
Mempengaruhi Minat Menjadi Petani,
generation. International Journal of
pada Keluarga Petani Padi dan
Social Science and Economic Research.
Hortikultura. Koalisi Rakyat untuk
3(1): 428-437.
Kedaulatan Pangan bekerjasama dengan
Anwarudin O, Maryani A. 2017. The effect
Australian Aid dan Oxfam.
of institutional strenghening on farmer
Lukuyu BF. Place SF. Kiptot E. 2012.
participation and self-reliance in Bogor
Disseminating improved practices: Are
Indonesia. International Journal of
Volunteer Farmer Trainers Effective.
Research in Social Sciences. 7(4): 409-
Journal of Agricultural Education and
422.
Extension. 18(5).525-540. doi:
BPS. 2003. Hasil Sensus Pertanian. Biro
10.1080/1389224X.2012.707066.
Pusat Statistik
Muljono P. 2012. Metodologi Penelitian
BPS. 2013. Hasil Sensus Pertanian. Biro
Sosial. Bogor: PT Penerbit IPB Press.
Pusat Statistik
Ofuoku A U, Isife B I. 2009. Causes, Effect
Dayat. 2017a. Persepsi penyuluh pertanian
and Resolution of Farmers-nomadic
dalam penyelenggaraan penyuluhan era Cattle Herders Conflict in Delta State.
otonomi daerah. Jurnal Penyuluhan Nigeria. International Journal of
Pertanian. 12 (1) : 27 – 39. Sosiology and Anthropology. Vol. 1(2).
Dayat. 2017b. Persepsi petani terhadap pp. 047-054.
pelaksanaan penyuluhan berorientasi Oktarina S, Hakim N, Junaidi Y. 2012. The
agribisnis padi di Kabupaten Bogor. Level of Farmer Self Reliance and
Institutional Strengthness Strategy in
Jurnal Triton. 8 (1) : 1 – 13.
Empowerment of Lowland Rice in
Fonchingong CC, Fonjong LN. 2003. The Ogan Ilir Regency South Sumatera
Concept Of Self-Reliance In Indonesia. International Conference on
Community Development Initiatives In Environment, Energy and
The Cameroon Grassfields. Nordic Biotechnology. IACSIT Press,
Journal of African Studies 12(2): 196– Singapore
219, 2003. Okpukpara B. 2009. Strategies for effective
Frese M, Gielnik MM. 2014. The
loan delivery to small-scale enterprises
Psychology of Entrepreneurship. Annu.
Rev. Organ. Psychol. Organ. Behav. in rural Nigeria. Journal of
2014(1): 413-38. doi: 10.1146/annurev- Development and Agricultural
orgpsych-031413-091326. Economics. Vol. 1(2). pp. 041-048.
Hamilton W, Bosworth G, Ruto E. 2015. Schmidt S, Magigi W, Godfrey B. 2015.
Entrepreneurial Younger Farmers And The organization of urban agriculture:
The “Young Farmer Problem” In Farmer associations and urbanization in
England. The Journal “Agriculture and Tanzania. Cities Journal 42: 153–159.
Forestry”. Volume 61, Issue 4. Setiawan I, Sumardjo, Satria A,
Indraningsih KS, Ginting BS, Tjitropranoto Tjitropranoto P. 2015. Study of role of
P, Asngari P, Wijayanto H. 2010. Agribusiness Young Actors on

p-ISSN : 2580-6165 | 199


e-ISSN : 2597-8632
Journal TABARO Vol. 2 No. 1, Mei 2018 Wardani dan Oeng Anwarudin

Optimalization of Private Agricultural Syahyuti. 2014. Peran Strategis Penyuluh


Extension in West Java Province, Swadaya dalam Paradigma Baru
Indonesia. International Journal of Penyuluhan Pertanian Indonesia. Jurnal
Humanities and Social Science. Vol. 5, Agro Ekonomi. 32(1): 43-58
No. 9; September 2015.

p-ISSN : 2580-6165 | 200


e-ISSN : 2597-8632

Anda mungkin juga menyukai