Anda di halaman 1dari 12

KONSEP DASAR KAMAR OPERASI

A. Pengertian
Kamar operasi adalah bagian integral yang penting dari pelayanan suatu rumah sakit
berbentuk suatu unit yang terorganisir dan sangat terintegrasi, dimana didalamnya tersedia
sarana dan prasarana penunjang untuk melakukan tindakan pembedahan.
Secara umum lingkungan kamar operasi terdiri dari 3 area.
1. Area bebas terbatas (unrestricted area)
Pada area ini petugas dan pasien tidak perlu menggunakan pakaian khusus kamar operasi.
2. Area semi ketat (semi restricted area)
Pada area ini petugas wajib mengenakan pakaian khusus kamar operasi yang terdiri atas
topi, masker, baju dan celana operasi.
3. Area ketat/terbatas (restricted area).
Pada area ini petugas wajib mengenakan pakaian khusus kamar operasi lengkap dan
melaksanakan prosedur aseptic.

B. Job Description Kamar Operasi


Peran perawat perioperatif tampak meluas, mulai dari praoperatif, intraoperatif, sampai
ke perawatan pasien pascaanestesi. Peran perawat di kamar operasi berdasarkan fungsi dan
tugasnya terbagi 3 yaitu :
1. Perawat administratif
2. Perawat pada pembedahan
3. Perawat pada anestesi
Pada parktiknya, peran perawat perioperatif dipengaruhi oleh beberapa faktor :
1. Lama pengalaman
Lamanya pengalaman bertugas dikamar operasi, terutama pada kamar pembedahan
khusus, seperti sebagai perawat instrumen di kamar bedah saraf, onkologi,
ginekologi, dan lain lain akan memberikan dampak yang besar terhadap peran
perawat dalam menentukan hasil pembedahan.
2. Kekuatan dan ketahanan fisik
Beberapa jenis pembedahan, seperti bedah saraf, toraks, kardiovaskular, atau spina
memerlukan waktu operasi yang panjang. Pada kondisi tersebut, perawat instrumen
harus berdiri dalam waktu lama dan dibutuhkan tingkat konsentrasi yang tinggi. Oleh
karena itu, agar mengikuti jalannya pembedahan secara optimal, dibutuhkan kekuatan
dan ketahanan fisik yang baik.
3. Keterampilan Keterampilan terdiri atas keterampilan psikomotor, manual, dan
interpersonal yang kuat. Agar dapat mengikuti setiap jenis pembedahan yang
berbeda-beda, perawat instrumen diharapkan mampu untuk mengintegrasikan antara
keterampilan yang dimiliki dengan keinginan dari operator bedah pada setiap
tindakan yang dilakukan dokter bedah dan asisten bedah. Hal ini akan memberikan
tantangan tersendiri pada perawat untuk mengembangkan keterampilan psikomotor
mereka agar bisa mengikuti jalannya pembedahan.
4. Sikap professional
Pada kondisi pembedahan dengan tingkat kerumitan yang tinggi, timbul kemungkinan
perawat melakukan kesalahan saat menjalankan perannya. Perawat harus bersikap
professional, dan mau menerima teguran. Kesalahan yang dilakukan oleh salah satu
peran akan berdampak pada keseluruhan proses dan hasilpempedahan.
5. Pengetahuan
Yaitu pengetahuan tentang prosedur tetap yang digunakan institusi. Perawat
menyesuaikan peran yang akan dijalankan dengan kebijakan dimana perawat tersebut
bekerja. Pengetahuan yang optimal tentang prosedur tetap yang berlaku akan
memberikan arah pada peran yang dilaksanakan.

C. Peran Perawat Pre Operasi


Sebelum tindakan operasi dimulai, peran perawat melakukan pengkajian pre operasi
awal, merencanakan penyuluhan dengan metode yang sesuai dengan kebutuhan pasien,
melibatkan keluarga atau orang terdekat dalam wawancara, memastikan kelengkapan
pemeriksaan praoperasi, mengkaji kebutuhan klien dalam rangka perawatan post operasi.
a) Pengkajian
Sebelum operasi dilaksanakan pengkajian menyangkut riwayat kesehatan
dikumpulkan, pemeriksaan fisik dilakukan, tanda-tanda vital di catat dan data dasar di
tegakkan untuk perbandingan masa yang akan datang. Pemeriksaan diagnostik
mungkin dilakukan seperti analisa darah, endoskopi, rontgen, endoskopi, biopsi
jaringan, dan pemeriksaan feses dan urine. Perawat berperan memberikan penjelasan
pentingnya pemeriksaan fisik diagnostik. Disamping pengkajian fisik secara umum
perlu di periksa berbagai fungsi organ seperti pengkajian terhadap status pernapasan,
fungsi hepar dan ginjal, fungsi endokrin, dan fungsi imunologi. Status nutrisi klien
pre operasi perlu dikaji guna perbaikan jaringan pos operasi, penyembuhan luka akan
di pengaruhi status nutrisi klien. Demikian pula dengan kondisi obesitas, klien
obesitas akan mendapat masalah post operasi dikarenakan lapisan lemak yang tebal
akan meningkatkan resiko infeksi luka, juga terhadap kesulitan teknik dan mekanik
selama dan setelah pembedahan.
b) Informed Consent
Tanggung jawab perawat dalam kaitan dengan Informed Consent adalah memastikan
bahwa informed consent yang di berikan dokter di dapat dengan sukarela dari klien,
sebelumnya diberikan penjelasan yang gamblang dan jelas mengenai pembedahan
dan kemungkinan resiko.
c) Pendidikan Pasien Pre operasi
Penyuluhan pre operasi didefinisikan sebagai tindakan suportif dan pendidikan yang
dilakukan perawat untuk membantu pasien bedah dalam meningkatkan kesehatannya
sendiri sebelum dan sesudah pembedahan. Tuntutan klien akan bantuan keperawatan
terletak pada area pengambilan keputusan, tambahan pengetahuan, keterampilan,dan
perubahan perilaku. Dalam memberikan penyuluhan klien pre operasi perlu
dipertimbangkan masalah waktu, jika penyuluhan diberikan terlalu lama sebelum
pembedahan memungkinkan klien lupa, demikian juga bila terlalu dekat dengan
waktu pembedahan klien tidak dapat berkonsentrasi belajar karena adanya kecemasan
atau adanya efek medikasi sebelum anastesi.
d) Informasi Lain
Pasien mungkin perlu diberikan penjelasan kapan keluarga atau orang terdekat dapat
menemani setelah operasi. Pasien dianjurkan berdo’a.Pasien diberi penjelasan
kemungkinan akan dipasang alat post operasinya seperti ventilator, selang drainase
atau alat lain agar pasien siap menerima keadaan post operasi.

D. Peran Perawat Administratif


Perawat administratif berperan dalam pengaturan manajemen penunjang pelaksanaan
pembedahan. Biasanya terdiri dari perencanaan dan pengaturan staf, kolaborasi penjadwalan
pasien bedah, perencanaan manajemen material, dan manajemen kinerja.
Peran perawat administratif :
a. Perencanaan dan Pengaturan Staf
Pengaturan dan penjadwalan staf adalah tanggungbjawab manajemen tang
dipercayakan dan diberikan kepada perawat administratif. Dalam upaya memenuhi
standar ini, staf yang melakukan tanggung jawab administratif ini harus memahami
cara untuk mengembangkan standar pengaturan dan penjadwalan staf. Menurut
Gruendemann (2006), ada beberapa hal yang perlu dipertimbangkan dalam
merencanakan pengaturan staf, yaitu :
1) Mengidentifikasi jenis pekerjaan yang akan dilakukan
2) Mengidentifikasi jumlah staf yang diperlukan
3) Mengidentifikasi tipe pekerja yang diperlukan untuk pekerjaan tersebut
4) Mengembangkan pola pengaturan untuk penjadwalan staf. Penjadwalan staf
meliputi pengembangan kebijakan penjadwalan dan pengembangan jadwal
kerja untuk staf.
b. Identifikasi Jenis Pekerjaan
Dikamar operasi staf pekerjaan dibagi menjadi staf perawatan langsung dan staf
perawatan tak langsung. Staf perawatan langsung terdiri dari perawat scrub, perawat
sirkulasi (unloop), perawat anestesi, dan perawat asisten operasi. Staf perawatan tidak
langsung tidak memberikan asuhan langsung kepada pasien. Semua personel
tambahan yang diperlukan untuk mendukung ruang operasi, seperti sekretaris, teknisi
instrumen, personel pelayanan lingkungan, personel transport, personel keuangan,
dan perawat administratif dipertimbangkan juga sebagai pemberi perawatan tidak
langsung. Perencanaan jumlah staf perawatan langsung atau tidak langsung
disesuaikan berdasarkan kebutuhan dari jumlah ruang operasi yang tersedia setiap
jam per hari dan disesuaikan dengan kebujakan pada setiap institusi.
c. Penjadwalan staf
Kebijakan penjadwalan menjadi kerangka kerja untuk mengembangkan jadwal kerja
staf yang dilakukan secara adil dan konsisten, dalam kaitannya dengan pedoman
penjadwalan yang jelas. Kebijakan harus mencakup tanggung jawab staf untuk
bekerja pada akhir minggu, merotasi shift, memenuhi panggilan, bekerja pada hari
libur, dan bekerja tengah malam. Kebijakan juga harus meliputi penetapan waktu
libur dan mengidentifikasi rasio staf perawatan langsung seperti perawat scrub,
perawat asisten operasi, dan perawat anestesi per shift.
d. Penjadwalan Pasien Bedah
Dilakukan oleh perawat administratif berkolaborasi dengan dokter bedah pada setiap
kamar bedah yang tersedia. Peran perawat supervisor atau administratif dalam
mengatur jadwal pasien bedah bertujuan untuk menjaga kondisi para perawat
perioperatif di kamar bedah. Kolaborasi dilakukan dengan memperhitungkan jenis
dan lamanya pembedahan.
e. Manajemen Material dan Inventaris
Perawat administratif yang melakukan perencanaan dan control terhadap inventaris
dan material biasanya adalah Kepala Perawat di ruang operasi yang dibantu oleh staf
nonoperatif. Barang inventaris yang berada digudang kamar operasi seperti kereta
lemari, tempat pemnyimpanan kereta, tempet penyimpanan barang-barang khusus
dikamar operasi, dan cabinet masing-masing kamar operasi. Persediaan tersebut dapat
berupa peralatan medis dan bedah, barang steril dan non steril, obat-obatan, baki
untuk instrumen, atau barang lain yang digunakan dikamar operasi. Inventaris
biasanya selalu mengacu pada barang medis dan bedah yang sebagian besar bersifat
habis pakai. Fungsi kontrol terhadap material dilakukan dengan tuuan untuk
memberikan rasa percaya antarstaf. Persediaan harus memadai jika sewaktu-waktu
diperlukan.
f. Pengaturan kinerja
Pengaturan kinerja dengan cara yang sistematis agar staf dapat mencapai tujuan
penyelesaian tugas secara optimal. Perencanaan kegiatan sistematis direncanakan
secara individual terhadap seluruh staf, misalnya pengaturan staf baru dengan metode
orientasi dasar, bimbingan kompetensi kamar operasi, dan pengenalan alat canggih.
Implementasi kegiatan dapat berupa umpan balik terhadap hasil yang terlaksana.
Penilaian kinerja staf akan mencermati hasil disesuaikan dengan kebijakan institusi.

E. Peran Perawat Instrumen


Perawat scrub atau di Indonesia dikenal sebagai perawat instrumen memiliki tanggung
jawab terhadap manajemen instrumen operasi pada setiap jenis pembedahan. Secara spesifik
peran dan tanngung jawab dari perawat instrumen adalah sebgai berikut :
1) Perawat instrumen menjaga kelengkapan alat instrumen steril yang sesuai dengan
jenis operasi.
2) Perawat instrumen harus selalu mengawasi teknik aseptik dan memberikan
instrumen kepada ahli bedah sesuai kebutuhan dan menerimanya kembali
3) Perawat instrumen harus terbiasa dengan anatomi dasar dan teknik-teknik bedah
yang sedang dikerjakan.
4) Perawat instrumen harus secara terus menerus mengawasi prosedur untuk
mengantisipasi segala kejadian
5) Melakukan manajemen sirkulasi dan suplai alat instrumen operasi. Mengatur alat-
alat yang akan dan telah digunakan. Pada kondisi ini perawat instrumen harus
benar-benar mengetahui dan mengenal alat-alat yang akan dan telah digunakan
beserta nama ilmiah dan mana biasanya, dan mengetahui penggunaan instrumen
pada prosedur spesifik.
6) Perawat instrumen harus mempertahankan integritas lapangan steril selama
pembedahan.
7) Dalam menangani instrumen, Perawat instrumen harus mengawasi semua aturan
keamanan yang terkait. Benda-benda tajam, terutama skapel, harus diletakkan
dimeja belakang untuk menghindari kecelakaan.
8) Perawat instrumen harus memelihara peralatan dan menghindari kesalahan
pemakaian.
9) Perawat instrumen harus bertanggung jawab untuk mengkomunikasikan kepada
tim bedah mengenai setiap pelanggaran teknik aseptik atau kontaminasi yang
terjadi selama pembedahan.
10) Menghitung kasa, jarum, dan instrumen. Perhitungan dilakukan sebelum
pembedahan dimulai dan sebelum ahli bedah menutup luka operasi.
F. Peran Perawat Sirkulasi
Perawat sirkulasi atau dikenal juga dengan sebutan perawat unloop bertanggung jawab
menjamin terpenuhinya perlengkapan yang dibutuhkan oleh perawat instrumen dan
mengobservasi pasien tanpa menimbulkan kontaminasi terhadap area steril. Perawat sirkulasi
adalah petugas penghubung antara area steril dan bagian ruang operasi lainnya. Secara umum,
peran dan tangggung jawab perawat sirkulasi adalah sebagai berikut :
1) Menjemput pasien dari bagian penerimaan, mengidentifikasi pasien, dan
memeriksa formulir persetujuan.
2) Mempersiapkan tempat operasi sesuai prosedur dan jenis pembedahan yang akan
dilaksanakan. Tim bedah harus diberitahu jika terdapat kelainan kulit yang
mungkin dapat menjadi kontaindikasi pembedahan.
3) Memeriksa kebersihan dan kerapian kamar operasi sebelum pembedahan. Perawat
sirkulasi juga harus memperhatikan bahwa peralatan telah siap dan dapat
digunakan. Semua peralatan harus dicoba sebelum prosedur pembedahan, apabila
prosedur ini tidak dilaksanakan maka dapat mengakibatkan penundaan atau
kesulitan dalam pembedahan.
4) Membantu memindahkan pasien ke meja operasi, mengatur posisi pasien,
mengatur lampu operasi, memasang semua elektroda, monitor, atau alat-alat lain
yang mungkin diperlukan.
5) Membantu tim bedah mengenakan busana (baju dan sarung tangan steril)
6) Tetap ditempet selema prosedur pembedahan untuk mengawasi atau membantu
setiap kesulitan yang mungkin memerlukan bahan dari luar area steril
7) Berperan sebagai tangan kanan perawat instrumen untuk mengambil, membawa,
dan menyesuaikan segala sesuatu yang diperlukan oleh perawat instrumen. Selain
itu juga untuk mengontrol keperluan spons, instrumen dan jarum.
8) Membuka bungkusan sehingga perawat instrumen dapat mengambil suplai steril.
9) Mempersiapkan catatan barang yang digunakan serta penyulit yang terjadi selama
pembedahan.
10) Bersama dengan perawat instrumen menghitung jarum, kasa, dan kompres yang
digunakan selama pembedahan.
11) Apabila tidak terdapat perawat anestesi, maka perawat sirkulasi membantu ahli
anestesi dalam melakukan induksi anestesi.
12) Mengatur pengiriman specimen biopsy ke labolatorium
13) Menyediakan suplai alat instrumen dan alat tambahan.
14) Mengeluarkan semua benda yang sudah dipakai dari ruang operasi pada akhir
prosedur, memastikan bahwa semua tumpahan dibersihkan, dan mempersiapkan
ruang operasi untuk prosedur berikutnya.
G. Peran Perawat Anestesi
Perawat anestesi adalah perawat dengan pendidikan perawat khusus anestesi. Peran
utama sebagai perawat anestesi pada tahap praoperatif adalah memastikan identitas pasien
yang akan dibius dan melakukan medikasi praanestesi. Kemudian pada tahap intraoperatif
bertanggung jawab terhadap manajemen pasien, instrumen dan obat bius membantu dokter
anestesi dalm proses pembiusan sampai pasien sadar penuh setelah operasi.
Pada pelaksanaannnya saat ini, perawat anestesi berperan pada hampir seluruh
pembiusan umum. Perawat anestesi dapat melakukan tindakan prainduksi, pembiusan umum,
dan sampai pasien sadar penuh diruang pemulihan.
Peran dan tanggung jawab perawat anestesi secara spesifik antara lain :
1) Menerima pasien dan memastikan bahwa semua pemeriksaan telah dilaksanakan
sesuai peraturan institusi
2) Melakukan pendekatan holistik dan menjelaskan perihal tindakan prainduksi
3) Manajemen sirkulasi dan suplai alat serta obat anestesi
4) Pengaturan alat-alat pembiusan yang telah digunakan.
5) Memeriksa semua peralatan anestesi (mesin anestesi, monitor dan lainnya)
sebelum memulai proses operasi.
6) Mempersiapkan jalur intravena dan arteri, menyiapkan pasokan obat anestesi,
spuit, dan jarum yang akan digunakan; dan secara umum bertugas sebagai tangan
kanan ahli anestesi, terutama selama induksi dan ektubasi.
7) Membantu perawat sirkulasi memindahkan pasien serta menempatkan tim bedah
setelah pasien ditutup duk dan sesudah operasi berjalan.
8) Berada di sisi pasien selama pembedahan, mengobservasi, dan mencatat status
tanda-tanda vital, obat-obatan, oksigenasi, cairan, tranfusi darah, status sirkulasi,
dan merespon tanda komplikasi dari operator bedah.
9) Memberikan segala sesuatu yang dibutuhkan ahli anestesi untuk melakukan suatu
prosedur (misalnya anestesi local, umum, atau regional)
10) Member informasi dan bantuan pada ahli anestesi setiap terjadi perubahan status
tanda-tand vital pasien atau penyulit yang mungkin mengganggu perkembangan
kondisi pasien.
11) Menerima dan mengirim pasien baru untuk masuk ke kamar prainduksi dan
menerima pasien di ruang pemulihan .

H. Peran Perawat Ruang Pemulihan


Perawat ruang pemulihan adalah perawat anestesi yang menjaga kondisi pasien sampai
sadar penuh agar bisa dikirim kembali ke ruang rawat inap. Tanggung jawab perawat ruang
pemulihan sangat banyak karena kondisi pasien dapat memburuk dengan cepat pada fase ini.
Perawat yang bekerja diruangan ini harus siap dan mampu mengatasi setiap keadaan darurat.
Walaupun pasien di ruang pemulihan merupakan tanggung jawab ahli anestesi, tetapi ahli
anestesi mengandalkan keahlian perawat untuk memantau dan merawat pasien sampai bbenar-
benar sadar dan mampu dipindahkan keruang rawat inap.

I. Fase- Fase Operatif


a) Fase Praoperatif:
Fase ini dimulai saat intervensi bedah dibuat dan berakhirketika pasien dikirim ke meja
operasi. Lingkup aktifitas keperawatan: penetapan pengkajian dasar pasien, menjalani
wawancara praoperatif, dan menyiapkan pasien untuk anestesi pada pembedahan. Macam
anestesi yangdiberikan : Anestesi umum yaitu anestesi yang menghambat sensasi di
seluruhtubuh; Anestesi lokal yaitu anestesi yangb menghambat sensasi di sebagiantubuh
atau di bagian tubuh tertentu.
b) Fase Intraoperatif:
Fase ini dimulai ketika pasien masuk ke bagian bedah dan berakhir saat pasien
dipindahkan ke ruang pemulihan. Lingkup aktifitaskeperawatan: memasang infus,
memberikan medikasi intravena, melakukanpemantauan fisiologis menyeluruh sepanjang
prosedur pembedahan dan menjaga keselamatan pasien.
c) Fase Pascaoperatif:
Fase Pascaoperatif dimulai pada saat pasien masuk keruang pemulihan dan berakhir
dengan evaluasi tindak lanjut. Lingkup aktifitaskeperawatan: Mengkaji efek anestesi,
membantu fungsi vital tubuh, serta mencegah komplikasi. Peningkatan penyembuhan
pasien dan penyuluhan, perawatan tindak lanjut.

J. Peran Perawat Perioperatif


a. Fase Pre-Operatif
Keperawatan pre operatif merupakan tahapan awal dari keperawatan perioperatif. Kesuksesan
tindakan pembedahan secara keseluruhan sangat tergantung pada fase ini. Hal ini disebabkan
fase ini merupakan fase awal yang menjadi landasan untuk kesuksesan tahapan berikutnya.
Kesalahan yang dilakukan pada tahap ini akan berakibat fatal pada tahap berikutnya. Tugas
perawat:
 Persiapan fisik klien meliputi: status kesehatan fisik secara umum,status nutrisi,
keseimbangan cairan dan elektrolit, pengosongankandung kemih, latihan pra-operasi
(latihan tarik napas dalam, latihanROM),
 Persiapan penunjang (EKG, pemeriksaan radiologi dan pemeriksaanlaboratorium)
 Persiapan jenis anestesi yang diberikan
 Informed consent
 Persiapan mental dan psikis klien
b. Fase Intraoperatif
 Mengatur posisi klien saat akan dioperasi untuk keselamatan klien itu sendiri
 Melakukan pematauan Fisiologis, memperhitungkan efek darihilangnya atau masuknya
cairan secara berlebihan pada pasien,membedakan data kardiopumonal yang normal
dengan yang abnormal,melaporkan perubahan-perubahan pada nadi, pernafasan, suhu
tubuhdan tekanan darah pasien.
 Memberikan dukungan emosional pada pasien dan mengkaji statusemosional pasien

c. Fase Pascaoperatif
 Mengkaji efek dari anesthesia
 Memantau tanda-tanda vital klien
 Mencegah adanya komplikasi dari operasi
 Memberikan penyuluhan agar mempercepat proses penyembuhan klien
 Perawatan tindak lanjut setelah operasi (rehabilitasi)
 Pemulangan

K. Asuhan Keperawatan Perioperatif


 Diagnosa keperawatan: Ansietas berhubungan dengan perubahan statuskesehatan
 Kriteria hasil: setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 1x24 jam,
rasacemas/ansietas teratasi
 Intervensi Keperawatan:
 Awasi respon fisiologis (takipnea, palpitasi, pusing, sakit kepala,sensasi kesemutan)
 Dorong pernyataan takut dan ansietas dan berikan umpan balik.
 Berikan informasi akurat, nyata tentang apa yang dilakukan
 Dorong orang terdekat tinggal dengan pasien, berespon terhadap tandapanggilan
dengan cepat. Gunakan sentuhan dan kontak mata dengancepat
 Tunjukkan teknik relaksasi, contoh : visualisasi, latihan napas dalam,bimbingan
imajinasi
 Berikan obat sesuai dengan indikasi dokter

L. Syarat Kamar Operasi


Kamar operasi yang baik harus memenuhi beberapa persyaratan sebagai berikut:
a. Letak Letak kamar operasi berada di tengah-tengah rumah sakit, berdekatan dengan
Instalasi Rawat Darurat, ICU dan unit radiologi.
b. Bentuk dan Ukuran
1) Bentuk
a) Kamar operasi tidak bersudut tajam. Lantai, dinding. Langit-langit berbentuk
lengkung dan wama tidak mencolok
b) Lantai dan 2/3 dinding bagian bawah harus terbuat dari bahan yang keras, rata,
kedap air, mudah dibersihkan dan tidak menampung debu.
2) Ukuran
a) Kamar operasi kecil berukuran: 5,2 m x 5,6 m (29,1 m2)
b) Kamar operasi yang nyaman diperlukan kira-kira diperlukan luas 40 m2.
c) Kamar operasi untuk operasi besar diperlukan luas minimal 56 m2 (7,2 m x 7,8
m).
c. Sistem Penerangan
Sistem penerangan di dalam kamar operasi harus memakai lampu pijar putih dan mudah
dibersihkan. Sedangkan lampu operasi memiliki persyaratan khusus, yaitu arah dan
fokusnya dapat diatur, tidak menimbulkan panas, cahayanya terang dan tidak
menyilaukan serta tidak menimbulkan bayangan. Pencahayaan antara 300 - 500 lux, meja
operasi 10.000 - 20.000 lux.
d. Sistem Ventilasi
Sistem ventilasi di kamar bedah sebaiknya memakai system pengatur suhu sentral (AC
sentral) dan dapat diatur dengan alat kontrol yang memakai filter (Ultra Clean Laminar
Airflow), dimana udara dipompakan ke dalam kamar operasi dan udara di kamar operasi
dihisap keluar.
e. Suhu dan Kelembaban
Suhu di kamar operasi di daerah tropis sekitar 19° - 22 ° C. Sedangkan di daerah sekitar
20°-24°C dengan kelembaban 55% (50 - 60%).
f. Sistem Gas Medis
Pemasangan sebaiknya secara sentral memakai system pipa, yang bertujuan untuk
mencegah bahaya penimbunan gas yang berlebihan di kamar operasi bila terjadi
kebocoran dan tabung gas. Pipa gas tersebut harus dibedakan warnanya.
g. Sistem listrik
Di dalam kamar operasi sebaiknya tersedia 2 macam voltage, yaitu 110 volt dan 220 volt.
Karena alat-alat kamar operasi memiliki voltage yang berbeda. Semua tombol listrik
dipasang pada ketinggian 1,40 m dari lantai
h. Sistem komunikasi
Sistem komunikasi di kamar operasi adalah sangat vital, terutama bila ada keadaan
darurat maka mudah untuk melakukan komunikasi.
i. Peralatan
1) Semua peralatan yang ada di kamar operasi harus beroda dan mudah dibersihkan.
2) Semua peralatan harus terbuat dari bahan stainless steel agar mudah untuk
dibersihkan.
3) Untuk alat-alat elektrik harus ada petunjuk penggunaan dan menempel pada alat agar
mudah untuk penggunaan.
j. Pintu
1) Pintu masuk dan keluar penderita harus berbeda.
2) Pintu masuk dan keluar petugas harus tersendiri.
3) Semua pintu harus menggunakan door closer (bila memungkinkan).
4) Setiap pintu diberi kaca pengintai untuk melihat kegiatan di kamar operasi tanpa
membuka pintu.
k. Pembagian area
1) Ada batas tegas antara area bebas terbatas. semi ketat, dan area ketat.
2) Ada ruang persiapan untuk serah terima pasien dan perawat ruangan kepada perawat
kamar operasi.
l. Air Bersih Air bersih harus memenuhi persyaratan sebagai berikut:
1) Tidak berwama, berbau dan berasa.
2) Tidak mengandung kuman pathogen
3) Tidak mengandung zat kimia
4) Tidak mengandung zat beracun
m. Penentuan Jumlah Kamar Operasi
Setiap rumah sakit merancang kamar operasi disesuaikan dengan bentuk dan lahan yang
tersedia, sehingga dikatakan bahwa rancang bangun kamar operasi setiap rumah
sakit berbeda, tergantung dari besar atau tipe rumah sakit tersebut. Makin besar rumah
sakit tentu membutuhkan jumlah dan luas kamar bedah yang lebih besar. Jumlah kamar
operasi tergantung dari berbagai hal yaitu :
1) Jumlah dan lama waktu operasi yang dilakukan.
2) Jumlah dokter bedah dan macam spesialisasi serta subspesialisasi bersama fasilitas
penunjang.
3) Pertimbangan antara operasi berencana dan operasi segera.
4) Jumlah kebutuhan waktu pemakaian kamar operasi baik jam per hari maupun
perminggu.
5) Sistem dan prosedur yang ditetapkan untuk arus pasien, petugas dan penyediaan
peralatan.

M. Zona Kamar Operasi


1. Zona 0 (merah)
Area pembedahan pada tubuh penderita (steril zona)
2. Zona 1 (biru)
Area disekeliling area pembedahan diatas meja bedah (ultra clean zone)
3. Zona 2 (hijau)
Area lain dalam kamar bedah (super clean zone)
4. Zona 3 (kuning)
Clean zone, identik dengan daerah tempat cuci tangan steril (semirestricted area)
5. Zona 4 (putih)
General zone, identik dengan daerah bebas (unrestricted area)

DAFTAR PUSTAKA
Muttaqin, Arif dan Kumala Sari.2009.Asuhan Keperawatan Perioperatif Konsep, Proses,
dan Aplikasi. Jakarta : Salemba Medika.

Anda mungkin juga menyukai