Anda di halaman 1dari 22

LAPORAN PENDAHULUAN KAMAR BEDAH

Diruang IBS RSUD Dr. Kanujoso Djatiwibowo

Disusun Oleh :

Fajriah Nur Rahmadhani, S.Kep

Nim : P2305111

INSTITUT TEKNOLOGI KESEHATAN & SAINS WIYATA


WIATA HUSADA SAMARINDA
PROGRA PROFESI NERS 2023
A. Definisi
Kamar Operasi Kamar operasi adalah suatu unit khusus di rumah sakit,
tempat untuk melakukan tindakan pembedahan, baik elektif maupun akut,
yang membutuhkan keadaan suci hama (steril).
Secara umum lingkungan kamar operasi terdiri dari 3 area.
1. Area bebas terbatas (unrestricted area)
Pada area ini petugas dan pasien tidak perlu menggunakan pakaian khusus
kamar operasi.
2. Area semi ketat (semi restricted area)
Pada area ini petugas wajib mengenakan pakaian khusus kamar operasi
yang terdiri atas topi, masker, baju dan celana operasi.
3. Area ketat/terbatas (restricted area).
Pada area ini petugas wajib mengenakan pakaian khusus kamar operasi
lengkap dan melaksanakan prosedur aseptic.
B. Job Description Kamar Operasi
Peran perawat perioperatif tampak meluas, mulai dari praoperatif,
intraoperatif, sampai ke perawatan pasien pascaanestesi. Peran perawat di
kamar operasi berdasarkan fungsi dan tugasnya terbagi 3 yaitu :
1. Perawat administratif
2. Perawat pada pembedahan
3. Perawat pada anestesi
Pada parktiknya, peran perawat perioperatif dipengaruhi oleh beberapa
faktor :
1. Lama pengalaman Lamanya pengalaman bertugas dikamar operasi,
terutama pada kamar pembedahan khusus, seperti sebagai perawat
instrumen di kamar bedah saraf, onkologi, ginekologi, dan lain lain
akan memberikan dampak yang besar terhadap peran perawat dalam
menentukan hasil pembedahan.
2. Kekuatan dan ketahanan fisik Beberapa jenis pembedahan, seperti
bedah saraf, toraks, kardiovaskular, atau spina memerlukan waktu
operasi yang panjang. Pada kondisi tersebut, perawat instrumen harus
berdiri dalam waktu lama dan dibutuhkan tingkat konsentrasi yang
tinggi. Oleh karena itu, agar mengikuti jalannya pembedahan secara
optimal, dibutuhkan kekuatan dan ketahanan fisik yang baik.
3. Keterampilan Keterampilan terdiri atas keterampilan psikomotor,
manual, dan interpersonal yang kuat. Agar dapat mengikuti setiap jenis
pembedahan yang berbeda-beda, perawat instrumen diharapkan
mampu untuk mengintegrasikan antara keterampilan yang dimiliki
dengan keinginan dari operator bedah pada setiap tindakan yang
dilakukan dokter bedah dan asisten bedah. Hal ini akan memberikan
tantangan tersendiri pada perawat untuk mengembangkan keterampilan
psikomotor mereka agar bisa mengikuti jalannya pembedahan.
4. Sikap professional Pada kondisi pembedahan dengan tingkat
kerumitan yang tinggi, timbul kemungkinan perawat melakukan
kesalahan saat menjalankan perannya. Perawat harus bersikap
professional, dan mau menerima teguran. Kesalahan yang dilakukan
oleh salah satu peran akan berdampak pada keseluruhan proses dan
hasilpempedahan.
5. Pengetahuan Yaitu pengetahuan tentang prosedur tetap yang
digunakan institusi. Perawat menyesuaikan peran yang akan dijalankan
dengan kebijakan dimana perawat tersebut bekerja. Pengetahuan yang
optimal tentang prosedur tetap yang berlaku akan memberikan arah
pada peran yang dilaksanakan.
C. Peran Perawat Pre Operasi
Sebelum tindakan operasi dimulai, peran perawat melakukan
pengkajian pre operasi awal, merencanakan penyuluhan dengan metode yang
sesuai dengan kebutuhan pasien, melibatkan keluarga atau orang terdekat
dalam wawancara, memastikan kelengkapan pemeriksaan praoperasi, mengkaji
kebutuhan klien dalam rangka perawatan post operasi.
a) Pengkajian
Sebelum operasi dilaksanakan pengkajian menyangkut riwayat kesehatan
dikumpulkan, pemeriksaan fisik dilakukan, tanda-tanda vital di catat dan
data dasar di tegakkan untuk perbandingan masa yang akan datang.
Pemeriksaan diagnostik mungkin dilakukan seperti analisa darah,
endoskopi, rontgen, endoskopi, biopsi jaringan, dan pemeriksaan feses dan
urine. Perawat berperan memberikan penjelasan pentingnya pemeriksaan
fisik diagnostik. Disamping pengkajian fisik secara umum perlu di periksa
berbagai fungsi organ seperti pengkajian terhadap status pernapasan, fungsi
hepar dan ginjal, fungsi endokrin, dan fungsi imunologi. Status nutrisi klien
pre operasi perlu dikaji guna perbaikan jaringan pos operasi, penyembuhan
luka akan di pengaruhi status nutrisi klien. Demikian pula dengan kondisi
obesitas, klien obesitas akan mendapat masalah post operasi dikarenakan
lapisan lemak yang tebal akan meningkatkan resiko infeksi luka, juga
terhadap kesulitan teknik dan mekanik selama dan setelah pembedahan.
b) Informed Consent
Tanggung jawab perawat dalam kaitan dengan Informed Consent adalah
memastikan bahwa informed consent yang di berikan dokter di dapat
dengan sukarela dari klien, sebelumnya diberikan penjelasan yang
gamblang dan jelas mengenai pembedahan dan kemungkinan resiko.
c) Pendidikan Pasien Pre operasi
Penyuluhan pre operasi didefinisikan sebagai tindakan suportif dan
pendidikan yang dilakukan perawat untuk membantu pasien bedah dalam
meningkatkan kesehatannya sendiri sebelum dan sesudah pembedahan.
Tuntutan klien akan bantuan keperawatan terletak pada area pengambilan
keputusan, tambahan pengetahuan, keterampilan,dan perubahan perilaku.
Dalam memberikan penyuluhan klien pre operasi perlu dipertimbangkan
masalah waktu, jika penyuluhan diberikan terlalu lama sebelum
pembedahan memungkinkan klien lupa, demikian juga bila terlalu dekat
dengan waktu pembedahan klien tidak dapat berkonsentrasi belajar karena
adanya kecemasan atau adanya efek medikasi sebelum anastesi.
d) Informasi Lain
Pasien mungkin perlu diberikan penjelasan kapan keluarga atau orang
terdekat dapat menemani setelah operasi. Pasien dianjurkan berdo’a.Pasien
diberi penjelasan kemungkinan akan dipasang alat post operasinya seperti
ventilator, selang drainase atau alat lain agar pasien siap menerima keadaan
post operasi.

D. Peran Perawat Administratif


Perawat administratif berperan dalam pengaturan manajemen
penunjang pelaksanaan pembedahan. Biasanya terdiri dari perencanaan dan
pengaturan staf, kolaborasi penjadwalan pasien bedah, perencanaan
manajemen material, dan manajemen kinerja.
Peran perawat administratif :
a. Perencanaan dan Pengaturan Staf
Pengaturan dan penjadwalan staf adalah tanggungbjawab manajemen tang
dipercayakan dan diberikan kepada perawat administratif. Dalam upaya
memenuhi standar ini, staf yang melakukan tanggung jawab administratif
ini harus memahami cara untuk mengembangkan standar pengaturan dan
penjadwalan staf. Menurut Gruendemann (2006), ada beberapa hal yang
perlu dipertimbangkan dalam merencanakan pengaturan staf, yaitu :
1) Mengidentifikasi jenis pekerjaan yang akan dilakukan
2) Mengidentifikasi jumlah staf yang diperlukan
3) Mengidentifikasi tipe pekerja yang diperlukan untuk pekerjaan
tersebut
4) Mengembangkan pola pengaturan untuk penjadwalan staf.
Penjadwalan staf meliputi pengembangan kebijakan penjadwalan dan
pengembangan jadwal kerja untuk staf.
b. Identifikasi Jenis Pekerjaan
Dikamar operasi staf pekerjaan dibagi menjadi staf perawatan langsung
dan staf perawatan tak langsung. Staf perawatan langsung terdiri dari
perawat scrub, perawat sirkulasi (unloop), perawat anestesi, dan perawat
asisten operasi. Staf perawatan tidak langsung tidak memberikan asuhan
langsung kepada pasien. Semua personel tambahan yang diperlukan untuk
mendukung ruang operasi, seperti sekretaris, teknisi instrumen, personel
pelayanan lingkungan, personel transport, personel keuangan, dan perawat
administratif dipertimbangkan juga sebagai pemberi perawatan tidak
langsung. Perencanaan jumlah staf perawatan langsung atau tidak
langsung disesuaikan berdasarkan kebutuhan dari jumlah ruang operasi
yang tersedia setiap jam per hari dan disesuaikan dengan kebujakan pada
setiap institusi.
c. Penjadwalan staf
Kebijakan penjadwalan menjadi kerangka kerja untuk mengembangkan
jadwal kerja staf yang dilakukan secara adil dan konsisten, dalam
kaitannya dengan pedoman penjadwalan yang jelas. Kebijakan harus
mencakup tanggung jawab staf untuk bekerja pada akhir minggu, merotasi
shift, memenuhi panggilan, bekerja pada hari libur, dan bekerja tengah
malam. Kebijakan juga harus meliputi penetapan waktu libur dan
mengidentifikasi rasio staf perawatan langsung seperti perawat scrub,
perawat asisten operasi, dan perawat anestesi per shift.
d. Penjadwalan Pasien Bedah
Dilakukan oleh perawat administratif berkolaborasi dengan dokter bedah
pada setiap kamar bedah yang tersedia. Peran perawat supervisor atau
administratif dalam mengatur jadwal pasien bedah bertujuan untuk
menjaga kondisi para perawat perioperatif di kamar bedah. Kolaborasi
dilakukan dengan memperhitungkan jenis dan lamanya pembedahan.
e. Manajemen Material dan Inventaris
Perawat administratif yang melakukan perencanaan dan control terhadap
inventaris dan material biasanya adalah Kepala Perawat di ruang operasi
yang dibantu oleh staf nonoperatif. Barang inventaris yang berada
digudang kamar operasi seperti kereta lemari, tempat pemnyimpanan
kereta, tempet penyimpanan barang-barang khusus dikamar operasi, dan
cabinet masing-masing kamar operasi. Persediaan tersebut dapat berupa
peralatan medis dan bedah, barang steril dan non steril, obat-obatan, baki
untuk instrumen, atau barang lain yang digunakan dikamar operasi.
Inventaris biasanya selalu mengacu pada barang medis dan bedah yang
sebagian besar bersifat habis pakai. Fungsi kontrol terhadap material
dilakukan dengan tuuan untuk memberikan rasa percaya antarstaf.
Persediaan harus memadai jika sewaktu-waktu diperlukan.
f. Pengaturan kinerja
Pengaturan kinerja dengan cara yang sistematis agar staf dapat mencapai
tujuan penyelesaian tugas secara optimal. Perencanaan kegiatan sistematis
direncanakan secara individual terhadap seluruh staf, misalnya pengaturan
staf baru dengan metode orientasi dasar, bimbingan kompetensi kamar
operasi, dan pengenalan alat canggih. Implementasi kegiatan dapat berupa
umpan balik terhadap hasil yang terlaksana. Penilaian kinerja staf akan
mencermati hasil disesuaikan dengan kebijakan institusi.
E. Peran Perawat Instrumen
Perawat scrub atau di Indonesia dikenal sebagai perawat instrumen
memiliki tanggung jawab terhadap manajemen instrumen operasi pada setiap
jenis pembedahan. Secara spesifik peran dan tanngung jawab dari perawat
instrumen adalah sebgai berikut :
1) Perawat instrumen menjaga kelengkapan alat instrumen steril yang sesuai
dengan jenis operasi.
2) Perawat instrumen harus selalu mengawasi teknik aseptik dan memberikan
instrumen kepada ahli bedah sesuai kebutuhan dan menerimanya kembali
3) Perawat instrumen harus terbiasa dengan anatomi dasar dan teknik-teknik
bedah yang sedang dikerjakan.
4) Perawat instrumen harus secara terus menerus mengawasi prosedur untuk
mengantisipasi segala kejadian
5) Melakukan manajemen sirkulasi dan suplai alat instrumen operasi.
Mengatur alat-alat yang akan dan telah digunakan. Pada kondisi ini
perawat instrumen harus benar-benar mengetahui dan mengenal alat-alat
yang akan dan telah digunakan beserta nama ilmiah dan mana biasanya,
dan mengetahui penggunaan instrumen pada prosedur spesifik.
6) Perawat instrumen harus mempertahankan integritas lapangan steril
selama pembedahan.
7) Dalam menangani instrumen, Perawat instrumen harus mengawasi semua
aturan keamanan yang terkait. Benda-benda tajam, terutama skapel, harus
diletakkan dimeja belakang untuk menghindari kecelakaan.
8) Perawat instrumen harus memelihara peralatan dan menghindari kesalahan
pemakaian.
9) Perawat instrumen harus bertanggung jawab untuk mengkomunikasikan
kepada tim bedah mengenai setiap pelanggaran teknik aseptik atau
kontaminasi yang terjadi selama pembedahan.
10) Menghitung kasa, jarum, dan instrumen. Perhitungan dilakukan sebelum
pembedahan dimulai dan sebelum ahli bedah menutup luka operasi.
F. Peran Perawat Sirkulasi
Perawat sirkulasi atau dikenal juga dengan sebutan perawat unloop
bertanggung jawab menjamin terpenuhinya perlengkapan yang dibutuhkan oleh
perawat instrumen dan mengobservasi pasien tanpa menimbulkan kontaminasi
terhadap area steril. Perawat sirkulasi adalah petugas penghubung antara area
steril dan bagian ruang operasi lainnya. Secara umum, peran dan tangggung
jawab perawat sirkulasi adalah sebagai berikut :
1) Menjemput pasien dari bagian penerimaan, mengidentifikasi pasien, dan
memeriksa formulir persetujuan.
2) Mempersiapkan tempat operasi sesuai prosedur dan jenis pembedahan yang
akan dilaksanakan. Tim bedah harus diberitahu jika terdapat kelainan kulit
yang mungkin dapat menjadi kontaindikasi pembedahan.
3) Memeriksa kebersihan dan kerapian kamar operasi sebelum pembedahan.
Perawat sirkulasi juga harus memperhatikan bahwa peralatan telah siap dan
dapat digunakan. Semua peralatan harus dicoba sebelum prosedur
pembedahan, apabila prosedur ini tidak dilaksanakan maka dapat
mengakibatkan penundaan atau kesulitan dalam pembedahan.
4) Membantu memindahkan pasien ke meja operasi, mengatur posisi pasien,
mengatur lampu operasi, memasang semua elektroda, monitor, atau alat-alat
lain yang mungkin diperlukan.
5) Membantu tim bedah mengenakan busana (baju dan sarung tangan steril)
6) Tetap ditempet selema prosedur pembedahan untuk mengawasi atau
membantu setiap kesulitan yang mungkin memerlukan bahan dari luar area
steril
7) Berperan sebagai tangan kanan perawat instrumen untuk mengambil,
membawa, dan menyesuaikan segala sesuatu yang diperlukan oleh perawat
instrumen. Selain itu juga untuk mengontrol keperluan spons, instrumen dan
jarum.
8) Membuka bungkusan sehingga perawat instrumen dapat mengambil suplai
steril.
9) Mempersiapkan catatan barang yang digunakan serta penyulit yang terjadi
selama pembedahan.
10) Bersama dengan perawat instrumen menghitung jarum, kasa, dan kompres
yang digunakan selama pembedahan.
11) Apabila tidak terdapat perawat anestesi, maka perawat sirkulasi membantu
ahli anestesi dalam melakukan induksi anestesi.
12) Mengatur pengiriman specimen biopsy ke labolatorium
13) Menyediakan suplai alat instrumen dan alat tambahan.
14) Mengeluarkan semua benda yang sudah dipakai dari ruang operasi pada
akhir prosedur, memastikan bahwa semua tumpahan dibersihkan, dan
mempersiapkan ruang operasi untuk prosedur berikutnya.
G. Peran Perawat Anestesi
Perawat anestesi adalah perawat dengan pendidikan perawat khusus
anestesi. Peran utama sebagai perawat anestesi pada tahap praoperatif adalah
memastikan identitas pasien yang akan dibius dan melakukan medikasi
praanestesi. Kemudian pada tahap intraoperatif bertanggung jawab terhadap
manajemen pasien, instrumen dan obat bius membantu dokter anestesi dalm
proses pembiusan sampai pasien sadar penuh setelah operasi.
Pada pelaksanaannnya saat ini, perawat anestesi berperan pada hampir
seluruh pembiusan umum. Perawat anestesi dapat melakukan tindakan
prainduksi, pembiusan umum, dan sampai pasien sadar penuh diruang
pemulihan. Peran dan tanggung jawab perawat anestesi secara spesifik antara
lain :
1) Menerima pasien dan memastikan bahwa semua pemeriksaan telah
dilaksanakan sesuai peraturan institusi
2) Melakukan pendekatan holistik dan menjelaskan perihal tindakan
prainduksi
3) Manajemen sirkulasi dan suplai alat serta obat anestesi
4) Pengaturan alat-alat pembiusan yang telah digunakan.
5) Memeriksa semua peralatan anestesi (mesin anestesi, monitor dan lainnya)
sebelum memulai proses operasi.
6) Mempersiapkan jalur intravena dan arteri, menyiapkan pasokan obat
anestesi, spuit, dan jarum yang akan digunakan; dan secara umum bertugas
sebagai tangan kanan ahli anestesi, terutama selama induksi dan ektubasi.
7) Membantu perawat sirkulasi memindahkan pasien serta menempatkan tim
bedah setelah pasien ditutup duk dan sesudah operasi berjalan.
8) Berada di sisi pasien selama pembedahan, mengobservasi, dan mencatat
status tanda-tanda vital, obat-obatan, oksigenasi, cairan, tranfusi darah,
status sirkulasi, dan merespon tanda komplikasi dari operator bedah.
9) Memberikan segala sesuatu yang dibutuhkan ahli anestesi untuk melakukan
suatu prosedur (misalnya anestesi local, umum, atau regional)
10) Member informasi dan bantuan pada ahli anestesi setiap terjadi perubahan
status tanda-tand vital pasien atau penyulit yang mungkin mengganggu
perkembangan kondisi pasien.
11) Menerima dan mengirim pasien baru untuk masuk ke kamar prainduksi dan
menerima pasien di ruang pemulihan .
H. Peran Perawat Ruang Pemulihan
Perawat ruang pemulihan adalah perawat anestesi yang menjaga
kondisi pasien sampai sadar penuh agar bisa dikirim kembali ke ruang rawat
inap. Tanggung jawab perawat ruang pemulihan sangat banyak karena kondisi
pasien dapat memburuk dengan cepat pada fase ini. Perawat yang bekerja
diruangan ini harus siap dan mampu mengatasi setiap keadaan darurat.
Walaupun pasien di ruang pemulihan merupakan tanggung jawab ahli
anestesi, tetapi ahli anestesi mengandalkan keahlian perawat untuk memantau
dan merawat pasien sampai bbenar-benar sadar dan mampu dipindahkan
keruang rawat inap.
I. Fase- Fase Operatif
a) Fase Praoperatif:
Fase ini dimulai saat intervensi bedah dibuat dan berakhir ketika
pasien dikirim ke meja operasi. Lingkup aktifitas keperawatan:
penetapan pengkajian dasar pasien, menjalani wawancara praoperatif,
dan menyiapkan pasien untuk anestesi pada pembedahan. Macam
anestesi yang diberikan : Anestesi umum yaitu anestesi yang
menghambat sensasi di seluruh tubuh; Anestesi lokal yaitu anestesi
yangb menghambat sensasi di sebagian tubuh atau di bagian tubuh
tertentu.
b) Fase Intraoperatif:
Fase ini dimulai ketika pasien masuk ke bagian bedah dan berakhir
saat pasien dipindahkan ke ruang pemulihan. Lingkup
aktifitaskeperawatan: memasang infus, memberikan medikasi intravena,
melakukan pemantauan fisiologis menyeluruh sepanjang prosedur
pembedahan dan menjaga keselamatan pasien.
c) Fase Pascaoperatif:
Fase Pascaoperatif dimulai pada saat pasien masuk keruang
pemulihan dan berakhir dengan evaluasi tindak lanjut. Lingkup aktifitas
keperawatan: Mengkaji efek anestesi, membantu fungsi vital tubuh,
serta mencegah komplikasi. Peningkatan penyembuhan pasien dan
penyuluhan, perawatan tindak lanjut.
J. Peran Perawat Perioperatif
a. Fase Pre-Operatif
Keperawatan pre operatif merupakan tahapan awal dari keperawatan
perioperatif. Kesuksesan tindakan pembedahan secara keseluruhan sangat
tergantung pada fase ini. Hal ini disebabkan fase ini merupakan fase awal
yang menjadi landasan untuk kesuksesan tahapan berikutnya. Kesalahan
yang dilakukan pada tahap ini akan berakibat fatal pada tahap berikutnya.
Tugas perawat:
 Persiapan fisik klien meliputi: status kesehatan fisik secara umum,
status nutrisi, keseimbangan cairan dan elektrolit, pengosongan
kandung kemih, latihan pra-operasi (latihan tarik napas dalam, latihan
ROM),
 Persiapan penunjang (EKG, pemeriksaan radiologi dan pemeriksaan
laboratorium)
 Persiapan jenis anestesi yang diberikan
 Informed consent
 Persiapan mental dan psikis klien

b. Fase Intraoperatif
 Mengatur posisi klien saat akan dioperasi untuk keselamatan klien itu
sendiri
 Melakukan pematauan Fisiologis, memperhitungkan efek dari
hilangnya atau masuknya cairan secara berlebihan pada pasien,
membedakan data kardiopumonal yang normal dengan yang abnormal,
melaporkan perubahan-perubahan pada nadi, pernafasan, suhu tubuh
dan tekanan darah pasien.
 Memberikan dukungan emosional pada pasien dan mengkaji status
emosional pasien
c. Fase Pascaoperatif
 Mengkaji efek dari anesthesia
 Memantau tanda-tanda vital klien
 Mencegah adanya komplikasi dari operasi
 Memberikan penyuluhan agar mempercepat proses penyembuhan
klien
 Perawatan tindak lanjut setelah operasi (rehabilitasi)
 Pemulangan
K. Asuhan Keperawatan Perioperatif
1. Pengkajian
a. Pre operatif
Pada pengkajian pasien di unit rawat inap, poliklinik, bagian bedah
sehari, atau unit gawat darurat dilakukan secara komprehensif di mana
seluruh hal yang berhubungan dengan pembedahan pasien perlu
dilakukan secara seksama.
1) Pengkajian umum
Pada pengkajian pasien di unit rawat inap, poliklinik, bagian bedah
sehari, atau unit gawat darurat dilakukan secara komprehensif di
mana seluruh hal yang berhubungan dengan pembedahan pasien
perlu dilakukan secara seksama.
(a) Identitas pasien : pengkajian ini diperlukan agar tidak terjadi
duplikasi nama pasien. Umur pasien sangat penting untuk
diketahui guna melihat kondisi pada berbagai jenis pembedahan.
Selain itu juga diperlukan untuk memperkuat identitas pasien.
(b) Jenis pekerjaan dan asuransi kesehatan : diperlukan sebagai
persiapan finansial yang sangat bergantung pada kemampuan
pasien dan kebijakan rumah sakit tempat pasien akan menjalani
proses pembedahan.
(c) Persiapan umum : persiapan informed consent dilakukan
sebelum dilaksanakannya tindakan.
2) Riwayat kesehatan
Pengkajian riwayat kesehatan pasien di rawat inap, poliklinik,
bagian bedah sehari, atau unit gawat darurat dilakukan perawat
melalui Teknik wawancara untuk mengumpulkan riwayat yang
diperukan sesuai dengan klasifikasi pembedahan.
(a) Riwayat alergi : perawat harus mewaspadai adanya alergi
terhadap berbagai obat yang mungkin diberikan selama fase
intraoperative
(b) Kebiasaan merokok, alcohol, narkoba : pasien perokok
memiliki risiko yang lebih besar mengalami komplikasi paru-paru
pasca operasi, kebiasaan mengonsumsi alcohol mengakibatkan
reaksi yang merugikan terhadap obat anestesi, pasien yang
mempunyai riwayat pemakaian narkoba perlu diwaspadai atas
kemungkinan besar untuk terjangkit HIV dan hepatitis
(c) Pengkajian nyeri : pengkajian nyeri yang benar memungkinkan
perawat perioperative untuk menentukan status nyeri pasien. 12
Pengkajian nyeri menggunakan pendekatan P (Problem), Q
(Quality), R (Region), S (Scale), T (Time).
3) Psiko spiritual
(a) Kecemasan praoperatif : bagian terpenting dari pengkajian
kecemasan perioperative adalah untuk menggali peran orang
terdekat, baik dari keluarga atau sahabat pasien. Adanya sumber
dukungan orang terdekat akan menurunkan kecemasan
(b) Perasaan : pasien yang merasa takut biasanya akan sering
bertanya, tampak tidak nyaman jika ada orang asing memasuki
ruangan, atau secara aktif mencari dukungan dari teman dan
keluarga.
(c) Konsep diri : pasien dengan konsep diri positif lebih mampu
menerima operasi yang dialaminya dengan tepat.
(d) Citra diri : perawat mengkaji perubahan citra tubuh yang pasien
anggap terjadi akibat operasi. Reaksi individu berbeda-beda
bergantung pada konsep diri dan tingkat harga dirinya
(e) Sumber koping : perawat perioperative mengkaji adanya
dukungan yang dapat diberikan oleh anggota keluarga atau teman
pasien.
(f) Kepercayaan spiritual : kepercayaan spiritual memainkan
peranan penting dalam menghadapi ketakutan dan ansietas.
(g) Pengetahuan, persepsi, pemahaman : dengan mengidentifikasi
pengetahuan, persepsi, pemahaman, pasien dapat membantu
perawat merencanakan penyuluhan dan tindakan untuk
mempersiapkan kondisi emosional pasien.
(h) Inform consent : suatu izin tertulis yang dibuat secara sadar dan
sukarela oleh pasien sebelum suatu pembedahan dilakukan
4) Pemeriksaan fisik
Ada berbagai pendekatan yang digunakan dalam melakukan
pemeriksaan fisik, mulai dari pendekatan head to toe hingga
pendekatan per system. Perawat dapat menyesuaikan konsep
pendekatan pemeriksaan fisik dengan kebijakan prosedur yang
digunakan institusi 13 tempat ia bekerja. Pada pelaksanaannya,
pemeriksaan yang dilakukan bisa mencakup sebagian atau seluruh
system, bergantung pada banyaknya waktu yang tersedia dan
kondisi preopratif pasien. Focus pemeriksaan yang akan dilakukan
adalah melakukan klarifikasi dari hasil temuan saat melakukan
anamnesis riwayat kesehatan pasien dengan system tubuh yang
akan dipengaruhi atau memengaruhi respons pembedahan
5) Pemeriksaan diagnostik
Sebelum pasien menjalani pembedahan, dokter bedah akan
meminta pasien untuk menjalani pemeriksaan diagnostic guna
memeriksa adanya kondisi yang tidak normal. Perawat
bertanggung jawab mempersiapkan dalam klien untuk menjalani
pemeriksaan diagnostic dan mengatur agar pasien menjalani
pemeriksaan yang lengkap.perawat juga harus mengkaji kembali
hasil pemeriksaan diagnostic yang perlu diketahui dokter untuk
membantu merencanakan terapi yang tepat.
b. Intra Operatif
Pengkajian intraoperative secara ringkas mengkaji hal-hal yang
berhubungan dengan pembedahan. Diantaranya dalah validasi identitas
dan prosedur jenis pembedahan yang akan dilakukan, serta konfirmasi
kelengkapan data dan penunjang laboratorium dan radiologi
c. Post Operatif
Pengkajian pascaanestesi dilakukan sejak pasien mulai dipindahkan
dari kamar operasi ke ruang pemulihan. Pengkajian di ruang
pemulihan berfokus pada keselamatan jiwa pasien.
1) Status respirasi, meliputi : kebersihan jalan nafas, kedalaman
pernafasaan, kecepatan dan sifat pernafasan dan bunyi nafas.
2) Status sirkulatori, meliputi : nadi, tekanan darah, suhu dan warna
kulit.
3) Status neurologis, meliputi tingkat kesadaran.
4) Balutan, meliputi : keadaan drain dan terdapat pipa yang harus
disambung dengan sistem drainage.
5) Keselamatan, meliputi : diperlukan penghalang samping tempat
tidur, kabel panggil yang mudah dijangkau dan alat pemantau dipasang
dan dapat berfungsi.
6) Perawatan, meliputi : cairan infus, kecepatan, jumlah cairan,
kelancaran cairan. Sistem drainage : bentuk kelancaran pipa, hubungan
dengan alat penampung, sifat dan jumlah drainage.
7) Nyeri, meliputi : waktu, tempat, frekuensi, kualitas dan faktor yang
memperberat /memperingan.
2. Diagnosa Keperawatan
a. Pre operasi,
Ansietas b.d ketakutan mengalami kegagalan
Nyeri akut b.d agen pencedera fisiologis
b. Intra operasi,
Risiko perdarahan d.d tindakan pembedahan
c. Post operasi,
Nyeri akut b.d agen pencedera fisik
Nausea b.d efek agen farmakologis
Risiko jatuh d.d kondisi pasca operasi
No. DX Keperawatan Tujuan Intervensi Keperawatan
1. Ansietas Setelah dilakukan tindakan Reduksi Ansietas
berhubungan dengan keperawatan diharapkan Observasi:
ketakutan mengalami tingkat ansietas meningkat. 1. Identifikasi saat tingkat ansietas berubah ( misal : kondisi, waktu, stresor)
kegagalan Kriteria hasil : 2. Identifikasi kemampuan mengambil keputusan
1. Perilaku gelisah 3. Monitor tanda-tanda ansietas
menurun (5) Teraupetik:
2. Perilaku tegang 4. Ciptakan suasana teraupetik untuk menumbuhkan kepercayaan. Temani pasien untuk
menurun (5) mengurangi kecemasan
5. Pahami situasi yang membuat ansietas
6. Dengarkan dengan penuh perhatian
7. Gunakan pendekatan yang tenang dan meyakinkan
8. Motivasi mengidentifikasi situassi yang memicu kecemasan
Edukasi:
9. Jelaskan prosedur serta sensasi yang mungkin dialami
10. Informasikan secara factual mengenai diagnosis, pengobatan dan prognosis
11. Anjurkan keluarga untuk tetap bersama pasien
12. Anjurkan mengungkapkan perasaan dan persepsi
13. Latih kegiatan pengalihan untuk mengurangi ketegangan
14. Latih tekhnik relaksasi
Kolaborasi :
15. Kolaborasi pemberian obat antiansietas, jika perlu
2 Risiko perdarahan Setelah dilakukan tindakan Manajemen Perdarahan
berhubungan dengan keperawatan, diharapkan Observasi
tindakan pembedahan tingkat perdarahan 1. identifikasi penyebab perdarahan
menurun. Kriteria hasil : 2. Monitor tanda dan gejala perdarahan
1. Kelembapan kulit 3. Monitor nilai hemoglobin/hematocrit sebelum dan setelah kehilangan darah
meningkat (5) 4. Monitor tanda-tanda vital ortostatik
2. Hemoglobin membaik 5. Monitor koagulasi
(5) 6. Monitor tanda dan gejala perdarahan massif
7. Monitor deliveri oksigen jaringan
Terapeutik:
8. Istirahatkan area yang mengalami perdarahan
9. Berikan kompres dingin
10. Lakukan penekanan atau balut tekan
11. Tinggikan ekstremitas yang mengalami perdarahan
12. Pertahankan akses IV
Edukasi
13. Jelaskan tanda-tanda perdarahan
14. Anjurkan membatasi aktivitas
Kolaborasi
15. Kolaborasi pemberian cairan
16. Kolaborasi pemberian transfuse
3 Nyeri akut Setelah dilakukan tindakan Manajemen Nyeri
berhubungan dengan keperawatan, diharapkan Observasi
agen pencedera fisik tingkat nyeri menurun. 1. Identifikasi lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi, kualitas dan intensitas nyeri
Kriteria hasil : 2. Identifkasi skala nyeri
1. Keluhan nyeri menurun 3. Identifikasi respon nyeri nonverbal
(5) 4. Identifikasi faktor yang memperberat dan memperingan nyeri
2. Meringis menurun (5) Terapeutik
5. Berikan teknik nonfarmakologis
6. Kontrol lingkungan yang memperberat rasa nyeri
Edukasi
7. Jelaskan penyebab, periode, pemicu nyeri
8. Jelaskan strategi meredakan nyeri
9. Anjurkan memonitor nyeri secara mandiri
10.Anjurkan menggunakan analgetik secara tepat
11.Ajarkan teknik nonfarmakologis untuk mengurangi rasa nyeri
Kolaborasi
12. Kolaborasi pemberian analgetik
4 Nausea b.d efek agen Setelah dilakukan tindakan Manjamen mual (I.03117)
farmakologis keperawatan, diharapkan 1. Identifikasi mual
tingkat nausea menurun. 2. Identifikasi isyarat nonverbal ketidaknyamanan (mis bayi, anak atau mereka yang tidak dapat
Kriteria hasil : komunikasi secara aktif)
Keluhan mual menurun (4) 3. Identifikasi penyebab mual
Perasaan ingin muntah 4. Monitor mual
menurun (4) 5. Kurangi atau hilangkan keadaan penyebab mual
6. Ajarkan teknik non farmakologis untuk menngatasi mual (mis : biofeedback, hipnosis,
relaksasi, terapi musik, akupresur)
7. Kolaborasi pemberian antiemetik, jika perlu
Manajemen muntah (I.03118)
1. Identifikasi karakteristik muntah
2. Identifikasi faktor penyebab muntah
3. Atur posisi untuk mencegah aspirasi
4. Pertahankan kepatenan jalan nafas
5. Berikan dukungan fisik saat muntah
6. Berikan kenyamanan selama muntah
7. Anjurkan memperbanyak istirahat
5 Risiko jatuh d.d Setelah dilakukan tindakan Pencegahan jatuh (I.14540)
kondisi pasca keperawatan, diharapkan 1. Identifikasi faktor risiko jatuh (mis: >65thn, penurunan tingkat kesadaran, defisit kognitif,
pembedahan tingkat jatuh menurun. hipotensi ortostatik, gangguan keseimbangan, gangguan penglihatan, neuropati)
Kriteria hasil : 2. Identifikasi faktor lingkungan yang meningkatkan risiko jatuh (mis : lantai licin, penerangan
Jatuh dari tempat tidur kurang)
menurun (5) 3. Monitor kemampuan berpindah dari tempat tidur ke kursi roda dan sebaliknya
Jatuh saat duduk menurun 4. Pastikan roda tempat tidur dan kursi roda sselalu dalam kondisi terkunci
(5) 5. Atur tempat tidur mekanis dalam posisi terendah
Jatuh saat dipindahkan 6. Tempatkan pasien beriko tinggi jatuh dekat dengan pantauan perawat dari nurse station
menurun(5) 7. Anjurkan memanggil perawat jika membutuhkan bantuan untuk berpindah
DAFTAR PUSTAKA

1. Tim Pokja SDKI DPP PPNI. 2017. Standar Diagnosis Keperawatan


Indonesia : Definisi dan Indikator Diagnostik. Jakarta : DPP PPNI.
2. Tim Pokja SLKI DPP PPNI. 2022. Standar Luaran Keperawatan Indonesia :
Definisi dan Kriteria Hasil Keperawatan Cetakan III. Jakarta : DPP PPNI.
3. Tim Pokja SIKI DPP PPNI. 2018. Standar Intervensi Keperawatan
Indonesia : Definisi dan Tindakan Keperawatan Cetakan II. Jakarta : DPP
PPNI.
4. Muttaqin, Arif dan Kumala Sari.2009.Asuhan Keperawatan Perioperatif
Konsep, Proses, dan Aplikasi. Jakarta : Salemba Medika.

Anda mungkin juga menyukai