Candlestick
Course
STEVE NISON
718060800
ISBN: 978-602-04-6088-8
Business/Investing
Kesimpulan 225
Glosarium Istilah Candlestick yang Digunakan dalam Buku Ini 227
Dasar-Dasar
Analisis Candlestick
BAGIAN SATU
Gambaran tentang Candlestick Chart:
Asal-Mula dan Penerapan Dasarnya
P
asar keuangan merupakan sebuah arena pertandingan paling seru dan
menantang di seluruh dunia. Pihak-pihak yang ambil bagian dalam pasar ini
melakukan riset dengan memanfaatkan dua jenis analisis dasar, yaitu analisis
fundamental dan analisis teknis. Para analis fundamental mencermati laporan fiskal
dan laporan perusahaan, sedangkan para analis teknis mempelajari diagram untuk
menilai pasar, saham, atau instrumen keuangan lainnya.
Meskipun analisis fundamental itu penting, tapi semakin pendek rentang
waktunya, maka semakin penting pula komponen psikologis pasarnya. Selain itu,
satu-satunya cara untuk mengukur aspek emosional pasar adalah melalui analisis
teknologi. Memang sering kali kondisi emosional pasar mengalahkan analisis
fundamental tersebut. Contohnya, seberapa seringkah kita menemukan analisis
fundamental yang positif tapi ternyata kondisi pasar justru menurun? Bahkan jika kita
memiliki saham yang nilainya kuat berdasarkan analisis fundamental sekalipun, apa
yang mungkin terjadi terhadap saham tersebut jika kondisi pasar secara keseluruhan
menurun drastis? Tentu saja, kondisi psikologis negatif keseluruhan pasar tersebut
juga akan memengaruhi harga saham Anda walaupun kondisi fundamentalnya
tidak berubah. Bernard Baruch secara meyakinkan pernah menjelaskan, “Bagian
terpenting dalam fluktuasi pasar bukanlah pasang surut itu sendiri, tapi reaksi
masyarakat terhadap perubahan ini.” Karena itulah, cara yang paling tepat untuk
menilai kondisi emosional pasar adalah dengan memanfaatkan candlestick chart.
Di beberapa halaman selanjutnya, Anda akan mengetahui bagaimana teknik
candlestick ala Jepang ini menghasilkan sebuah metode analisis yang efisien dan efektif.
Seiring perkembangan keterampilan Anda dalam menginterpretasikan candle chart,
pengetahuan yang Anda peroleh beserta penerapannya juga akan semakin krusial
dalam memengaruhi kesuksesan Anda di dalam pasar finansial. Karena penggunaan
istilah candlestick chart dan candle chart bisa saling menggantikan antarsatu dengan
lainnya di kalangan pelaku perdagangan, maka keduanya juga akan digunakan dalam
buku ini dengan cara yang sama.
Penggunaan candlestick chart berasal dari Jepang. Karena pada waktu itu
belum ada standar mata uang yang berlaku, maka beras menjadi alat tukarnya. Para
penguasa feodal menyimpan beras tersebut di beberapa gudang di Osaka lalu menjual
atau memperdagangkan lembar kuponnya kapan pun mereka mau. Oleh karena itu,
perdagangan beras ini menjadi bentuk pasar kontrak berjangka (future market) pertama.
PENGETAHUAN MENARIK
Beberapa abad lalu, pedagang di Jepang menempati strata terendah dalam tatanan
kemasyarakatan di negeri itu, di bawah prajurit, petani, dan seniman. Namun pada tahun
1700-an, kasta pedagang mulai meningkat. Bahkan sekarang di Osaka terdapat kata sapaan
tradisional “Mokarimakka?” yang berarti “Sudah dapat untung hari ini?”
Pada tahun 1700-an, Munehisa Homma, seorang pedagang beras yang berlatar
belakang keluarga kaya raya, mempelajari semua aspek perdagangan beras mulai dari
aspek fundamental, seperti cuaca, hingga aspek psikologi pasarnya. Kemudian ia
berhasil menguasai pasar beras tersebut dan meraih keuntungan yang sangat besar.
Teknik dan prinsip perdagangan Homma akhirnya berkembang menjadi metodologi
candlestick yang digunakan oleh para analis teknis Jepang ketika pasar saham mulai
berdiri di Jepang pada tahun 1870-an.
Keuntungan terbesar jika Anda menggunakan candle chart ketimbang diagram
batang adalah satu garis candle dan beberapa pola candle menghasilkan beberapa
indikasi perubahan yang lebih dapat diandalkan, lebih awal, dan lebih efektif.
Indikasi perubahan (reversal signal) merupakan alat bantu terpenting bagi para
pedagang dan investor. Perubahan tren skala besar merepresentasikan area ketika
keuntungan bertambah (atau berkurang). Selain itu, kemampuan untuk meng
identifikasi indikasi perubahan yang akan terjadi di pasar merupakan modal yang
sangat bernilai untuk menerapkan strategi pengelolaan uang demi meningkatkan
dan, yang tak kalah penting, mempertahankan keuntungan.
Walaupun demikian, tak ada satu pun indikator teknis yang dapat
merepresentasikan kondisi keseluruhannya. Sama seperti indikator lain, candlestick
juga memiliki keterbatasan.
Seperti yang akan dijelaskan nanti, garis candle terdiri atas titik harga
open, high, low, dan close, sama seperti data yang digunakan dalam diagram
batang. Oleh karena itu, agar garis atau pola candle dapat menghasilkan indikasi
yang benar, Anda harus menunggu hingga penutupan sesi perdagangan untuk
memastikannya. Singkat kata, daripada harus menunggu hingga penutupan
perdagangan di hari itu (untuk diagram harian), Anda dapat menggunakan
rentang waktu yang lebih singkat (misalnya diagram setengah harian) dan
mendapatkan indikasi lebih awal.
Anggaplah sekarang sedang jam 12 siang dan Anda berfokus pada diagram
harian. Mungkin saja Anda menilai bahwa kondisi pasar akan sedikit meningkat
lalu turun lagi. Daripada menunggu hingga akhir sesi perdagangan hari itu untuk
membuktikan bahwa indikasi bullish candle sesuai dengan perkiraan Anda, tidak ada
salahnya jika Anda beralih menggunakan diagram per jam dan melihat apakah ada
pola bullish candle yang terbentuk dalam diagram tersebut sepanjang perdagangan
sejak pagi hari.
Namun Anda perlu mewaspadai bahwa walaupun dapat memisahkan area support
dan resistance, indikasi candle tidak bisa menunjukkan target harga. Inilah sebabnya
mengapa Anda sangat disarankan untuk menggunakan teknik-teknik analisis klasik
lain ala Barat, seperti high and low pivot point atau trend line, karena teknik ini dapat
digunakan untuk menentukan target harga potensial. Sebelum memulai perdagangan
menggunakan indikasi candle, pastikan Anda tidak lupa memperhitungkan risiko dan
imbalan (risk/reward) perdagangan tersebut. Saya ulangi: JANGAN MELAKUKAN
TRANSAKSI PERDAGANGAN MENGGUNAKAN INDIKASI CANDLE
SEBELUM ANDA MEMPERHITUNGKAN RISIKO ATAU IMBALAN
PERDAGANGAN POTENSIAL TERSEBUT. Contohnya, jika terdapat indikasi
bullish candle, misalnya hammer, maka risikonya (tingkat harga stop out) akan berada
di bawah bagian terendah hammer tersebut. Setelah mengenali risiko ini, langkah
berikutnya adalah menentukan target harga potensial. Penentuan target ini dapat
dilakukan melalui beberapa cara, salah satunya dengan memanfaatkan garis high/
falling resistance. Kemudian, dengan parameter risiko/imbalannya di tangan, barulah
kita bisa menentukan apakah akan berdagang atau tidak. Baik ketika terjadi pola
bullish hammer atau tidak, jika risikonya, misal, senilai $2 dan indikasi pembelian
hammer menunjukkan imbalannya juga $2 (yang muncul saat penutupan sesi
perdagangan hari itu), maka Anda jangan melakukan transaksi perdagangan.
Sebuah ungkapan dalam bahasa Jepang berbunyi, “Potensi sebuah busur yang
direntangkan terletak pada penentuan waktu pelepasan anak panahnya.” Penentuan
waktu yang tepat untuk menarik pelatuk tergantung pada aspek risiko/imbalan per-
dagangannya.
Meskipun garis dan pola candle bisa menjadi indikator yang sangat jitu, saya
sarankan Anda menggabungkan indikator candle ini dengan indikator teknis lain-
nya. Demikian pula dengan gabungan potensi beberapa indikator tersebut yang
semuanya memberi sinyal yang kuat untuk menjual atau membeli, sama seperti
seikat benang akan lebih kuat daripada benang yang seutas saja.
4. Rentang waktu manakah yang tidak dapat digunakan untuk menyusun candle chart?
a. Harian
b. Mingguan
c. Lima menitan
d. Diagram garis (tick chart)
7. Mengapa Anda dapat menggunakan teknik analisis teknis ala Barat pada candle
chart?
a. karena metode candlestick chart dan analisis teknis ala Barat berkembang pada
masa yang sama.
b. karena keduanya memiliki harga penutupan (close).
c. Anda tidak dapat menggunakan metode analisis teknis ala Barat pada candle
chart.
d. karena candlestick chart dan diagram batang menggunakan data yang sama.
1. (B) Candlestick chart ditemukan oleh orang Jepang. Nama candlestick atau candle
chart didasarkan pada kenyataan bahwa garis-garisnya terlihat seperti lilin dan
sumbunya.
2. (B) Berdasarkan penelitian saya, candlestick chart pertama digunakan ketika bur-
sa saham Jepang mulai dibuka pada tahun 1870-an. Walaupun demikian, teknik
candlestick kemungkinan berkembang dari metodologi teknis yang lebih kuno
dan dimulai dari bursa beras berjangka di Jepang pada tahun 1600-an. Pada
masa itu, para pedagang lebih banyak berkonsentrasi pada kondisi psikis pasar
daripada pola harga tertentu. Salah seorang penulis, dalam sebuah tulisannya
pada tahun 1755, mengatakan “Ketika semuanya bearish, maka ada penyebab
yang harus diwaspadai.” Pendapat ini hampir sama dengan opini berbeda yang
digunakan saat ini di dunia perdagangan. Pada masa itu pun masyarakat Jepang
memahami aspek psikologis yang memengaruhi pasar.
3. (D) Candle chart dapat digunakan di semua jenis pasar yang memiliki harga
open, high, low, dan close.
4. (D) Candle chart dapat digunakan di semua spektrum perdagangan, mulai dari
diagrammingguan, harian, atau dalam 1 hari yang sama (intraday). Candle chart
mingguan umumnya diawali dengan harga open pada hari Senin, harga high
dan low sepanjang pekan, serta harga close pada hari Jumat. Candle chart harian
menggunakan harga open, high, low, dan close sesi perdagangan hari itu. Sedang-
kan candle chart yang berbasis intraday menggunakan keempat titik harga terse-
but pada periode waktu yang dipilih (per jam, misalnya). Karena diagram garis
hanya menggunakan harga close, maka kita tidak dapat menggunakan candlestick
pada diagram tersebut.
5. (C) Karena candle chart menggunakan harga open, high, low, dan close, maka kita
harus menunggu harga close untuk memastikan indikasi candle tersebut. N amun,
langkah tepat yang bisa Anda ambil adalah mengamati pada rentang waktu yang
lebih singkat untuk mendapatkan indikasi yang lebih awal. Contohnya, pada
diagram harian, kita harus menunggu hingga waktu penutupan perdagangan
untuk melengkapi garis atau indikasi candle. Jika Anda beralih menggunakan
intraday candle chart, Anda hanya perlu menunggu penutupan sesi intraday
tersebut untuk mendapatkan indikasinya.
6. (B) Candle chart tidak dapat menunjukkan target harga (walaupun bisa menun-
jukkan tingkat support dan resistance potensial). Inilah sebabnya mengapa candle
chart paling pas bila digabungkan dengan indikasi teknis ala Barat yang dapat
8. (D) Meskipun indikasi candle memberi peringatan visual yang jelas tentang
potensi perubahan harga, seorang pedagang harus memperhitungkan apakah
perdagangan ini berdasarkan indikasi candle yang memberikan beberapa aspek
risiko/imbalan. Keputusan untuk melakukan transaksi perdagangan harus sesuai
dengan analisis risiko/imbalannya. Dalam bahasa Jepang terdapat ungkapan,
“Amati kondisinya, lalu bergeraklah” atau, jika kondisi risiko/imbalannya jelek,
“Jangan bergerak”. Aspek ketetapan pasar (market timing) lain yang tepat untuk
menentukan pola dan garis candle adalah memastikan indikasi teknis lainnya,
seperti moving average atau 50% retracement (pergerakan harga yang berlawanan
arah dengan tren terdahulu). Kejadian seperti ini dapat meningkatkan peluang
market turn. Menurut saya, walaupun para pedagang setengah harian (intraday)
bisa menggunakan diagram 5 menitan, mereka perlu menghindari diagram
dengan rentang waktu sempit ini sebelum mulai bertransaksi (kecuali jika Anda
berdagang menggunakan diagram 5 menit).
D
i Jepang terdapat sebuah peribahasa yang artinya, “Tanpa dayung, Anda
tidak dapat menyeberang menggunakan perahu.” Karena itulah, bagian
kedua ini disusun untuk menjadi dayung bagi Anda agar dapat menyusun
dasar-dasar candle chart. Kita akan membahas susunan garis candle yang sebenarnya
dan memiliki kesamaan komponen dengan diagram batang, yaitu memiliki titik
harga high, low, open, dan close. Selain itu, kita juga akan mendalami penerapan
candlestick dasar dan mulai memanfaatkan potensi candle chart.
PERMULAAN
Kalangan analis teknis menggunakan tiga jenis diagram dasar, yaitu diagram garis,
diagram batang, dan diagram candle (candle chart). Diagram angka dan gambar (point-
and-figure chart) juga bisa menjadi alternatif, tapi tidak menunjukkan tingkat harga
high, low, open, dan close pada sesi perdagangan tersebut. Diagram garis tersusun dari
POIN PENTING
Karena candle chart membutuhkan harga open, high, low, dan close, maka kita tidak dapat
menggunakan candle chart pada reksa dana atau diagram titik (tick-by-tick chart), karena
keduanya hanya memiliki harga penutupan (close).
beberapa titik yang biasanya menunjukkan harga close pada instrumen keuangan dan
dihubungkan menggunakan sebuah garis.
Layaknya diagram batang yang menggunakan bagian teratas dan terbawah pada
masing-masing batangnya untuk menunjukkan tingkat harga tertinggi (high) dan
terendah (low) dalam rentang waktu yang telah ditentukan, demikian pula dengan
diagram candlestick atau garis candle (kedua istilah ini dapat saling menggantikan).
Tiap batang menampilkan garis tegak lurus di sisi kirinya untuk menunjukkan
harga open dan garis tegak lurus di sisi kanan untuk menunjukkan harga close. Namun,
saat menggunakan candlestick, kita menggambar body untuk menghubungkan harga
saat pembukaan dan penutupan sebuah sesi perdagangan. Dengan demikian, kita
akan mendapatkan gambaran pergerakan harga saham dan mengetahui sentimen
perdagangan yang terjadi secara lengkap dan cepat.
Body (bagian berbentuk persegi panjang pada garis candle) berfungsi meng-
gambarkan rentang harga antara open dan close. White body menunjukkan bahwa
harga close lebih tinggi daripada harga open karena bagian puncak white body adalah
harga close dan bagian dasarnya adalah harga open pada sesi perdagangan tersebut.
Sedangkan black body menunjukkan bahwa harga close lebih rendah daripada harga
open. Bagian dasar black body adalah harga penutupan (close), dan bagian puncaknya
adalah harga pembukaan (open) sesi perdagangan tersebut. Sesi perdagangan ini bisa
menggunakan rentang waktu apa pun, mulai dari satu menit hingga satu bulan.
PENGETAHUAN MENARIK
Ketika body mencapai tingkat harga tertinggi saat penutupan sesi perdagangan tersebut,
maka candlestick ini tidak memiliki upper shadow. Oleh karena itu, orang Jepang mengatakan
bahwa candle ini “berkepala gundul”. Sebaliknya, jika body mencapai tingkat harga terendah
saat penutupan sesi perdagangan itu dan tidak memiliki lower shadow, mereka menyebut
candle ini “berpantat gundul”.