By:
Beni Setiawan
Source of Data:
www.seputarforex.com
Nial Fuller - www.learntotradethemarket.com
Apa Itu Price Action
Penggunaan price action atau pergerakan harga dalam trading adalah langkah terbaik
untuk melihat kondisi tren. Price action juga merupakan salah satu bukti nyata dalam
mengenali momentum dan volatilitas market. Jika price action begitu bisa diandalkan,
kenapa kita tidak mencobanya? Bagaimana langkah-langkah awal untuk mencoba
price action?
Yang perlu diketahui, trading dengan strategi price action bisa diterapkan pada
time frame apa saja, tetapi sangat dianjurkan untuk menggunakan time frame
daily mengingat akurasi data dan sinyal yang dihasilkan bisa diandalkan. Selain itu
price action juga cocok dan mudah diterapkan dalam pasar forex karena lebih banyak
terjadi pola trending yang kontinyu dibanding dengan pasar lainnya.
Agar sukses mempraktikkan cara ini syaratnya adalah sudah mengerti dan memahami
dengan baik tentang "pengetahuan dasar forex" seperti: arah gerakan harga biasa
disebut tren, hubungan antara harga dengan hambatan yang biasa disebut resistant,
hubungan antara harga dengan dukungan harga yang biasa disebut support. Selain itu
perhatikan pula, apakah harga sedang berada di daerah jenuh beli (overbought) atau
sedang berada di daerah jenuh jual (oversold).
Price action ini ada banyak versi dan variasinya. Salah satu contohnya adalah pin bar,
fakey (false/palsu) dan inside bar. Price action sendiri merupakan singkatan dari harga
itu sendiri. Pergerakan harga (price action) dapat diibaratkan seperti pasang air, mulai
dari riak (ripples), kemudian gelombang kecil (wave), dan puncaknya gelombang
besar (tide). Pada akhirnya, kembali menjadi gelombang kecil dan riak.
Seperti halnya sebuah buku, jika Anda tidak tahu bagaimana cara membacanya, Anda
tidak akan tahu apa isi sebenarnya atau cerita yang disampaikan dalam buku tersebut.
Jika Anda tidak tahu bagaimana membaca gerakan harga (price action) dalam pasar,
maka Anda tidak akan bisa mengerti dan mencerna "cerita" harga yang disampaikan
pasar.
Untuk itu perhatikan cara membaca chart berikut ini untuk digunakan dalam open
posisi :
- Perhatikan candlestick yang segera akan berbalik arah
- Ketika candlestick berbalik arah tunggu close dan terbentuk candlestick baru
- Saat candlestick baru open, tunggu beberapa saat sebelum melakukan open posisi
Pelajari dan pahami dengan baik hal-hal di atas sebagai dasar trading yang penting
untuk keberhasilan trading. Untuk mengetahui candlestick yang segera akan berbalik
arah adalah perhatikan candle 1 dan 2 sebagai konfirmasi sedangkan candle ke-3
adalah saat yang tepat untuk entri poin.
Sumber:
http://www.berdagangvalasonline.com
http://blog.heroscoop.com
Metode Trading Price Action
Banyak trader forex yang cenderung mencoba menganalisa beberapa variabel dalam
waktu yang bersamaan, terutama trader yang belum memiliki sebuah metode dan
strategi tertentu untuk diterapkan dalam trading sehari-hari. Sering mereka
menggabungkan beberapa indikator teknikal sekaligus, melihat beberapa pasangan
mata uang dalam berbagai time frame serta membaca perkembangan berbagai berita
fundamental. Cara seperti ini jelas tidak efektif. Mereka bermaksud memahami
pergerakan harga pasar dengan cakupan yang terlalu luas sehingga membingungkan
dan cenderung untuk over-analysis.
Artikel ini berhubungan dengan konsep spesialisasi dalam trading forex, dimana
metode price action adalah salah satu bagiannya. Trader forex adalah sebuah profesi,
dan seperti halnya profesi lain pada umumnya, spesialisasi selalu lebih
menguntungkan. Dokter umum banyak dijumpai dan bagi yang beruntung
penghasilannya bisa sangat baik, tetapi dokter spesialis yang lebih langka dari dokter
umum sudah barang tentu akan mendapatkan penghasilan lebih baik karena mereka
menguasai bidang spesial yang tidak dimiliki oleh dokter umum. Seorang trader forex
yang mempunyai metode tertentu yang telah teruji adalah spesialis dalam trading.
Ciri utama formasi fakey bar terdiri dari inside bar, diikuti oleh bar false break yang
terbentuk dan ditutup pada level range inside bar. Entry point untuk posisi buy bisa
ditentukan saat level atas inside bar ditembus, sedang level stop loss ditetapkan pada
level low dari formasi fakey bar (yang false break ).
Akhirnya kita tentukan risk/reward ratio. Bisa 1:1 atau 1:2 sesuai dengan strategi
money management yang telah kita sepakati. Kita juga bisa memaksimalkan profit
dengan menggunakan fasilitas trailing stop, teknik averaging ataupun pyramiding.
Seperti diperlihatkan pada ketiga contoh diatas, analisa dalam trading forex tidak
harus komplek dan ruwet dengan menggunakan berbagai macam indikator pada
trading chart sehingga terkesan membingungkan. Jika telah mempelajari setup price
action secara keseluruhan, kita akan lebih percaya diri dalam trading, tetapi,
diperlukan kesabaran, dedikasi dan disiplin untuk benar-benar memahaminya.
Keadaan pasar selalu berubah dari waktu ke waktu, demikian juga volatilitas-nya.
Suatu ketika fluktuasi harga pasar bisa sangat tinggi dengan range trading harian yang
besar, tetapi di saat lain pasar bisa diam nyaris tidak bergerak untuk periode waktu
tertentu. Ketika volatilitas sedang rendah banyak trader yang mengeluhkan apakah
ada yang salah dengan price action. Meskipun mereka trading dengan mengamati
price action namun mungkin kurang paham tentang price action itu sendiri. Tidak ada
yang salah atau benar pada price action, price action hanya mencerminkan reaksi
pasar atas sentimen para pelakunya.
Dalam trading dengan pengamatan price action tidak diperlukan perhitungan seperti
indikator teknikal melainkan pengamatan terhadap pergerakan pasar yang berubah
sesuai dengan sentimen para pelaku pasar. Sebagian besar trader profesional
menggunakan cara discretionary trading, yang tentunya tidak lepas dari pengamatan
pada price action.
2. Price action adalah universal dan selalu bisa berjalan
Sebagian trader ada yang mengeluhkan seperti kali ini metode price action tidak
berjalan atau mungkin ada yang salah dengan price action-nya. Trading
berdasarkan pengamatan price action telah digunakan di Jepang sejak abad 18 guna
memprediksi pergerakan harga beras seiring dengan mulai diperkenalkannya cara
membaca pergerakan harga pasar dengan candlestick. Pada saat itu belum ada satu
indikatorpun yang digunakan, dan hingga kini, 300 tahun kemudian, candlestick dan
pengamatan price action masih digunakan dalam trading.
Trading dengan price action adalah bagaimana membaca pola-pola candlestick secara
natural, dan ini selalu bisa diterapkan karena pola sentimen pelaku pasar akan
cenderung berulang diantaranya greed and fear (serakah dan takut) yang selalu
tercermin dalam pola price action.
Trading dengan cara ini tidak menggunakan indikator teknikal yang dianggap lagging
atau selalu ketinggalan terhadap perubahan harga pasar. Alat bantu teknikal hanya
terbatas pada indikator moving average, garis-garis horisontal dan garis-garis level
Fibonacci retracement untuk membantu menentukan arah trend dan level-level
support maupun resistance.
Price action trader percaya bahwa perubahan sentimen pelaku pasar dalam periode
waktu tertentu telah tercermin dalam pola, bentuk atau setup formasi candlestick.
Price action tidak bisa digolongkan seratus persen dalam analisa teknikal karena
sangat sedikit sekali menggunakan indikator teknikal.
Selain itu berita-berita pasar atau analisa fundamental yang bisa menggerakkan harga
juga tidak begitu diperhatikan karena dianggap telah direfleksikan oleh pergerakan
harga itu sendiri. Kebanyakan price action trader menggunakan analisa fundamental
hanya untuk mengetahui perubahan sentimen pelaku pasar.
Selain indikator teknikal dianggap lagging, price action trader menganggap chart
dengan banyak indikator akan cenderung sulit untuk dianalisa, membingungkan dan
tidak jarang terjadi konflik interpretasi antar indikator. Sebagai contoh berikut chart
EUR/USD daily yang bersih (tanpa indikator) dan yang menggunakan beberapa
indikator penting yang sering diterapkan bersamaan seperti Bollinger bands, MACD,
stochastic dan ADX:
Menurut price action trader, sinyal trading dengan probabilitas tinggi lebih mudah
ditemukan dalam trading chart yang bersih atau tanpa indikator. Dengan hanya
berfokus pada setup price action pada trading chart, biasanya antar price action trader
jarang terjadi perbedaan interpretasi, karena pola atau setupnya cenderung jelas dan
sesuai dengan sentimen pasar. Hal ini berbeda dengan para technician trader yang
sering kali berbeda interpretasi karena menggunakan indikator yang berlainan.
Price action trader berpendapat bahwa semua indikator teknikal dibuat berdasarkan
pergerakan harga atau price action, sehingga dengan menggunakan banyak indikator
teknikal akan menambah banyak variabel yang mesti dianalisa.
Seperti apa sebenarnya pola, bentuk atau setup price action itu? Setupnya ada
beberapa, yang populer adalah pin bar dan inside bar. Berikut contoh beberapa setup
price action yang terbentuk pada chart AUD/USD daily:
Meski begitu tidak semua setup memberikan sinyal trading yang tepat, seperti pin bar
yang salah, atau gagal (failed pin bar) seperti pada contoh diatas.
Bersambung ke bagian (2)
Sumber :
www.learntotradethemarket.com - What Is Price Action Trading ? Introduction To
Price Action
Karena trading dengan price action sangat bergantung pada perubahan pola, bentuk
atau setup formasi bar candlestick, maka mengetahui arah pergerakan harga pasar
adalah mutlak diperlukan. Apakah saat ini pasar sedang trending atau konsolidasi
(sideways)? Jika sedang trending, uptrend atau downtrend? Jika sedang konsolidasi,
perhatikan level resistance dan support, atau batas atas dan batas bawah range.
Kebanyakan price action trader entry pada saat pasar trending karena probabilitas
sinyal-sinyal trading yang dihasilkan lebih tinggi dibandingkan pasar yang sedang
konsolidasi. Sedang jika range konsolidasi cukup sempit, dan pergerakan harga
cenderung choppy (range yang sempit dan tidak menentu), maka sebaiknya tidak
masuk pasar.
Ketika pasar bergerak trending (uptrend ataupun downtrend), terdapat titik-titik swing
(swing points) yang merupakan titik-titik referensi untuk mengidentifikasi arah trend
(tanda lingkaran pada gambar bawah). Cara yang paling dasar untuk menentukan
trend adalah dengan melihat pola yang dibentuk oleh titik-titik swing.
Jika pasar bergerak uptrend, maka titik-titik swing akan membentuk pola higher high
atau level high yang lebih tinggi dari level high sebelumnya dan higher low atau level
low yang lebih tinggi dari level low sebelumnya.
Untuk pasar yang downtrend titik-titik swing akan membentuk pola lower high atau
level high yang lebih rendah dari level high sebelumnya, dan lower low atau level low
yang lebih rendah dari level low sebelumnya.
Pada gambar AUD/USD daily diatas tampak setup pin bar reversal yang
mengisyaratkan akan terjadinya perubahan arah trend dari uptrend ke downtrend.
Pasar konsolidasi dan pasar trending
Analisa price action dari waktu ke waktu sangat diperlukan untuk mengetahui arah
pergerakan harga. Jika tidak ditemukan pola higher high, higher low, lower high atau
lower low maka artinya pasar sedang berkonsolidasi dan harga akan bergerak ranging
atau sideways.
Setelah menembus level resistance (yang kemudian menjadi support), tampak pin bar
yang mengalami penolakan (rejection) pada level support tersebut sehingga bisa
dianggap sebagai sinyal entry dengan probabilitas yang cukup tinggi.
Dalam pasar forex trend biasanya hanya terjadi 25% sampai 35% dari suatu periode
waktu tertentu (terutama pada time frame daily), sisanya sideways atau choppy. Oleh
sebab itu kita mesti bisa memanfaatkan momentum tersebut dengan identifikasi trend
yang tepat, antara lain dengan mengamati setup price action yang terbentuk.
Bersambung ke bagian (3)
Sentimen pasar saat ini bisa diamati melalui pin bar, inside bar ataupun false bar.
Untuk entry, yang paling penting adalah menentukan faktor pendukung yang
mengkonfirmasi keadaan tersebut. Faktor pendukung bisa berupa level resistance dan
support baik yang statis berupa garis horisontal maupun yang dinamis berupa moving
average, serta level-level Fibonacci retracement.
Tanpa konfirmasi faktor pendukung, bisa jadi setup price action kurang valid, atau
probabilitasnya rendah. Ini disebabkan karena hampir semua pelaku pasar
memperhatikan level-level penting (resistance atau support). Jika harga menembus
level resistance penting, maka probabilitas untuk terjadinya sentimen bullish cukup
besar. Dengan terbentuknya setup price action di sekitar resistance tersebut, maka
sinyal buy di sekitar level tersebut akan sangat valid.
Sifat pasar secara alami akan selalu berulang, mencerminkan reaksi para pelakunya
terhadap variabel ekonomi global, sehingga pola-pola pergerakan harga juga akan
selalu berulang.
Strategi trading dengan mengikuti perubahan pola-pola tersebut dinamakan strategi
price action. Pengulangan sebuah pola tertentu menunjukkan sentimen pelaku pasar
yang pernah terjadi sebelumnya, dan biasanya memberikan petunjuk yang kuat untuk
terjadi lagi. Para price action trader percaya bahwa dengan mengamati setup price
action dan faktor-faktor pendukungnya maka akan diperoleh gambaran pergerakan
harga selanjutnya. Berikut illustrasi keadaan tersebut pada chart GBP/USD daily:
Contoh lain adalah pada chart USD/JPY daily berikut:
Tampak level Fibo retracement 50% adalah support yang kuat setelah sebelumnya 2
kali diuji, dan dianggap sebagai level support kunci. Dengan terbentuknya pin bar
yang memotong level tersebut, atau mengalami rejection, maka sentimen pasar
cenderung bullish. Dalam hal ini level support kunci Fibo retracement 50% adalah
faktor pendukung yang kuat.
Jika diperhatikan, rejection pin bar diatas adalah pengulangan dari keadaan pada
contoh sebelumnya untuk level resistance, dimana sentimen pasar cenderung bearish
setelah pin bar mengalami rejection pada level resistance (pin bar reversal). Meski
begitu sentimen pasar tidak pasti akan selalu berulang demikian, hanya
probabilitasnya tinggi.
Trading dengan strategi price action adalah mengenai sentimen pasar, dan sentimen
pasar tidak bisa diprediksi dengan pasti. Banyak faktor yang mempengaruhinya,
termasuk rilis berita ekonomi hingga faktor geopolitik. Strategi price action hanya
salah satu cara trading yang relatif sederhana dan mudah dipahami.
Selesai.
Sumber : www.learntotradethemarket.com - What Is Price Action Trading ?
Introduction To Price Action
Beberapa Cara Konfirmasi Price Action
Artikel ini mengulas tentang beberapa cara mengkonfirmasikan setup price action
yang terbentuk agar diperoleh sinyal trading yang valid. Konfirmator yang lazim
digunakan adalah level-level support dan resistance, baik yang berupa garis horisontal
maupun yang berupa moving averages. Bentukan formasi price action bisa langsung
diamati pada chart trading, demikian juga level-level konfirmator yang dimaksud.
Dengan kombinasi price action dan level support atau resistance maka akan diperoleh
sinyal trading dengan probabilitas yang cukup tinggi.
Semakin kuat level support atau resistance maka semakin valid sinyal trading yang
dihasilkan. Price action yang terbentuk pada sekitar level tersebut menunjukkan
sentimen pasar yang sedang terjadi. Untuk menghindari noise atau kesalahan yang
mungkin bisa terjadi kita bisa menggunakan time frame tinggi (4-hour atau daily),
sedang untuk menentukan momentum entry yang tepat bisa digunakan indikator
teknikal seperti indikator oscillator untuk mengetahui level overbought atau oversold
(RSI, stochastic,MACD), dan indikator ADX untuk mengetahui kekuatan trend yang
sedang terjadi.
Konfirmasi price action pada kondisi pasar trending
Berikut contoh setup price action yang terjadi pada level-level support dan resistance
untuk kondisi pasar downtrend (trend utama) dengan koreksi (retracement).
Perhatikan formasi bar yang terbentuk pada level-level support dan resistance (garis
merah horisontal) yang bisa kita gunakan untuk nenetapkan level entry setelah
formasi bar terbentuk, dan juga level exit target. Beberapa pin bar yang terbentuk
mengalami rejection (penolakan) oleh level resistance atau support, dan pin bar ekor
panjang terbentuk dekat dengan level support yang baru terjadi.
Konfirmasi price action pada kondisi pasar sideways (ranging)
Pada kondisi pasar yang sideways (ranging), konfirmator yang paling baik adalah
pada level support dan resistance. Kondisi pasar semacam ini bisa dilihat melalui
indikator oscillator dan ADX dimana trend yang terjadi tidak cukup kuat.
Tampak bahwa formasi bar yang terbentuk pada level support dan resistance (inside
bar dan pin bar) cukup valid sebagai sinyal entry. Hanya saja untuk pasar yang sedang
konsolidasi seperti ini kita harus hati-hati dalam menentukan exit target mesti
mengantisipasi jika arah pergerakan harga tiba-tiba berbalik dan berubah menjadi
trending. Disinilah pentingnya risk/reward ratio dalam rencana trading. Ketika level
support telah tertembus dengan terbentuknya pin bar ekor panjang, maka dua hari
berikutnya harga turun tajam dan kondisi pasar menjadi downtrend. Pada saat pin bar
ini terbentuk dan support level ditembus, sebenarnya kondisi ranging diatas sudah
selesai dan berganti menjadi downtrend.
Konfirmasi price action dengan moving averages sebagai support dan resistance
dinamis
Pada contoh diatas setup price action yang terjadi dekat ema8-daily dan ema21-daily
yaitu pin bar dan fakey bar bisa digunakan sebagai sinyal untuk entry.
Sumber : www.learntotradethemarket.com
Formasi Candlestick Dalam Price Action
Dasar dari metode price action adalah pengamatan dan interpretasi pergerakan harga
melalui formasi candlestick. Karena sudah populer, para analis memberikan nama
atau sebutan untuk formasi-formasi candle tertentu yang sering terjadi, seperti
misalnya hammer atau doji.
Berikut gambar formasi candlestick yang sering muncul di pasar dan digunakan dalam
analisa dengan metode price action:
Bullish candle: menggambarkan pergerakan harga yang cenderung naik pada periode
waktu tersebut. Dalam hal ini jumlah trader yang menginginkan kenaikan harga lebih
besar dari mereka yang mengharapkan harga akan turun.
Long lower shadow : formasi ini bersifat bullish. Panjang ekor minimal harus sama
dengan panjang body candle-nya. Lebih panjang ekor (shadow)-nya akan lebih valid,
artinya kemungkinan bullish lebih besar. Trader yang menginginkan kenaikan harga
lebih besar dari yang mengharapkan harga turun.
Long upper shadow : formasi ini bersifat bearish. Panjang shadow atas minimal
harus sama dengan panjang body candle-nya. Lebih panjang shadow akan lebih valid,
artinya kemungkinan untuk bearish lebih besar. Pada kondisi ini trader yang
menginginkan harga turun lebih besar dari yang mengharapkan harga naik.
Shooting star: kebalikan dari hammer, bersifat bearish. Formasi ini lebih valid jika
terjadi pada kondisi uptrend. Panjang shadow atas minimal 2 kali panjang body
candle-nya. Trader yang menginginkan harga turun lebih banyak masuk pasar disaat-
saat akhir penutupan.
Harami, Doji dan Spinning tops : sifatnya tidak bisa dipastikan (indecision), tetapi
formasi ini sering muncul. Pada kondisi uptrend ataupun downtrend, ke 3 formasi ini
perlu konfirmasi oleh formasi candle yang terjadi sesudahnya guna memprediksi arah
gerak harga.
Engulfing : bisa bersifat bullish atau bearish (lihat formasi pada gambar diatas)
Setup price action yang utama adalah pin bar, inside bar dan fakey (false) bar.
Berikut formasi candlestick pada chart daily yang terbentuk pada masing-masing
setup tersebut:
Formasi candle pin bar
Seperti tampak pada gambar diatas formasi candlestick untuk pin bar yang sering
terjadi adalah long upper atau lower shadow dan doji ekor panjang (gravestone dan
dragonfly). Formasi ini sesuai dengan karakteristik pin bar:
- harga open dan close dari sebuah pin bar mendekati level high atau low dari bar
tersebut, semakin dekat akan semakin valid.
- harga open dan close dari sebuah pin bar harus dekat satu sama lain, semakin dekat
semakin valid.
Pin bar bisa mengindikasikan penerusan arah trend (trend continuation) atau
pembalikan arah trend (trend reversal), tergantung dari posisi pin bar tersebut dalam
alur trend yang sedang terjadi. Dalam hal harga open dan harga close yang mendekati
level high dari bar tersebut (formasi long lower shadow), mereka yang menginginkan
kenaikan harga lebih banyak dari yang mengharapkan harga turun, sehingga walaupun
pada mulanya harga turun hingga level terendah bar tersebut tetapi pada akhir
penutupan harga terdorong naik hingga mendekati level tertingginya.
Sebuah pin bar memang mesti dikonfirmasikan oleh bar yang terjadi sesudahnya
untuk memastikan sentimen bull atau bear yang lebih kuat. Jika harga penutupan bar
sesudahnya lebih besar dari penutupan bar long lower shadow, maka sentimen pasar
cenderung bullish, dan sebaliknya untuk formasi long upper shadow. Jika formasi
candle-nya hammer atau dragonfly doji, maka sentimen pasar cenderung lebih kuat
dimana mereka yang cenderung menginginkan harga turun telah keluar pasar atau
kalah dibandingkan dengan mereka yang mengharapkan harga naik dan telah
mengambil posisi buy. Demikian juga untuk sentimen downtrend (formasi shooting
star atau gravestone doji). Contoh lain untuk formasi candlestick pada pin bar:
Formasi candle inside bar
Inside bar adalah sebuah bar yang panjangnya berada dalam range bar sebelumnya.
Inside bar menunjukkan
konsolidasi pasar yang singkat, sebelum akhirnya terjadi breakout pada arah trend
yang sedang dominan. Formasi bar yang terdiri dari sebuah atau beberapa inside bar
haruslah dikonfirmasikan oleh bar berikutnya untuk mengetahui sentimen pasar yang
jelas.
Pada dasarnya semua formasi candle bisa menjadi inside bar selama harga open dan
close-nya berada dalam range bar sebelumnya. Contoh formasi candle inside bar
dalam price action adalah formasi harami.
Formasi candle fakey (false) bar
Formasi fakey (false) bar mengindikasikan penolakan pada level tertentu. Harga akan
bergerak mengikuti trend yang sedang terjadi, tetapi kemudian berbalik arah setelah
break level support atau resistance. Sering setelah formasi fakey terbentuk, harga
berbalik arah dengan kuat. Biasanya fakey bar didahului dengan terbentuknya inside
bar.
Pada contoh diatas tampak inside bar dengan formasi harami (bar ke 2 formasi
spinning top), dan pin bar dengan formasi candle shooting star sebelum break level
support-nya.
Sumber: www.learntotradethemarket.com
Penerapan Price Action Yang Efektif
Strategi trading dengan price action akan bisa efektif bila dikombinasikan dengan
garis horisontal support atau resistance. Probabilitas formasi bar yang terbentuk pada
price action akan lebih besar dibandingkan yang tanpa faktor pendukung sama sekali.
Garis horisontal dan garis trend (trend line) sering digunakan para analis untuk
mengukur kekuatan pergerakan harga. Batas-batas disekitar garis tersebut yang lazim
disebut channel merupakan event area yang selalu diperhatikan. Artikel ini
mencontohkan formasi price action yang terjadi disekitar event area garis horisontal
dan pengaruhnya terhadap pergerakan harga.
Baik pada kondisi pasar yang trending atau sideways, event area disekitar garis
horisontal sering digunakan untuk menentukan level stop loss atau target profit. Hal
ini dimungkinkan karena pada area tersebut sering terbentuk formasi bar yang
mengindikasikan sinyal yang cukup valid. Semakin kuat garis support atau resistance
akan semakin valid sinyal tradingnya. Dengan kombinasi price action dan garis
horisontal maka strategi price action yang kita gunakan bisa lebih efektif.
Contoh 1: price action pada garis-garis horisontal dalam kondisi pasar trending
Seperti tampak pada gambar diatas, USD/CHF bergerak downtrend dengan level-level
support dan resistance yang mengikuti aturan perubahan: support yang telah ditembus
menjadi resistance. Swing point merupakan area potensial terbentuknya sinyal dari
price action. Dalam hal ini formasi pin bar yang terbentuk pada swing point
mengisyaratkan terjadinya koreksi pada arah trend utama (downtrend). Kita bisa
membuka atau menutup posisi secara manual pada swing point setelah sinyal trading
terjadi. Pin bar pada contoh diatas semuanya mengalami penolakan (rejection) pada
level-level support dan resistance hingga bisa dianggap valid. Untuk pasar yang
uptrend proses yang terjadi adalah kebalikannya.
Contoh 2: price action pada garis-garis horisontal dalam kondisi pasar sideways
Pada contoh diatas ke 4 pin bar terjadi pada level-level resistance dan support. Untuk
kondisi pasar yang sideways (ranging) seperti diatas kita cukup mengamati formasi
bar yang terbentuk pada resistance dan support. Jika terjadi break, pastikan itu false
break atau bukan. Untuk kondisi false break atau terjadi penolakan (rejection), kita
bisa buka posisi lagi setelah bar tersebut selesai terbentuk. Level stop loss dan target
profit bisa ditentukan pada level yang dekat dengan support atau resistance-nya sesuai
dengan arah posisi entry yang kita ambil.
Dalam kondisi pasar sideways seperti diatas, kekuatan garis support atau resistance
tidak menjamin lamanya waktu keadaan sideways yang terjadi karena pada dasarnya
kondisi sideways mengisyaratkan pasar sedang konsolidasi, dan setelah dicapai
kesepakatan, pasar akan kembali menentukan trendnya.
Contoh 3: price action pada event area saat terjadi penembusan garis support
Pada gambar chart USD/CAD daily diatas tampak setup inside bar pada event area
garis horisontal (dalam hal ini garis support) sebelum ditembus dan berubah jadi
resistance. Selanjutnya terbentuk setup price action pin bar yang mengalami
penolakan (rejection) pada event area garis tersebut sebagai retest yang menunjukkan
kekuatan trend yang terbentuk.
Dari ke 3 contoh diatas bisa disimpulkan bahwa penerapan strategi price action akan
lebih efektif jika dikombinasikan dengan faktor yang mendukung, dalam hal ini garis
horisontal support atau resistance.
Sumber : www.learntotradethemarket.com
Mengenali Sinyal Trading Dari Price Action (1)
Pengertian umum sinyal dalam trading forex adalah isyarat untuk membuka posisi
buy atau sell lengkap dengan setting level stop loss dan level target profit. Sinyal
trading tersebut bisa langsung diperoleh dari software trading atau robot, atau berupa
pemberitahuan melalui sms, email atau media komunikasi lainnya dari sebuah
perusahaan atau broker yang khusus menjual sinyal trading. Sinyal bisa dibuat oleh
seorang analis secara manual atau dikirimkan secara otomatis melalui software
trading, bahkan jika Anda trading dengan robot Anda tidak perlu tahu sinyal trading,
robot Anda yang melakukan trading.
Bagaimanapun cara Anda memperoleh sinyal, trading dengan sinyal atau isyarat yang
jelas akan mengurangi pengaruh emosi dan menambah kepercayaan diri saat membuat
keputusan trading. Dalam artikel ini dicontohkan bagaimana Anda bisa memperoleh
sinyal trading secara manual dengan mengenali formasi setup price action pada chart
trading. Pada umumnya sinyal trading ada yang cukup valid dan yang kurang valid.
Sinyal trading yang dianggap valid adalah yang mempunyai probabilitas tinggi. Untuk
itu kita mesti bisa membedakan keduanya dan hanya entry ketika sinyal trading cukup
valid. Pada contoh-contoh berikut digunakan chart daily dan 4-hour, 2 time frame
forex yang sering dipakai oleh swing trader.
Beberapa tip untuk mengenali sinyal trading dari formasi setup price action:
1. Temukan pin bar dengan ekor yang menonjol keluar dan menunjukkan
kondisi false break
Jika kita menemukan sebuah pin bar reversal (reversal bar) yang dibarengi dengan
penolakan (rejection) pada level support atau resistance baik yang statis (garis
horisontal) atau yang dinamis (garis moving average) hingga ekor pin bar tersebut
tampak menonjol keluar garis, maka biasanya formasi ini merupakan sinyal trading
dengan probabilitas tinggi, atau sinyal yang cukup valid. Ekor pin bar yang
menonjol keluar menunjukkan penolakan pada level tersebut hingga mempunyai
bobot lebih dibandingkan sinyal dari price action yang lain.
Penolakan pada level support atau resistance menunjukkan bahwa pergerakan harga
pasar tidak mampu menembus level tersebut sehingga kemungkinan untuk berbalik
arah (reverse) sangat besar. Berikut contoh reversal bar dengan penolakan pada level
support yang menunjukkan kondisi false break. Ini adalah sinyal trading yang cukup
valid.
Pada gambar dibawah tampak 2 pin bar reversal yang merupakan sinyal trading.
Keduanya sama-sama mengalami penolakan (rejection), hanya saja pada pin bar
reversal 1 terjadi penolakan oleh level resistance minor, sedang pada pin bar reversal
2 penolakan oleh level resistance kunci. Dalam hal probabilitas yang menunjukkan
validitas sinyal, pin bar reversal 2 jelas lebih valid karena terjadi pada level resistance
kunci yang lebih penting dari resistance minor yang lebih mudah ditembus. Untuk
entry pada pin bar reversal 1, dianjurkan untuk mengambil resiko yang tidak terlalu
besar. Pertimbangan lain untuk berani entry pada pin bar reversal 1 adalah formasi
doji pada candlestick yang juga mengisyaratkan pembalikan arah (reversal).
2. Pin bar reversal dengan ekor sangat panjang adalah sinyal trading yang
cukup valid
Faktor ekor pada pin bar adalah penting. Pada pola bar candlestick, ekor
menunjukkan tingkat penolakan suatu harga tertentu. Makin panjang ekor, makin
kuat level harga tersebut mengalami penolakan yang artinya pasar mendorong ke
harga yang lebih tinggi atau lebih rendah. Ini tidak berarti bahwa setiap bar
candlestick yang berekor panjang bisa dibuat acuan untuk menentukan sinyal trading,
tentu saja mesti dilihat posisi bar tersebut dan beberapa faktor pendukung lainnya.
Tetapi, ekor yang panjang tentu lebih signifikan dari yang lebih pendek. Berikut
contoh pin bar reversal dengan ekor yang sangat panjang. Ditambah dengan
penolakan yang terjadi pada level resistance kunci, tentu ini adalah sinyal trading
yang cukup valid dengan probabilitas tinggi.
Artikel ini adalah lanjutan dari bagian (1) artikel dengan judul yang sama
3. Pin bar ekor panjang sebagai sinyal penerusan arah trend (trend
continuation)
Bila pada pin bar reversal ekornya bergerak searah denga trend utama (contoh
sebelumnya), maka pada pin bar yang mengindikasikan penerusan trend, ekor
bergerak berlawanan arah dengan trend utama. Ekor panjang yang terjadi
mencerminkan sentimen pelaku pasar yang semula mendorong dengan kuat
pergerakan harga untuk berbalik arah melawan trend, tetapi karena suatu sebab
sentimen pasar berbalik. Sesuai karakter pelaku pasar yang cenderung ngikut yang
kuat, pegerakan harga akan terdorong balik dengan kuat pula hingga terbentuk
formasi ekor panjang yang hanya merupakan retracement dari keseluruhan trend,
bukan reversal.
Pada contoh berikut kita lihat pin bar ekor panjang yang terjadi pada pergerakan
arah downtrend dari EUR/JPY daily. Ini adalah sinyal awal untuk terjadinya
penerusan arah downtrend. Karena kita bekerja pada chart daily, kita mesti menunggu
pergerakan harga pada hari berikutnya untuk memastikan kekuatan sentimen pasar
walaupun telah ada faktor pendukung kuat dengan penolakan (rejection) di level
resistance-nya. Dalam hal ini sentimen pasar bisa saja berbalik jika terjadi konsolidasi
di sekitar level resistance.
Bisa dianggap sebagai patokan: jika pada hari-hari berikutnya harga tidak bergerak
jauh dari 50% level retracement ekor pin bar, ini bisa dianggap sebagai sinyal trading
dan kita bisa segera entry. Pada contoh ini stop loss bisa di set beberapa pip diatas
level resistance, dengan risk/reward ratio yang tentunya bergantung pada strategi
Anda. Namun dengan faktor pendukung lain, yaitu formasi candlestick engulfing
bearish yang terbentuk setelah entry, Anda bisa saja memperbesar risk/reward ratio.
4. Hindari bertaruh dengan menebak akan terjadi breakout, tunggu
konfirmasi yang jelas
Hindari jebakan breakout berupa bull trap atau bear trap, perhatikan pola camdlestick
dan formasi setup price action yang terbentuk. Banyak trader yang cepat tergoda
dengan kemungkinan breakout yang bakal terjadi jika harga sudah melewati batas-
batas level support atau resistance-nya. Hal ini sangat beresiko, apalagi jika bermain-
main di area level support kunci atau level resistance kunci. Celakanya banyak yang
menganggap jebakan breakout tersebut sebagai sinyal trading tanpa melihat psikologi
sentimen pasar atau setup price action-nya (perlu diketahui setup price action
mencerminkan psikologi dari sentimen para pelaku pasar).
Biasanya pasar akan menguji suatu level support atau resistance yang telah ditembus
sebelum akhirnya berbalik arah, atau gerak harga pasar tidak berlanjut tetapi kembali
ke area semula dan membiarkan keadaan tersebut sebagai sinyal breakout palsu atau
false break. Memang tidak selalu demikian, tetapi semakin kuat level support atau
resistance akan semakin besar kemungkinan tersebut. Jika kebetulan Anda trading di
pasar saham, hal ini akan lebih mudah untuk diantisipasi dengan indikator volume.
Semakin besar volume trading pada level-level support atau resistance kunci,
kemungkinan untuk breakout semakin besar akibat dorongan sentimen pelaku pasar
yang jelas.
Sayangnya pada pasar forex yang tidak memiliki pusat bursa sehingga indikator
volume sama sekali tidak valid dan tentu saja tidak bisa digunakan sebagai acuan.
Salah satu cara untuk mengetahui kemungkinan breakout yang benar (true breakout)
dan sinyal breakout palsu (false breakout) adalah dengan memperhatikan psikologi
sentimen pelaku pasar melalui pola candlestick dan formasi setup price action.
Pada gambar chart daily NZD/USD berikut dicontohkan jebakan breakout (bull trap)
yang menyebabkan kondisi false break pada level resistance.
Hindari untuk bertaruh dengan langsung entry ketika resistance ditembus sebelum
paling tidak harga benar-benar berada diatas level resistance-nya. Pada contoh ini
ternyata terjadi false break dan harga tidak benar-benar menembus level resistance.
Sinyal trading bisa dilihat dari setup inside bar yang terbentuk. Inside bar
menunjukkan konsolidasi pasar yang singkat, sebelum akhirnya pelaku pasar
mengambil keputusan yang jelas, dalam hai ini meneruskan pergerakan harga kearah
downtrend.
Artikel ini adalah lanjutan dari bagian (2) artikel dengan judul yang sama
5. Pin bar ekor panjang sebagai sinyal reversal meski tanpa faktor pendukung
support atau resistance
Salah satu aspek yang biasanya terjadi pada pin bar ekor panjang adalah bahwa pada
pergerakan yang sedang uptrend atau downtrend dan tiba-tiba mengalami penolakan
pada formasi candlestick-nya (tertahan) dengan pola doji, mengisyaratkan akan
terjadinya pergerakan reversal (berbalik arah), bahkan kemungkinan pembalikan arah
trend (trend reversal). Biasanya sinyal trading ini cukup valid pada time frame daily.
Jika setup price action pin bar ekor panjang ini terbentuk, faktor pendukung level
support atau resistance sebagai konfirmasi tidak mutlak diperlukan. Ekor doji
tersebut akan membentuk level support atau resistance baru. Hal ini terjadi karena
adanya penolakan para pelaku pasar untuk meneruskan kenaikan atau penurunan
harga ke level yang lebih jauh. Makin panjang ekornya, makin kuat penolakannya.
Formasi doji yang terbentuk akibat level harga pembukaan dan level harga penutupan
pada hari itu sama mencerminkan pelaku pasar yang sedang berkonsolidasi dengan
cenderung untuk menolak kenaikan atau penurunan harga yang lebih jauh.
Ulah para pelaku pasar ini bisa dilihat dari formasi bar candlestick di hari-hari
berikutnya. Berikut dicontohkan pergerakan USD/JPY daily dengan sinyal trading
seperti yang dimaksud, dengan pembalikan arah dari downtrend ke uptrend:
Tanpa faktor pendukung level support atau resistance, konfirmasi bisa pada formasi
setup price action pada hari berikutnya. Seperti tampak pada gambar diatas, setup
inside bar yang terbentuk di hari setelah doji ekor panjang mengisyaratkan
konsolidasi pasar yang belum tuntas. Baru pada hari berikutnya tampak dengan jelas
level tertinggi inside bar terlampaui dan formasi candlestick yang berwarna putih
(level harga penutupan lebih tinggi dari pembukaan) yang mengisyaratkan harga akan
cenderung naik. Entry bisa dilakukan segera setelah bar tersebut selesai, yang berarti
telah ada konfirmasi.
6. Sinyal penerusan arah trend (trend continuation) pada level support dan
resistance
Agak berbeda dengan contoh (3) sebelumnya, pin bar sebagai sinyal trading dalam hal
ini tidak mesti berekor panjang dan berpola doji, tetapi yang mendapat penolakan dari
level support atau resistance. Makin kuat level support atau resistance akan makin
valid sinyal tersebut. Konfirmasi bisa diperoleh dari pin bar sebelumnya atau indikator
teknikal seperi moving average yang juga sebagai level support atau resistance
dinamis. Dalam hal Anda telah membuka posisi berdasarkan sinyal dari pin bar
sebelumnya, maka sinyal yang terjadi sesudahnya adalah sinyal trading baru, bisa
untuk memaksimalkan profit melalui teknik averaging atau pyramiding dan lainnya.
Berikut contoh untuk sinyal trading yang dimaksud pada GBP/USD daily:
Pin bar sinyal sell : dalam hal ini pasar telah memberi sinyal dari pin bar sebelumnya
dan harga telah menembus level support (yang sekarang berubah sebagai resistance).
Tampak bahwa pasar juga telah menguji level resistance ini sebelum mencoba lagi
untuk menembus. Penolakan yang terjadi mengisyaratkan bahwa sentimen para
pelaku tetap cenderung bearish, tampak pada formasi bar sehari sesudahnya.
Pin bar sinyal buy : harga telah menembus level resistance dengan cukup kuat
(candlestick berwarna putih) sebelum mencoba untuk menguji level tersebut tetapi
mengalami penolakan, sehingga level tersebut berubah sebagai level support yang
baru. Meski pola candlestick bukan doji, tetapi sentimen pasar telah mengisyaratkan
penolakan tersebut pada formasi bar pada hari-hari berikutnya yang tidak melampaui
level terendah pin bar.
bersambung ke bagian (4)
Sumber : Nial Fuller - www.learntotradethemarket.com
Artikel ini adalah lanjutan dari bagian (3) artikel dengan judul yang sama
7. Hindarkan entry dengan pin bar pada kondisi pergerakan harga yang
choppy
Ini menyangkut kekuatan level support dan resistance. Ada kalanya Anda ragu akan
faktor pendukung garis horisontal level support atau resistance yang bukan level
kunci, padahal setup pin bar yang terbentuuk cukup bagus. Dalam hal ini Anda bisa
menggunakan indikator moving average sebagai pendukung untuk memperoleh
konfirmasi. Biasanya digunakan exponential moving average (ema) periode 8 dan 21
daily (untuk time frame daily). Moving average menunjukkan level support dinamis
atau resistance dinamis. Contoh NZD/USD daily berikut menunjukkan pin bar yang
mengalami penolakan pada garis horisontal level support tetapi menembus ema-8.
Pada hari berikutnya baru terkonfirmasi bahwa sinyal trading dari pin bar tersebut
sudah cukup valid dengan penolakan bar oleh support dinamis garis ema-8.
9. Hindari entry pada time frame dibawah daily yang tanpa faktor pendukung
kuat
Time frame dibawah daily yang sering digunakan untuk trading dengan metode price
action adalah 4-hour. Dalam hal menggunakan time frame 4-hour, Anda mesti selalu
membandingkan arah trend dengan time frame daily. Jika berlawanan, sebaiknya
dihindari. Jika arahnya sama tetapi tidak ada faktor pendukung sinyal yang kuat
sebaiknya tidak entry. Sinyal trading yang demikian biasanya salah (tidak valid).
Berikut contoh pada EUR/USD 4-hour seperti dimaksud:
Kesimpulan
Jika telah menemukan sinyal trading pada time frame daily, Anda mesti sabar
untuk menunggu konfirmasi dari sinyal yang telah tampak, paling tidak pada
hari berikutnya. Sinyal trading yang belum terkonfirmasi belum bisa dikatakan
valid.
Jika Anda telah menemukan sinyal trading yang Anda perkirakan valid (dengan
atau tanpa faktor pendukung), tetapi Anda merasa ragu, sebaiknya tidak entry.
Secara psikologis, keraguan bisa berdampak pada ketidak-stabilan emosi Anda,
sekalipun mungkin Anda bisa profit dengan sinyal trading tersebut.
Menentukan Stop Loss Dan Target Dengan
Price Action
Level stop loss dan target profit semestinya wajib digunakan dalam trading forex. Ada
yang menentukan stop loss dan target bersamaan dengan saat entry, ada pula yang
menentukan target profit tanpa stop loss atau sebaliknya. Apapun alasannya jika kita
ingin menerapkan money management dengan benar maka wajib menentukan level
stop loss dan target profit saat masuk pasar. Banyak trader yang menentukan level
stop loss dan target profit berdasarkan level support, level resistance atau level
psikologis, tetapi banyak pula yang hanya dengan perkiraan saja.
Sebagai alternatif, dalam artikel ini dicontohkan bagaimana trader yang menggunakan
metode price action menentukan level stop loss dan target profit. Metode ini relatif
sederhana dan mudah diterapkan. Sesuai alur dalam money management, kita harus
berpikir tentang besarnya resiko terlebih dahulu sebelum profit yang mungkin kita
peroleh. Setelah menentukan level stop loss, kemudian kita melakukan position sizing
untuk menentukan ukuran lot (atau volume) per trade, baru setelah itu risk/reward
ratio.
Pada gambar downtrend diatas, kita entry posisi sell pada bar setelah pin bar. Level
stop loss yang logis dan paling aman adalah beberapa pip diatas ekor pin bar (jika di
dekat area tersebut tidak terdapat level resistance yang signifikan). Seandainya harga
berbalik arah dengan cepat hingga melampaui ekor pin bar dan stop loss kita kena,
berarti yang kita perkirakan sebagai pin bar tersebut tidak valid, bisa disebabkan
karena tidak adanya faktor pendukung (support/resistance, moving average) atau
memang kita salah analisa.
Contoh 2: level stop loss pada inside bar
Pada pergerakan uptrend diatas, kita entry posisi buy pada bar setelah inside bar.
Seperti diketahui inside bar mengindikasikan penerusan trend (trend continuation).
Level stop loss yang logis ditentukan beberapa pip dibawah level terendah inside bar.
Contoh 3: level stop loss pada pin bar reversal signal
Pada pin bar yang mengindikasikan pembalikan (reversal) trend seperti gambar diatas,
level stop loss bisa ditentukan tepat pada level terendah pin bar (untuk downtrend ke
uptrend seperti pada contoh), atau level tertinggi pin bar (dari uptrend ke downtrend).
Bisa juga diambil beberapa pip dibawah atau diatas level pin bar reversal-nya,
tergantung posisi entry.
Contoh 4: level stop loss pada kondisi pasar ranging (sideways)
Kita sering menemui setup price action yang cukup valid pada kondisi pasar ranging
seperti pada gambar contoh diatas. Dalam hal ini kita entry posisi sell pada bar setelah
pin bar. Level stop loss kita tentukan pada area di luar trading range, dan beberapa pip
diatas pin bar. Untuk posisi buy sebaliknya.
Contoh 5: level stop loss pada kondisi pasar trending:
Pada gambar diatas tampak kondisi pasar downtrend dan setup fakey bar yang
mengalami penolakan (rejection) pada level resistance dan mengakibatkan false break
untuk pembalikan arah trend (reversal), sehingga arah pergerakan harga tetap
downtrend. Untuk posisi sell yang kita buka setelah fakey bar, penempatan level stop
loss yang logis adalah beberapa pip diatas level tertinggi (ekor) fakey bar. Untuk
pergerakan uptrend sebaliknya.
Contoh gambar diatas adalah kondisi break-out dimana harga memang benar
menembus level resistance yang diindikasikan oleh pin bar dan penutupan harga pada
bar setelahnya. Untuk posisi buy pada entry point yang kita buka, level stop loss yang
logis adalah diantara penutupan harga pin bar dan level terendah (ekor) pin bar,
dengan asumsi jika harga bergerak balik melampaui level terendah pin bar sehingga
terjadi false break, berarti pin bar tersebut tidak cukup valid atau break-out yang
terjadi memang lemah. Untuk kondisi break-out kadang-kadang bisa menjadi false
break sehingga level stop loss perlu diperketat.
Catatan: untuk pin bar yang terjadi dekat dengan level-level support atau resistance,
hendaknya level stop loss ditempatkan beberapa pip diatas atau dibawah level
resistance atau support karena pergerakan harga biasanya menembus level-level itu
terlebih dahulu sebelum berbalik arah.
Menentukan level target (take profit)
Dalam kaidah money management yang benar, level target atau exit selalu ditentukan
sesuai dengan risk/reward ratio yang direncanakan. Namun demikian level target yang
kita tentukan harus logis dan obyektif sesuai kondisi pergerakan harga pasar. Sebagai
contoh seperti pada gambar dibawah, kita masih bisa menentukan level target hingga
2R (2 kali besarnya resiko dalam pip) dengan asumsi pergerakan harga minimal akan
menyentuh level resistance sebelum berbalik arah. Untuk level target diatas resistance
lebih beresiko kecuali kita menggunakan fasilitas trailing stop.
Pada contoh gambar dibawah tampak ada 2 level support kunci yang tentunya akan
cukup kuat untuk bisa ditembus. Jika kita merencanakan level take profit sebesar 2
kali resiko (2R) atau lebih, kita bisa menggunakan trailing stop dengan jarak 1R, atau
menggeser level stop loss secara manual dengan terlebih dahulu menentukan level
target sebesar 1R. Hal ini untuk mengantisipasi terjadinya false break pada level
support kunci.
Jika level support atau resistance kunci ternyata lebih kecil dari 1R, kita lebih bijak
untuk memilih tidak masuk pasar.
Tulisan ini adalah pandangan dari Nial Fuller, seorang trader dan mentor trading
forex dengan price action, tentang apa saja manfaat dan keuntungannya bila kita
trading dengan metode price action.
Pasar forex punya bahasa sendiri. Bahasa ini berakar dari pola bentuk pergerakan
harga. Untuk memahami dan bisa berbicara dalam bahasa pasar forex tersebut, kita
harus belajar membaca perubahan pola gerak harga (price action) pada trading chart
yang bersih dari indikator teknikal. Segala sesuatu yang terjadi pada pasar telah
tercermin dalam pola pergerakan harga pada trading chart. Jadi jika kita trading
berdasarkan interpretasi terhadap pola perubahan gerak harga pasar, maka dalam
waktu yang bersamaan kita juga melakukan interpretasi terhadap berita ekonomi yang
adalah juga variabel yang mempengaruhi pasar. Banyak trader yang telah membuat
kesalahan dengan bersasumsi bahwa mereka akan bisa membaca pergerakan harga
pasar dengan efektif dan akurat bila bisa mencerna rilis berita fundamental ekonomi,
menerapkan kombinasi indikator teknikal atau menggunakan software trading dan
robot yang telah diprogram. Metode trading dengan price action tidak memerlukan
software trading dan robot, kombinasi beberapa indikator teknikal yang rumit,
ataupun interpretasi berita fundamental ekonomi. Berikut akan dijelaskan alasannya.
Software trading dan robot
Salah satu masalah pada semua robot dan software untuk trading adalah bahwa
software tersebut tidak mempunyai karakter dan sifat manusia yang benar-benar bisa
membuat pertimbangan untuk masuk atau keluar dari pasar. Hanya dengan
identifikasi kondisi pasar yang bijak, rasional dan obyektif kita bisa mengantisipasi
pergerakan harga pasar, dimana robot dan sotware tidak bisa melakukannya. Selain
itu, apa yang disebutkan oleh sebagian para pembuat software trading bahwa
produknya bisa mengatasi masalah emosi dan disiplin dalam trading adalah tidak
benar. Jika kita kurang bisa disiplin dalam menjalankan rencana trading kita, maka
kita tidak akan bisa menerapkan software trading yang sering juga membutuhkan
pengaturan beberapa parameternya dengan disiplin. Faktor utama untuk mencapai
hasil maksimal dalam trading tetap ada pada diri kita sendiri dan kemampuan kita
dalam melakukan analisa pasar. Disiplin, teratur dan tidak emosional sewaktu trading
adalah mutlak dibutuhkan.
Kombinasi beberapa indikator teknikal
Indikator-indikator teknikal diturunkan dari perubahan pola gerak harga (price action),
jadi mengapa kita tidak belajar membaca pola pergerakan harga? Dengan menerapkan
beberapa indikator teknikal pada trading chart, maka kita jadi sulit mencermati setup
price action yang terjadi dan rancu dalam menangkap gambaran riil dari pasar.
Kombinasi indikator yang bisa berjalan baik pada kondisi pasar dan time frame
tertentu belum tentu bisa bekerja pada kondisi dan time frame yang berbeda. Antara
indikator yang satu dan lainnya seringkali menunjukkan sinyal trading (sinyal untuk
buy atau sell) yang bertentangan atau konflik interpretasi. Selain itu indikator teknikal
cenderung lambat (lagging) dalam memberikan prediksi karena dihitung setelah
terjadinya perubahan harga pasar. Kombinasi indikator biasanya digunakan untuk
saling mengkonfirmasi, misalnya indikator RSI atau stochastic tidak bisa
mengindikasikan kondisi pasar trending dibanding dengan indikator ADX, tetapi
ADX cenderung lambat dalam antisipasinya. Dengan metode price action tidak akan
terjadi konflik interpretasi seperti diatas karena memang tidak bergantung pada
banyak indikator teknikal dalam menganalisa pasar, dan hanya menggunakan
indikator sederhana untuk menentukan momentum dalam membuka posisi trading,
biasanya exponential moving average (ema).
Interpretasi berita fundamental ekonomi
Memang tidak ada salahnya untuk berlangganan situs berita yang paling cepat dalam
memberikan informasi terkini, terutama untuk rilis berita fundamental sesuai kalender
ekonomi. Masalahnya pergerakan harga pasar sangat banyak ditentukan oleh emosi
dan feeling para pelaku pasar tentang apa yang paling mungkin terjadi berdasarkan
ekspektasi mereka, tidak sepenuhnya berdasarkan logika. Mereka trading berdasarkan
ekspektasi bagaimana berita tersebut akan mempengaruhi pasar. Ketika berita yang
sebenarnya telah dirilis, ekspektasinya bisa saja berubah. Oleh karena itu sering
pergerakan harga pasar berlawanan dengan yang seharusnya terjadi setelah berita
dirilis. Jadi kita tidak bisa selalu berasumsi bahwa jika hasil rilis berita lebih baik dari
sebelumnya atau lebih baik dari prediksi (forecast) maka secara logika harga akan
naik dan sebaliknya. Yang jelas semua faktor yang mungkin tidak kita ketahui telah
tercermin pada pergerakan harga saat berita tersebut dirilis. Setup price action yang
terjadi pada trading chart adalah refleksi dari perubahan variabel yang menggerakkan
pasar termasuk rilis berita fundamental.
Trading dengan metode price action
Dari uraian diatas bisa disimpulkan bahwa trading forex dengan metode price action
tidak diperlukan robot atau software trading, tidak dibutuhkan kombinasi beberapa
indikator teknikal, dan tidak diharuskan analisa mendetail pada berita fundamental
yang akan dirilis. Jika Anda ingin trading dengan price action, bersihkan trading chart
Anda dari indikator teknikal yang rumit karena indikator diturunkan dari perubahan
gerak harga. Hindari melakukan analisa yang berlebihan terhadap rilis berita
fundamental. Pelajari konsep dasar price action yang sederhana, efektif dan akurat.
Perhatikan gambar berikut yang membandingkan antara chart untuk trading dengan
price action (kiri) dan chart dengan beberapa indikator (kanan).
Jika Anda diminta untuk memilih antara melihat chart yang sebelah kiri atau yang
kanan untuk trading, manakah yang akan Anda pilih ? Believe it or not, banyak chart
trader yang memilih sebelah kanan, yang penuh dengan indikator dan diharapkan bisa
memberi petunjuk atau sinyal untuk entry. (Chart trader adalah trader yang
mengandalkan indikator teknikal untuk trading, atau disebut juga chartist, untuk
membedakan dengan fundamentalist yang menitik-beratkan faktor fundamental dalam
trading).
Seperti telah pernah dibahas pada artikel terdahulu, bahwa antara indikator yang satu
dan lainnya acapkali saling menunjukkan sinyal trading yang bertentangan, yang satu
mengindikasikan buy dan yang lainnya sell. Diterapkannya lebih dari satu indikator
biasanya untuk saling mengkonfirmasi, semisal oscillator indikator (RSI, stochastic)
tidak bisa mengindikasikan trend dibandingkan indikator ADX atau trend indikator
yang lain, tetapi ADX cenderung lagging (lambat) dalam antisipasinya. Penerapan
beberapa indikator tersebut dalam prakteknya sering terjadi konflik interpretasi atau
indikasi sinyal yang saling bertentangan. Kombinasi indikator yang bisa bekerja
dengan baik pada suatu kondisi dan time frame tertentu belum tentu berjalan baik
pada kondisi pasar yang berbeda.
Dengan metode price action tidak terjadi konflik interpretasi seperti itu karena
memang tidak menerapkan indikator teknikal. Selain itu angat dianjurkan untuk
trading dalam time frame daily atau paling rendah 4-hour untuk menjamin ketepatan
sinyal trading, oleh karenanya dibutuhkan kesabaran dan disiplin yang tinggi. Dengan
trading plan yang baik dan pemilihan risk/reward ratio sesuai kaidah money
management yang proporsional, trading dengan metode price action akan memberi
hasil yang konsisten.
Dari contoh-contoh diatas dapat diperhatikan bahwa trading dengan price action
cukup simpel dan efektif, tanpa analisa yang kompleks dengan menerapkan banyak
indikator teknikal. Agar sinyal trading akurat hendaknya menggunakan time frame
tinggi (daily atau minimal 4 hour).
Pada chart EUR/USD 4-hour terbentuk pin bar yang valid pada 6 Agustus 2010. Kita
perhatikan daily chartnya, level 1.3333 adalah level kunci yang kuat dimana level
support sebelumnya telah ditembus dan sekarang jadi level resistance yang telah teruji
(tanda panah ke 3 dari kiri pada daily cahrt diatas). Nah, pada chart 4-hour ini diuji
lagi oleh pin bar yang terbentuk, ternyata tidak tembus atau mengalami penolakan
(rejecting). Setelah pin bar selesai terbentuk dan bar berikutnya juga dibawah level
kunci ini, maka kita bisa putuskan untuk open sell pada level sekitar 50% dari panjang
pin bar tersebut. Walaupun trend pergerakan harga sebelumnya naik, tetapi dengan
terbentuknya price action yang valid pada level kunci yang mengindikasikan akan
terjadinya counter trend (dengan rejecting level resistance oleh pin bar yang
terbentuk), kita bisa ambil posisi berdasarkan sinyal sell yang cukup valid itu.
2. Contoh pada AUD/JPY : inside bar / pin bar pada kondisi ranging (sideway)
Pada chart AUD/JPY daily diatas kondisi pasar sedang sideway dengan level
resistance pada sekitar 77.60 dan support sekitar 73.62. Dalam bulan Agustus 2010
terbentuk inside bar dan kombinasi inside bar / pin bar. Seperti telah dibahas dalam
topik price action sebelumnya, formasi inside bar mengindikasikan pasar sedang
berkonsolidasi, dan dalam hal ini terjadi penerusan trend (downtrend) setelah bar
berikutnya terbentuk. Jika kita ketinggalan untuk entry pada momen tersebut, pada
tanggal 23 Agustus terjadi lagi formasi inside bar dengan kombinasi pin bar yang
mendukung penerusan trend sebelumnya, dan ini adalah sinyal sell yang cukup valid
untuk kita buka posisi dengan level reward (target) pada level supportnya.
3. Contoh pada AUD/USD : fakey bar, counter trend dan pin bar
Mirip dengan contoh 1 sebelumnya, price action pada AUD/USD diatas juga
mengkonfirmasi counter trend yang akan terjadi dengan terbentuknya fakey bar
setelah inside bar. Fakey bar yang rejecting pada level resistance 0.9200 memberi
sinyal sell dengan target level pada support di 0.8920.
Kemudian pada chart 4-hour terbentuk pin bar yang belum terkonfirmasi dengan jelas
pada daily chart-nya. Jika asumsi kita pada 4-hour saja dan pin bar tersebut rejecting
pada level support 0.8920, kita bisa entry sell dengan reward (target) level yang tidak
terlalu besar karena belum terkonfirmasi benar dengan time frame yang lebih tinggi
(daily chart).
4. Contoh pada NZD/USD : pin bar yang berjalan baik dan yang gagal
Pada contoh diatas ada 2 pin bar. Yang pertama (atas) berjalan sesuai kaidah price
action yaitu setelah rejecting pada level resistance-nya. Stop loss bisa pada level
sedikit diatas level tertinggi pin bar, dan jika tertinggal buka posisi masih bisa entry
pada level koreksi bar-bar 4-6 hari berikutnya selama level resistance belum
tertembus.
Pin bar kedua (bawah) yang terbentuk adalah contoh indikasi price action yang gagal.
Jika kita open buy pada hari sesudahnya dengan stop loss pada level sedikit dibawah
level terendah pin bar, mungkin kerugian kita tidak terlalu besar.
Memang tidak semua formasi bar yang terbentuk dalam price action selalu berjalan
dengan baik, yang tetap harus kita jaga adalah risk/reward ratio sesuai dengan trading
plan kita.
5. Contoh pada USD/CAD : pin bar yang berjalan baik dan yang gagal pada
ranging market
Seperti halnya contoh 4, pin bar terakhir (paling kanan) pada ranging daily chart
USD/CAD diatas telah gagal mengindikasikan sinyal buy, setidaknya jika level stop
loss kita berada sedikit dibawah level terendah pin bar tersebut.
6. Contoh pada XAU/USD (Gold) : pin bar yang berjalan baik dan yang gagal
pada ranging market
Price action pada emas (XAU/USD) pada kurun waktu periode seperti gambar diatas
mengindikasikan sinyal-sinyal trading yang valid didukung oleh level kunci resistance
yang kuat pada 1,210.00. Setelah terjadi rejecting inside bar pada level kunci kita bisa
entry sell dengan stop level diatas level tertinggi inside bar. Posisi buy kita buka
setelah penutupan harga candlestick sehari sesudah setup fakey bar menembus level
kunci, dan kita bisa average dengan entry buy lagi setelah rejecting pin bar (paling
kanan) pada level kunci yang sekarang jadi level support.
Jika kita perhatikan pergerakan harga pada hari-hari berikutnya, terbentuk formasi
inside bar (gambar bawah) yang memungkinkan penerusan trend up, dan dengan
momentum bullish ini mengindikasikan sinyal buy yang cukup kuat
Sebagai kesimpulan, formasi price action selalu terjadi hampir setiap minggu pada
pergerakan harga beberapa mata uang dan komoditi lainnya. Beberapa diantaranya
memang ada yang kurang valid bahkan gagal dalam mengindikasikan sinyal trading.
Semakin kita sering mengamati dengan analisa yang seksama pada berbagai mata
uang dan komoditi akan semakin akurat kita menentukan formasi bar yang valid.
Karena tidak semua formasi bar yang terbentuk dalam price action selalu berjalan
mulus, kita harus tetap trading sesuai dengan risk/reward ratio yang telah kita
sepakati.
Pada artikel ini dicontohkan bagaimana kita seharusnya menerapkan strategi price
action dalam membuka suatu posisi, dan alasan mengapa kita masuk beserta
parameter-parameter entry dan exitnya.
Catatan: Price action adalah metode trading dengan mengandalkan pada pengamatan
formasi bar yang terbentuk pada suatu kondisi market tertentu. Pin bar, fakey bar dan
inside bar adalah istilah penulis untuk sebutan formasi bar yang dianggap sebagai
patokan dalam price action trading. Untuk penjelasan price action, pin bar, fakey bar
dan inside bar telah dibahas pada beberapa artikel tentang price action dalam rubrik
ini
Contoh 1 : GBP/USD Fakey Pin Bar Setup 18 April 2011:
- Terbentuk price action dengan fakey pin bar pada 11 Mei 2011
- Ema8 dan ema21 daily sebagai faktor pendukung mengarah kebawah, sehingga
momentum untuk open sell cukup tinggi.
- Pada level sekitar 134.00 (garis horisontal), harga mengalami penolakan (rejection)
di hari pada saat pin bar terbentuk, dan level tersebut sekarang menjadi level
resistance.
Dengan ketiga faktor tersebut kita punya alasan yang cukup kuat untuk open posisi
sell.
Kita bisa entry dengan pending order sell stop pada level retracement 50% pin bar
seperti halnya contoh 1 sebelumnya, dan level stop loss diatas level tertinggi pin bar.
Nah, untuk trader yang agresif, disini masalahnya adalah level support yang signifikan
pada 130.00, dimana harga harus menembus level tersebut jika ingin profit yang
memadai. Pada contoh 1. hal tersebut bisa berjalan dengan baik, tetapi dalam kasus
ini, rupanya kita harus puas dengan sedikit profit atau bahkan rugi sebesar resiko yang
telah kita tetapkan pada risk/reward, jika rationya 1 : 2 atau 1 : 3 seperti contoh 1.
Untuk trader yang tidak cukup agresif dan hanya ingin open posisi setelah level
support tersebut break, tentu tidak akan trade jika kondisi market berlanjut seperti
pada gambar diatas. Inilah contoh penerapan risk dan reward dalam trading forex.
Contoh 3 : EUR/USD Inside bars setelah false break 24 / 25 Mei 2011:
- Pada 23 Mei terjadi false break bar di level support 1.4000 (false break dalam hal
ini adalah bar yang menembus level supportnya, tapi ditutup disekitar level support,
dan bar berikutnya ditutup diatas level support. Jadi bar yang tidak benar-benar
menembus support, atau false / palsu).
Pada hari berikut yang terjadi adalah bentukan inside bar dan ditutup diatas level
support yang mengindikasikan sinyal buy setelah menembus level ema 8 daily.
Walaupun asumsi tersebut berlawanan dengan trend sebelumnya yang bearish, tetapi
dengan terbentuknya price action dan indikator ema yang mendukung, maka indikasi
itu cukup valid.
- Level entry buy ditentukan diatas level tertinggi inside bar, dan level stop loss diset
sedikit dibawah level inside bar.
Risk/reward ratio bisa diset 1 : 2 atau 1 : 3.
Contoh 4 : NZD/USD Pin Bar / Inside Bar Setup 25 Mei 2011:
- Pada 25 Mei 2011 NZD/USD membentuk inside pin bar pada daily chart-nya,
setelah terjadi penolakan (rejection) pada level support weekly yang terjadi di 0.7750.
- Momentum bullish yang valid terjadi setelah kedua moving average (ema 8 dan ema
21) tertembus, dan ini adalah sinyal yang kuat untuk open buy.
- Level stop loss bisa diset dibawah level terendah inside bar, dan setting level take
profit (reward) pada level resistance monthly-nya, yaitu sekitar level 0.8200 (lihat
NZD/USD monthly chart dibawah), sehingga risk/reward ratio bisa sekitar 1 : 2
- Pin bar terbentuk pada 3 Juni 2011 dan penolakan level 1.6300 (garis merah) yang
menjadi level support.
- Pin bar juga telah menembus level ema 8 dan ema 21, tetapi jika dilihat dari
keseluruhan trend, bar yang terjadi 3 hari sebelumnya telah gagal membuat level high
baru, jadi kondisi ini tidak bisa disimpulkan sebagai uptrend, melainkan
peralihan dari bullish ke bearish atau dari bullish ke sideways (ranging).
- Untuk open posisi cukup riskan, karena faktor pendukung utamanya sangat lemah,
atau pin bar ini bisa dikatakan tidak cukup valid.
Contoh 6 : GBPUSD Pin Bar Setup 14 Juni 2011:
Pada contoh terakhir diatas, pin bar bearish terbentuk pada 14 Juni 2011 diarea level
resistance disekitar 1.6500-1.6450. Dua bearish pin bar sebelumnya yang cukup valid
sangat mendukung pin bar ketiga ini untuk open sell, dengan key level (resistance)
yang juga valid.
Walaupun kondisi market tidak dalam trend, tapi dengan price action dan key level
yang telah teruji, sinyal untuk open posisi sell cukup kuat. Kita bisa set level stop loss
sedikit diatas level resistance, dan take profit pada level supportnya sekitar 1.6200,
dengan demikian dimungkinkan untuk menentukan risk/reward ratio paling tidak 1 :
2.
Trading dengan price action memberi kita dasar yang kuat untuk membangun
keseluruhan strategi trading kita, karena metode yang diterapkan tidak rumit atau
memerlukan prakondisi yang kadang membingungkan. Inilah yang membedakan
trading dengan price action dan trading dengan indikator teknikal atau software yang
juga menggunakan berbagai macam indikator didalamnya.
Indikator teknikal membuat kita sulit untuk percaya diri karena antara indikator yang
satu dengan indikator yang lain sering terjadi konflik dalam memberikan sinyal,
sehingga kita selalu mencari kombinasi dari berbagai indikator untuk diterapkan pada
suatu kondisi pasar.
Penerapan metode price action akan membuat strategi trading lebih efektif
Walaupun Anda telah menggunakan satu strategi trading utama, mengetahui dan
menerapkan metode price action sebagai penunjang akan membuat sistem trading
Anda jauh lebih efektif. Price action tidak akan mengacaukan strategi trading Anda
seperti halnya jika Anda mengadopsi beberapa indikator teknikal yang mungkin tidak
sesuai dengan indikator dalam sistem yang sedang Anda gunakan. Price action justru
membantu Anda dalam memahami mekanisme pergerakan harga pasar.
Price action membantu Anda dalam mengembangkan kemampuan trading
Salah satu perbedaan antara trader profesional dan amatir adalah bahwa trader
profesional tahu waktunya kapan harus masuk pasar dan kapan tidak, sementara trader
amatir belum memiliki kemampuan tersebut. Itu adalah salah satu dari naluri trading
(trading instinct) yang bisa dikembangkan dengan berlatih menggunakan sistem
trading yang efektif dan mempunyai probabilitas tinggi. Price action bisa membantu
Anda dalam hal ini karena membuat Anda lebih mengenali pola pergerakan harga
pasar dengan akurasi sinyal entry yang tinggi. Kadang memerlukan waktu cukup lama
untuk benar-benar memahami pola price action tersebut, tetapi banyak trader yang
telah mempelajarinya dan mampu mengembangkan kemampuan trading mereka.
Price action membuat sistem trading lebih sederhana
Strategi trading dengan price action cukup sederhana, mudah dipahami dan
diterapkan. Kita hanya perlu mengidentifikasi formasi bar pada candlestick untuk
mengetahui pola pergerakan pasar pada suatu saat. Tanpa indikator teknikal yang
rumit, hanya diperlukan beberapa faktor pendukung yang memang harus diketahui
seperti support atau resistance untuk konfirmasi.
Kesederhanaan sistem trading ini berakibat pada perilaku emosi kita yang cenderung
tenang dan tidak mudah stress karena mungkin sinyal trading yang dihasilkan
berlawanan dengan yang ditunjukkan oleh indikator teknikal, dan lain sebagainya.
Perilaku ini tentu berakibat pada konsistensi hasil trading kita.
Level level kunci yang dimaksudkan disini adalah level support dan resistance, baik
yang statis berupa garis horisontal, atau yang dinamis berupa aluran garis moving
average. Level Fibonacci retracement juga termasuk level kunci karena menunjukkan
support dan resistance.
Seperti telah pernah diulas pada beberapa artikel sebelumnya, trading dengan price
action tidak mengandalkan indikator teknikal yang rumit dan kompleks melainkan
hanya pada pengamatan terbentuknya formasi bar-bar pada candlestick yang bisa
berupa, fakey (false) bar dan inside bar (istilah pada price action). Indikator
pendukung yang sering digunakan untuk konfirmasi adalah exponential moving
average (ema), karena moving average menunjukkan level support / resistance
dinamis.
Pada artikel ini diulas bagaimana formasi price action yang terbentuk pada level-level
kunci akan berpengaruh signifikan terhadap arah pergerakan harga, sehingga kita bisa
dengan tepat menentukan titik-titik entry.
Contoh-contoh berikut ini menggunakan time frame daily, yang sangat dianjurkan
untuk digunakan bila kita trading dengan metode price action.
Price action dan level support / resistance pada kondisi pasar trending
Perhatikan formasi bar yang terbentuk pada level-level support dan resistance (garis
merah horisontal) yang tentunya bisa kita gunakan untuk nenetapkan level entry
(setelah formasi bar terbentuk) dan level exit target (garis support/resistance).
Price action dan level support / resistance pada kondisi pasar ranging (sideway)
Tampak bahwa formasi bar yang terbentuk pada level support dan resistance (inside
bar dan pin bar) cukup valid untuk kita entry. Hanya saja untuk pasar yang sedang
ranging atau sedang
berkonsolidasi ini kita harus hati-hati dalam menentukan exit target karena kita mesti
mengantisipasi jika kondisi pasar tiba-tiba berbalik berlawanan dengan posisi entry
kita dan berubah menjadi strong trending. Disinilah pentingnya risk / reward ratio
dalam trading plan.
Ketika level support telah tertembus dengan terbentuknya long tailed pin bar, maka
dua hari berikutnya harga turun tajam dan kondisi pasar menjadi downtrend. Pada saat
pin bar ini terbentuk dan support level ditembus, sebenarnya kondisi ranging diatas
sudah selesai dan berganti menjadi downtrend. Kita bisa entry sell pada dua hari
berikutnya.
Price action dan swing point pada kondisi pasar trending
Ketika pada pergerakan harga terjadi titik-titik tertinggi atau terendah baru, dan
kemudian mengalami koreksi sebelum kembali ke trend semula, maka harga terendah
dan tertinggi pada lembah atau puncak koreksi tersebut dinamakan swing point.
Swing point penting untuk diperhatikan karena pada titik-titik tersebut akan terbentuk
level-level support atau resistance baru. Swing point pada titik lembah saat uptrend
membentuk level support baru, dan swing point pada titik puncak saat downtrend
akan membentuk level resistance baru.
Perhatikan price action yang terjadi dekat pada titik-titik swing point seperti contoh
EUR/USD daily diatas. Swing point membentuk level kunci (key level) baru, yaitu
level support, dan dikonfirmasi validitasnya pada bar-bar yang berikutnya berturut-
turut sebagai resistance, support dan resistance lagi. Price action yang terjadi diwakili
oleh dua pin bar yang terbentuk dekat pada level kunci, dan kita bisa entry setelah
menganalisa validitas pin bar tersebut dengan benar. Dalam hal ini level kunci yang
terbentuk pada swing point menjadi faktor pendukung utama kedua pin bar tersebut.
Price action dan indikator exponential moving average pada kondisi pasar
trending
Indikator exponential moving average (ema) terutama ema8 daily dan ema21 daily
sering digunakan sebagai konfirmasi price action yang terjadi, terutama dalam kondisi
pasar yang trending. Moving average membentuk level-level support atau resistance
dinamis. Perhatikan contoh pada EUR/USD daily diatas, price action yang terjadi
dekat ema8 dan ema21 pada kondisi pasar trending (saat uptrend maupun downtrend),
yaitu berupa pin bar dan fakey bar yang cukup valid untuk pedoman kita entry.
Price action dan event area pada level support dan resistance.
Event area yaitu area disekitar level support atau resistance yang tertembus (break)
akibat event tertentu yang terjadi pada pergerakan harga pasar. Selanjutnya jika
pergerakan harga tetap mengacu pada level support atau resistance tersebut, maka
event area pada level itu akan sangat signifikan, dan price action yang terbentuk
disekitarnya sangat penting untuk dicermati.
Pada contoh XAU/USD (spot gold) diatas, event area disekitar level 1,700.00 adalah
sangat signifikan dimana price action yang terjadi dengan terbentuknya beberapa pin
bar yang cukup valid untuk patokan entry.
Dari contoh-contoh diatas bisa disimpulkan bahwa price action yang terjadi pada
suatu kondisi pasar dengan level-level kuncinya sebagai faktor pendukung utama,
baik itu level support / resistance statis (garis horisontal) atau dinamis (exponential
moving average), swing point ataupun event area, akan bisa menjadi pedoman yang
cukup valid untuk entry market.
Price action adalah metode trading dengan mengandalkan pada pengamatan formasi
bar yang terbentuk pada suatu kondisi market tertentu. Jika formasi bar telah tampak,
setup untuk mengetahui validitas price action tersebut bisa ditentukan dengan
indikator pendukung utamanya, yaitu level-level support dan resistance yang bisa
berupa garis horisontal, exponential moving average atau fibonacci retracement level.
Kalau ternyata price actionnya cukup valid dan kuat, kita bisa entry sekaligus
menentukan level stop loss dan take profit sesuai dengan risk / reward ratio yang kita
sepakati.
Pin bar, fakey bar dan inside bar adalah istilah untuk formasi bar yang dianggap
sebagai patokan dalam price action trading. Pin bar adalah acuan pokok dalam price
action. Untuk penjelasan price action, pin bar, fakey bar dan inside bar telah dibahas
pada tulisan tentang price action dalam rubrik ini.
Kondisi pasar trending atau ranging (sideway) berpengaruh pada kualitas formasi bar
yang terbentuk. Pada kondisi pasar yang strong trending validitas price actionnya
sangat tinggi dibandingkan pasar yang ranging. Penentuan level support dan
resistance sangat penting sebagai pendukung validitas formasi bar tersebut.
Untuk penerapan dalam trading, time frame daily sangat dianjurkan karena kualitas
akurasi sinyalnya tinggi.
Contoh setup price action pada beberapa mata uang utama, mata uang cross,
dan komoditi :
1. EUR/USD long-tailed pin bar dengan 50% entry dan inside bar
- Pada tanggal 6 September 2011 terbentuk formasi price action long-tailed pin bar
pada EUR/USD daily chart.
- Indikator pendukung ema8 daily dan ema21 daily telah berpotongan sebelumnya (6
Setember 2011) kearah bawah, mengindikasikan momentum bearish setelah selama
hampir 3 bulan kondisi pasarnya ranging (sideway).
- Long tailed pin bar kearah atas yang terbentuk mengindikasikan downtrend yang
cukup kuat. Jadi pin bar ini mengkonfirmasi ema8 dan ema21 daily.
- Penutupan harga pin bar yang lebih rendah dari harga opennya juga menguatkan
downtrend yang akan terjadi.
- Bar yang terjadi pada hari berikutnya membentuk formasi inside bar, yang
mengindikasikan pasar sedang konsolidasi, dan pada bar selanjutnya kita bisa entry
pada level kira-kira 50% dari long tailed pin bar yang pertama dengan menerapkan
risk management sesuai trading plan.
- Pada 16 September 2011 terjadi lagi formasi inside bar setelah bar-bar koreksi
mencoba menembus diatas level ema8 daily. Inside bar adalah indikasi konsolidasi,
dan karena tidak ada pin bar yang signifikan setelah itu, maka penerusan downtrend
terjadi seperti ditunjukkan oleh pergerakan harga yang selalu ditutup dibawah level
ema8 daily.
- Masih dengan setup ema8 daily dan ema21 daily sebagai inikator pengukung. Pada
tanggal 8 September 2011 terbentuk pin bar, dan tanggal 16 dan 20 September 2011
terbentuk inside bar. Price action tersebut terjadi pada kondisi pasar yang downtrend
dengan cukup kuat, terindikasi dengan pergerakan harga yang selalu berada dibawah
ema8 daily.
- Pin bar yang terbentuk juga long tailed, sehingga seperti pada contoh sebelumnya,
penerusan trend terjadi.
- Pada level kunci garis horisontal pada harga 1.5775 yang merupakan level
supportnya terbentuk 2 inside bar masing-masing pada 16 dan 20 September. Pasar
benar-benar berkonsolidasi sebelum turun dengan tajam pada hari berikutnya.
- Level entry bisa dengan leluasa kita tetapkan mengingat kejelasan downtren yang
terjadi dengan indikator ema yang mendukung.
Kombinasi antara price action dan Fibonacci retracement level 50% sangat powerful
jika diterapkan pada kondisi pasar yang tepat. Idealnya, konfirmasi entry lewat setup
pin bar atau fakey reversal bar pada Fibonacci retracement level 50%.
Catatan: pin bar, fakey bar dan inside bar adalah istilah penulis untuk sebutan formasi
bar yang dianggap sebagai patokan dalam price action trading.. Pin bar adalah acuan
pokok dalam price action. Untuk penjelasan price action, pin bar, fakey bar dan inside
bar telah dibahas pada tulisan tentang price action dalam rubrik ini.
1. Jika kita temukan sinyal price action pada daily chart, dengan formasi chart yang
sedang retrace atau koreksi (uptrend maupun downtrend), segera tarik garis-garis
Fibonacci retracement level, apakah sinyal formasi price action terjadi dekat atau tepat
pada level-level tersebut, terutama pada level 50% nya. Jika benar, maka itulah saat
yang tepat untuk entry. Apalagi jika dibarengi dengan level-level kunci yang lain
(garis support atau resistance, atau garis moving average) yang berimpit dengan
Fibonacci retracement levelnya, maka faktor pendukungnya sangat kuat untuk open
posisi.
Pada AUD/USD Daily ini terdapat formasi pin bar pada Fibonacci retracement level
50% nya
2. Entry level pada closing bar terakhir pada formasi price action,. Pada contoh diatas
open buy setelah bar terakhir (bar ketiga), dan stop loss diset sedikit dibawah
Fibonacci retracement level 50% nya.
3. Jika ternyata Fibonacci retracement levelnya tidak tepat atau mungkin jauh dari
formasi price action, berarti level tersebut tidak conform dengan price action, dan
Fibonacci retracement level tidak menjamin level mana yang merupakan level support
atau resistance-nya, sedang formasi price action yang terbentuk selalu
mengindikasikan perubahan dari pergerakan harga. Jadi dalam kasus ini Fibonacci
retracement levelnya tidak bisa dikonfirmasikan dengan formasi price action, dan jika
tidak ditemukan faktor pendukung lain untuk formasi price action tersebut, berarti
lemah atau kurang valid untuk diterapkan.
4. Pada contoh diatas Fibonacci retracement level 50% nya conform dengan price
action (dengan pin bar signal), sehingga dapat disimpulkan bahwa level 50% adalah
level support, dan yang terjadi memang harga bergerak naik setelah formasi price
action terbentuk.
Contoh lain pada AUD/JPY Daily berikut ini: