Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
Hafalan
SAM 1 Jun 2020 32345
Membaca candlestick tidak semata-mata menghafal dan mengenal formasi-formasinya saja. Banyak buku mereferensikan
beratus-ratus pola candlestick, dengan setiap pola memiliki informasi dan keterangan untuk mengetahui apa yang akan terjadi
berikutnya di pasar Forex.
Nyatanya, menghafal ratusan pola candlestick tidak membuat perbedaan signifikan pada performa trading Anda.
Sebut saja Three Black Crows, Concealing Baby Swallow, Unique Three River Bottom dan entah apalah itu namanya. Terlalu
banyak, bikin pusing, dan tidak praktis.
Sebenarnya, Anda tidak perlu menghafal semua pola untuk analisa candlestick. Anda hanya perlu tahu gambaran besar
cara membaca candlestick, karena setiap candle pada dasarnya sudah mampu menginformasikan struktur harga, kekuatan
tren, dinamika Buyer melawan Seller, dan proyeksi arah harga akan bergerak nantinya.
Sebelum kita mulai mendalami elemen-elemen penting untuk analisa candlestick, kita harus punya cara pandang yang benar
terlebih dulu. Anggap saja pergerakan harga itu terjadi karena perang antara Buyer dan Seller. Setiap candlestick adalah
suatu pertempuran selama masa perang, dan keempat elemen candlestick menceritakan siapa yang unggul, siapa yang mundur,
siapa memegang kontrol, dan pihak mana memiliki peluang lebih besar untuk memenangkan pertempuran berikutnya.
Perlu digarisbawahi, candlestick tidak dapat diamati dalam satu pola saja, tanpa mengetahui dinamika harga sebelumnya.
Analisa candlestick harus dicermati dengan memperhitungkan pula pergerakan harga lampau. Karena itu, setiap kali kita coba
membaca candlestick atau formasi harga, kita harus mempertanyakan beberapa hal berikut:
Apakah candlestick terkini ukurannya lebih kecil atau besar dari candle sebelumnya?
Apakah perubahan terjadi saat sesi trading tak aktif? Misalnya, candlestick pada pasangan-pasangan mata uang EUR
sering mengkerut atau mengecil pada sesi Asia karena volume trading-nya juga kecil.
Poin-poin di atas penting untuk dipegang supaya kita terhindar dari pemikiran sempit yang membatasi pemahaman gambaran
besarnya. Berbekal pegangan itu, sekarang kita dapat mengeksplor 4 elemen penting untuk membaca candlestick:
Elemen 1: Ukuran Badan Candlestick
Ukuran badan (body) candlestick adalah poin awal yang bagus karena kita bisa dapat banyak informasi darinya.
Singkatnya, panjang badan menunjukkan seberapa jauh harga telah bergerak selama durasi candle tersebut (timeframe per
candle).
Sumbu panjang mengindikasikan bahwa harga bergerak cepat selama durasi candlestik terkait, tapi mengalami
penolakan karena adanya perlawanan.
Jika sumbu bertambah panjang, berarti volatilitas semakin meningkat. Hal ini sering terjadi di akhir sebuah tren,
sebelum harga berbalik arah, atau ketika harga mendekati Support Resistance penting.
Mulai dari sini kita sudah bisa mendapat gambaran besar dalam membaca candlestick.
Pada saat tren dengan momentum tinggi, Anda akan sering mendapati candlestick berbadan panjang dengan sumbu
lebih kecil.
Saat pasar sedang dilanda ketidakpastian, volatilitas meningkat sehingga badan candlestick mengecil, tapi sumbunya
lebih panjang.
Apakah Anda menemukan candlestick bersumbu panjang dengan posisi badan berada di salah satu ujungnya? Hal ini
menunjukkan perlawanan.
Candlestick dengan posisi badan di tengah-tengah sumbu bawah dan atas mengindikasikan keraguan/ketidakpastian di
pasar.
Dengan memahami semua elemen dasar di atas, kita dapat membaca candlestick tanpa perlu menghafal bentuk atau namanya
satu per satu.
Penampilan candlestick pada masing-masing trading platform (MT4, cTrader, Tradingview, dsb.) bisa saja berbeda. Namun
dengan memahami 4 elemen dasarnya, kita masih dapat membaca candlestick dengan akurat, bagaimanapun tampilannya pada
chart.
Contoh #1
Perhatikan arah pergerakan harga pada chart di bawah ini. Berikut adalah uraian mengenai informasi pergerakan harga
berdasarkan analisa candlestick:
Selama Downtrend, candlestick menampilkan badan merah panjang dengan sumbu kecil atau tak bersumbu sama
sekali. Artinya, momentum Bearish masih kuat.
Di posisi bawah, kita menemukan penolakan. Satu candle saja belum cukup untuk memastikan sinyal pembalikan
arah. Reversal baru terkonfirmasi ketika harga ditutup lebih tinggi daripada pembukaan candle.
Contoh #2
Pada contoh di bawah, harga memperlihatkan kondisi pasar sideways. Beginilah cara kita membaca candlestick dalam
kondisi tersebut:
Harga terjun ke bawah di sisi kiri dengan candle Bearish kuat dan tiada satupun Bullish candle di tengah-tengahnya.
Berikutnya, panjang badan candlestick mulai mengerut, tapi ekornya semakin panjang. Artinya, momentum sedang
melemah.
Harga kembali mengarah ke titik Support sebelumnya, dan sekarang berubah menjadi Resistance. Candlestick
menampilkan penolakan pada titik tersebut.
Saat harga mendekati titik Support di bawah, badan candle semakin mengecil dan ekor semakin sering muncul. Ini
merupakan indikasi keraguan pasar. Artinya, kecil kemungkinan harga untuk menembus Support.
Sebelum harga terjun menembus Support, harga tampil membentuk barisan candlestick Bearish saja, yang berarti
momentum menurun juga semakin kencang.
Contoh #3
Pada contoh terakhir, terbentuk pola candlestick klasik di akhir tren. Pola candlestick tersebut merupakan landasan untuk
menentukan kapan harga akan berbalik arah.
Selama Uptrend, analisa candlestick menyorot badan candle yang terlihat jelas memanjang dan sumbunya mengecil.
Berikutnya, muncul dua candlestick dengan ekor memanjang ke bawah. Indikasinya, harga berusaha bergerak ke
bawah, tapi tekanan Seller masih belum cukup kuat.
Setelah aksi sell-off gagal tadi, badan candlestick semakin mengecil, sehingga mencerminkan bahwa tren sudah mulai
kehilangan momentumnya.
Dari situ muncullah candlestick Bearish balasan dengan ukuran badan panjang, yang mengonfirmasikan pembalikan
arah untuk menurun.
Intinya, dengan mempelajari dasar-dasar elemennya, Anda dapat membaca candlestick dengan lebih sederhana dan akurat,
seperti mengetahui perbandingan kekuatan antara Buyer melawan Seller, siapa yang dominan, dan pihak mana yang sedang
tertekan. Jika Anda memahami hal-hal tersebut, maka membaca pasar dan memperkirakan arah harga selanjutnya akan jauh
lebih mudah, ketimbang harus menghafal satu per satu pola candlestick yang ada.
Ada alasannya kenapa candlestick menjadi acuan paling populer bagi beberapa trader profesional. Refleksi pergerakan harga
(price action) pada candlestick cukup mendasar untuk dijadikan indikator dalam memprediksi perubahan harga. Oleh karena
itu, setiap trader sebaiknya tahu bagaimana cara membaca candlestick.
Price action yang ditunjukkan candlestick begitu mendasar, hingga sah-sah saja bila ada trader profesional mempreteli seluruh
indikator lainnya, menyisakan candlestick saja sebagai acuan.
Nah, jika Anda tertarik untuk belajar cara membaca candlestick dengan tampilan bersih dan sederhana, mulailah dari
memahami dasar-dasarnya terlebih dahulu.
Setelah dilucuti satu per satu, hanya satu indikator bertahan, yap, grafik harga itu sendiri alias candlestick.
Membaca candlestick layaknya menggunakan swiss-knife serbaguna, mampu menunjukkan pergerakan harga
berdasarkan dinamika kekuatan antara buyer dan seller, tunggu... bukan cuma itu saja, dalam segala situasi termasuk
kondisi pasar sideways,trending, dan bahkan saat sedang diguncang oleh berita berdampak besar.
Bilah-bilah candlestick muncul sesuai interval time frame pilihan kita, misalnya kita pilih H4, maka tiap 4 jam akan muncul
satu bilah candlestik baru. Nah, dari formasi bilah-bilah tersebut muncul pola-pola tertentu yang bisa kita gunakan untuk
memprediksi arah pasar.
Sedangkan harga tinggi dan rendah membentuk shadow pada candlestick. Disini, panjangnya shadow menentukan
seberapa kuat salah satu pihak berusaha mendorong harga. Bila lower shadow panjang, artinya seller berusaha keras
untuk menjatuhkan harga. Sebaliknya, jika upper shadow panjang berarti buyer sedang berupaya menaikkan harga.
Nah, dari panjangnya shadow tadi bisa kita bandingkan dengan body-nya untuk mengetahui seberapa kuat salah satu
pihak melawan pihak lain. Misalnya pada setup pin bar, umumnya price action setup tersebut digunakan untuk menandakan
kontinuitas atau reversal suatu trend.
Pada pola di atas (pin bar) umumnya body memiliki shadow panjang bergerak menjauh dari harga open, sedangkan harga
close-nya bergerak tidak jauh dari harga tersebut. Artinya, salah satu pihak (buyer atau seller) berusaha mendorong harga naik
atau turun namun dalam perjalanannya "kehabisan tenaga" untuk meneruskan upaya karena tekanan dari pihak lawan, bisa
terlihat dari harga close yang tak mampu bergerak jauh.
Contoh kasusnya pada saat terjadinya uptrend, bullish pinbar digunakan sebagai indikasi bahwa seller berada di bawah
tekanan buyer, dengan kata lain harga akan naik.
Berikutnya saat terjadi downtrend, bearish pinbar adalah penanda bahwa buyer berada di bawah tekanan seller, atau harga
akan turun kembali.
Contoh-contoh tadi hanya dasar dari cara membaca candlestick menurut para trader profesional. Pada perkembangannya,
terdapat juga pola-pola lain mulai dari single bar pattern (satu bilah) sampai multiple bars pattern (lebih dari satu bilah).
Cara trading aman sangat diperlukan agar Anda tak terjerumus pada kesalahan-kesalahan berisiko tinggi. Biasanya,
money management menjadi primadona dalam kunci cara trading aman. Namun demikian, sumber risiko kadang bermula dari
psikologi trading Anda sendiri.
Jika dibebani stres, maka aturan money management sebaik apapun tak akan ada gunanya. Trading di bawah tekanan
membuat Anda rentan melakukan kesalahan. Biasanya, ketakutan berlebih terhadap potensi loss dan harapan tak realistis
untuk mendapat keuntungan besar akan memicu tindakan di luar rencana money management. Jadi jelas, stres perlu dihindari
dengan cara trading aman tertentu, agar money management bisa terlaksana dengan konsisten.
Secara umum, anjuran para pakar untuk menepis stres adalah dengan melakukan hal-hal di luar trading, karena yang menjadi
fokus di sini adalah menjaga kesehatan mental. Beberapa kiat seperti berolahraga, mengambil waktu liburan, dan meluangkan
waktu untuk pergi bersenang-senang menjadi tips yang sangat umum untuk menghindari stres trading.
Namun demikian, sebenarnya ada cara trading aman bebas stres yang bisa dilakukan di lapisan strategi. Seperti apakah
tekniknya?
Sebagai contoh, katakanlah Anda trading dengan strategi trendline breakout. Saat mendapati harga tengah menembus
trendline, jangan ambil tindakan sebelum harga menyelesaikan penetrasinya dan tertutup di luar trendline. Selain itu,
perhatikan jenis candlestick untuk mendapatkan konfirmasi lebih lanjut. Apabila breakout mengindikasikan bullish reversal,
maka sinyal buy akan lebih tervalidasi setelah candle bullish tertutup di atas down trendline.
Contoh kedua, Anda menggunakan kombinasi Stochastic dan Support Resistance untuk mengambil peluang saat harga
berbalik dari area overbought atau oversold. Ketika harga menyentuh support dan Stochastic berada di bawah level 20, maka
sebaiknya entry buy baru dilakukan ketika kenaikan harga dari support telah dikonfirmasi dengan candle bullish yang telah
tertutup. Dalam hal ini, konfirmasi sinyal Stochastic biasanya juga perlu dilakukan.
Secara mengejutkan, jawabannya adalah ya. Coba perhatikan contoh chart di bawah ini:
Jika Anda entry sell di candle 1 dan menutup posisi tepat di candle 3 maka besar keuntungan yang bisa dipanen adalah sekitar
300 pips. Tapi jika Anda menunggu konfirmasi pada candle 2 yang tertutup di area 1.3370, maka posisi sell Anda hanya
mendatangkan 250 pips.
Apabila bisa mengurangi profit, mengapa cara trading aman dengan price action direkomendasikan? Untuk menjawab
pertanyaan tersebut, ada 3 poin penting yang perlu diperhatikan:
1. Tak ada yang bisa memperkirakan harga ke depan dengan pasti. Bahkan sinyal yang terlihat sudah sangat bagus bisa
berubah menjadi sinyal palsu.
Sebagian besar trader yang menginginkan trading pada sinyal seawal mungkin adalah para amatir yang belum
memperhitungkan kemungkinan sinyal palsu. Padahal dibanding perkiraan profit, ancaman tersebut semestinya lebih
diantisipasi. Kelengahan trader dalam menghadapi sinyal palsu sering dimanfaatkan oleh pemain besar. Akibatnya, posisi
trading para pemula yang tampaknya didasarkan pada 'sinyal bagus' jadi tersambar stop loss.
Ketika harga baru menyundul trendline, support, atau resistance, kemungkinan breakout dan rebound masih sama-
sama terbuka lebar. Namun setelah candlestick bullish atau bearish tertutup di luar garis-garis tersebut, skenario pergerakan
harga berikutnya akan terlihat lebih jelas.
Misalnya saja, saat bullish reversal sudah terkonfirmasi oleh close candle bullish di atas down trendline, kemungkinan harga
untuk kembali turun jauh lebih kecil daripada penguatan ke arah upside. Hal itu karena candle sendiri bisa mencerminkan
sentimen pasar. Candle bullish yang tertutup di bawah down trendline mengindikasikan kemenangan para buyer untuk
membalik penurunan harga. Sedangkan jika candle itu masih dalam proses pembentukan, maka pertarungan antara buyer dan
seller bisa dikatakan belum selesai. Itulah mengapa, kualitas sinyal yang sudah terkonfirmasi dengan close candle selalu
lebih tinggi.
Dari penjelasan di atas, jelas bahwa mengambil sinyal yang belum terkonfirmasi akan lebih berisiko. Itulah mengapa, trader
yang mengejar profit maksimal jauh lebih sering mengalami stres ketimbang mereka yang menerapkan cara trading
aman. Trader seperti itu akan selalu dihantui oleh ketidakpastian sinyal palsu, sehingga setiap keputusan trading hampir selalu
diambil di bawah tekanan.
Sebaliknya, trader yang mengutamakan cara trading aman akan lebih percaya diri dalam memutuskan posisinya.
Mereka bergerak ketika trader-trader amatir sudah 'tereliminasi' dan masuk untuk mengambil keuntungan.
Jadi bisa disimpulkan, risiko cara trading aman yang lebih mementingkan konfirmasi sinyal sebenarnya bersifat relatif.
Trader yang paham pentingnya mengantisipasi risiko akan menganggapnya sebagai kelebihan, sementara mereka yang masih
mengejar sinyal di awal akan memandangnya sebagai kekurangan.
Plus:
Minus:
Membuat Anda melewatkan beberapa peluang (jika di pasar yang sedang bergerak cepat)
Tidak bisa memberikan sinyal lebih awal.
Jadi, pilihan manakah yang Anda pilih? Sinyal lebih awal atau cara trading aman bebas stres?
Jika perbandingan di atas belum meyakinkan Anda akan cara trading aman yang lebih berkualitas, ketahuilah bahwa tak
mengedepankan risiko saat mengejar profit maksimal sama seperti perumpamaan ini:
Buat apa mengejar profit maksimal jika mengorbankan banyak uang? Bukannya untung, Anda malah mendapat lebih
banyak loss. Bagaimanapun juga, lebih baik profit terbatas dengan risiko minim, karena setidaknya Anda masih akan
mendapat profit dengan risiko yang lebih kecil.
Overbought dan oversold adalah dua istilah yang sering muncul dalam analisa trading forex. Dua hal itu sangat penting
dipahami karena bisa mendefinisikan kondisi harga saat ini dan langkah apa yang sebaiknya dilakukan untuk menghadapinya.
Namun sebelum membahas lebih jauh tentang fungsi overbought dan oversold dalam forex, mari berkenalan dulu dengan
definisi kedua istilah tersebut.
Karena banyak pelaku pasar menutup posisi long dan melakukan profit taking, harga akan melemah setelah melalui level
overbought. Semakin banyak trader dan investor yang mengakhiri order buy-nya, semakin tajam pula penurunan harga yang
terjadi setelah level overbought terlewati.
Sementara itu, oversold adalah kebalikan dari overbought. Kondisi ini mencerminkan harga yang telah mencapai batas
jenuh dari penurunannya. Didahului oleh pergerakan downtrend yang tajam, oversold bisa terjadi karena sebelumnya ada
dorongan sell dari para trader dan investor yang sangat besar. Ketika penurunan harga sudah dianggap terlalu ekstrim dan para
pelaku pasar mengambil keuntungan dengan menutup posisi sell, di situlah oversold terjadi.
Pengamatan pada indikator Stochastic kurang lebih sama, hanya saja level yang dijadikan patokan adalah 80 untuk
overbought dan 20 untuk oversold.
Untuk itu, crossing sinyal RSI atau Stochastics dari level overbought dan oversold sering diantisipasi untuk mengambil posisi
berdasarkan strategi trend reversal.
Biasanya, overbought menjadi sinyal awal bagi trend follower yang masih menahan posisi buy untuk mempertimbangkan
langkah exit. Sementara trader pengikut trend yang baru akan buka posisi akan menjauh sejenak dan mencari kesempatan lain
ketika ada tanda-tanda harga akan melanjutkan trend.
Lalu bagaimana dengan isyarat oversold? Sama seperti overbought, sinyal jenuh jual merupakan syarat entry bagi para
pengguna strategi trend reversal. Namun jika overbought menjadi sinyal sell, oversold difungsikan sebagai indikasi open
buy. Jika Anda menggunakan indikator RSI, maka sinyal tersebut muncul ketika grafik indikator terus turun hingga melewati
level 30. Pada saat ini, bahkan trend follower pun akan merespon dengan bersiap-siap mengakhiri posisi sell yang sudah
ditahannya, atau menghindari open posisi karena tidak didukung oleh sinyal penerusan downtrend.
Sekalipun sering diandalkan dalam trading forex dengan strategi trend reversal, overbought dan oversold tetap memiliki
risiko. Untuk mengantisipasinya, trader pemerhati kedua sinyal tersebut perlu mempertimbangkan 2 hal berikut:
Sinyal overbought dan oversold untuk strategi trend reversal paling efektif bekerja di pasar sideways. Saat
harga sedang trending dan dipengaruhi sentimen pasar yang sangat kuat setelah rilis suatu berita berdampak besar,
kondisi overbought dan oversold bisa terjadi secara terus-menerus.
Untuk entry berdasarkan sinyal jenuh beli dan jenuh jual, jangan terburu-buru dan sebaiknya gunakan konfirmasi
dari indikator atau metode analisa lain. Sebagai contoh, pastikan jika grafik RSI telah bergerak turun dari level 70
sebelum entry sell dari sinyal overbought.
Anda juga dapat melihat sinyal price action saat overbought terjadi. Apabila harga membentuk pin bar atau pola pembalikan
lain, maka entry trading dengan strategi trend reversal bisa lebih terkonfirmasi. Semakin banyak sinyal yang dipertimbangkan
sebagai konfirmator, semakin valid pula posisi Anda.
Pada artikel mengenai overbought oversold, keberadaan stochastic telah sedikit disinggung sebagai indikator oscillator yang
mampu menunjukkan kondisi jenuh harga. Dulunya, banyak trader mengetahui cara membaca indikator Stochastic hanya
untuk penerapan praktis. Namun sebenarnya, Stochastic terdiri dari berbagai macam komponen dan memiliki lebih dari
satu manfaat. Untuk mengungkapnya, kita akan mempelajari 3 cara membaca indikator Stochastic berikut.
Akan tetapi, perlu dicatat bawah Anda tidak disarankan untuk segera entry trading setelah berhasil mempraktekkan cara
membaca indikator Stochastic di atas. Seringkali, sinyal tersebut tidak bisa diandalkan saat trend harga sedang kuat. Karena
itu, Anda perlu mengetahui cara membaca indikator Stochastic berikutnya untuk bisa mendapatkan entry trading yang lebih
terkonfirmasi.
Jika Anda menggunakan platform MetaTrader 4, maka tampilan default %K Stochastic adalah garis hijau, sedangkan garis
%D tampil sebagai grafik putus-putus berwarna merah. Selain dari segi penampilan, kedua garis tersebut juga memiliki
perhitungan berbeda.
Garis %K Stochastic
Mengukur tingkat perubahan harga saat ini (fast stochastic), %K dihasilkan dari perhitungan berikut:
Seumpama periode %K adalah 5, maka rumusnya adalah: 100 x (harga penutupan 5 hari - harga terendah 5 hari) / (harga
tertinggi 5 hari - harga terendah 5 hari).
Garis %D Stochastic
Disebut juga sebagai %K yang diperhalus (slow stochastic), garis %D sebenarnya memperlihatkan nilai rata-rata (moving
average) dari %K. Cara menghitungnya adalah dengan memberikan perhitungan Simple Moving Average pada nilai %K.
Lalu bagaimana cara membaca indikator stochastic untuk menemukan sinyal entry trading? Jawabnya mudah saja. Tidak jauh
berbeda dari strategi trading dengan persilangan garis MA, Anda juga bisa memperhatikan crossing antara %K dan %D.
Karena %K berperan sebagai fast stochastic dan %D merupakan slow stochastic, maka sinyal buy muncul ketika %K
memotong %D dari bawah ke atas. Sebaliknya, sinyal sell terjadi saat %K memotong %D dari atas ke bawah.
Jika momen persilangan ini terdapat di area overbought oversold, maka Anda bisa mendapat sinyal entry trading yang lebih
terkonfirmasi. Intinya, cara membaca indikator Stochastic sebagai penunjuk entry trading adalah dengan mengenali
persilangan garis %K dan %D di zona overbought oversold.
Untuk penggambaran yang lebih jelas mengenai cara membaca indikator Stochastic untuk menemukan sinyal entry, kami
sudah menyajikan video spesial berikut ini:
Dalam contoh gambar di atas, penguatan harga ditandai dengan high yang semakin meningkat. Namun sebenarnya,
momentum justru sedang melemah, karena high Stochastic tampak menurun. Sesuai instruksi pada cara membaca indikator
Stochastic di paragraf sebelumnya, hal ini menunjukkan bahwa bullish harga tidak didukung oleh momentum
sesungguhnya. Dengan demikian, bisa disimpulkan jika uptrend harga akan berbalik mengikuti penurunan momentum.
2. Selain memahami cara membaca indikator Stochastic, sebaiknya gunakan pula indikator atau metode analisa
teknikal lain sebagai pendukung. Anda dapat menggunakan teknik price action, chart pattern, atau indikator lain
seperti Moving Average.
3. Anda dapat menambahkan level 50 pada indikator Stochastic. Caranya mudah, tinggal klik kanan indikator
kemudian pilih "Stoch properties". Pada tab "Levels", klik "Add" lalu masukkan angka 50 dan tekan OK.Cara
membaca indikator Stochastic dengan tambahan level 50 adalah:
Stochastic sudah turun dari level overbought, crossing %K dan %D juga sudah mengindikasikan sell. Meski sudah ada 2
sinyal bearish, trader belum boleh membuka posisi sell sebelum harga benar-benar turun sampai menembus level 50. Berikut
ini contoh grafiknya:
Cara membaca indikator Stochastic ini bisa memfilter sinyal palsu, tapi memerlukan lebih banyak waktu untuk
memastikan konfirmasi entry trading. Jika Anda termasuk trader konservatif, maka cara membaca indikator Stochastic
dengan level 50 bisa diandalkan untuk meminimalisir risiko. Namun apabila gaya trading forex Anda cenderung agresif,
konfirmasi sinyal open dari overbought oversold dan crossing garis saja sudah cukup.
Penutup
Lebih dari sekedar penanda overbought oversold, Stochastic bisa menjadi indikator multiguna. Dengan persilangan garis-
garis sinyal di zona overbought oversold, Anda bisa mendapat petunjuk entry trading yang lebih terkonfirmasi. Di samping
itu, Stochastic dapat menunjukkan divergence yang bisa dijadikan sebagai sinyal reversal leading. Semua itu bisa dipelajari
dan diterapkan dengan mudah jika Anda menguasai cara membaca indikator Stochastic menurut masing-masing fungsinya.
Breakout trading adalah suatu strategi forex yang mengandalkan penembusan harga dari suatu level kunci sebagai
pemicu entry. Level kunci tersebut bisa berupa support resistance penting yang terbentuk dari level psikologis, pengamatan
high low harga secara manual, penarikan garis-garis fibonacci dari titik-titik swing, ataupun hasil perhitungan pivot point.
Momen breakout sering dinanti oleh para trader, khususnya mereka yang mengikuti strategi trend following. Hal itu karena,
breakout trading yang terkonfirmasi seringkali diikuti oleh penguatan trend secara signifikan, sehingga cara ini menjadi
andalan para trader yang ingin mendapat keuntungan maksimal.
Prinsip utama dalam breakout trading adalah buy di atas harga tertinggi (ditandai dengan resistance) atau sell di
bawah harga terendah (support). Ide tersebut tentu saja berlainan dengan metode trading di pasar sideways, yang
mengharapkan harga untuk mematuhi batas-batas support resistance. Secara teknikal, ada beberapa strategi forex yang bisa
dimanfaatkan dalam breakout trading. Berikut ini contoh-contohnya:
Semakin valid support resistance, maka semakin besar pula potensi keuntungan breakout trading Anda. Validitas itu bisa
ditentukan dari frekuensi bounce harga. Semakin sering suatu support atau resistance diuji oleh harga, maka semakin valid
pula level-level tersebut.
Dalam breakout trading, pola triangle (segitiga) menjadi formasi penting yang dijadikan acuan. Terdapat 3 macam pola
triangle yang sering muncul, di antaranya adalah:
Ascending Triangle
Pola harga ini membentuk suatu formasi mirip segitiga siku-siku, yang ditandai dengan naiknya titik-titik low, tapi tak ada
perubahan berarti dari high harga. Karena ciri ini, ascending triangle kemudian diartikan sebagai kondisi yang mewakili
pelemahan kekuatan seller. Poin low yang semakin naik menandakan posisi seller yang semakin memudar, sementara
stabilitas high mencerminkan kokohnya kekuatan buyer. Karenanya, ketika harga berhasil brekout dari level high, akan
terjadi penguatan uptrend yang signifikan.
Descending Triangle
Pola ini juga sering disebut sebagai "segitiga menurun", yang skenarionya berbanding terbalik dengan ascending triangle.
Pada pola chart ini, high harga terus menurun (menandakan pelemahan kekuatan buyer), sementara titik-titik low cenderung
stabil (merefleksikan tangguhnya kekuatan seller). Ketika harga kemudian bergerak menembus level low, besar kemungkinan
terjadi penguatan downtrend yang signifikan. Jadi dalam prinsipnya, descending triangle merupakan pola chart yang
mendahului terjadinya bearish breakout.
Symmetrical Triangle
Pola chart ini terbentuk karena high dan low harga sama-sama melemah, sehingga tak ada satu sisi yang bertahan di level
tertentu dan menyebabkan ketimpangan. Pada kondisi tersebut, arah breakout berikutnya tak bisa diprediksi. Harga bisa
saja menembus level high dan menguat ke atas, tapi juga berpeluang untuk melanjutkan pergerakan dalam arah downtrend
setelah sebelumnya breakout dari level low.
Dalam strategi breakout trading, Moving Average lebih difungsikan sebagai support resistance dinamis. Dengan
mengatur Moving Average pada periode besar, seperti MA 200, Anda dapat menjadikan garis MA sebagai support ketika
uptrend, dan resistance ketika harga cenderung downtrend. Momen breakout trading tercipta saat terjadi perubahan arah trend,
dimana harga kemudian menembus MA dan bergerak dalam trend baru.
Pada contoh grafik di bawah ini, tampak MA yang sebelumnya berfungsi sebagai resistance berubah menjadi support setelah
trend harga berganti dari bearish menjadi bullish. Momen perubahan itulah yang bisa dimanfaatkan sebagai peluang entry
dalam breakout trading.
Agar terhindar dari jebakan sinyal palsu seperti itu, sebaiknya terapkan teknik konfirmasi breakout trading dan entry dengan
pending order. Untuk lebih jelasnya, berikut ini beberapa strategi forex yang perlu dipertimbangkan:
Konfirmasi sinyal entry dengan menunggu hingga candle breakout tertutup di atas level resistance atau di
bawah support. Akan lebih baik lagi jika open bisa menunggu hingga beberapa candle setelah breakout.
Manfaatkan sinyal dari indikator lain. Apabila breakout trading terjadi bersamaan dengan pergantian arah trend,
Anda bisa mengaplikasikan MACD atau oscillator lain untuk mengkonfirmasi sinyal tersebut.
Perhatikan bagaimana price action yang terbentuk di area breakout. Anda bisa mewaspadai pola candle reversal
seperti doji dan pin bar ketika harga bergerak di level penting.
Untuk mengantisipasi kerugian apabila terjadi false breakout, sebaiknya tetapkan pending order. Dengan
demikian, posisi trading baru akan terbuka ketika harga sudah benar-benar breakout melewati level support atau
resistance. Caranya, tempatkan buy stop di atas resistance atau sell stop di bawah support. Jangan lupa untuk
memasang stop loss sesuai batas toleransi risiko, agar breakout trading Anda tetap aman apabila harga bergerak dalam
volatilitas yang tak menentu.
Faktanya, trader kerap mencari peluang breakout trading pada saat-saat tertentu, terutama ketika pasar baru saja diramaikan
oleh berita forex. Awal sesi London menjadi momen favorit karena saat itu harga mulai dipengaruhi oleh rilis data
berdampak tinggi, setelah sebelumnya relatif bergerak "tenang" di sesi Asia.
Teknik Trading Forex Sesuai Arah Trend
Wiji Purnama 20 Feb 2017 9053
Jika Anda mencari teknik trading forex termudah, maka jawaban pertama yang sering muncul adalah strategi forex trend
trading. Ya, metode yang juga dikenal sebagai trend following ini pada dasarnya memang dilakukan dengan hanya
menempatkan order sesuai arah trend harga.
Teknik trading forex ini bekerja dengan ide bahwa peluang buy muncul saat trend harga naik, sementara order sell dapat
ditempatkan ketika harga berada dalam trend bearish. Namun ternyata, teknik trading forex ini juga memiliki kesulitan
yang jika tak dipahami benar, justru akan membawa Anda pada kerugian besar.
Contoh kasusnya, Anda berencana entry buy karena melihat harga saat ini sedang naik kencang. Namun sebelum
mengumpulkan profit yang diharapkan, pergerakan harga sudah berubah arah. Kejadian kedua, Anda sudah masuk buy dan
kali ini trend terus berlanjut. Keuntungan pun sudah didapat, tapi sayangnya Anda lengah memantau posisi tersebut. Harga
tiba-tiba berbalik turun dan profit sebelumnya pun terkikis.
Hasil telaah dua kasus tersebut kemudian menyimpulkan bahwa: kasus pertama disebabkan oleh kesalahan dalam mencari
entry, sementara kasus kedua terjadi karena tidak adanya teknik trading forex untuk mencari posisi exit.
Maka dari itu, penting sekali bagi seorang trader untuk memahami teknik trading forex yang benar, sekalipun sudah
menggunakan strategi forex mudah yakni sekedar mengikuti trend (trend following). Untuk mempermudah pemahaman Anda,
berikut ini pedoman menentukan posisi entry dan exit dalam teknik trading forex dengan metode trend following.
Berdasarkan ide tersebut, maka untuk mencari posisi entry ideal, berikut ini tahapan teknik trading forex yang bisa dilakukan:
Teknik trading forex ini bisa dilakukan dengan mudah. Cukup aplikasikan indikator trend seperti Moving Average dalam
chart, kemudian perhatikan bagaimana pergerakannya. Jika Moving Average berada di bawah harga, maka secara garis besar
harga saat ini sedang dalam trend bullish. Sebaliknya, ketika Moving Average bergerak di atas harga, berarti trend bearish
lebih mendominasi pergerakan.
Sekedar mengetahui arah trend saja tidak cukup jika Anda ingin mendapat titik entry terbaik dari teknik trading forex dengan
prinsip trend following. Banyak sumber di luar sana menyebutkan jika crossing harga dengan Moving Average bisa dijadikan
sebagai sinyal entry. Namun faktanya, teknik trading forex tersebut kurang efektif karena; pertama, Moving Average bergerak
lagging sehingga sinyanya lambat dalam merespon perubahan harga, kedua, terdapat peluang false signal dimana crossing
Moving Average tidak menandakan terjadinya pergantian trend, tapi malah menunjukkan pergerakan sideways.
Oleh karena itu, Anda perlu mengkonfirmasi penerusan trend dengan melihat kekuatannya. Indikator ADX dapat
dimanfaatkan dalam teknik trading forex ini untuk mengukur seberapa besar kekuatan trend harga.
Pada grafik di atas, ADX disimbolkan oleh garis berwarna biru. Jika ADX bergerak di kisaran 20 - 40, maka artinya trend
masih akan menguat dan potensi penerusannya tinggi. Sementara apabila ADX sudah berada di antara level 40 - 60, sebaiknya
Anda berhati-hati karena hal itu mensinyalkan trend harga sudah mendekati level jenuh. Kesimpulan mudah dari teknik
trading forex ini adalah, peluang entry sesuai arah trend masih terbuka selama ADX berada di antara level 20 - 40.
Selesai mengenali arah trend dan mendapat 'persetujuan' dari sinyal penerusan, maka teknik trading forex berikutnya adalah
mencari titik entry. Dalam hal ini, Anda dapat menggunakan strategi forex klasik yakni dengan mengenali pullback dari
trendline.
Ketika harga berada dalam kondisi trend yang sangat kuat, maka perubahan arah sementara dari puncak atau lembah baru
biasa disebut sebagai pullback. Trendline dapat menampilkan peluang entry potensial dari pullback harga, sebab
pemasangannya memang dilakukan dengan teknik trading forex yang menghubungkan high-high (puncak) downtrend atau
low-low (lembah) uptrend.
Teknik trading forex ini sangat disarankan bagi trader pemula dan mereka yang berhati-hati dengan risiko (konservatif).
Menimbang karakteristik pasar forex yang cenderung sulit diprediksi dan dapat memberikan kejutan sewaktu-waktu, maka
rekomendasi penggunaan teknik trading forex ini cukup bisa dimaklumi.
Di sini, trader pertama-tama perlu menentukan stop loss sesuai batas toleransi risiko, dan kemudian memasang target
profit sesuai arah trend. Sebagai contoh, trader A membuka order buy EUR/USD di harga 1.1200. Sesuai hitung-hitungan
batas toleransi risikonya, ia menempatkan stop loss 20 pip di bawah harga entry tersebut, tepatnya di level 1.1800. Sementara
itu, take profit ia posisikan di atas level 1.1200.
Dalam hal ini, trader juga direkomendasikan untuk menggunakan teknik trading forex dengan risk/reward ratio.
Seumpama trader A di atas memiliki risk/reward ratio 1:2, maka take profit bisa ia tempatkan 40 pips (2 kali lipat stop loss) di
atas level entry, tepatnya di 1.1240.
Plus Minus
Keuntungan teknik trading forex ini adalah, close posisi bisa tereksekusi otomatis sesuai target. Anda tak perlu bolak-balik
memantau chart untuk melihat bagaimana trend harga saat ini. Namun strategi forex ini juga punya kelemahan: Anda tak bisa
memaksimalkan peluang trend following jika ternyata harga masih terus menguat setelah posisi ditutup. Apabila mengalami
situasi seperti ini, sebaiknya hindari rasa menyesal karena dapat menuntun Anda pada overtrading.
Berbeda dari teknik trading forex sebelumnya, strategi forex exit ini lebih cocok dipilih oleh mereka yang ingin mendapat
profit sebanyak-banyaknya dari metode trend following. Secara teori, hal tersebut bisa didapat dengan masuk di awal trend
dan keluar di ujung trend. Namun karena kapan trend mulai dan berakhir tidak bisa diprediksi secara pasti, maka trader
penganut teknik trading forex ini kemudian menggunakan trailing stop.
Pada dasarnya, trailing stop adalah fitur yang mampu menggeser stop loss secara otomatis. Untuk memahami contoh mudah
penggunaan trailing stop, mari kita kembali ke kisah trader A sebelumnya. Dalam versi ini, ia tak memasang target profit
karena ingin mendapat keuntungan maksimal dari strategi trend following.
Di awal, jarak level entry dengan stop loss-nya adalah 20 pips (dari 1.1200 ke 1.180). Ketika harga terus naik sampai ke
1.1240, maka risiko kerugiannya praktis membesar jadi 60 pips (1.1240 - 1.1180). Apa yang terjadi jika harga tiba-tiba terjun
bebas dan ia tak sempat melakukan teknik trading forex apapun untuk menanganinya? Tentu saja harga akan tereksekusi di
level stop loss 1.1180. Trader A pun kehilangan 60 pips, angka kerugian yang jauh lebih besar dari batas toleransi risikonya.
Trailing stop dapat mencegah terjadinya hal itu, karena dapat menggeser stop loss sesuai pergerakan harga. Katakanlah trader
A mengatur trailing stop 20 pip di posisi buy tersebut. Maka di setiap kenaikan harga sebanyak 20 pip, stop loss juga akan
berpindah naik sebesar 20 pip.
Jadi ketika harga tiba-tiba anjlok setelah menyentuh level 1.1240, stop loss trader A sudah akan berada di 1.1220. Dengan
kata lain, meski ia membiarkan saja posisinya, order buy tersebut akan ditutup secara otomatis oleh trailing stop dengan
keuntungan 20 pip. Jelas, ini adalah hasil yang jauh berbeda dari skenario trend following sebelumnya.
Plus Minus
Kelebihan dari strategi forex exit ini adalah, Anda dapat mengumpulkan profit sepuasnya, sekaligus mengamankan
posisi dari risiko kerugian besar. Sementara itu, teknik trading forex ini juga memiliki kekurangan. Mengatur trailing stop
ideal nyatanya tak bisa dilakukan secara asal, karena ada teknik trading forex khusus untuk mendapatkan manfaat terbaiknya.
Kesalahan entry trading merupakan salah satu biang kerugian yang banyak ditakuti para trader. Selain menghadirkan
loss sebagai dampak negatif, kekeliruan memilih posisi entry trading forex bisa menyebabkan efek psikologis yang
merugikan, dan jika tidak hati-hati, bisa berujung pada overtrading.
Bayangkan saja, Anda sudah susah payah mengidentifikasi trend dan berusaha menangkap peluang sebaik mungkin. Ketika
sudah entry trading, trend justru berbalik dan mengikis dana Anda.
Di lain waktu, Anda sudah berhati-hati supaya tidak begitu saja mengartikan penerusan trend. Dengan merencanakan open
trade di arah yang sebaliknya dari trend saat ini, Anda berharap bisa mengenali pembalikan harga dan mendapat keuntungan
trading forex di awal trend. Namun sekali lagi, Anda terkecoh setelah entry trading, karena sinyal pembalikan yang
sebelumnya muncul ternyata hanya sekedar koreksi. Harga justru selanjutnya kembali dalam trend semula, dan dana Anda
kembali tenggelam dalam kerugian.
Dalam bahasa trader awam, salah entry trading adalah keadaan di mana "open buy harga malah turun, sudah dituruti
sell tapi harga justru naik". Agar tak terjebak dalam situasi serupa, Anda dianjurkan untuk memastikan akurasi entry
trading forex sebelum bertindak. Nah, 3 kiat berikut akan mengungkapkan cara-cara yang bisa dilakukan:
Di waktu ini, pasar baru saja mengakhiri sesi New York dan beralih ke Sydney. Volume perdagangan di sesi ini sangatlah
rendah, sehingga Anda tak akan menemui banyak noise di chart. Hal itu jelas akan mempermudah Anda mengamati
support resistance, sinyal, ataupun trend harian. Sebagai catatan, sebaiknya gunakan time frame harian (D1) untuk
memaksimalkan fungsi analisa entry trading ini.
Sedangkan untuk entry trading sell, sebaiknya perhatikan pula bagaimana kesesuaian antara Trend, Level, dan Sinyal. Apabila
sinyal sudah mengirimkan alarm sell tapi trend dan level tidak mendukungnya, maka sebaiknya jangan entry trading dulu
karena akurasi open trade seperti itu sangat diragukan.
Ada 2 jenis pending order yang paling umum digunakan untuk membantu trader menghindari kesalahan entry trading, yaitu
limit dan stop.
Limit order cocok digunakan untuk para pengguna strategi reversal, karena pada dasarnya memfasilitasi trader untuk
entry trading buy di bawah harga saat ini, atau merencanakan level sell di atas harga sekarang.
Dalam hal ini, target level yang dipasang dalam order buy ataupun sell limit bisa disesuaikan dengan level kunci yang
menjadi katalis pembalikan harga. Tentunya, diperlukan analisa terlebih dulu untuk mendapatkan level kunci seperti itu.
Support resistance, level-level pivot, atau batas psikologis adalah contoh level yang biasanya diamati sebagai katalis.
Katakanlah EUR/USD saat ini sedang merosot dan mendekati support kunci 1.1210. Karena prediksi pasar mengisyaratkan
pair tersebut akan beralih bullish, Anda bisa mengantisipasi peluang buy dengan menempatkan buy limit di 1.1210.
Stop order paling bermanfaat untuk trader yang gemar "berselancar dengan trend". Order buy stop nyatanya
memungkinkan trader untuk entry trading, hanya ketika harga sudah menyentuh level yang lebih tinggi dari harga saat ini.
Sementara itu, sell stop hanya akan mengaktifkan open trade sell ketika harga sudah menyentuh level yang lebih rendah dari
harga sekarang.
Dalam hal ini, target level dari stop order adalah yang diperkirakan sebagai konfirmator penerusan trend. Sebagai
contoh, ketika EUR/USD menguat dan berpotensi menembus (breakout) resistance 1.1250, maka Anda bisa menjadikan
1.1250 sebagai target level dalam buy stop order. Dengan demikian, Anda tak perlu khawatir seumpama harga gagal menguat
sampai ke 11250 dan justru selanjutnya menurun, karena tak ada satupun order yang tereksekusi dan menimbulkan floating
minus pada akun Anda.
Demi mengoptimalkan potensi keuntungan dalam trading forex, banyak trader rela mempelajari dan mencoba beragam
strategi. Semakin jauh mereka terjebak dalam pencarian strategi forex terbaik, semakin banyak dan rumit pula teknik yang
mereka cari. Padahal, untuk bisa mengidentifikasi pergerakan berikutnya, ada metode sederhana yang dapat diandalkan, yakni
teknik price action.
Pada dasarnya, teknik price action adalah cara analisa sederhana yang dilakukan dengan mengamati pola pergerakan
harga apa adanya di chart. Jadi, strategi ini tak bergantung pada indikator apapun, paling jauh hanya mengandalkan garis-
garis suuport resistance atau Moving Average untuk keperluan konfirmasi sinyal.
Melalui teknik price action, Anda bisa belajar menginterpretasi arah pergerakan harga selanjutnya dari formasi candlestick
yang ada. Artikel ini akan membahas hal-hal penting yang bisa Anda pelajari sebagai dasar-dasar strategi forex trading
dengan teknik price action.
Dasar Teknik Price Action: Candlestick Bullish, Bearish, Up Bar, Down Bar
Mengenali candlestick bullish dan bearish adalah strategi forex paling dasar dalam teknik price action. Anda bisa dengan
mudah mengidentifikasi suatu candlestick hanya dengan melihat warnanya saja. Namun karena setting warna di setiap chart
trader bisa berbeda-beda, maka ada baiknya Anda mempelajari teori pembentukan candle bull dan bear.
Dalam pemahaman teknik price action, suatu candlestick dikatakan bullish apabila ia ditutup (close) pada level yang
lebih tinggi dari harga pembukaannya (open). Sebaliknya, formasi candlestick bearish terkonfirmasi jika harga penutupan
berakhir di level yang lebih rendah dari harga pembukaan.
Grafik di bawah ini menampilkan contoh candlestick bullish dan bearish:
Secara umum, candlestick bullish menandakan kuatnya sentimen buyer, begitu juga sebaliknya dengan candlestick bearish
yang berpihak pada sentimen seller. Selain melihat formasi candle satu per satu, teknik price action juga memperhatikan pola
rentetan candlestick. Dalam metode ini, up bar mewakili rentetan candlestick bullish, sedangkan down bar
menggambarkan rangkaian candlestick bearish.
Yang menarik di sini, suatu up bar bisa mengandung candlestick bearish, begitupun down bar juga dapat dihuni oleh
candlestick bullish. Hal ini bisa terjadi karena dalam mengartikan up bar dan down bar, prinsip teknik price action lebih
melihat bagaimana posisi suatu candestick terhadap harga sebelumnya.
Jadi, candles bearish tetap tergolong sebagai bagian dari rangkaian up bar selama high (level tertinggi) dan low (level
terendah)-nya lebih tinggi dari high low candle sebelumnya. Pemahaman teknik price action serupa juga bisa diaplikasikan
untuk memahami posisi candles bullish dalam rentetan down bar.
1. Pin Bar
Pin bar merupakan salah satu pola candle utama dalam teknik price action, karena paling mudah dikenali dan sering dijumpai
di chart. Kemunculannya ditandai dengan body candle yang kecil dan salah satu sumbu memanjang melebihi besar body-nya.
Terdapat dua jenis pin bar, di mana bearish pin bar yang terbentuk di puncak (top) harga teridentifikasi sebagai penanda
bearish reversal, sementara bullish pin bar di dasar (bottom) harga seringkali diartikan sebagai sinyal pembalikan bullish.
Nial Fuller, seorang master teknik price action mengungkapkan bahwa pin bar bisa sangat akurat jika terbentuk pada
support resistance harga yang mengalami penguatan trend. Dalam penerapan teknik price action, pin bar seringkali
dimanfaatkan untuk mengkonfirmasi pembalikan trend dalam strategi forex reversal, atau memvalidasi gelombang pullback
dalam metode trading sesuai trend.
2. Inside Bar
Menandakan konsolidasi pasar yang sedang berada dalam ketidakpastian, inside bar teridentifikasi sebagai formasi candle
yang level high dan low-nya berada dalam range candle sebelumnya. Itulah mengapa, teknik price action dengan pola ini
memerlukan pengamatan pada 2 candlestick sekaligus, di mana candle pertama disebut sebagai mother bar, dan
candle kedua adalah inside bar.
Grafik inside bar menjadi pertanda keraguan buyer dan seller yang saling menunggu. Dengan demikian, Anda sebaiknya
menunggu hingga candle ke-3 (konfirmator) tertutup untuk mengartikan sinyal inside bar. Teknik price action yang
direkomendasikan adalah: jika candlestick konfirmator close di atas level high mother bar, maka artinya buyer telah
mengambil inisiatif untuk mendorong harga ke atas. Sebaliknya, Anda bisa mengambil langkah bearish jika candle ke-3
tertutup di bawah level low mother bar. Kondisi tersebut mencerminkan kemenangan seller dalam menekan harga ke arah
downside.
3. Fakey Bar (Inside Bar + Pin Bar)
Sinyal palsu (false signal) merupakan kemungkinan yang bisa selalu terjadi dan oleh karena itu harus diwaspadai oleh setiap
trader. Dalam teknik price action, terdapat formasi candlestick khusus yang dapat dikenali sebagai penanda false signal
(fakey).
Pola ini terdiri dari 3 candle. Dua candle pertama adalah formasi mother bar dan inside bar, sementara candle ke-3 adalah
konfirmator yang sebenarnya menunjukkan false break. Masih bingung? Untul lebih mudahnya, coba pahami kembali teknik
price action dari sinyal inside bar di bagian sebelumnya.
Dalam kondisi normal, candle konfirmator yang tertutup di bawah low mother bar seharusnya menjadi awal downtrend.
Namun teknik price action ini terbukti tidak selalu benar. Faktanya, harga berikutnya justru bisa membentuk uptrend. Untuk
menghindari risiko tersebut, sebaiknya perhatikan bagaimana bentuk candle konfirmator setelah inside bar. Jika
formasinya tampak seperti candlestick biasa, maka ia bukanlah penanda false signal. Namun apabila bentuknya menyerupai
pin bar, maka berhati-hatilah karena itu bisa menjadi tanda penolakan harga untuk berlanjut meneruskan sentimen
sebelumnya.
Akhir Kata
Metode pengamatan langsung pada grafik harga di chart menjadikan teknik price action sebagai strategi forex sederhana yang
dapat diandalkan. Untuk menguasai dasar strategi forex ini, Anda cukup mempelajari kaidah candlestick bullish, bearish, up
bar, down bar, pin bar, dan inside bar. Di samping itu, Anda juga perlu mewaspadai fakey bar dengan cara menunggu
hingga candle ke-4 terbentuk.
Dalam contoh grafik di atas, tampak bahwa open order dengan teknik price action sebaiknya dilakukan setelah candle ke-4
terbentuk. Apabila candle tersebut ditutup lebih tinggi dari bearish pin bar, maka besar kemungkinan harga akan berlanjut
dalam uptrend.
Jika Anda mencari teknik trading forex termudah, maka jawaban pertama yang sering muncul adalah strategi forex trend
trading. Ya, metode yang juga dikenal sebagai trend following ini pada dasarnya memang dilakukan dengan hanya
menempatkan order sesuai arah trend harga.
Teknik trading forex ini bekerja dengan ide bahwa peluang buy muncul saat trend harga naik, sementara order sell dapat
ditempatkan ketika harga berada dalam trend bearish. Namun ternyata, teknik trading forex ini juga memiliki kesulitan
yang jika tak dipahami benar, justru akan membawa Anda pada kerugian besar.
Contoh kasusnya, Anda berencana entry buy karena melihat harga saat ini sedang naik kencang. Namun sebelum
mengumpulkan profit yang diharapkan, pergerakan harga sudah berubah arah. Kejadian kedua, Anda sudah masuk buy dan
kali ini trend terus berlanjut. Keuntungan pun sudah didapat, tapi sayangnya Anda lengah memantau posisi tersebut. Harga
tiba-tiba berbalik turun dan profit sebelumnya pun terkikis.
Hasil telaah dua kasus tersebut kemudian menyimpulkan bahwa: kasus pertama disebabkan oleh kesalahan dalam mencari
entry, sementara kasus kedua terjadi karena tidak adanya teknik trading forex untuk mencari posisi exit.
Maka dari itu, penting sekali bagi seorang trader untuk memahami teknik trading forex yang benar, sekalipun sudah
menggunakan strategi forex mudah yakni sekedar mengikuti trend (trend following). Untuk mempermudah pemahaman Anda,
berikut ini pedoman menentukan posisi entry dan exit dalam teknik trading forex dengan metode trend following.
Berdasarkan ide tersebut, maka untuk mencari posisi entry ideal, berikut ini tahapan teknik trading forex yang bisa dilakukan:
Teknik trading forex ini bisa dilakukan dengan mudah. Cukup aplikasikan indikator trend seperti Moving Average dalam
chart, kemudian perhatikan bagaimana pergerakannya. Jika Moving Average berada di bawah harga, maka secara garis besar
harga saat ini sedang dalam trend bullish. Sebaliknya, ketika Moving Average bergerak di atas harga, berarti trend bearish
lebih mendominasi pergerakan.
Sekedar mengetahui arah trend saja tidak cukup jika Anda ingin mendapat titik entry terbaik dari teknik trading forex dengan
prinsip trend following. Banyak sumber di luar sana menyebutkan jika crossing harga dengan Moving Average bisa dijadikan
sebagai sinyal entry. Namun faktanya, teknik trading forex tersebut kurang efektif karena; pertama, Moving Average bergerak
lagging sehingga sinyanya lambat dalam merespon perubahan harga, kedua, terdapat peluang false signal dimana crossing
Moving Average tidak menandakan terjadinya pergantian trend, tapi malah menunjukkan pergerakan sideways.
Oleh karena itu, Anda perlu mengkonfirmasi penerusan trend dengan melihat kekuatannya. Indikator ADX dapat
dimanfaatkan dalam teknik trading forex ini untuk mengukur seberapa besar kekuatan trend harga.
Pada grafik di atas, ADX disimbolkan oleh garis berwarna biru. Jika ADX bergerak di kisaran 20 - 40, maka artinya trend
masih akan menguat dan potensi penerusannya tinggi. Sementara apabila ADX sudah berada di antara level 40 - 60, sebaiknya
Anda berhati-hati karena hal itu mensinyalkan trend harga sudah mendekati level jenuh. Kesimpulan mudah dari teknik
trading forex ini adalah, peluang entry sesuai arah trend masih terbuka selama ADX berada di antara level 20 - 40.
3. Cari Peluang Dari Pullback
Selesai mengenali arah trend dan mendapat 'persetujuan' dari sinyal penerusan, maka teknik trading forex berikutnya adalah
mencari titik entry. Dalam hal ini, Anda dapat menggunakan strategi forex klasik yakni dengan mengenali pullback dari
trendline.
Ketika harga berada dalam kondisi trend yang sangat kuat, maka perubahan arah sementara dari puncak atau lembah baru
biasa disebut sebagai pullback. Trendline dapat menampilkan peluang entry potensial dari pullback harga, sebab
pemasangannya memang dilakukan dengan teknik trading forex yang menghubungkan high-high (puncak) downtrend atau
low-low (lembah) uptrend.
Teknik trading forex ini sangat disarankan bagi trader pemula dan mereka yang berhati-hati dengan risiko (konservatif).
Menimbang karakteristik pasar forex yang cenderung sulit diprediksi dan dapat memberikan kejutan sewaktu-waktu, maka
rekomendasi penggunaan teknik trading forex ini cukup bisa dimaklumi.
Di sini, trader pertama-tama perlu menentukan stop loss sesuai batas toleransi risiko, dan kemudian memasang target
profit sesuai arah trend. Sebagai contoh, trader A membuka order buy EUR/USD di harga 1.1200. Sesuai hitung-hitungan
batas toleransi risikonya, ia menempatkan stop loss 20 pip di bawah harga entry tersebut, tepatnya di level 1.1800. Sementara
itu, take profit ia posisikan di atas level 1.1200.
Dalam hal ini, trader juga direkomendasikan untuk menggunakan teknik trading forex dengan risk/reward ratio.
Seumpama trader A di atas memiliki risk/reward ratio 1:2, maka take profit bisa ia tempatkan 40 pips (2 kali lipat stop loss) di
atas level entry, tepatnya di 1.1240.
Plus Minus
Keuntungan teknik trading forex ini adalah, close posisi bisa tereksekusi otomatis sesuai target. Anda tak perlu bolak-balik
memantau chart untuk melihat bagaimana trend harga saat ini. Namun strategi forex ini juga punya kelemahan: Anda tak bisa
memaksimalkan peluang trend following jika ternyata harga masih terus menguat setelah posisi ditutup. Apabila mengalami
situasi seperti ini, sebaiknya hindari rasa menyesal karena dapat menuntun Anda pada overtrading.
Berbeda dari teknik trading forex sebelumnya, strategi forex exit ini lebih cocok dipilih oleh mereka yang ingin mendapat
profit sebanyak-banyaknya dari metode trend following. Secara teori, hal tersebut bisa didapat dengan masuk di awal trend
dan keluar di ujung trend. Namun karena kapan trend mulai dan berakhir tidak bisa diprediksi secara pasti, maka trader
penganut teknik trading forex ini kemudian menggunakan trailing stop.
Pada dasarnya, trailing stop adalah fitur yang mampu menggeser stop loss secara otomatis. Untuk memahami contoh mudah
penggunaan trailing stop, mari kita kembali ke kisah trader A sebelumnya. Dalam versi ini, ia tak memasang target profit
karena ingin mendapat keuntungan maksimal dari strategi trend following.
Di awal, jarak level entry dengan stop loss-nya adalah 20 pips (dari 1.1200 ke 1.180). Ketika harga terus naik sampai ke
1.1240, maka risiko kerugiannya praktis membesar jadi 60 pips (1.1240 - 1.1180). Apa yang terjadi jika harga tiba-tiba terjun
bebas dan ia tak sempat melakukan teknik trading forex apapun untuk menanganinya? Tentu saja harga akan tereksekusi di
level stop loss 1.1180. Trader A pun kehilangan 60 pips, angka kerugian yang jauh lebih besar dari batas toleransi risikonya.
Trailing stop dapat mencegah terjadinya hal itu, karena dapat menggeser stop loss sesuai pergerakan harga. Katakanlah trader
A mengatur trailing stop 20 pip di posisi buy tersebut. Maka di setiap kenaikan harga sebanyak 20 pip, stop loss juga akan
berpindah naik sebesar 20 pip.
Jadi ketika harga tiba-tiba anjlok setelah menyentuh level 1.1240, stop loss trader A sudah akan berada di 1.1220. Dengan
kata lain, meski ia membiarkan saja posisinya, order buy tersebut akan ditutup secara otomatis oleh trailing stop dengan
keuntungan 20 pip. Jelas, ini adalah hasil yang jauh berbeda dari skenario trend following sebelumnya.
Plus Minus
Kelebihan dari strategi forex exit ini adalah, Anda dapat mengumpulkan profit sepuasnya, sekaligus mengamankan
posisi dari risiko kerugian besar. Sementara itu, teknik trading forex ini juga memiliki kekurangan. Mengatur trailing stop
ideal nyatanya tak bisa dilakukan secara asal, karena ada teknik trading forex khusus untuk mendapatkan manfaat terbaiknya.
Memanfaatkan potensi trend harga memang sangat menarik, terutama karena di sanalah keuntungan besar bisa dikumpulkan.
Namun seringkali, banyak trader merasa tidak beruntung karena "tidak kebagian" trend, alias masuk di saat trend sudah mulai
melemah. Kalaupun mereka berhasil mengolah strategi trading forex dengan metode trend following, perolehannya tidak
sebanyak potensi yang diraih saat entry di awal trend.
Itulah mengapa, semakin banyak saja trader yang ingin mengenali pembentukan trend seawal mungkin. Dari sini kemudian
bermunculan strategi trading forex untuk mengenali trend reversal (pembalikan). Pada dasarnya, metode tersebut
memperkirakan datangnya pembalikan harga sebelum hal itu benar-benar terjadi. Terdapat 3 strategi trading forex terkenal
yang biasa diterapkan untuk memprediksi terjadinya trend reversal, di antaranya adalah:
Pola pin bar merupakan formasi candlestick unik yang body-nya kecil, tapi sumbu atas atau bawahnya sangat panjang. Bentuk
tersebut mencerminkan penolakan harga untuk melanjutkan trend sebelumnya, sehingga pada pergerakan selanjutnya harga
akan mulai berbalik arah.
Untuk meningkatkan validitas sinyal, strategi trading forex ini kerap kali menggabungkan teknik pembacaan candlestick
dengan support dan resistance. Caranya sederhana saja, karena Anda tinggal mengidentifikasi terbentuknya pola
candlestick reversal di area support atau resistance kunci.
Salah satu price pattern yang umum diidentifikasi dalam strategi trading forex ini adalah head and shoulders. Pola ini
ditandai dengan bentukan "bahu kiri", "kepala", dan "bahu kanan" sehingga menyerupai pola head yang diapit oleh shoulders
di kedua sisi.
Dalam mengartikan pola unik ini, terdapat pemahaman umum yang menyebutkan bahwa bentukan "kepala" merefleksikan
upaya buyer untuk mendorong harga ke level lebih tinggi, karena tampak lebih tinggi dari "bahu kiri".
Ketika selanjutnya buyer justru gagal mengangkat harga lebih tinggi (terlihat dari terbentuknya "bahu kanan"), maka itulah
momen ketika kekuatan buyer mulai melemah dan berpeluang digantikan oleh dominasi seller. Dalam strategi trading forex
reversal, skenario itu baru akan terkonfirmasi saat harga terus turun hingga menembus neckline dan tertutup di bawah level
tersebut.
Sebagai penanda bearish reversal, pola head and shoulders umumnya terjadi di puncak uptrend. Beberapa formasi price
pattern lain yang menandakan trend reversal punya teori yang tak jauh berbeda dengan pemahaman head and shoulders.
Berikut ini beberapa contoh umum dari pola-pola price pattern yang digunakan dalam strategi trading forex dengan trend
reversal.
Pertama-tama, perlu dipahami bahwa secanggih dan serumit apapun suatu indikator, serta sebaik apapun tampilannya, suatu
indikator hanyalah jelmaan dari hasil perhitungan harga di masa lalu. Dengan demikian, sinyal indikator selalu bersifat
lagging. Karena itu, indikator hanya memberi pemahaman tentang apa yang terjadi dari harga di masa lalu, bukan
memberitahu kemana harga akan bergerak selanjutnya.
Sifat lagging itu pulalah yang membuat indikator kurang diandalkan dalam strategi trading forex dengan trend reversal,
yang sangat mengutamakan pengenalan sinyal sebelum pembalikan terjadi, bukan sesudahnya.
Namun demikian, bukan berarti indikator teknikal sama sekali tak memberikan kontribusi dalam strategi trading forex ini.
Faktanya, ada jenis indikator oscillator (RSI, Stochastic, CCI, Momentum, MACD, dll.) yang bisa dimanfaatkan dalam
strategi trading forex reversal.
Fungsi tersebut sebenarnya bukanlah kegunaan utama oscillator. Namun karena indikator jenis itu dapat menunjukkan
momentum dari trend harga yang sedang bergerak, divergensi antara pergerakan indikator dengan harga dapat ditandai
sebagai sinyal reversal.
Dalam prinsip strategi trading forex ini, suatu trend dikatakan sedang mendekati akhir dan kemungkinan bakal berbalik jika
momentumnya melemah. Sekalipun pergerakannya di chart masih terlihat menguat, trend itu cepat atau lambat akan segera
berakhir, karena pelemahan momentum mengindikasikan berkurangnya kekuatan buyer atau seller dalam mendorong harga
untuk terus berada di trend yang sama.
Kondisi perbedaan momentum dengan harga itulah yang dinamakan dengan divergensi. Dalam mengidentifikasi
perbedaan, Anda perlu melihat low dan high harga lalu membandingkannya dengan pola yang dibentuk oleh indikator
oscillator. Untuk mempermudah pemahaman Anda tentang strategi trading forex ini, berikut ringkasan sinyal divergensi
yang biasa dijadikan patokan:
Tunggu Konfirmasi
Pola candlestick, price pattern, dan divergensi memang bisa menjadi alat deteksi dalam strategi trading forex dengan trend
reversal. Namun demikian, tak ada kepastian yang benar-benar menjamin jika harga akan selalu berbalik arah setelah
didahului oleh kemunculan 3 sinyal tersebut. Kenyataannya, tak ada yang benar-benar dapat menebak pergerakan harga di
masa depan, karena semua kemungkinan selalu bisa terjadi.
Untuk mengantisipasi kejadian tersebut, sebaiknya jangan tergesa-gesa bertindak setelah sinyal trend reversal muncul. Ambil
langkah hati-hati dalam menjalankan strategi trading forex ini, dengan menantikan konfirmasi sebelum entry. Sebagai contoh,
tunggu sampai harga ter-close di bawah neckline apabila Anda menerapkan strategi trading forex dengan price
pattern.
Bagaimanapun juga, bahaya sinyal palsu sering mengintai trader yang suka tergesa-gesa mengartikan sinyal
pembalikan dari strategi trading forex reversal. Harga seringkali mengecoh trader dengan membuat koreksi yang hanya
merupakan "istirahat" sementara dari trend sebelumnya. Oleh karena itu, sebaiknya tunggu sampai muncul sinyal konfirmasi
untuk mengambil keputusan entry yang tepat.
Dalam mencari peluang terbaik dan menetapkan cara trading forex, pola pergerakan harga kerap kali menjadi perhatian utama.
Kondisi trending pun menjadi favorit, mengingat keuntungan trading dihitung dari seberapa besar harga telah naik atau turun
dari level entry.
Namun faktanya, pasar lebih didominasi oleh pola ranging (sideways) ketimbang trending. Jika sudah seperti itu, apakah ini
artinya kesempatan jarang sekali muncul? Apabila Anda trader yang benar-benar berpacu pada trend, maka bisa dibilang
begitulah adanya. Namun jika Anda tipe trader yang lebih fleksibel, ketahuilah bahwa pasar sideways pun menyimpan
peluang yang dapat dimaksimalkan dengan cara trading forex tertentu.
Pada dasarnya, potensi market sideways memang tak setinggi pasar trending. Namun ada keuntungan tersendiri dari cara
trading forex di kondisi ini, yaitu kemudahan. Harga yang bergerak dalam ranging, normalnya berada dalam batasan
support resistance. Jadi secara teori, cara trading forex sederhana di pasar ranging adalah: entry buy diambil ketika harga
memantul dari support, sementara entry sell diposisikan saat harga turun dari resistance.
Tak hanya persoalan entry, perkiraan exit pun dapat terpecahkan dengan mudah pada cara trading forex di pasar sideways.
Ingin tahu tekniknya? Berikut ini penjelasan lengkap yang tersaji dalam 3 langkah trading, plus beberapa kiat ekstra.
Ada beberapa strategi forex mengenali support resistance, di mana ide dasarnya adalah dengan menghubungkan titik-titik high
atau low harga yang terlihat gagal menembus suatu level.
Dalam memasang support resistance, Anda dapat menggunakan beberapa cara trading forex seperti:
o Menempatkan garis horizontal secara manual di chart pada level-level yang diduga sebagai support dan
resistance.
o Menjadikan level psikologis (angka bulat) sebagai patokan. Dalam strategi forex umum, banyak trader
memilih entry atau memposisikan pending order di sekitar level psikologis. Tak hanya trader retail, para
pemain besar pun kerap menggunakan cara trading forex serupa. Dengan demikian, pola pergerakan harga di
sekitar level angka bulat ini seringkali menggambarkan perilaku pasar dengan jelas, sehingga bisa digunakan
sebagai acuan strategi forex dalam trading.
Mengandalkan cara trading forex dengan Fibonacci, tool teknikal yang ditarik manual dari swing-swing harga.
Menggunakan pivot point yang dihitung dari level open, high, low, dan close dari sesi trading terakhir. Hasil
kalkulasi pivot point ini nantinya menjelma menjadi level-level harga yang bisa dijadikan sebagai support resistance.
Contoh pola reversal yang paling terkenal di berbagai cara trading forex dan sering muncul di chart adalah pin bar.
Candlestick ini ditandai dengan penolakan pada level harga tertentu, dengan ciri body yang kecil dan sumbu panjang melebihi
besar body-nya. Jika sebuah pin bar muncul di puncak uptrend dan memiliki sumbu atas yang panjang, maka hal itu
menandakan potensi reversal bearish.
Dalam cara trading forex di pasar sideways, Anda dapat mengamati sumbu atas pin bar yang membentur resistance.
Ketika candle pin bar tersebut di tutup di bawah resistance, saat itulah peluang entry sell muncul.
Selain pin bar, beberapa pola price action reversal yang penting dalam cara trading forex ini adalah:
Engulfing
Inside Bar
3. Entry Setelah Sinyal Terkonfirmasi
Tahap strategi forex ini sebenarnya relatif, karena dalam pasar sideways yang range pergerakan harganya sempit, trader perlu
memanfaatkan sinyal seawal mungkin agar mendapat profit terbaik. Namun demikian, filter menjadi aturan wajib bagi
trader konservatif, karena dapat difungsikan sebagai strategi forex untuk mengantisipasi false reversal.
Cara trading forex paling sederhana untuk konfirmasi adalah dengan menunggu hingga candle berikutnya selesai tertutup.
Jadi misalkan Anda sudah mendapat sinyal sell dari bearish pin bar yang gagal menembus resistance, maka konfirmasi entry
dapat ditunggu hingga candle setelah pin bar tersebut tertutup di level yang lebih rendah.
Di samping itu, Anda juga bisa memanfaatkan sinyal dari indikator teknikal sebagai cara trading forex alternatif untuk
mendapatkan konfirmasi. Oscillator seperti RSI, Stochastic, dkk. biasanya seing diandalkan dalam cara trading forex di
kondisi sideways, karena dapat memberikan sinyal jenuh jual (oversold) dan jenuh beli (overbought).
Dalam mengolah cara trading forex di pasar sideways, trader juga perlu belajar membedakan antara kondisi sideways
dan choppy. Sama-sama terlihat datar, kedua kondisi pergerakan harga itu sebenarnya sangat berbeda. Jika sideways dapat
diidentifikasi dari pola harga yang bergerak mematuhi aturan support resistance, maka choppy tidaklah demikian.
Kondisi choppy merefleksikan pergerakan pasar yang tidak trending, tapi tidak juga sideways. Harga memang cenderung
bergerak datar, tapi pergerakannya tak bisa diukur dengan support resistance sebaik apapun. Karena bergerak tak beraturan
dan susah diprediksi, maka saran cara trading forex terbaik dalam hal ini adalah: hindari trading di pasar choppy.
Satu lagi kiat tambahan dalam cara trading forex di pasar sideways adalah strategi exit. Karena pergerakan sideways
ditentukan dalam batas support resistance, maka sebenarnya mudah saja untuk mengukur level exit potensial. Katakanlah
Anda open sell setelah harga memantul dari resistance, maka target take profit bisa ditentukan pada support terdekat.
Sementara untuk stop loss, tinggal mengukurnya sesuai batas toleransi risiko Anda.
Cari tanda-tanda reversal, bang? Nah ini dia satu rahasia dapurnya; pola candlestick Shooting Star! Mau tahu kenapa pola satu
bar itu ampuh buat indikator reversal? Ikuti artikel ini sampai paham betul di luar kepala.
Menurut hukum ketiga Newton, setiap aksi memiliki konsekuensi (reaksi) sama kuat dan berlawanan arahnya. Oke, ga usah
beribet lagi, petuah om Newton tadi adalah dasar dari logika terbentuknya pola candlestick shooting star!
Nah, menurut fisikawan legendaris tadi jika salah satu pihak berusaha "mencampakkan" (bergerak meninggalkan) pihak lain,
maka pihak tersebut akan terpengaruh oleh kekuatan reaksi pihak lawan. Bingung? Jadi begini, misalnya saat buyer berusaha
melambungkan harga, pada saat itu juga dia harus menanggung kekuatan reaksi dari seller.
Masih pusing?
Pola Candlestick Shooting Star adalah bukti dari teori hukum pergerakan ketiga. Saat para Bull trader sedang dalam reli untuk
menaikkan harga, kontinutitas trend-nya akan dipengaruhi oleh kekuatan reaksi seller. Kekuatan reaksi tersebut ditentukan
oleh besar volumenya.
Jika volume buyer saat itu masih lebih besar dari volume seller maka reli akan berlanjut. Namun, apabila volume posisi short
(jual) lebih banyak secara mendadak, bersiaplah untuk menangkap sinyal reversal.
Tanda-tanda reversal mulai nampak saat candlestick menunjukkan harga closing terpatri tidak jauh dari opening
sedangkan harga high-nya telah jauh meninggalkan badan candlestick. Pada momen itu daya beli para bull telah
mencapai titik resistensi dan tak mampu lagi menanggung kekuatan reaksi dari para seller.
Dengan begitu, terbentuklah pola candlestick shooting star. Panjang upper shadow harus lebih panjang dari badan dan sebisa
mungkin tidak memiliki lower shadow (atau jauh lebih pendek dari badan).
Perhatikan bahwa tingkat akurasi dari pola tersebut bergantung dari beberapa faktor berikut: time frame dan tingkat
resistansinya.
Disarankan menggunakan time frame harian (D1) jika Anda baru mulai belajar bertrading dengan pola-pola candlestick. Hal
tersebut dikarenakan time frame rendah (di bawah H4) beresiko tinggi menghasilkan noise yang justru akan
memberikan fake signal.
Begitu juga dengan garis resistansinya. Jelas bahwa pola tersebut digunakan untuk menginformasikan reversal. Oleh karena
itu, pastikan bahwa pola tersebut muncul saat harga mendekati garis resistensi. Selain itu, perhatikan pula di mana garis
supportnya untuk menentukan posisi exit-nya. (Baca juga: cara menentukan garis support-resistance)
Akurasi dari pola candlestick shooting star bisa dijamin memiliki probabilitas tinggi apabila Anda memperhatikan kedua
aspek di atas. Selamat ber-trading!
Masih percaya dengan frasa "trend adalah sahabat terbaik Anda?" Jika benar, Anda sudah tahu bukan, bahwa kelangsungan
suatu trend dipengaruhi oleh sentimen pasar? Tidak perlu repot cari referensi dari tumpukan sumber informasi, Anda bisa
mengamati hal tersebut dengan pola candlestick.
Berbekal pengetahuan ini, Anda bisa memanfaatkan analisa trend untuk mengembangkan trading setup, terutama strategi
menentukan entry dan exit position. Caranya relatif sederhana, amati kemunculan pola-pola candlestick berikut dan tentukan
SL (stop loss) dan TP (take profit) posisi Anda.
Anda bisa mengetahui apakah trend bar tersebut bearish atau bullish, dengan memeriksa posisi harga opening dan closing
candle. Trend bar dikatakan bullish jika ditutup (close) lebih tinggi dari harga open, dan bearish jika harga ditutup di bawah
harga open.
Dua bar candlestick trend bar dengan arah sama mengindikasikan kekuatan dominan salah satu pihak (buyer atau
seller) dalam pasar Forex. Misalnya, dua bar candlestick bullish menunjukkan bahwa para buyer sedang memimpin pasar.
Begitu juga sebaliknya.
Namun jika dua trend bar tadi saling berlawanan arah, artinya sedang terjadi tarik menarik antara seller dan buyer.
Bersiaplah untuk menanti siapa yang akan bertahan.
Pola Candlestick Marubozu menunjukkan sentimen pasar yang kuat pada salah satu pihak karena panjang badannya penuh
menutupi seluruh harga high dan low-nya. Pola candlestick tersebut relatif jarang terbentuk pada time frame daily
namun memiliki sinyal cukup akurat.
Sedangkan pola candlestick Doji menunjukkan sentimen pasar lemah di mana buyer dan seller masih ragu dalam
mengeluarkan kekuatan penuh mereka, terbukti dari harga closing nyaris tak bergerak dari harga opening. Di saat pola
candlestick Doji ini terbentuk, beberapa kemungkinan yang akan terjadi bergantung pada kondisi trend saat itu.
Jika dalam kondisi uptrend atau downtrend, pola candlestick Doji merepresentasikan tendensi kedua pihak untuk
berkonsolidasi (wait and see) supaya mengetahui siapa yang lebih kuat. Akan ada kemungkinan trend kembali berlanjut di
hari esoknya atau malah menjadi sideways. Namun jika pola candlestick Doji menyentuh batas resistence atau support,
maka akan ada kemungkinan besar terjadi reversal.
Langkah pertama untuk mengetahui seberapa lama trend terkini akan berjalan adalah dengan cara mengindentifikasi kekuatan
pembeli vs. penjual. Agar suatu trend terus berjalan, salah satu pihak harus mendominasi pihak lain, hal tersebut bisa kita
ketahui dengan cara berikut:
Gambar 1
Apabila trend bar bullish dah bearish silih berganti (kotak merah), berarti kondisi pasar sedang sideways. Perhatikan pula jika
sebuah trend bar telah menyentuh batas resistence atau support (kotak hijau), karena kemungkinan reversal bisa terjadi.
Pusatkan perhatian pola candlestik doji dan Marubozu setelah Anda mengetahui kekuatan trend terkini. Jika Anda
memanfaatkan chart TradingView, pastikan bahwa chart Anda menggunakan chart New York Close (5 hari/minggu) supaya
tidak ada pola-pola doji tak berguna di hari Sabtu dan Minggu.
Pola candlestick Doji #1 dan #2 pada gambar 1 menunjukkan keraguan (sentimen pasar lemah) seller dan buyer, namun pada
hari berikutnya harga kembali bullish selama uptrend berjalan karena belum menyentuh batas resistence.
Pola Candlestick Doji #3 dan #4 terjadi semasa pasar dalam kondisi terkonsolidasi (sideways), maka dari itu doji hanya akan
memberi sinyal bahwa pasar akan berlanjut dalam pergerakan harga ranging (high dan low stagnan, lambat).
Masih di gambar 1, dalam kondisi uptrend (kanal warna biru), Anda bisa membuka posisi dengan Pending Order beberapa pip
di atas harga high-nya (garis merah putus-putus). Mengingat pada saat itu pasar belum mengetahui sejauh mana trending akan
berlanjut, maka sebaiknya Anda memasang rasio risk/reward 1:2 sebagai manajemen resiko. Jadi semisal Anda hanya berani
menanggung loss 10 pip, maka anda bisa meletakkan TP hingga 20 pip.
Lain cerita jika batas resistansi telah diketahui sebelumnya dan batang Doji menyentuh batas tersebut (prediksi harga akan
mengalami reversal). Sebaiknya, entry order beberapa pip di bawah harga low-nya, SL di ujung harga High-nya dan Anda
bisa menarik garis fibonacci dari swing high ke low lalu meletakkan TP di antara range 0.5.
Sedangkan pada Marubozu, pola candlestick ini jarang muncul dalam chart dan biasanya hanya terbentuk selama terjadi trend
kuat berkepanjangan. Namun kualitas sinyalnya memiliki akurasi lebih baik daripada pola candlestick doji.
Gambar 2
Jika Marubozu terbentuk pada saat kondisi pasar sedang sideways, kemungkinan besar akan terjadi breakout (menembus batas
support atau resistance).
Gambar 3
Demikian cara jitu analisa trend dengan menggunakan tiga pola candlestick di atas. Perlu diingat bahwa pola-pola tersebut
hanya sebagian kecil dari trading setup untuk entry dan exit posisi. Anda masih bisa mengembangkan sendiri strategi trading
forex berdasarkan ketrampilan dasar dalam menganalisa chart dengan price action.
Pembahasan kali ini akan mengulas mengenai cara trading dengan Doji untuk mengetahui tren jangka panjang. Doji
merupakan bentuk Candlestick yang mencerminkan keseimbangan antara pembeli dan penjual di pasar. Coba
perhatikan gambar di bawah ini:
Gambar di atas menjelaskan kondisi harga yang sedang dipantau oleh para pelaku pasar. Tubuh atau Body Candlestick Doji
sangat pendek sehingga hampir tidak terlihat. Sedangkan sumbu atau lidi terbentuk memanjang melebihi besar Body-nya.
Tubuh Candlestick Doji yang sangat pendek ini mengindikasikan bahwa meskipun harga sempat naik turun secara
ekstrim, pasar lebih memilih menutupnya di level yang hampir sama dengan harga pembukaan. Apakah bentuk Doji
ini hanya satu saja? Jangan salah, ada 4 jenis bentuk Candlestick yang populer digunakan dalam metode trading dengan Doji.
1. Doji Star
Bentuk Candlestick Doji ini menandakan keseimbangan antara kekuatan Buyer dan Seller. Hal ini ditandai dengan
terbentuknya panjang sumbu tertinggi dan terendah yang hampir sama. Lalu bagaimana cara mengidentifikasi arah tren
melalui Doji Star ini? Caranya bisa dilihat dari trend yang terbentuk pada chart sebelumnya.
Apabila kemunculan Doji Star ini muncul di area Overbought dari pergerakan Uptrend, maka ini bisa mengidentifikasikan
tren reversal atau pembalikan arah. Harga yang awalnya bergerak Uptrend akan menjadi Downtrend.
Begitu juga sebaliknya, jika kemunculan Doji Star tampak di area Oversold dari pergerakan Downtrend, maka ini bisa
menjadi pertanda bahwa tak lama lagi harga akan berbalik arah menjadi Uptrend.
Sama dengan Doji Star yang memungkinkan terjadinya sinyal reversal, jika kemunculan dari Long Legged Doji ini berawal
dari Downtrend, maka kemungkinan besar, pergerakan harga selanjutnya akan menjadi Uptrend. Sebaliknya, kalau muncul
dari Uptrend, maka pergerakan harga selanjutnya kemungkinan akan Downtrend.
3. Gravestone Doji
Gravestone Doji melambangkan kekuatan Buyer lebih dominan di awal, tapi tak lama kemudian dihempaskan oleh
kekuatan Seller yang begitu besar. Harga yang awalnya telah mencapai level tertingginya, tiba-tiba dengan cepat berbalik
arah menuju level terendah dan ditutup di area tersebut.
Jika pola Candlestick Doji ini terbentuk dari pergerakan Uptrend, maka ini bisa menjadi sinyal bahwa harga akan berbalik
arah menuju Downtrend. Perlu digarisbawahi, pola yang menunjukan perubahan sentimen tiba-tiba semacam ini biasanya
menunjukan hasil yang cukup valid. Menariknya, bentuk Doji ini sering dianggap serupa dengan formasi Shooting Star.
4. Dragonfly Doji
Jika pola Gravestone Doji terbentuk dari pergerakan Uptrend, maka Dragonfly Doji adalah sebaliknya, yakni terbentuk dari
pergerakan Downtrend. Dalam pedoman trading dengan Doji, bentuk Candlestick ini adalah pertanda bahwa pergerakan harga
akan berbalik arah dari yang awalnya Downtrend menjadi Uptrend.
Bentuk Dragonfly Doji menunjukan adanya sentimen Seller yang dominan di awal, tetapi ketika harga mencapai level
terendahnya, harga tiba-tiba berbalik ke level tertinggi dengan cepat. Ini menandakan sentimen Buyer yang datang
mendominasi pergerakan harga.
Ketika trader melihat kemunculan Candlestick Doji, mereka akan menentukan arah trading berdasarkan arah harga
sebelumnya. Jika arah pergerakan harga sebelumnya naik, maka setelah kemunculan Doji, trader berasumsi bahwa akan
terjadi pembalikan sehingga mereka melakukan jual. Tetapi, jika arah pergerakan sebelumnya turun, maka setelah Doji
terlihat, trader berasumsi bahwa akan ada pembalikan sehingga mereka melakukan beli. Pertanyaanya, apakah harga akan
selalu bergerak sesuai asumsi ini? Tentu saja tidak.
Pasar-lah yang menggerakan harga, bukan Anda. Oleh karena itu, supaya tetap aman dalam menerapkan cara trading
dengan Doji, berikut adalah beberapa hal yang sebaiknya Anda lakukan:
Karena mencerminkan ketidakpastian pasar, tidak jarang Doji memberikan sinyal palsu yang menyesatkan trader; bukannya
reversal, harga malah terkonsolidasi atau justru meneruskan tren sebelumnya, setelah Doji terbentuk. Untuk menghindari hal
ini, banyak ahli Price Action menyarankan agar trader juga memvalidasi sinyal Doji terlebih dulu. Cara paling sederhana
adalah dengan menunggu hingga terbentuk Candle setelah Doji.
Apabila Doji yang terbentuk adalah sinyal bullish reversal (didahului oleh Downtrend dan memiliki ekor yang lebih panjang),
maka tunggu sampai Candle setelah Doji terkonfirmasi berbentuk bullish. Contohnya berikut ini:
Jika Anda tak ingin menunggu lama sampai Candle setelah Doji tertutup, Anda bisa mengantisipasi peluangnya dengan
memasang Pending Order Buy Stop di level Close atau High dari Candle sebelum Doji.
Cara trading dengan Doji bisa diaplikasikan dalam berbagai kondisi, salah satunya ketika pasar sedang dalam kondisi
Overbought dan Oversold. Jika Candle Doji muncul di momentum tersebut, maka jangan ragu untuk segera mengambil
tindakan.
Cara mengetahui kondisi pasar sedang jenuh beli atau jenuh jual bisa dilakukan dengan memanfaatkan beberapa Indikator
Momentum, yaitu Commodity Channel Index (CCI), Relative Strength Index (RSI), William Percentage Range (W%R), atau
Stochastics. Contoh pola Candle Doji yang terbentuk dalam area jenuh adalah sebagai berikut:
Dari gambar di atas, apabila ada Candlestick Doji yang didahului Downtrend terbentuk, lalu diikuti dengan sinyal Oversold
dari Indikator Stochastic, maka Entry yang bisa Anda lakukan adalah Buy. Demikian juga sebaliknya. Metode ini bisa
menjadi konfirmator yang lebih ampuh untuk melengkapi cara validasi sinyal Doji di poin sebelumnya.
Stop Loss bisa menjadi penyelamat terbaik saat harga bergerak melawan arah atau prediksi yang sudah Anda tentukan.
Bagaimana cara menentukan Stop Loss-nya? Anda bisa meletakkan SL dengan menggunakan sumbu pola Candlestick
Doji sebagai acuan.
Sumbu (Shadow Candle) merupakan garis panjang yang dihasilkan dari pergerakan harga pada Candlestick. Dari sini, Doji
Trader bisa menempatkan Stop Loss sesuai dengan level teratas atau terbawah pada ujung sumbu Candlestick. Contoh
memasang SL di bagian sumbu Candlestick Doji bisa Anda lihat melalui gambar di bawah ini:
Penutup
Dari ulasan di atas, bisa dilihat manfaat yang dapat Anda peroleh dari trading dengan Doji, yakni peluang untuk mendapatkan
keuntungan yang besar dan risiko sekecil mungkin dari formasi harga secara langsung. Perlu tetap diingat bahwa semua hal
dalam trading tidak dapat memberikan jaminan keuntungan 100%.