Pembimbing :
dr. Nurmala S, Sp. THT-KL, M.Kes
Disusun Oleh:
Riski Ima Rahmawati, S. Ked J510185031
Zudha Mauliyani, S. Ked J510185011
Muhammad Fatwa R, S.Ked J510185033
Disusun Oleh :
Riski Ima Rahmawati, S. Ked J510185031
Zudha Mauliyani, S. Ked J510185011
Muhammad Fatwa R, S.Ked J510185033
Telah disetujui dan disahkan oleh Bagian Program Profesi Pendidikan Dokter
Umum Fakultas Kedokteran Universitas Muhammadiyah Surakarta,
Pembimbing :
Dipresentasikan dihadapan :
I. Abstrak
Pendahuluan: Tinnitus adalah gangguan umum yang sering terjadi di semua
strata populasi dan merupakan masalah kesehatan yang penting. Tinnitus
sering dikaitkan dengan berbagai bentuk gangguan pendengaran dengan
berbagai tingkat keparahan.
Hasil: Tinnitus diamati pada 29,3% (956) dari total subyek penelitian yang
menunjukkan peningkatan prevalensi pada usia lebih dari 40 tahun. Ada
peningkatan risiko yang signifikan tinitus dengan penyakit telinga bagian
tengah dan (OR = 1,79, 95% CI = 1,02 --- 3,16) dan batin (OR = 3,00, 95%
CI = 1,65 --- 5,45). Telah dicatat bahwa 96,9% (n = 927) dari subyek tinitus
dikaitkan dengan gangguan pendengaran. Otitis media (60,9%), presbikusis
(16,6%) dan otosklerosis (14,3%) adalah gangguan otologis yang sangat
umum menyebabkan tinitus. Tinnitus secara bermakna dikaitkan dengan
tingkat gangguan pendengaran yang lebih tinggi terjadi pada subyek otitis
media supuratif kronis (OMSK).
III. Metode
A. Subjek
B. Analisis statistik
Pada penelitian ini, tinitus diamati pada 30,1% pasien dengan diabetes
mellitus, 38,8% pada hipertensi dan 40% dengan hipotiroidisme. Obat-obatan
seperti salisilat, antibiotik aminoglikosida, quinine, atau cisplatin yang digunakan
untuk mengobati penyakit otologis dan nasofaringeal dapat menyebabkan
1,25,26
kerusakan pada koklea dan memicu atau meningkatkan kejadian tinitus, .
Ditemukan bahwa 13,3% dari kasus ototoxic berkontribusi terhadap tinitus dalam
penelitian ini. Kehilangan pendengaran dan tinitus berhubungan erat, dimana
prevalensi gangguan pendengaran lebih tinggi pada kasus tinnitus. Penelitian ini,
96,9% kasus dengan tinitus memiliki signifikansi dengan gangguan pendengaran,
hal ini menunjukkan bahwa tinitus sebagai salah satu faktor risiko penting pada
gangguan pendengaran. Apalagi terjadinya gangguan pendengaran pada subyek
dengan tinnitus menunjukkan tingkat keparahan yang lebih oleh karena
disebabkan karena gangguan otologis.27,28
VI. Kesimpulannya
Pada penelitian ini menunjukkan otitis media, presbikusis, dan otosklerosis
adalah yang faktor yang paling umum dalam menyebabkan tinitus dan gangguan
pendengaran. Prevalensi tinnitus meningkat dengan perkembangan gangguan
otologis. Karenanya, upaya untuk mengendalikan faktor risiko ini dapat
membantu memperbaiki tinitus dan meningkatkan kualitas hidup pasien.
Pembelajaran lebih lanjut secara genetika pada tinnitus dan gangguan
pendengaran akan mengarah pada pendekatan terapeutik yang efektif dan
manajemen klinis tinitus.