Anda di halaman 1dari 15

RINOSINUSITIS KRONIK

ETIOLOGI
 Infeksi Jamur
 Infeksi Bakteri
(1) hipotesis superantigen Eksotoksin superantigen yang
dihasilkan oleh bakteri Staphilococus memperkuat respon
eosinofil lokal melalui serangkaian mekanisme, sehingga
mendorong terbentuknya polip.
(2) hipotesis biofilm bakteri biofilm berkontribusi pada
penurunan kerentanan terhadap antibiotik 10 sampai 1000 kali
lipat dibandingkan dengan bakteri dari spesies yang sama.
(3) hipotesis mikrobiom perubahan eksternal pada mikrobiom
dapat memediasi peradangan kronis melalui proliferasi sekunder
flora patogen.
 Faktor Struktural
Faktor Risiko
Disfungsi Silia
Rinitis Alergi
Defisiensi Imun
Kehamilan dan hormonal
Faktor struktur anatomi
Faktor lingkungan
Infeksi
Patofisiologi
 Kompleks ostiomeatal (KOM) merupakan tempat drainase
bagi kelompok sinus anterior (frontalis, ethmoid anterior dan
maksilaris) dan berperan penting bagi transport mukus dan
debris serta mempertahankan tekanan oksigen yang cukup
untuk mencegah pertumbuhan bakteri.
Interupsi pada Adanya infeksi
Obstruksi ostium faktor diatas akan yang persistensi,
sinus pada KOM mempengaruhi Stagnasi mukosa flora campuran
merupakan faktor faktor lainnya dan pada sinus dari organisme dan
predisposisi yang kemudian memicu membentuk media kadang kala jamur
sangat berperan terjadinya kaskade yang kaya untuk berkontribusi
bagi terjadinya yang berkembang pertumbuhan terhadap
rinosinusitis menjadi berbagai patogen. patogenesis
kronik. rinosinusitis rhinosinusitis
kronik kronis.
Faktor faktor yang menyebabkan
peradangan

Infeksi yang persisten

Alergi dan penyakit imunologis

Faktor-faktor intrinsik saluran nafas atas

Pengobatan infeksi jamur yang menginduksi


peradangan eosinofilik

Kelainan metabolik seperti peka sensitif terhadap


aspirin
DIAGNOSIS RSK
Dasar penegakkkan Dx Klinis
Kriteria Sekurang-kurangnya 2 faktor mayor dimana salah satu harus:
- Hidung tersumbat, atau
- keluar sekret dari hidung atau post nasal discharge yang purulen

Dan dapat disertai:


-Nyeri pada wajah
-Hiposmia atau anosmia

Durasi gejala ≥ 12 minggu


Pemeriksaan Fisik Rinoskopi anterior :
Edema konka, dapat disertai hiperemis
Sekret mukopurulen

Inspeksi rongga mulut:


Sekret pada faring
Eksklusi infeksi pada gigi
Pemeriksaan penunjang Dianjurkan Rontgen wajah bila tidak sembuh setelah 2 minggu terapi
Diagnosis Banding RSK
Tumor ganas rongga hidung
Tumor ganas nasofaring
Tumor ganas sinus
Benda asing pada saluran nafas
Fibrosis kistik
Sinusitis jamur
TERAPI MEDIKAMENTOSA
 Pada dasarnya yang ingin dicapai melalui terapi
medikamentosa adalah kembalinya fungsi drainase ostium
sinus dengan mengembalikan kondisi normal rongga hidung.
 Jenis terapi medikamentosa yang digunakan untuk
rinosinusitis kronik antara lain:
Antibiotika, jenis antibiotika yang digunakan adalah antibiotika
spektrum luas:
• Amoksisilin + asam klavulanat
• Sefalosporin: cefuroxime, cefaclor, cefixime
• Florokuinolon : ciprofloksasin
• Makrolid : eritromisin, klaritromisin, azitromisin
• Klindamisin
• Metronidazole

Antiinflamatori:
• Kortikosteroid topikal : beklometason, flutikason, mometason
• Kortikosteroid sistemik, banyak bermanfaat pada rinosinusitis kronik dengan polip
nasi dan rinosinusitis fungal alergi.
 Terapi penunjang lainnya:
 Dekongestan oral/topikal yaitu golongan agonis α-adrenergik
 Antihistamin
 Stabilizer sel mast, sodium kromoglikat, sodium nedokromil
 Mukolitik
 Antagonis leukotrien
 Imunoterapi
 Lainnya: irigasi dengan salin, olahraga, avoidance terhadap iritan
dan nutrisi yang cukup
TERAPI PEMBEDAHAN
Sinus maksila:
• Irigasi sinus (antrum lavage)
• Nasal antrostomi
• Operasi Caldwell-Luc
Sinus etmoid:
• Etmoidektomi intranasal, eksternal dan transantral

Sinus frontal:
• Intranasal, ekstranasal
• Frontal sinus septoplasty
• Fronto-etmoidektomi
Sinus sfenoid :
• Trans nasal
• Trans sfenoidal
 FESS (functional endoscopic sinus surgery), dipublikasikan pertama
kali oleh Messerklinger tahun 1978. Indikasi tindakan FESS adalah:
 Sinusitis (semua sinus paranasal) akut rekuren atau kronis
 Poliposis nasi
 Mukokel sinus paranasal
 Mikosis sinus paranasal
 Benda asing
 Osteoma kecil
 Tumor (terutama jinak, atau pada beberapa tumor ganas)
 Dekompresi orbita / n.optikus
 Fistula likuor serebrospinalis dan meningo ensefalokel
 Atresia koanae
 Dakriosistorinotomi
 Kontrol epistaksis
KOMPLIKASI
 Komplikasi orbita :
 Selulitis periorbita
 Selulitis orbita
 Abses subperiosteal
 Abses orbita
 Komplikasi oseus/tulang : Osteomielitis (maksila dan frontal)
 Komplikasi endokranial:
 Abses epidural / subdural
 Abses otak
 Meningitis
 Serebritis
 Trombosis sinus kavernosus
 Komplikasi lain yang sangat jarang terjadi : abses glandula lakrimalis,
perforasi septum nasi, hilangnya lapangan pandang,
mukokel/mukopiokel, septikemia.
PROGNOSIS

Qua ad Vitam : bonam

Qua ad Sanationam : dubia ad


bonam

Qua ad Functionam : dubia ad


bonam

Anda mungkin juga menyukai