Anda di halaman 1dari 12

MANAJEMEN PLANING BENCANA

(Disusun Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Keperawatan Bencana Yang


Diampu Oleh Ns. Ibrahim Suleman, S.Kep,M.Kep)

Oleh :
Nirwana Polamolo (841415013)
Indah Ismail Ali (841416001)
Siti Utari Suratinoyo (841416004)
Dita Tirawati Sanggilang (841416009)
Cindrawati (841416034)
Olivia Maharani Mohamad (841416036)
Nur Fitrah Medyati Z. Maksud (841416039)
Dinda Hardiyanti Tolago (841416040)
Srinangsi Ntango Modjo (841416053)
Sri Utami (841416069)
Sela P. Yunus (841416092)
Ratniyati Ma'ruf (841416100)
Taufik Musa (841416121)
Nurhayati Putri M.A Pakaya (841416126)

PROGRAM STUDI KEPERAWATAN


FAKULTAS OLAHRAGA DAN KESEHATAN
UNIVERSITAS NEGERI GORONTALO
2019
Rencana Penanggulangan Bencan Tsunami Di Desa Botutonuo Kecamatan
Kabila Bone Kabupaten Bone Bolango

Kasus

Telah terjadi tsunami di kecamatan Botutonuo dengan gelombang ombak


dengan ketinggian 5M. Didapatakan bahwa 500 korban. Pada saat ini telah terjadi
lumpuh total akses, baik transportasi dan komunikasi. Anda sebagai relawan buat
manajemen planning bencana pada daerah tersebut.

A. PROFIL KECAMATAN KABILA BONE


1. Geografis
Kecamatan Kabila Bone merupakan salah satu kecamatan yang berada
di Kabupaten Bone Bolango. Kecamatan Kabila Bone terdiri dari 9 Desa,
yaitu Desa Huangobotu, Desa Molutabu, Desa Oluhuta, Desa Botubarani,
Desa Biluango, Desa Modelomo, Desa Botutonuo, Desa Olele, Desa
Bintalahe.
Batas wilayah Kecamatan Kabila Bone :
1) Bagian utara berbatasan dengan Kecamatan Botupingge
2) Bagian timur berbatasan dengan Kecamatan Bonepantai
3) Bagian selatan berbatasan dengan Teluk Tomini
4) Bagian barat berbatasan dengan Kota Timur (Kota Gorontalo)
Luas Kecamatan Kabila Bone secara keseluruhan adalah 143,51 km2.
Sedangkan desa terluas di Kecamatan Kabila Bone adalah Desa Olele dan
desa yang memiliki luas terkecil adalah Desa Bintalahe.

Luas Wilayah dan Persentase terhadap Luas Kecamatan Menurut Desa di


Kecamatan Kabila Bone, 2016
Luas Wilayah Persentase Terhadap
NO Desa
(km2) Luas Kecamatan
1 Huangobotu 19.43 13.54
2 Molutabu 18.03 12.56
3 Oluhuta 19.44 12.65
4 Botubarani 9.65 6.72
5 Biluango 10.56 7.36
6 Modelomo 12.47 8.69
7 Botutonuo 15.21 10.60
8 Olele 29.50 20.56
9 Bintalahe 9.21 6.42
Kecamatan Kabila Bone 143.50 100.00

Jumlah dan Nama Dusun Menurut Desa di Kecamatan Kabila Bone, 2016

NO Desa Jumlah Dusun / Lingkungan

1. Inengo Barat
2. Inengo Tengah
1 Huangobotu 4
3. Inengo Timur
4. Wonggole
1. Tanjung Karang
2. Molotabu Barat
2 Molutabu 4
3. Molotabu Tengah
4. Waolo
1. Pantai
2. Kampung Baru
3 Oluhuta 4
3. Pemukiman
4. Huliya
1. Tamboo Barat
4 Botubarani 3 2. Tamboo Tengah
3. Tamboo Timur
1. Beringin
2. Bahari
5 Biluango 4
3. Tanjung Harapan
4. Kamiri
1. Tanjung Pirang
6 Modelomo 3 2. Moyongo
3. Abati
1. Botutonuo Timur
2. Botutonuo Barat
7 Botutonuo 4
3. Pancuran
4. Bunga
1. Idantho
2. Olele Tengah
8 Olele 4
3. Pentadu
4. Hungayo Kiki
1. Tanjung Karang
2. Tolite
9 Bintalahe 4
3. Asam Jawa
4. Boyuhu

2. Hidrologi
Kondisi hidrologi di Kabupaen Bone Bolango meliputi perairan darat
dan perairan laut. Perairan darat antara lain sungai dan danau yang dapat
dimanfaatkan untuk sumber air bersih, irigasi dan perikanan darat.
Sedangkan perairan laut dapat dimanfaatkan untuk sarana transportasi dan
penangkapan ikan laut.
Kabupaten bona bolango mempunyai dua Daerah Aliran Sungai (DAS)
besar, yaitu DAS Bone dan DAS Bolango. Kedua DAS ini bermuara pada
satu tempat yaitu teluk tomini/teluk gorontalo. Disamping itu juga banyak
ditemukan banyak DAS-DAS kecil lainnya yang umumnya terdapat hampir
seluruh wilayah pegunungan dipinggiran kawasan pantai.
3. Demografi
Kabupaten Bone Bolango dengan ibu kota terletak di Kecamatan
Suwawa, terletak antara 00˚'18'25"-00˚48'21" LU dan 123˚03'41"-
123˚33'06" BT, dengan batas-batas secara fisik adalah sebagai berikut :
Kabupaten Gorontalo Utara dan Kabupaten Bolang Mongondow (Sulawesi
Utara) disebelah Utara ; Teluk Tomini disebelah Selatan ; Kabupaten
Gorontalo dan Kota Gorontalo disebelah Barat; Dan Kabupaten Bolang
Mongondow Selatan (Sulawesi utara) disebelah Timur. Kabupaten Bone
Bolango dengan luas 1.984,58 km2 terdiri dari 18 kecamatan, 160 desa dan
5 (lima) kelurahan. Kecamatan tersebut adalah: Kecamatan Bone, Boneraya,
Bonepantai, Botupingge, Bulango Selatan, Bilango Timur, Bulango Ulu,
Bulango Utara, Bulawa, Kabila, Kabila Bone, Suwawa, Suwawa Selatan,
Suwawa Tengah, Suwawa Timur, Tapa, Tilongkabila Dan Pinogu.
Jumlah penduduk Kabila Bone tahun 2016 adalah 10.924 jiwa, terdiri
dari penduduk laki-laki sebanyak 5.617 jiwa dan penduduk perempuan
5.307 jiwa. Kepadatan penduduk Kecamatan Kabila Bone pada tahun 2016
sebesar 76 jiwa per km2. Desa yang paling padat penduduknya adalah Desa
Biluango, yaitu 133 jiwa per km2, sedangkan yang terendah adalah Desa
Olele yaitu 35 jiwa per km2.Jumlah keluarga adalah 2905 keluarga dengan
rata-rata jumlah anggota keluarga 4 jiwa per keluarga.

Luas Wilayah, Jumlah Penduduk, dan Kepadatan Penduduk Menurut Desa


di Kecamatan Kabila Bone, 2016
Luas Wilayah Jumlah Kepadatan Penduduk
NO Desa Persentase
(km2) Penduduk (Orang/km2)
1. Huangobotu 19.43 1611 15 83
2. Molutabu 18.03 1505 14,02 83
3. Oluhuta 19.44 1265 11,78 65
4. Botubarani 9.65 1254 11,68 130
5. Biluango 10.56 1385 12,90 131
6. Modelomo 12.47 716 6,68 57
7. Botutonuo 15.21 1213 11,30 80
8. Olele 29.50 1023 9,53 35
9. Bintalahe 9.21 763 7,11 83
Kecamatan
143,50 10735 100 75
Kabila Bone

B. Analisis Komponen Bencana Kabupaten Bone Bolango


a. Hazard
Desa botutonuo dilewati oleh jalur patahan pantai selatan yang
membentang dari daerah tenggara di Teluk Tomini ke arah barat laut,
memotong kota Gorontalo yang aktif menyebabkan potensitinggi kejadian
gempa dan tsunami. Tsunami sebagian besar disebabkan oleh gempa bumi
bersumber di laut tetapi juga bisa di picu akibat tanah longsor bawah laut.
b. Vulnerability
Vulnerability (kerentanaan) Adalah suatu kondisi yang ditentukan oleh
faktor-faktor atau proses-proses fisik, sosial, ekonomi dan lingkungan yang
mengakibatkan menurunnya kemampuan dalam menghadapi bencana.
kerentanan di desa Botutonuo diantaranya :
1) Kerentanan fisik : pemukiman warga jaraknya kurang lebih 100 m dari
bibir pantai.
2) Kerentanan sosial : jumlah penduduk yang berada di desa botutonuo
terbilang padat serta kurangnya pengetahuan penduduk terhadap tanda-
tanda terjadinya tsunami
3) Kerentanan ekonomi : sebagian besar mata pencaharian masyarakat di
botutonuo yaitu sebagai nelayan
4) Kerentanan lingkungan : di desa botutonuo belum terdapat tanaman
manggrove yang berfungsi untuk meminimalisir adanya gelombang
tsunami.
c. Capacity
Secara umum kapasitas atau kemampuan masyarakat untuk
tanggap dan dapat mengatasi bencana dapat dikategorikan kurang.
pelatihan mengenai penanganan tsunami, awal menjadi salah satu faktor
penyebanya banyaknya masyarakat yang tidak mengetahui hal tersebut
dapat menyebabkan terjadinya tsunami.
C. Program Persiapan Pra Bencana
Berdasarkan Peraturan Pemerintah (PP) No. 64 tahun 2010 Pasal 1 (4)
yang dimaksud Mitigasi Bencana adalah upaya untuk mengurangi risiko
bencana, baik secara struktur atau fisik melalui pembangunan fisik alami
dan/atau buatan maupun nonstruktur atau nonfisikmelalui peningkatan
kemampuan menghadapi ancaman bencana di wilayah pesisir dan pulau pulau
kecil. Dan pada pasal 14 secara jelas disebutkan kegiatan mitigasi bencana
selain diorientasikan kepada kegiatan fisik juga non fisik. Adapun kegiatan-
kegiatan yang dapat dilakukan sebelum terjadinya bencana pada masyarakat
yang berada di lokasi dengan ancaman tsunami adalah :
1. Penyuluhan dan peningkatan kewaspadaan masyarakat ( Pelatihan dasar
kebencanaan bagi aparat dan masyarakat)
2. Pembuatan dan penempatan tanda-tanda peringatan, bahaya (peta rawan
dan resiko bencana bencana)
3. Perencanaan jalur-jalur evakuasi, titik kumpul jika terjadi bencana.
4. Pembuatan bangunan struktur yang berfungsi untuk mencegah,
mengamankan dan mengurangi dampak yang ditimbulkan oleh tsunami
mislanya penahan erosi pantai.

D. Tanggap Darurat
Tahap Tanggap Darurat merupakan tahap penindakan atau pengerahan
pertolongan untuk membantu masyarakat yang tertimpa bencana, guna
menghindari bertambahnya korban jiwa. Penyelenggaraan penanggulangan
bencana pada saat tanggap darurat meliputi:
1. pengkajian secara cepat dan tepat terhadap lokasi, kerusakan, kerugian,
dan sumber daya;
2. penentuan status keadaan darurat bencana;
3. penyelamatan dan evakuasi masyarakat terkena bencana;
4. pemenuhan kebutuhan dasar;
5. perlindungan terhadap kelompok rentan; dan
6. pemulihan dengan segera prasarana dan sarana vital.
Adapun pihak-pihak yang terakait dalam tanggap darurat bencana tsunami
adalah :
1. BPBD Provinsi Gorontalo,
2. Dinas Kesehatan,
3. Polisi, TNI, SAR,
4. PMI
E. Fase Pasca Bencana
1. Rehabilitasi melalui kegiatan :
a. Perbaikan lingkungan daerah bencana;
b. Perbaikan prasarana dan sarana umum;
c. Pemberian bantuan perbaikan rumah masyarakat;
d. Pemulihan sosial psikologis; pelayanan kesehatan;
e. Rekonsiliasi dan resolusi konflik;
f. Pemulihan sosial ekonomi budaya;
g. Pemulihan keamanan dan ketertiban;
h. Pemulihan fungsi pemerintahan; dan
i. Pemulihan fungsi pelayanan publik

2. Rekonstruksi dilakukan melalui kegiatan pembangunan yang lebih baik,


meliputi:
a. Pembangunan kembali prasarana dan sarana;
b. Pembangunan kembali sarana sosial masyarakat;
c. Pembangkitan kembali kehidupan sosial budaya masyarakat;
d. Penerapan rancang bangunan yang tepat dan penggunaan peralatan
yang lebih baik dan tahan bencana;
e. Partisipasi dan peran serta lembaga dan organisasi kemasyarakatan,
dunia usaha, dan masyarakat; peningkatan kondisi sosial, ekonomi, dan
budaya;
f. Peningkatan fungsi pelayanan publik; dan peningkatan pelayanan utama
dalam masyarakat

Anda mungkin juga menyukai