Anda di halaman 1dari 6

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Data Pengamatan


Tabel 4.1. Waktu pembakaran, Suhu Bara, Suhu Air, dan Suhu Lingkungan
Waktu (s) Suhu Bara (°C) Suhu Air (°C) Suhu Lingkungan (°C)
60 81 24 25,8
120 89 24 25,6
180 95 25 27,1
240 101 25 27,5
300 108 25 27,6
360 117 25 27,8
420 128 26 28
480 139 26 28,5
540 154 26 29,3
600 176 27 29,8
660 202 27 30,9
720 235 28 31,3
780 288 28 35,2
840 355 30 39,2
900 406 32 41,1
960 434 35 48,4
1020 460 38 53,8
1080 508 40 56,2
1140 539 43 58,7
1200 574 45 60,1
1260 616 48 60,5
1320 668 50 61,9
1380 708 52 70,9
1440 739 53 71,3
1500 740 55 77,1
1560 742 56 71
1620 735 57 68,3
1680 722 59 62,8
1740 719 60 58,4
1800 710 61 58
1860 702 62 63,1
1920 688 63 61,6
1980 670 64 52,8
2040 634 65 60,4
2100 618 66 58,2
2160 610 67 56,9
2220 604 68 54,4
2280 599 68 49
2340 599 69 50,2
2400 598 70 51

4.2 Hasil Pengolahan Data

Diketahui:
mair= 2 Liter = 2 Kg (Massa Air)
marang= 300 gr = 0,3 Kg (Massa Arang)
carang= 1700 J/Kg(oC) (Panas Jenis Arang)
cair= 4200 J/kg. (◦ C) (Panas Jenis Air)
LHV= 20974800 (J/Kg) (entalpi biobriket)
L= 2268000 (J/kg) (kalor laten air)

1) Menghitung Kalor Air (Pada waktu 3 menit)


Q air = m air . c air . ΔT air
Q air = 2 Kg . 4200 /kg. (◦ C) . (25-2 4 )(◦ C)
Q air = 8400 J
2) Menghitung Kalor Arang (Pada waktu 2 menit)
Q arang = m arang . c arang. ΔT arang
Q arang= 0,3 Kg . 1700 /kg. (◦ C) . (89-81)(◦ C)
Q arang= 4080 J
3) Menghitung Efisiensi Termal Kompor
ma  ca  T  ma  L
T  100
mk  LHV
Qa + ma x L
= x 100
∆𝑚𝑘 𝑥 𝐿𝐻𝑉
386400 + 0,2 X 2268000
= x 100
0,3 𝑥 20974800

= 13,35 %
Dari hasil Perhitungan didapatkan hasil :
Tabel 4.2. Hasil Perhitungan Kalor Air dan Kalor Arang
Waktu (s) Suhu Bara (°C) Suhu Air (°C) Suhu Lingkungan (°C) TB (°C) TA (°C) Q Air (Joule) Q Arang (Joule)
60 81 24 25,8 0 0 0 0
120 89 24 25,6 8 0 0 4080
180 95 25 27,1 14 1 8400 7140
240 101 25 27,5 20 1 8400 10200
300 108 25 27,6 27 1 8400 13770
360 117 25 27,8 36 1 8400 18360
420 128 26 28 47 2 16800 23970
480 139 26 28,5 58 2 16800 29580
540 154 26 29,3 73 2 16800 37230
600 176 27 29,8 95 3 25200 48450
660 202 27 30,9 121 3 25200 61710
720 235 28 31,3 154 4 33600 78540
780 288 28 35,2 207 4 33600 105570
840 355 30 39,2 274 6 50400 139740
900 406 32 41,1 325 8 67200 165750
960 434 35 48,4 353 11 92400 180030
1020 460 38 53,8 379 14 117600 193290
1080 508 40 56,2 427 16 134400 217770
1140 539 43 58,7 458 19 159600 233580
1200 574 45 60,1 493 21 176400 251430
1260 616 48 60,5 535 24 201600 272850
1320 668 50 61,9 587 26 218400 299370
1380 708 52 70,9 627 28 235200 319770
1440 739 53 71,3 658 29 243600 335580
1500 740 55 77,1 659 31 260400 336090
1560 742 56 71 661 32 268800 337110
1620 735 57 68,3 654 33 277200 333540
1680 722 59 62,8 641 35 294000 326910
1740 719 60 58,4 638 36 302400 325380
1800 710 61 58 629 37 310800 320790
1860 702 62 63,1 621 38 319200 316710
1920 688 63 61,6 607 39 327600 309570
1980 670 64 52,8 589 40 336000 300390
2040 634 65 60,4 553 41 344400 282030
2100 618 66 58,2 537 42 352800 273870
2160 610 67 56,9 529 43 361200 269790
2220 604 68 54,4 523 44 369600 266730
2280 599 68 49 518 44 369600 264180
2340 599 69 50,2 518 45 378000 264180
2400 598 70 51 517 46 386400 263670

Gambar 4.1. Grafik Temperatur Bara Terhadap Waktu


Gambar 4.2. Grafik Temperatur Air Terhadap Waktu

Gambar 4.3. Grafik Temperatur Lingkungan Terhadap Waktu

4.3 Analisa

Pada praktikum ini kami mengamati suhu air, arang dan dinding panci.
Pengamatan dilakukan selama 40 menit dengan selang waktu pengambilan data 1
menit. Dari data yang didapat, dapat dilihat bahwa semakin lama waktu
pembakaran, maka suhu air yang ada akan semakin meningkat dan memiliki niali
maksimum 70oC pada saat t= 40 menit. Maka dari itu didapatkan grafik suhu air
terhadap waktu pembakaran memiliki hubungan yang linier dan berbanding lurus.
Untuk suhu bara dapat dilihat bahwa nilai maksimum terdapat pada saat t=26
menit yaitu 742oC dan semakin menurun hingga t=40 menit dengan suhu 598oC.
Hal ini dikarenakan selmakin lama waktu pembakaran, massa briket yang
digunakan untuk pembakaran sudah mulai terbakar habis dan suhu yang
dihasilkan pada bara semakin menurun. Sedangkan untuk suhu lingkungan
maksimum didapatkan 77,1oC pada saat t=25 menit dan semakin menurun dengan
bertambahnya waktu. Suhu lingkungan pun berbanding lurus dengan suhu bara,
dimana semakin menurun suhu bara maka suhu lingkungan semakin menurun.
Suhu lingkungan selain dipengaruhi oleh suhu bara dipengaruhi pula oleh suhu
sekitar kompor yang menyebabkan suhu lingkungan semakin menurun.
Setelah didapatkan data, kita dapat menghitung nilai kalor air, kalor arang dan
efisiensi kompor biobriket. Perhitungan niai kalor air menggunakan perumusan
Q=m.c. t dimana t merupakan perubahan suhu setiap menitnya yang dihitung
dari suhu awal pembakaran. Nilai kalor maksimal yaitu pada saat suhu 40 menit
yaitu 386400 Joule dari perhitungan nilai kalor ini dapat dilihat pula bahwa
semakin lama waktu pembakaran, maka nilai Q yang didapat semakin besar. Hal
ini dapat terlihat dari perumusan yang ada dimana semakin besar t maka nilai Q
yang didapat akan semakin besar dan massa air akhir setelah proses pembakaran
akan berkurang yang dikarenakan terjadinya penguapan. Untuk nilai kalor arang
dihitung dengan perumusan yang sama dengan mencari nilai kalor air Q=m.c. t
dimana nilai kalor terbesar yang dihasilkan adalah pada saat t memiliki nilai
yang tersebar (maksimum) yaitu pada saat t=26 yaitu 337110 Joule. Jika dilihat
suhu bara maksimum adalah pada saat t=26 yang dimana suhu bara setelah 26
menit mengalami penurunan yang dikarenakan massa arang berkurang selama
terjadinya proses pembakaran. Untuk mencari efisiensi termal kompor digunakan
m  c  T  ma  L
perumusan T  a a 100 dimana nilai ma ca t memiliki nilai
mk  LHV
yang sama dengan Q air. Untuk efisiensi termal pada kompor biobriket adalah
sebesar 13,35%. Efisiensi termal merupakan perbandingan kalor yang diberikan
oleh biobriket dan kalor yang diterima oleh air. Hasil ini masih jauh dari standar
SNI yaitu 35%.
BAB V

PENUTUP

5.1 Kesimpulan

1. Kompor biobriket dengan suplai udara yang disebut kompor gasifikasi


memiliki komponen utama yaitu ruang bakar sebagai tempat proses
pembakaran. Untuk mengurangi kehilangan panas (heat loss) karena diserap
oleh dinding kompor maka pada ruang bakar kompor dipasang grate
(garangan). Selama proses pembakaran diperlukan suplai udara yang cukup,
maka bahan bakar biobriket ditempatkan pada tempat yang diberi lubang
untuk mengalirkan udara primer. Untuk mensuplai udara yang diperlukan
selama proses pembakaran maka dipasang pengatur udara yang berfungsi
untuk mengatur induksi udara dalam kompor yang dapat mengatur daya
keluaran kompor

2. Eisiensi Termal adalah perbandingan antara nilai kalor yang diterima oleh air
dengan nilai kalor yang diberikan oleh biobriket. Efisiensi termal dari kompor
biobriket adalah 13,35% .

Anda mungkin juga menyukai