DESA LANTAN
Menimbang a. Bahwa untuk melindungi adat-istiadat dan budaya serta penataan hiburan
yang dilakukan oleh masyarakat
b. Bahwa sesuai dengan aspirasi yang telah disampaikan oleh tokoh agama
dan tokoh masyarakat serta perwakilan lembaga desa di forum musyawarah
terkait dengan pelaksanaan adat istiadat dan budaya di lingkup Desa Lantan
c. Bahwa dalam rangka melestarikan adat adat istiadat dan budaya lokal yang
berkembang di masyarakat;
d. Bahwa untuk meningkatkan keamanan dan ketertiban masyarakat dan
meningkatkan nilai-nilai sosial budaya masyarakat
Bahwa sesuai dengan pertimbangan tersebut pada huruf a b c dan d maka
diperlukan perubahan dan penambahan peraturan desa yang mengatur
tentang Awiq-awiq desa
1. Desa adalah Kesatuan masyarakat hukum yang memiliki batas wilayah yang
berwenang untuk mengatur dan mengurus urusan pemerintahan kepentingan
masyarakat setempat berdasarkan prakarsa masyarakat hak asal usul dan atau hak
tradisional yang diakui dan dihormati dalam sistem pemerintahan negara kesatuan
Republik Indonesia
2. Pemerintah desa adalah penyelenggaraan urusan pemerintahan dan kepentingan
masyarakat setempat dalam sistem pemerintahan negara kesatuan Republik
Indonesia
3. Pemerintah desa adalah Kepala Desa dibantu perangkat desa sebagai unsur
penyelenggaraan pemerintahan desa
4. Kepala desa adalah pejabat pemerintah Desa yang mempunyai wewenang tugas
dan kewajiban untuk menyelenggarakan rumah tangga desanya dan melaksanakan
tugas dari pemerintah dan pemerintah daerah
5. Badan permusyawaratan desa yang selanjutnya disingkat dengan BPD adalah
lembaga yang melaksanakan fungsi pemerintah yang anggotanya merupakan wakil
dari penduduk desa berdasarkan keterwakilan wilayah dan ditetapkan secara
demokratis
6. Perangkat desa adalah pembantu kepala desa dalam menyelenggarakan kegiatan
pemerintahan desa yang terdiri dari sekretaris desa, kepala urusan, kepala saksi,
dan kepala dusun
7. Staf adalah pembantu perangkat desa
8. Dusun adalah bagian wilayah dalam desa yang merupakan lingkungan kerja
pelaksanaan pemerintahan desa yang dipimpin seorang kepala dusun
9. Awiq-awiqdesa adalah peraturan yang mengatur tentang tata cara adat istiadat
yang melekat pada masyarakat desa yang telah dimulai dari zaman dahulu dan
sebagai peninggalan yang harus dilestarikan
10. Masyarakat adalah objek yang diatur dalam Awiq-awiqDesa ini
11. Merarik adalah mempelai laki-laki mengambil calon istri dari rumah orang tuanya
yang bertujuan untuk dijadikan sebagai istri dengan terlebih dahulu mohon izin
dari orang tua Si Gadis atau dengan cara “melai’an” tanpa sepengetahuan orang
tua si gadis
12. Pisuke adalah sejumlah uang yang diserahkan oleh mempelai laki-laki kepada
mempelai perempuan sebagai biaya penyelesaian adat istiadat Sorong serah
BAB II
ASAS DAN RUANG LINGKUP
Pasal 2
Pengaturan Awiq-awiqdesa diselenggarakan berdasarkan asas:
Pasal 3
1) Ruang lingkup Awiq-awiq Desa ini mengatur dan melestarikan serta melindungi adat
istiadat budaya lokal dan agama yang berkembang di dalam masyarakat
2) Awiq-awiq Desa ini sebagaimana dimaksud pada ayat 1 disepakati dengan
pertimbangan nilai-nilai budaya lokal sehingga tidak bertentangan dengan kepentingan
masyarakat nilai sosial budaya agama dan lingkungan hidup serta dimanfaatkan sebesar-
besarnya untuk meningkatkan pelayanan keseragaman adat-istiadat dan budaya
masyarakat terutama masyarakat Desa Lantan
3) Awiq-awiq Desa ini sebagaimana dimaksud pada ayat 1 dilaksanakan secara
profesional proporsional dan berkeadilan serta dapat dipertanggungjawabkan kepada
masyarakat.
BAB II
MAKSUD DAN TUJUAN PENGATURAN AWIQ-AWIQ DESA
Pasal 4
Maksud pengaturan Awiq-awiq desa adalah sebagai dasar hukum dalam Aji krame adat desa
yang telah menjadi budaya yang melekat di tengah-tengah masyarakat.
Pasal 5
a. Memastikan semua masyarakat terlayani dengan maksimal di dalam hal pelayanan adat
istiadat untuk menyeragamkan adat-istiadat
b. Untuk menyeragamkan adat-istiadat
c. Menjamin adat-istiadat terlaksana dengan baik sesuai dengan peninggalan adat istiadat
yang berlaku dalam masyarakat desa
d. Meningkatkan rasa aman dan menciptakan ketertiban di tengah-tengah masyarakat
e. mencegah perilaku menyimpang yang bisa meresahkan masyarakat
f. memberikan kepastian hukum kepada masyarakat dalam menjalankan adat-istiadat dan
budaya lokal serta memberikan kepastian hukum terhadap penyimpangan yang mungkin
terjadi di tengah-tengah masyarakat
PISUKE
Pasal 7
1) Besaran pisuke adalah Rp. 5.250.000.00 (lima juta dua ratus lima puluh rupiah).
2) Dari jumlah uang pisuke Rp. 5.250.000.00 (lima juta dua ratus lima puluh rupiah) dapat
direncikan sebagai beriku:
a. Uang yang Rp. 5.000.000,00 (lima juta rupiah) sebagai pisuke yaitu pemberian
uang dari orang tua/keluarga pihak pengantin laki-laki yang secara suka sama
suka kepada orang tua/kelaurga pihak pengangtin perempuan.
b. Uang yang Rp. 250.000, (dua ratus lima puluh rupiah) untuk pemegat yaitu
sebagai penyelesaian aji kerame yang diadakan oleh ahli waris, pemuka
masyarakat agama dan laian-lainya.
- Kor jiwe :75.000
- Tedung aret :75.000
- Salin dede : 50.000
- Pemeget/tali jinah : 30.000
- Semprong ceraken, kebo turu, otak bebeli : 20.000
Pasal 8
Bagi warga yang berhak menerima pisuke, tidak mau menerima keputusan ini/hasil musyawarah
bersma dan setelah dihubungi oleh kepala dusun yang bersakangkutan selama 3 (tiga) kali maka:
a. Yang bersangkutan akan dipanggil oleh Badan Permusyawaratan Desa (BPD) bersma
Kepala Desa dimintai keterangannya.
b. Apabila yang bersangkutan tidak mau menerima pisuke sejumlah tersebut diatas, maka
uang sejumlah pisuke akan dikembalikan kepada pihak yang memberi pisuke dan
menyelesaikan adat sorong serahnya tetap diselasaikan oleh (BPD), Kepala Desa, Kepala
Dusun, Pemuka Masyarakata, Pemuka Agama, Remaja dan lain-lainnya.
Pasal 9
1) Nilai uang dulu kepeng belong (kepeng jamak) siyu sama dengan uang sekarang seribu
rupiah (1.000,00).
2) Besar ajikerame sorong serah, dalam pelaksanaan sorong serah adat istiadat jajar karang
sebesar 33 (telung dase telu) yaitu:
a. Nampak lemah : selake (Rp. 10.000,00)
b. Pemegat :samas (Rp. 400,00)
3) Olen-olen 26 (enam lekur) nampak lemah 7 Rerangkungan Telung Dase Telu.
4) Salin dede (Hak ibunya) dinilai dengan uang sebesar Rp. 50.000,00 Tedung Aret (Hak
Kepala Dusun) dinilai dengan uang sebesar Rp. 40.000,00
PELANGGARAN ADAT ISTIADAT DAN BUDAYA
PASAL 10
1. Pelengkak (mendahului kakaknya kawin) dinilai dengan uang sebesar Rp. 150.000,
2. Babas kute dinilai dengan uang sebesar Rp. 100.000,
3. Merarik kenjelo dinilai dengan uang sebesar Rp. 150.000
4. Midang julu’ ampok merarik dinilai dengan uang sebesar Rp. 150.000
5. Sak merarik leq langan atau langan balen dengan (tidak melalui rumah orang tuanya)
dinilai dengan uang sebesar Rp. 150.000
6. Bagi warga masyarakat yang melakukan pernikahan/merarik dengan seseorang yang
masih bersetatus siswa atau pelajar (SD,SMP/MTs dan SMA/MA) baik laki-laki maupun
perempuan maka akan dikenakan sanksi sesuai dengan ketentuan yang diatur pada
sekolah masing-masing dan dibuktikan dengan surat rekomendasi serta kuitansi dari
sekolah kepada pihak desa sebagai syarat penerbitan administrasi pernikahan (NA).
7. Nambarayan (sejati selabar tidak melalui prosedur) dinilai dengan uang Rp. 250.000.-
BAB IV
TATE KERAME DESA/DUSUN/GUBUK
Pasal 11
Yang dimaksud dengan tate kerame desa/dusun/gubuk yaitu : kesepakatan dari pemuka-
pemuka adat didalam mengadakan/menentukan denda atau sanksi terhadap warga desa
yang melakukan pelanggaran tate kerame antara lain yaitu :
Pasal 12
1) Apabila berpacaran dengan istri orang, yang dapat dibuktikan dengan jelas dikenakan
denda/sanksi sebagai berikut
a. Laki-laki didenda : Rp. 2.500.000,
b. Wanita didenda : Rp. 2.500.000,
Denda tersebut berlaku setelah diadakan peringatan sebanyak 1 (satu) kali dan tidak
mengindahkannya.
2) Melanggar norma adat yaitu memasuki rumah seseorang yang telah mempunyai
suami/rumah seorang janda tanpa izin dari pemilik rumah yang dicurigai berbuat
dikenakan denda atau sanksi sebesar Rp. 2.500.000, perbuatan tersebut harus dengan
oprasi tangkap tangan.
3) Melakukan perbuatan fitnah yang mengakibatkan nama baik seseorang rusak/hina di
masyarakat, dan yang bersangkutan atau yang di fitnah mengajukan keberatan maka yang
memfitnah tersebut dikenakan denda/sanksi sebesar Rp. 1.000.000, (satu juta rupiah)
Denda yang dimaksud diatas adalah :
a. Untuk yang difitnah : Rp. 500.000,
b. Untuk dana social : Rp. 500.000,
4) Melakukan hubungan asusila dengan istri orang lain yang dapat dibuktikan dengan
hokum dapat dikenakan sanksi atau denda Rp. 10.000.000, (masing-masing
Rp.5.000.000) apabila denda tersebut tidak dapat dikeluarkan oleh si pelaku maka yang
bersangkutan akan dikeluarkan dari dusun dimana dia tinggal.
5) Denda tersebut pada ayat 4 dengan perincian,
Apabila dilakukan suka sama suka, maka denda dikeluarkan oleh kedua belah pihak.
Apabila perbuatan tersebut dilakukan dengan paksaan (memperkosa) maka denda
tersebut akan dibebankan kepada pihak yang memaksa.
6) Apabila terjadi kasus pemerkosaan maka dikenakan sanksi berupa denda senilai Rp.
10.000.000,
7) Apabila warga masyarakat yang terbukti melakukan praktik prostitusi (Mucikari, pelaku
PSK dan pelanggan/konsumen) akan diberikan sanksi dengan perincian sebagai berikut :
a. Mucikari : Rp. 5.000.000,
b. PSK : Rp. 3.000.000,
c. Pelanggan/konsumen : Rp. 3.000.000,
Pasal 13
1) Barang siapa yang melakukan/membuat surat kaleng (istilah sasak surat bute) sedangkan
perbuatan tersebut setelah diselidiki, ternyata jelas pelakunya, maka yang melakukan
perbuatan tersebut dikenakan denda/sanksi sebesar Rp. 1.000.000, dan urusanya
dilanjutkan ke pihak yang berwenang.
Pasal 14
1) Barang siapa yang melakukan tawuran antar pemuda, balap liar, minuman keras,
perjudian dan pengeroyokan lebih dari satu orang sampai menimbulkan korban jiwa
maupun cacat fisik serta mengganggu ketertiban umum, dan mmeresahkan masyarakat,
maka yang bersangkutan akan di mediasi dengan prosedur pada tingkat kadus, jika tidak
bisa selesai maka akan berlanjut ke tingkat desa dan jika tidak dapat diselesaikan di
tingkat desa maka akan diserahkan kepada pihak yang berwajib.
2) Barang siapa yang mengedarkan dan menkonsumsi narkoba apapun jenisnya maka akan
dserahkan ke pihak yang berwajib
BAB V
HIBURAN/TETANGGEPAN
Yang dimaksud dengan hiburan atau tetanggepan adalah tradisi adat yang dilakukan oleh
masyarakat sasak secara turun temurun dalam beberapa upacara adat seperti :
Pasal 15
Hiburan/tetanggepan yang diatur dalam peraturan desa adalah sebagai berikut :
a. Beretes ( 7 bulan dalam kandungan)
b. Ngurisan
c. Nyunatan/khitanan
d. Merarik/nyongkolan
e. Bales lampak nae
f. Besangi/nazar dsb.
Pasal 16
Adapun wujud hiburan/tetanggepan yang dimaksud pada pasal 15 adalah seperti
a. Kecimol
b. Joget (ale-ale, gandrung dll)
c. Gendang beleq
d. Kasidah (marawis, hadroh)
e. Rudat
f. Wayang
g. Band/orkes
Pasal 17
Larangan dan sanksi hiburan/tetanggepan yang diatur dalam peraturan desa adalah :
1. Setiap warga desa lantan dan atau masyarakat luar desa lantan, dilarang mengadakan
hiburan/tetanggepan seperti kecimol dan joget (ale-ale, gandrung dan sejenisnya)
pada malam atau siang hari.
2. Apabila masyarakat desa lantan melanggar ketentuan pada poin nomor 1 (satu), maka
akan dibubarkan secara paksa oleh pemerintah desa (perangkat desa, lembaga desa,
dan masyarakat) bersama pihak berwajib.
3. Untuk hiburan/tetanggepan selain poin a dan b maka wajib mendapatkan izin dari
pihak desa dan pihak terkait lainya, selanjutnya diatur dalam peraturan kepala desa.
BAB III
KETENTUAN PENUTUP
Pasal 18
Peraturan desa ini mulai berlaku pada tanggal di undangkan.
Pasal 19
Agar setiap orang mengetahuinya, memerintahkan pengundangan peraturan desa ini
dengan penempatanya dalam lembaran desa lantan.
Ditetapkan di : lantan
Pada tanggal : 15 Mei 2019
KEPALA DESA LANTAN
ERWANDI, S.Pd
Diundangkan di :
Pada tanggal :
SEKRETARIS DESA LANTAN
ABDUL KARIM
Pada hari ini rabu tanggal 25 Mei 2019 bertempat di kantor Desa Lantan,
Kecamatan Batukliang Utara, Kabupaten Lombok tengah, telah melaksanakan sidang
badan permusyawaratan desa dalam rangka membahas perubahan dan penambahan
peraturan desa nomor 10 tahun 2017 tentang Awiq-awiq Desa.
sidang badan permusyawaratan desa (BPD) lantan dihadiri oleh kepala desa lantan,
sekretaris desa, kaur pemerintahan, ketua BPD, Wakil ketua, sekretaris BPD, anggota-
anggota BPD, kepala-kepala dusun se desa lantan, BHABINKAMBTIBMAS,
sebagaimana daftar hadir terlampir.
Dalam sidang tersebut telah dapat kami peroleh kata sepakat mengenai pokok-pokok
pembahasan dan hasil musyawarah pada peserta sidang sebagai berikut :
a. Awiq-awiq adat istiadat desa lantan
b. Kesimpulan hasil sidang sebagai berikut :
Demikian berita acara sidang badan permusyawaratan desa (BPD) lantan, dibuat untuk
dapat dipergunakan dengan penuh rasa tanggung jawab, dan apabila di kemudian hari
ternyata terdapat kekurangan-kekurangannya maka akan di sempurnakan sebagaimana
mestinya.
Ditetapkan di : lantan
Pada tanggal : 15 Mei 2019
KEPALA DESA LANTAN
ERWANDI, S.Pd