Disusun Oleh:
Yulia Nur Yanti, S.Pd
NIP. 19850708 200902 2008
i
LEMBAR PENGESAHAN
Disusun Oleh :
YULIA NUR YANTI, S.Pd
NIP. 19850708 200902 2 008
Penata Tk. 1/ III.d
ii
KATA PENGANTAR
Puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa karena atas berkah dan rahmat-
Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan karya ilmiah yang berjudul “Aldestina
Berbantuan Youtube Sebagai Media Pembelajaran IPA Berbasis STEM untuk
Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kritis Siswa ”. Karya ilmiah ini disusun guna
mengikuti perlombaan guru berprestasi sekolah menengah pertama tahun 2019.
Penyusunan karya ilmiah ini tidak lepas dari bantuan berbagai pihak, oleh
karena itu penulis ingin menyampaikan ucapan terima kasih yang setulus-tulusnya
dan penghargaan yang setinggi-tingginya kepada :
1. Bapak I Made Riantori M.Pd selaku Kepala SMP Negeri 1 Negara
yang telah memberikan motivasi moril kepada penulis.
2. Rekan-Rekan Guru di SMP Negeri 1 Negara.
Semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu per satu yang turut
membantu baik materi maupun pikiran dalam penyusunan karya ilmiah ini.
Penyusunan karya ilmiah ini masih jauh dari sempurna. Oleh karena itu,
sangat diharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun demi kesempurnaan
karya ilmiah ini. Semoga karya ilmiah ini memberikan manfaat baik di masa
sekarang maupun yang akan datang.
iii
Abstrak
DAFTAR ISI
iv Halaman
HALAMAN JUDUL .............................................................................. i
HALAMAN PENGESAHAN ................................................................. ii
KATA PENGANTAR ............................................................................ iii
RINGKASAN ......................................................................................... iv
DAFTAR ISI .......................................................................................... vi
DAFTAR TABEL .................................................................................. viii
DAFTAR GAMBAR .............................................................................. ix
BAB 1. PENDAHULUAN ................................................................... 1
1.1 Latar Belakang ................................................................. 1
1.2 Rumusan Masalah ........................................................... 3
1.3 Tujuan Penelitian ............................................................. 3
1.4 Manfaat Penelitian .......................................................... 3
BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA ........................................................... 5
2.1 Pembelajaran IPA ........................................................... 5
2.2 Pendekatan Sains Teknologi dan Masyarakat ................. 6
2.2.1 Pengertian Pendekatan STM ................................... 6
2.2.2 Tahapan dalam Pendekatan Sains Teknologi dan
Masyarkat ................................................................ 9
2.2.3 Keunggulan Pendekatan STM.. ............................... 10
2.2.4 Kelemahan atau Kesulian yang dihadapai dalam
Pendekatan STM ..................................................... 11
2.3 Metode Eksperimen ........................................................ 11
2.4 Penerapan Pendekatan STM dengan Metode
Eksperimen dalam Pembelajaran IPA .............................. 14
2.5 Aktivitas Pembelajaran .................................................... 15
2.6 Ketuntasan Hasil Belajar .................................................. 16
BAB 3. METODE PENELITIAN ........................................................ 18
3.1 Tempat dan Waktu Penelitian ......................................... 18
3.2 Subyek .............................................................................. 18
3.3 Definisi Opersional .......................................................... 18
v
3.3.1 Pendekatan STM dengan Metode Eksperimen ...... 18.
3.3.2 Aktivitas Belajar ................................................... 19
3.3.3 Ketuntasan Hasil Belajar ...................................... 19
3.4 Teknik dan Instrument Pengumpulan Data ...................... 19
3.4.1 Tes .......................................................................... 19
3.4.2 Observasi ................................................................ 20
3.4.3 Wawancara ............................................................. 20
3.5 Jenis dan Desain Penelitian .............................................. 20
3.6 Metode Analisa Data ........................................................ 24
BAB 4. HASIL DAN PEMBAHASAN.................................................. 26
4.1 Hasil Penelitian ................................................................. 26
4.2 Hasil Observasi Aktivitas Belajar dan Pos-Test Siswa .... 26
4.2.1 Hasil Observasi Aktivitas Belajar dan Pos-Test Siswa
Siklus I ................................................................... 26
4.2.2 Hasil Observasi Aktivitas Belajar dan Pos-Test Siswa
Siklus II .................................................................. 29
4.3 Analisis Hasil Aktivitas Belajar dan Post-Test Siswa ...... 30
4.4 Pembahasan......................................................................... 31
BAB 5. KESIMPULAN DAN SARAN ................................................. 33
5.1 Kesimpulan ....................................................................... 33
5.2 Saran ................................................................................. 33
DAFTAR PUSTAKA ................................................................... 35
LAMPIRAN
DAFTAR TABEL
vi
Halaman
3.1 Kriteria Aktivitas Siswa ................................................................... 25
4.1 Aktivitas belajar siswa setelah tindakan (Siklus I) ......................... 28
4.2 Hasil Belajar IPA Siswa Setelah Tindakan (Siklus I) ..................... 29
4.3 Aktivitas belajar siswa setelah tindakan (Siklus II) ........................ 30
4.4 Hasil Belajar IPA Siswa Setelah Tindakan (Siklus II) .................... 31
4.5 Peningkatan aktivitas rata-rata tiap pembelajaran............................. 32
4.6 Ketuntasan hasil belajar siswa sebelum dan sesudah tindakan ........ 31
vii
DAFTAR GAMBAR
Halaman
viii
BAB I
PENDAHULUAN
1
observasi dan eksperimen. Pembelajaran IPA diharapkan dapat memberikan ruang
kepada siswa untuk dapat menemukan fakta-fakta, membangun konsep-konsep
dan teori-teori sehingga mampu mendorong siswa mengembangkan keterampilan
berpikir kritis dan sikap ilmiah dalam pembelajaran yang berguna untuk
melanjutkan pendidikan maupun untuk hidup di tengah masyarakat. Dalam
prosesnya diharapkan dapat memperkuat kompetensi siswa dari sisi pengetahuan,
keterampilan dan sikap sesuai rancangan kurikulum 2013. Oleh karena itu,
pembelajaran IPA seharusnya dibelajarkan secara konstekstual yang dalam
prosesnya lebih menekankan pada pemberian pengalaman secara langsung yang
terkait dengan dunia nyata siswa agar siswa dapat mengkonstruksi sendiri
pengetahuannya melalui aktifitas berpikir kritis sehingga pemahaman tentang
materi yang dipelajari akan terekam lebih lama dalam ingatan siswa. Pembelajarn
IPA dengan mengaitkan situasi dunia nyata siswa dapat diterapkan melalui
pembelajaran berbasis STEM. Pembelajaran berbasis STEM merupakan
pembelajaran yang dapat membantu siswa untuk menerapkan pengetahuan yang
mereka miliki ke dalam situasi nyata di kehidupannya. Selain itu, pembelajaran
berbasis STEM fokus pada pengalaman belajar siswa yang mungkin akan mereka
butuhkan di masa yang akang datang, seperti dunia karir (Glancy & Moore, 2013).
Berdasarkan hasil observasi dan wawancara pada siswa , diketahui bahwa
keterampilan berpikir kritis yang diharapkan dimiliki siswa masih belum
terwujud. Hal tersebut dibuktikan dengan proses pembelajaran yang masih kurang
bergairah dan memotivasi siswa untuk mengembangkan keterampilan berpikir
kritis. Kebanyakan siswa tidak dapat mengungkapkan gagasan yang jelas dan
mentransfer pengetahuan mereka untuk memecahkan masalah dunia nyata di
kelas. Salah satu penyebabnya karena materi pembelajaran IPA yang cukup
abstrak dan dalam membelajarkannya diperlukan alat bantu yang mampu
meningkatkan pengalaman belajar agar menjadi lebih nyata. Untuk itu,
keberadaan media pembelajaran menjadi bagian penting yang harus disiapkan
oleh guru dan sangat diperlukan dalam rangka mengoptimalkan proses
pembelajaran, yang pada gilirannya akan dapat mengembangkan keterampilan
berpikir kritis siswa . Media pembelajaran merupakan alat atau perantara yang
dapat digunakan untuk menyampaikan materi dan memudahkan proses belajar-
2
mengajar sehingga komunikasi antara guru dan siswa lebih efektif. Melalui
penggunaan media dalam pembelajaran, materi yang bersifat abstrak dapat
menjadi lebih konkret serta mudah dipahami. Penggunaan media pembelajaran
yang menarik dapat menciptakan pengalaman belajar lebih berkesan karena dapat
langsung memberikan pengalaman nyata bagi siswa. Penerapan media dan
teknologi akan membantu proses pembelajaran untuk mencapai tujuan
pembelajaran sesuai penelitian Ogott& Odera (2012) bahwa media dan teknologi
membantu 70% tercapainya tujuan pembelajaran. Temuan ini sesuai dengan
pendapat Drent dan Meelissen (2007) yang menyatakan bahwa Media dan
Teknologi harus digunakan sebagai alat untuk mendukung tujuan pendidikan
seperti keterampilan untuk mencari dan menilai informasi, kerja sama,
komunikasi dan pemecahan masalah yang penting untuk persiapan siswa dalam
memperoleh pengetahuan. Sebenarnya, penggunaan media dan teknologi yang
inovatif dapat memfasilitasi pembelajaran berpusat pada siswa (Drent, 2005).
Oleh karena itu, setiap guru kelas harus mengintegrasikan dan menggunakan
media pembelajaran untuk meningkatkan pembelajaran siswa mereka di setiap
mata pelajaran karena dapat melibatkan pemikiran, pengambilan keputusan,
pemecahan masalah dan perilaku penalaran siswa (Grabe & Grabe, 2001).
Berdasarkan pemikiran di atas, maka perlu dilakukan penelitian tentang
“Aldestina Berbantuan Youtube Sebagai Media Pembelajaran Berbasis STEM
Untuk Meningkatkan Keterampilan Berpikir Kritis Siswa ”
1.3 Tujuan
Tujuan penelitian ini adalah untuk menganalisis penggunaan aldestina
berbantuan youtube dalam meningkatkan keterampilan berpikir kritis siswa
3
1.4 Manfaat
a. Bagi Guru
1. memudahkan guru dalam menyampaikan materi pembelajaran;
2. memberikan alternatif media pembelajaran yang mudah dibuat dan
diaplikasikan;
3. Bagi Siswa
1. memudahkan siswa dalam memahami dan membentuk sendiri
pengetahuannya;
2. materi yang diajarkan akan terekam lebih lama dalam ingatan siswa ;
4. Bagi Sekolah
1. hasil penelitian merupakan sumbangan bagi sekolah dalam hal
perbaikan dan peningkatan mutu pembelajaran.
2. sebagai literasi bagi mata pelajaran lain menciptakan media
pembelajaran.
1.5 Dampak
Dampak yang diharapkan dari penelitian ini, yaitu
1. membuat guru menjadi semakin kreatif dan inovatif dalam menciptakan media
pembelajaran;
2. menjadikan proses pembelajaran semakin menyenangkan;
3. meningkatkan minat dan motivasi belajar siswa dalam pembelajaran IPA;
4. meningkatkan pemahaman siswa tentang lapisan atmosfer bumi karena
pemodelan menjadikan gambaran tentang atmosfer bumi menjadi lebih nyata;
5. meningkatkan hasil belajar IPA siswa .
4
BAB II
LANDASAN TEORI
5
mengamati, mengukur, menggolongkan, mengajukan pertanyaan, menyusun
hipotesis, merencanakan eksperimen untuk menjawab pertanyaan,
mengklarifikasikan, mengolah dan menganalisis data, menerapkan ide pada situasi
baru, menggunakan peralatan sederhana serta mengkomunikasikan informasi
dalam berbagai cara yaitu dengan gambar, lisan, tulisan dan sebagainya.
Berdasarkan uraian diatas dapat disimpulkan bahwa pembelajaran IPA
merupakan suatu proses kegiatan belajar dan mengajar yang melibatkan guru dan
siswa untuk memperoleh pengetahuan, ketrampilan, dan untuk mengubah
perilaku siswa kearah yang positif dan lebih baik sesuai dengan potensi dan
perbedaan yang dimiliki siswa dalam mempelajari alam, yaitu mengenai gejala
dan peristiwa atau fenomena alam serta interaksi yang ada di sekitar siswa .
6
berpusat pada peserta didik, dari pembelajaran individual ke arah pembelajaan
kolaboratif dan menekankan aplikasi pengetahahuan sains, kreativitas dan
pemecahan masalah (Harry Firman, 2016). Pendidikan sains berbasis STEM
menuntut pergeseran moda proses pembelajaran dari moda konvensional yang
berpusat pada guru (teacher centered) yang mengandalkan transfer pengetahuan
ke arah moda pembelajaran berpusat pada peserta didik (student centered) yang
mengandalkan keaktifan, hands-on, dan kolaborasi peserta didik. Pembelajaran
sains berbasis STEM perlu dilaksanakan dalam unit-unit pembelajaran berbasis
masalah (problem based learning), yang di dalamnya peserta didik ditantang
secara kritis, kreatif, dan inovatif untuk memecahkan masalah nyata, yang
melibatkan kegiatan kelompok (tim) secara kolaboratif. Pembelajaran sains
berbasis STEM dalam kelas didesain untuk memberi peluang bagi peserta didik
untuk mengaplikasikan pengetahuan akademik dalam dunia nyata
Dalam konteks pendidikan dasar dan menengah, pendidikan STEM
bertujuan mengembangkan peserta didik yang STEM literate (Bybee, 2013),
dengan rincian sebagai berikut.
1) memiliki pengetahuan, sikap, dan keterampilan untuk mengidentifikasi
pertanyaan dan masalah dalam situasi kehidupannya, menjelaskan fenomena
alam, mendesain, serta menarik kesimpulan berdasar bukti mengenai isu-isu
terkait STEM;
2) memahami karakteristik khusus disiplin STEM sebagai bentuk-bentuk
pengetahuan, penyelidikan, dan desain yang digagas manusia;
3) memiliki kesadaran bagaimana disiplindisiplin STEM membentuk lingkungan
material, intelektual dan kultural,
4) memiliki keinginan untuk terlibat dalam kajian isu-isu terkait STEM (misalnya
efisiensi pemisahan campuran, kualitas lingkungan, keterbatasan sumberdaya
alam) sebagai warga negara yang konstruktif, peduli, serta reflektif dengan
menggunakan gagasan-gagasan sains, teknologi, rekayasa, dan matematika.
7
pesan, merangsang pikiran, perasaan, perhatian dan kemauan siswa sehingga
dapat mendorong proses pembelajaran. Penggunaan media dalam pembelajaran
bertujuan untuk meningkatkan pengalaman belajar agar menjadi lebih konkret
(Sumiati & Asra, 2007). Menurut Briggs (dalam Sanaky, 2011:3) media adalah
“wahana atau alat fisik yang dapat menyajikan pesan serta merangsang
pembelajar (siswa ) untuk belajar”. Sedangkan “pembelajaran” dapat diartikan
sebagai upaya untuk membelajarkan pebelajar (siswa ). Membelajarkan berarti
usaha untuk membuat seseorang belajar. Dalam upaya pembelajaran terjadi proses
komunikasi antara pembelajar (komunikan) dengan guru (komunikator). Dari
uraian diatas disimpulkan bahwa media pembelajaran adalah segala sesuatu yang
dapat digunakan untuk memudahkan proses pembelajaran dalam rangka
mengefektifkan komunikasi dan interaksi antara guru dansiswa sehingga
memudahkan siswa memahami materi pelajaran dan untuk meningkatkan
motivasi belajar siswa . Oleh karena itu penggunaan media menjadi bagian yang
tidak terpisahkan dalam proses pembelajaran demi tercapainya tujuan
pembelajaran. Disamping itu, kemampuan menggunakan media pembelajaran
yang sesuai dengan karakteristik siswa dan mata pelajaran yang diampu
merupakan salah satu kompetensi inti pedagogik guru.
1. Fungsi Media dalam Pembelajaran
Media pembelajaranmemiliki 2 fungsi utama yaitu sebagai alat bantu
pembelajaran dan sebagai media sumber belajar. Oleh karena itu, penggunaan
media pembelajaran yang tepat dapat membawa keberhasilan dalam proses
pembelajaran. Menurut Levie dan Lentz (1982) dalam (Sanaky, 2011),
menyatakan bahwa media pembelajaran khususnya media visual memiliki empat
fungsi sebagai berikut.
1) Fungsi atensiyaitu menarik perhatian siswa untuk berkonsentrasi pada isi
pembelajaran.
2) Fungsi afektif yaitu menggugah emosi dan sikap pembelajar.
3) Fungsi kognitif yaitu memperlancar pencapaian tujuan untuk memahami dan
mendengar informasi atau pesan yang terkandung dalam gambar (lambang
visual).
8
4) Fungsi compensations yaitu membantu pembelajar yang lemah dalam
membaca untuk mengorganisasikan informasi dalam teks dan
mengingatkannya kembali.
9
e) menarik perhatian siswa , sehingga membangkitkan minat, motivasi, aktivitas,
dan kreativitas belajar siswa ;
f) membantu siswa belajar secara individual, kelompok, atau klasikal;
g) materi pembelajaran lebih lama diingat dan mudah untuk diungkakan kembali
dengan cepat dan tepat;
h) mempermudah dan mempercepat guru dalam menyajikan materi pembelajaran
dalam proses pembelajaran, sehingga memudahkan siswa untuk mengerti dan
memahaminya; dan
i) mengatasi keterbatasan ruang, waktu dan indera.
10
Berdasarkan kerucut pengalaman Edgar Dale diketahui bahwa semakin
tinggi tingkatan verbalisme maka semakin abstrak konsep yang dijelaskannya.
Demikian pula sebaliknya, semakin rendah tingkat verbalisme maka semakin
kongkret konsep yang dijelaskan dalam suatu proses pembelajaran.
2.5 Youtube
YouTube adalah sebuah situs website media sharing video online terbesar
dan paling populer di dunia internet. Saat ini pengguna youtube tersebar di seluruh
dunia dari berbagai kalangan usia, dari tingkat anak-anak sampai dewasa. Para
pengguna youtube dapat mengupload video, search video, menonton video,
diskusi/tanya jawab tentang video dan sekaligus berbagi klip video secara gratis.
Setiap hari ada jutaan orang yang mengakses youtube sehingga tidak salah jika
Youtube sangat potensial untuk dimanfaatkan sebagai media pembelajaran.
Tujuan memanfaatkan youtube sebagai media pembelajaran adalah untuk
menciptakan kondisi dan suasana pembelajaran yang menarik, menyenangkan dan
interaktif. Video pembelajaran di youtube dapat dimanfaatkan untuk pembelajaran
interaktif di kelas, baik untuk siswa maupun guru itu sendiri melalui presentasi
secara online maupun offline. Pemanfaatan youtube sebagai media pembelajaran
dapat digunakan setiap saat tanpa dibatasi olah ruang dan waktu dengan syarat
komputer atau media presentasi terhubung dengan internet. Mengapa memilih
youtube sebagai media pembelajaran? Karena youtube memiliki beberapa
keunggulan sebagai media pembelajaran yaitu :
1. Potensial yaitu youtube merupakan situs yang paling poluper di dunia internet
saat ini yang mampu memberikan edit value terhadap education/pendidikan.
2. Praktis yaitu youtube mudah digunakan dan dapat diikuti oleh semua kalangan
termasuk siswa dan guru
3. Informatif yaitu youtube memberikan informasi tentang perkembangan ilmu
pendidikan, teknologi, kebudayaan, dll
4. Interaktif yaitu youtube memfasilitasi kita untuk berdiskusi ataupun
melakukan tanya jawab bahkan mereview sebuah video pembelajaran.
11
5. Sheareable yaitu youtube memiliki fasilitas link HTML, Embed kode video
pembelajaran yang dapat di sheare di jejaring sosial seperti facebook, twitter
dan juga blog/website.
6. Ekonomis yaitu youtube gratis untuk semua kalangan.
(Sukani, 2012)
12
yang mampu berkomunikasi dan berkolaborasi secara efektif dengan berbagai
pihak; 3) keterampilan kreativitas dan inovasi yang mampu mengembangkan
kreativitasnya untuk menghasilkan terobosan inovatif; 4) Mampu dalam teknologi
informasi dan komunikasi untuk meningkatkan kinerja dan aktivitas kehidupan
sehari-hari; 5) Keterampilan belajar kontekstual sebagai bagian dari
pengembangan pribadi; Dan 6) keterampilan bidang informasi dan media
komunikasi untuk menyampaikan gagasan, melaksanakan kegiatan kolaborasi,
dan interaksi dengan berbagai pihak (Greenstein, 2012).
Berpikir kritis adalah konsep yang luas, dan telah menghasilkan berbagai
definisi dan terminologi oleh para ahli. Kenyataannya, menemukan definisi yang
diterima hampir tidak mungkin, dan keragaman penafsiran ini terkadang dapat
menciptakan tantangan bagi guru saat mencoba mengembangkan keterampilan
berpikir kritis pada siswa (Rear, 2010).
Abrami dkk. (2008) melakukan meta-analisis pengembangan berpikir kritis
dan pengajaran, menemukan bahwa untuk meningkatkan keterampilan berpikir
kritis siswa , guru harus secara sengaja memasukkan keterampilan berpikir kritis
ke dalam tujuan pembelajaran. Temuan ini mengungkapkan bahwa guru
mengharapkan pemikiran kritis akan terjadi secara alamiah, namun jika siswa
tidak tertantang secara terus menerus, bagaimana mereka akan menggunakan
pemikiran kritis di luar kelas. Dibawah ini disajikan tabel indikator berpikir kritis.
13
c. Mengidentifikasi alasan yang tidak
dinyatakan
d. Mencari persamaan dan perbedaan
e. Mengidentifikasi kerelevanan dan
tidak relevan
f. Mencari struktur argumen
g. Merangkum
3. Bertanya dan a. Mengapa?
menjawab b. Apa intinya?
pertanyaan c. Apa artinya?
tentang suatu d. Apa contohnya?
penjelasan dan e. Apa bukan contohnya?
tantangan f. Bagaimana menerapkannya?
g. Perbedaan apa yang
menyebabkannya?
h. Apa faktanya?
i. Benarkah yang anda katakan?
j. Akankah anda menyatakan lebih dari
itu?
2. Membangun 4. Mempertimban a. Keahlian
ketrampilan gkan b. Tidak ada konflik interest
dasar kredibilitas c. Kesepakatan antar sumber
suatu sumber d. Repotasi
e. Menggunakan prosedur yang baku
f. Mengetahui prosedur yang baku
g. Mampu memberi alasan
h. Kebiasaan berhati-hati
5. Mengobservasi a. Ikut terlibat dalam menyimpulkan
dan b. Dilaporkan oleh pengamat sendiri
mempertimbang c. Mencatat hal-hal yang diinginkan
kan hasil d. Penguatan dan kemungkinan
observasi penguatan
14
e. Kondisi akses yang baik
f. Penggunaan teknologi yang
kompeten
g. Kepuasan observer yang kredibilitas
baik
3. Kesimpulan 6. Membuat a. Kelompok yang logis
(inference) deduksi dan b. Kondisi yang logis
mempertimbang c. Interpretasi pernyataan
kan hasil
deduksi
7. Membuat a. Membuat generalisasi
induksi dan b. Membuat kesimpulan dan hipotesis
mempertimbang c. Investigasi
kan induksi d. Kriteria berdasarkan asumsi
8. Membuat dan a. Latar belakang fakta
mempertimbang b. Konsekuensi
kan nilai c. Penerapan prinsip-prinsip
keputusan d. Memikirkan alternatif
e. Menyeimbangkan, memberatkan dan
memutuskan
4. Membuat 9. Mendefinisikan a. Bentuk: sinonim,klasifikasi, rentang,
penjelasan istilah, eksprresi yang sama, operasional dan
lebih lanjut mempertimbang contoh dan bukan contoh
kan definisi b. Strategi definisi: aksi,
tindakan,pengidentifikasian
10. Mengidentifik a. Alasan yang tidak dinyatakan
asi asumsi b. Asumsi yang dibutuhkan,
membangun argumen
5. Strategi dan 11. Memutuskan a. Mendefinisikan suatu masalah
taktik suatu tindakan b. Menyelesaikan suatu kriteria untuk
membuat solusi
c. Merumuskan alternatif
15
d. Memutuskan hal-hal yang akan
dilakukan
e. Mereviev
f. Memonitor implementasi
12. Berinteraksi a. Mengembangkan dan menanggapi
dengan orang konsep yang keliru
lain b. Strategi logis
c. Strategi retorika
d. Mempresentasikan sebuah pendapat
baik lisan maupun tulisan
Sumber Costa (1985:54)
16
BAB III
METODE PENELITIAN
17
lingkungan sekitar sehingga secara tidak langsung siswa memperoleh literasi
lingkungan mengenai metode reuse barang-barang yang sudah tidak berguna yang
pada akhirnya akan mengurangi terjadinya pencemaran lingkungan. Disamping
itu, media pembelajaran alat destilasi sederhana ini sangat mudah dalam
penggunaan dan penyimpanan karena tidak memakan banyak tempat.
18
Aldestina (alat destilasi sederhana) dibuat dengan menggunakan barang-
barang bekas pakai yaitu :
1. Alas tegak dudukan alat : papan tebal atau triplek ukuran (40 x 55 cm) 1 buah
2. Alas dasar alat : papan tebal atau triplek (ukuran 40x20 cm) 1 buah
3. Tabung pendingin : botol plastik bekas air mineral volume 500 mL (sebagai
alternatif labu pendingin Leibig) 1 buah
4. Pipa pengalir distilat : pipa plastik diameter 0,9 cm, panjang 65 cm sebanyak 1
buah
5. Tabung didih : tabung reaksi tahan panas diameter 1,2 cm, panjang cm atau
lampu wolfram bening (sebagai alternative labu didih) sebanyak 1 buah
6. Pengalir keluar-masuk air : selang plastik transparan diameter 0,9 cm, panjang
30 cm sebanyak 2 buah
7. Wadah untuk sumber air mengalir : botol plastik bekas air mineral volume 600
mL sebanyak 1 buah
8. Penyangga gantungan wadah/botol air : tali plastik
9. Penyangga dudukan pendingin : tali plastik pengikat 1 buah
10. Penyangga tabung didih : kawat
11. Karet penyumbat tabung didih: karet gas yang ukurannya disesuaikan dengan
ukuran tabung reaksi atau plastisin
12. Penampung air distilat dan air dari pendingin : gelas plastik bekas air mineral
2 buah
13. Pembakar spiritus : botol bekas wadah minuman 1 buah
14. Sumbu api : sumbu kompor panjang 10 cm 1 buah
15. Bahan bakar : spiritus
Setelah semua alat dan baha tersedia, rangkailah alat dan bahan seperti
pada gambar dibawah ini :
19
Cara Kerja Alat Distilasi Sederhana (Aldestina)
Distilasi atau penyulingan adalah suatu metode pemisahan bahan kimia
berdasarkan perbedaan kecepatan atau kemudahan menguap bahan atau
didefinisikan teknik pemisahan campuran zat cair yang didasarkan pada
perbedaan titik didih zat. Prinsip kerja alat distilasi adalah pemisahan campuran
dengan cara penyulingan dilakukan dengan dua proses, yaitu penguapan dan
pengembunan.Penguapan dilakukan melalui pemanasan campuran sampai salah
satu komponen mendidih dan menguap. Pengembunan dilakukan melalui
pendinginan uap yang dihasilkan sehingga uap berubah menjadi titik-titik air yang
merupakan cairan murni terpisah dari campurannya.
Cara kerja alat distilasi sederhana dari barang bekas pakai ini yaitu
campuran zat (yang memiliki titik didih berbeda) dipanaskan dalam tabung
pendidih dengan pemanas yang dibuat dari botol bekas minuman sebagai
pengganti pemanas spiritus.Pemanasan dilakukan sampai ada salah satu
komponen yang mendidih sehingga menguap menjadi gas. Zat yang memiliki titik
didih lebih rendah akan menguap lebih dulu. Gas hasil pemanasan kemudian
disalurkan melalui pipa plastik kedalam pipa pendingin/kondensor yang dibuat
dari botol plastik 500mL dan dialiri air di bagian luarnya. Hal ini bertujuan untuk
menurunkan temperatur sehingga gas yang lewat akan mengalami pendinginan
(kondensasi). Air pendingin yang mengalir ke dalam kondensor akan menyerap
kalor sehingga ikut meningkat suhunya. Oleh karena itu air pendingin harus
dikeluarkan dan diganti dengan air baru supaya suhu di dalam kondensor tetap
dingin. Proses pendinginan (pengembunan) ini yang akan merubah uap air hasil
pemanasan menjadi titik-titik air atau embun. Embun yang terbentuk berupa
cairan murni akan mengalir dan ditampung dalam suatu labu destilat (gelas air
mineral). Hasil proses distilasi yang berupa cairan murni disebut distilat.
20
besar sehingga menyulitkan penyimpanan dan penggunaan penyangga karet pada
tabung pendidih yang dapat meleleh. Disamping itu tabung pendidih yang
menggunakan tabung reaksi terkadang tidak dimiliki oleh sekolah.
21
3.4 Aplikasi Praktis dalam Pembelajaran
Distilasi atau penyulingan adalah suatu metode pemisahan bahan kimia
berdasarkan perbedaan kecepatan atau kemudahan menguap bahan atau
didefinisikan teknik pemisahan campuran zat cair yang didasarkan pada
perbedaan titik didih zat. Proses pemisahan campuran dengan cara penyulingan
dilakukan dengan dua proses, yaitu penguapan dan pengembunan (Sugiyarto, T,
2008:134). Dalam penyulingan, campuran zat dipanaskan sampai ada salah satu
komponen yang mendidih sehingga menguap menjadi gas. Zat yang memiliki titik
didih lebih rendah akan menguap lebih dulu. Gas yang terbentuk kemudian
disalurkan kedalam pipa pendingin (kondensor) yang dialiri air di bagian luarnya.
Hal itu dilakukan untuk menurunkan temperatur sehingga gas yang lewat dapat
berubah menjadi tetes embun. Embun yang sudah berupa cairan murni akan
mengalir dan ditampung dalam suatu labu destilat. Hasil proses distilasi yang
berupa cairan murni disebut distilat.
Aldestina (alat destilasi sederhana) diaplikasikan di dalam proses
pembelajaran kurikulum 2013. Proses pembelajaran menggunakan pendekatan
STEM yang dapat menghubungkan materi yang dipelajari siswa dengan dunia
nyata sehingga siswa akan mendapat pengalaman langsung dalam pembelajaran.
Selain menggunakan aldestina, pembelajaran ini juga berbantuan media interaktif
yang didapat di situs youtube. Media interaktif youtube mampu menyuguhkan
animasi proses destilasi sehingga dapat menciptakan kondisi dan suasana
pembelajaran yang menarik, menyenangkan dan interaktif. Video pembelajaran di
youtube dapat dimanfaatkan untuk pembelajaran interaktif di kelas secara online
maupun offline. Pemanfaatan youtube sebagai media pembelajaran dapat
digunakan setiap saat tanpa dibatasi olah ruang dan waktu dengan syarat komputer
atau media presentasi terhubung dengan internet
Kegiatan pembelajaran menggunakan model pembelajaran berbasis
masalah (problem based learning). Pembelajaran berbasis masalah adalah
pembelajaran yang menggunakan masalah nyata dalam kehidupan sehari-hari
(otentik) untuk diselesaikan oleh peserta didik untuk mengembangkan
kemampuan berfikir kritis. Kegiatan pembelajaran sesuai model pembelajaran
problem based learning yaitu terdiri dari tahap : Orientasi terhadap masalah,
22
Orientasi belajar, Penyelidikan Individual maupun kelompok, Pengembangan dan
penyajian hasil penyelesaian masalah, Analisis dan evaluasi proses penyelesaian
masalah. Setelah proses pembelajaran, peserta didik diminta untuk menjawab tes
kemampuan pemikiran kritis dalam bentuk soal uraian mengenai materi destilasi.
Setting pembelajaran terlihat pada tabel kegiatan pembelajaran dibawah.
Tabel 1. Kegiatan Pembelajaran
Langkah Aloka
Pembelajaran si
Kegiatan Deskripsi Kegiatan
Model Problem Wakt
Based Learning u
Pendahuluan Motivasi dan 1. Guru memberi salam dilanjutkan 10
apersepsi dengan meminta salah seorang siswa menit
memandu doa, Siswa bersama guru
berdoa untuk memulai pelajaran.
2. Guru menanyakan kabar kepada siswa
dengan menanyakan “bagaimana kabar
anak-anak hari ini?” selanjutnya
mengabsen siswa yang tidak hadir.
3. Guru memotivasi dan memberi
apersepsi untuk menarik perhatian
siswa, dengan meminta salah seorang
siswa mencicipi air garam
4. Guru menyampaikan tujuan
pembelajaran dan keselamatan kerja
Kegiatan Orientasi 1. Guru menyajikan masalah nyata kepada 50
Inti terhadap siswa. Guru bertanya: bagaimana cara menit
masalah mengatasi air sumur yang cenderung
asin pada sumur masyarakat yang
tinggal di daerah pesisir? Perusahaan
air megumi menggunakan air laut
sebagai bahan dasar pada pembuatan air
kemasan.
2. Siswa diminta mengemukakan
23
sebanyak mungkin pendapat dan
pertanyaan.
24
penyelesaian refleksi dan evaluasi terhadap proses
masalah penyelesaian masalah yang dilakukan
Penutup 1. Siswa bersama guru mereview dan 20
membuat rangkuman hasil kegiatan menit
pembelajaran
2. Siswa dibimbing oleh menyimpulkan
hasil pembelajaran
3. Guru mendorong siswa untuk selalu
bersyukur atas karunia Tuhan yang
mengatur berbagai hal yang terjadi pada
pemisahan campuran
4. Guru memberikan penghargaan kepada
kelompok yang berkinerja baik.
5. Guru memberikan tes kemampuan
berfikir kritis untuk mengetahui sejauh
mana pengembangan pemikiran kritis
siswa terhadap materi yang telah
dipelajari.
6. Guru memberi tugas siswa untuk
mempelajari materi pertemuan
berikutnya.
25
penelitian adalah 80 seperti disajikan pada tabel 3.1. Hal ini berarti ada
peningkatan sebesar 20 poin.
Tabel 3.1 Nilai Keterampilan Berpikir Kritis
Sebelum Setelah
No Nama Keterangan
penelitian penelitian
70 90 Meningkat
1 DEWA GEDE PANJI ANANDA
GUSTI AYU PUTU KRISNA
65 85 Meningkat
2 VIRNANDINI
35 70 Meningkat
3 I DEWA MADE DWI PAYANA
I GUSTI AYU KADE INDAH
40 75 Meningkat
4 ROSIANA
I GUSTI AYU KADE
50 75 Meningkat
5 OKTAVIANI
I GUSTI AYU KOMANG
65 90 Meningkat
6 TRIYASTUTI
I GUSTI LANANG KOMANG
60 60 Tetap
7 PUTRA ARTAWAN
55 70 Meningkat
8 I GUSTI PUTU ADI PRAYOGA
I GUSTI PUTU DANAN
60 85 Meningkat
9 WIGUNA
I KADEK ADI RANGGA
70 85 Meningkat
10 WIBAWA
65 85 Meningkat
11 I KADEK RADITYA PRAMANA
55 80 Meningkat
12 I KETUT SUARDIANA
I KOMANG SATRIA
45 70 Meningkat
13 NARAYANA
75 90 Meningkat
14 I MADE GARBA
I PUTU DEDY PRATAMA
60 60 Tetap
15 PUTRA
65 85 Meningkat
16 I PUTU EKA ARDANA YASA
75 90 Meningkat
17 I PUTU GEDE DARMA PUTRA
45 80 Meningkat
18 I PUTU JUNISETIAWAN
60 60 Tetap
19 I PUTU WILLY RYAN KUSUMA
55 80 Meningkat
20 I PUTU WISNU BRAMANTA
60 75 Meningkat
21 I PUTU YOGA RADITYA
70 85 Meningkat
22 I WAYAN BUDIADNYANA
IDA AYU KOMANG NITA
65 90 Meningkat
23 APRILIA
26
IDA AYU PUTU LIA
65 90 Meningkat
24 APRILIANTINI
IDA BAGUS GEDE SANDI
65 75 Meningkat
25 DYANTARA
IDA BAGUS KADE NARENDRA
50 80 Meningkat
26 AGASTEYA
IDA BAGUS KETUT JULI
60 85 Meningkat
27 ANGGA MAHA PUTRA
IDA BAGUS PUTU CANDRA
55 80 Meningkat
28 APRIAWAN
70 90 Meningkat
29 NI MADE CITRA DEWI
NI PUTU BINTANG
70 85 Meningkat
30 CITRAWATI
Rata-rata 60 80
27
sederhana) berbantuan youtube efektif dalam meningkatkan kemampuan berfikir
kritis siswa. Materi pemisahan campuran secara destilasi merupakan materi yang
cenderung abstrak sehingga cukup sulit membangun pengetahuan siswa jika
hanya mengajar dengan metode ceramah tanpa menggunakan alat bantu
pembelajaran. Mengingat siswa kelas VII masih berada dalam tahap peralihan
dari tahap operasional konkret menuju tahap operasional fornal. Penggunaan
aldestina menekankan pada pemberian pengalaman langsung untuk
mengembangkan kompetensi siswa dalam menjelajahi dan memahami alam
sekitar secara ilmiah sehingga dapat membantu siswa untuk memperoleh
pemahaman yang lebih mendalam tentang alam sekitar. Melalui pembelajaran
secara kontekstual, siswa diharapkan dapat membangun sendiri pengetahuannya
sehingga siswa memiliki pemahaman lebih mendalam mengenai materi yang
diajarkan. Oleh karena itu ingatan siswa tentang materi yang diajarkan pun akan
tersimpan lama. Disamping itu dengan kemajuan teknologi saat ini, sangatlah
mudah untuk mencari animasi-animasi pembelajaran, salah satunya melalui
chanel youtube. Animasi pembelajaran ini berfungsi untuk menampilkan
gambaran proses terjadinya destilasi secara interaktif sehingga siswa akan lebih
tertarik dan lebih memahami materi yang dipelajari. Oleh karena itu keberadaan
media pembelajaran menjadi bagian penting yang harus disiapkan oleh guru dan
sangat diperlukan dalam rangka mengoptimalkan proses pembelajaran dan
meningkatkan kemampuan berfikir kritis siswa.
Keterampilan berpikir kritis merupakan hal penting yang harus dimiliki
siswa ketika memecahkan masalah dalam proses pembelajaran. Setiap melakukan
kegiatan pembelajaran, siswa harus menggunakan kemampuan dirinya untuk
berpikir sehingga menemukan ilmu baru. Kemampuan berpikir kritis adalah
proses terorganisasi yang melibatkan aktivitas mental seperti memecahkan
masalah, pengambilan keputusan, analisis asumsi dan inkuiri IPA sehingga
membantu siswa dalam menangani permasalahan yang muncul pada situasi baru.
Pembelajaran dengan upaya meningkatkan kemampuan berpikir kritis akan
lebih bermakna bila dalam prosesnya, pembelajaran dilakukan dalam sebuah
kebersamaan. Pembelajaran ini biasa kita sebut dengan pembelajaran kooperatif.
Melalui kegiatan pembelajaran kooperatif, siswa dilatih untuk bekerja sama,
28
berdiskusi, bertukar ide, saling mengungkapkan ide, saling memberi dan
menerima untuk memperoleh jawaban suatu persoalan. Aktivitas-aktivitas dalam
kelompok dapat menjadi sarana untuk meningkatkan keterampilan berpikir siswa.
Siswa yang belum tahu akan berupaya mencari tahu,sedang siswa yang sudah tahu
akan berupaya memberi tahu kepada kawannya yang memerlukan. Dengan
demikian melalui kegiatan pembelajaran kooperatif dapat menyediakan situasi
yang merangsang terlatihnya kemampuan berpikir kritis siswa.
Pembelajaran IPA seharusnya dibelajarkan secara konstekstual dan dapat
menghubungkan antara materi yang dibelajarkan dengan situasi di dunia nyata
melalui pembelajaran berbasis STEM. Pembelajaran berbasis STEM pada
pembelajaran ini nampak ketika siswa diberikan masalah nyata yang harus
diselesaikan siswa. Dengan demikian siswa dapat mengalami dan merasakan
secara langsung konsep atau fenomena yang dipelajari.
29
BAB IV
PENUTUP
4.1 Simpulan
Penggunaan aldestina berbantuan youtube dapat meningkatkan keterampilan
berpikir kritis. Berdasarkan hasil tes kemampuan berfikir kritis didapatkan
bahwa nilai rata-rata kemampuan berfikir kritis sebelum pembelajaran sebesar
60 dan setelah pembelajaran sebesar 80, terdapat peningkatan sebesar 20 poin.
A. Saran
1. Media pembelajaran aldestina sebaiknya dibuat oleh siswa dalam
kelompoknya agar didapatkan pemahaman konsep dan kamampuan
berfikir kritis yang lebih baik karena telah terjadi diskusi kelompok selama
proses pembuatannya.
30
DAFTAR PUSTAKA
Abrami, P. C., Bernard, R. M., Borokhovski, E., Wade, A., Surkes, M. A.,
Tamim, R., & Zhang, D. 2008. Instructional interventions affecting critical
thinking skills and dispositions: A stage 1 meta-analysis. Review Of
Educational Research 78, 1102-1134. DOI: 10.3102/0034654308326084
Ali, M. 1992. Guru Dalam Proses Belajar Mengajar. Bandung: Sinar Baru
Bybee,R.W.,& Landes, N.M, 1988, What research says about new science
curriculums (BSCS) science and children.,
Colley, B., Bilics, A., & Lerch, C. (2012). Reflection: A Key Component to
Thinking Critically. The Canadian Journal for the Scholarship of Teaching
and Learning, 3(2), 1-19.
Ennis, R.H. 2013. The Nature of Critical Thinking: Outlines of General Critical
Thinking Dispositions and Abilities (Online).http://www.criticalthinking.
net/longdefinition.html. diakses tanggal 20 April 2016
31
Peter, E. 2012. Critical Thinking: Essence for Teaching Mathematics and
Mathematics Problem Solving Skills. African Journal of Mathematics and
Computer Science Research, 5(3), 39-43.
Sugiyarto, T. 2008. Ilmu Pengetahuan Alam Kelas VII. Jakarta : Pusat Perbukuan,
Departemen pendidikan Nasional
http://id.m.wikipedia.org/wiku/Distilasi
https://www.sekolahmenyenangkan.org/kompetensi-siswa-abad-21/
http://guraru.org/guruberbagi/memanfaatkan_youtube_sebagai_media_pembelajar
an_yang_interaktif_menarik_dan_menyenangkan/
32
FOTO PENGGUNAAN ALDESTINA
33
34
35