Anda di halaman 1dari 43

ALDESTINA BERBANTUAN YOUTUBE

SEBAGAI MEDIA PEMBELAJARAN IPA BERBASIS STEM


UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS SISWA

LAPORAN BEST PRACTICE

Disusun Oleh:
Yulia Nur Yanti, S.Pd
NIP. 19850708 200902 2008

SMP NEGERI 1 NEGARA


KABUPATEN JEMBRANA
PROPINSI BALI
TAHUN 2019

i
LEMBAR PENGESAHAN

ALDESTINA BERBANTUAN YOUTUBE


SEBAGAI MEDIA PEMBELAJARAN IPA BERBASIS STEM
UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS SISWA

Disusun Oleh :
YULIA NUR YANTI, S.Pd
NIP. 19850708 200902 2 008
Penata Tk. 1/ III.d

Jembrana, April 2019


Mengesahkan
Kepala SMP Negeri 1 Negara

I Made Riantori, M.Pd


NIP. 19630813 198403 1 008

ii
KATA PENGANTAR

Puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa karena atas berkah dan rahmat-
Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan karya ilmiah yang berjudul “Aldestina
Berbantuan Youtube Sebagai Media Pembelajaran IPA Berbasis STEM untuk
Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kritis Siswa ”. Karya ilmiah ini disusun guna
mengikuti perlombaan guru berprestasi sekolah menengah pertama tahun 2019.
Penyusunan karya ilmiah ini tidak lepas dari bantuan berbagai pihak, oleh
karena itu penulis ingin menyampaikan ucapan terima kasih yang setulus-tulusnya
dan penghargaan yang setinggi-tingginya kepada :
1. Bapak I Made Riantori M.Pd selaku Kepala SMP Negeri 1 Negara
yang telah memberikan motivasi moril kepada penulis.
2. Rekan-Rekan Guru di SMP Negeri 1 Negara.

Semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu per satu yang turut
membantu baik materi maupun pikiran dalam penyusunan karya ilmiah ini.
Penyusunan karya ilmiah ini masih jauh dari sempurna. Oleh karena itu,
sangat diharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun demi kesempurnaan
karya ilmiah ini. Semoga karya ilmiah ini memberikan manfaat baik di masa
sekarang maupun yang akan datang.

Jembrana, April 2019


Penulis

iii
Abstrak

Yulia Nur Yanti. 2019. Aldestina Berbantuan Youtube Sebagai Media


Pembelajaran Berbasis STEM Untuk Meningkatkan kemampuan Berfikir Kritis
Siswa

Tujuan penelitian ini yaitu untuk menganalisis penggunaan aldestina


berbantuan youtube dalam meningkatkan keterampilan berpikir kritis siswa.
Media yang digunakan adalah Aldestina yaitu akronim dari alat destilasi
sederhana yang merupakan alat yang dibuat menyerupai alat praktik destilasi yang
ada di laboratorium. Dalam penerapannya berbantuan animasi dari youtube.
Media pembelajaran aldestina (alat destilasi sederhana) mampu memberikan
pengalaman nyata dalam pembelajaran karena siswa mendapatkan pengalaman
langsung praktik destilasi sehingga siswa mampu mengkonstruk sendiri
pengetahuannya dan pengetahuan tersebut akan lebih lama terekam dalam ingatan
siswa. Disamping itu dengan bantuan animasi youtube, pemahaman siswa lebih
meningkat. Aldestina sebagai media pembelajaran berbasis STEM dalam
penerapannya mampu menjembatani antara pelajaran di sekolah dengan situasi
dalam dunia nyata sehingga kemampuan berfikir kritis siswa menjadi berkembang.
Berdasarkan hasil penelitian di dapatkan bahwa nilai rata-rata kemampuan
berfikir kritis siswa sebelum pembelajaran sebesar 60 dan setelah pembelajaran
meningkat menjadi 80. Terdapat peningkatan sebesar 20 poin. Jadi kesimpulannya
adalah penggunaan aldestina berbantuan youtube dapat meningkatkan kemampuan
berfikir kritis siswa

Kata kunci : alat destilasi, STEM, kemampuan berfikir kritis

DAFTAR ISI

iv Halaman
HALAMAN JUDUL .............................................................................. i
HALAMAN PENGESAHAN ................................................................. ii
KATA PENGANTAR ............................................................................ iii
RINGKASAN ......................................................................................... iv
DAFTAR ISI .......................................................................................... vi
DAFTAR TABEL .................................................................................. viii
DAFTAR GAMBAR .............................................................................. ix
BAB 1. PENDAHULUAN ................................................................... 1
1.1 Latar Belakang ................................................................. 1
1.2 Rumusan Masalah ........................................................... 3
1.3 Tujuan Penelitian ............................................................. 3
1.4 Manfaat Penelitian .......................................................... 3
BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA ........................................................... 5
2.1 Pembelajaran IPA ........................................................... 5
2.2 Pendekatan Sains Teknologi dan Masyarakat ................. 6
2.2.1 Pengertian Pendekatan STM ................................... 6
2.2.2 Tahapan dalam Pendekatan Sains Teknologi dan
Masyarkat ................................................................ 9
2.2.3 Keunggulan Pendekatan STM.. ............................... 10
2.2.4 Kelemahan atau Kesulian yang dihadapai dalam
Pendekatan STM ..................................................... 11
2.3 Metode Eksperimen ........................................................ 11
2.4 Penerapan Pendekatan STM dengan Metode
Eksperimen dalam Pembelajaran IPA .............................. 14
2.5 Aktivitas Pembelajaran .................................................... 15
2.6 Ketuntasan Hasil Belajar .................................................. 16
BAB 3. METODE PENELITIAN ........................................................ 18
3.1 Tempat dan Waktu Penelitian ......................................... 18
3.2 Subyek .............................................................................. 18
3.3 Definisi Opersional .......................................................... 18

v
3.3.1 Pendekatan STM dengan Metode Eksperimen ...... 18.
3.3.2 Aktivitas Belajar ................................................... 19
3.3.3 Ketuntasan Hasil Belajar ...................................... 19
3.4 Teknik dan Instrument Pengumpulan Data ...................... 19
3.4.1 Tes .......................................................................... 19
3.4.2 Observasi ................................................................ 20
3.4.3 Wawancara ............................................................. 20
3.5 Jenis dan Desain Penelitian .............................................. 20
3.6 Metode Analisa Data ........................................................ 24
BAB 4. HASIL DAN PEMBAHASAN.................................................. 26
4.1 Hasil Penelitian ................................................................. 26
4.2 Hasil Observasi Aktivitas Belajar dan Pos-Test Siswa .... 26
4.2.1 Hasil Observasi Aktivitas Belajar dan Pos-Test Siswa
Siklus I ................................................................... 26
4.2.2 Hasil Observasi Aktivitas Belajar dan Pos-Test Siswa
Siklus II .................................................................. 29
4.3 Analisis Hasil Aktivitas Belajar dan Post-Test Siswa ...... 30
4.4 Pembahasan......................................................................... 31
BAB 5. KESIMPULAN DAN SARAN ................................................. 33
5.1 Kesimpulan ....................................................................... 33
5.2 Saran ................................................................................. 33
DAFTAR PUSTAKA ................................................................... 35
LAMPIRAN

DAFTAR TABEL

vi
Halaman
3.1 Kriteria Aktivitas Siswa ................................................................... 25
4.1 Aktivitas belajar siswa setelah tindakan (Siklus I) ......................... 28
4.2 Hasil Belajar IPA Siswa Setelah Tindakan (Siklus I) ..................... 29
4.3 Aktivitas belajar siswa setelah tindakan (Siklus II) ........................ 30
4.4 Hasil Belajar IPA Siswa Setelah Tindakan (Siklus II) .................... 31
4.5 Peningkatan aktivitas rata-rata tiap pembelajaran............................. 32
4.6 Ketuntasan hasil belajar siswa sebelum dan sesudah tindakan ........ 31

vii
DAFTAR GAMBAR

Halaman

2.1 Keterkaitan STM .............................................. ....................................... 7


3.1 Siklus Penelitian Tindakan Kelas Model Hopkins ........................... 22

viii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Pesatnya perkembangan teknologi era revolusi industri 4.0 yang
mengintegrasikan pemanfaatan teknologi dan internet yang begitu canggih dan
masif sangat mempengaruhi perilaku masyarakat dunia dimana ketrampilan dan
kompetensi menjadi hal pokok yang perlu diperhatikan. Agar dapat menyiapkan
lulusan yang kompetitif dalam era revolusi 4.0 maka pendidikan harus dirancang
agar dapat membekali siswa dengan kecapakan abad 21. Kecakapan tersebut
diantaranya adalah kecakapan memecahkan masalah (problem solving), berpikir
kritis (critical thinking), kolaborasi (collaboration), dan kecakapan berkomunikasi
(communication). Salah satu kecakapan yang penting yaitu kecakapan berpikir
kritis. Menurut Sukmadinata (2004) berpikir kritis adalah suatu kecakapan nalar
secara teratur, kecakapan sistematis dalam menilai, memecahkan masalah,
menarik keputusan, memberikan keyakinan, menganalisis asumsi, dan pencarian
ilmiah. Pada karakter ini, siswa berusaha untuk memberikan penalaran yang
masuk akal dalam memahami dan membuat pilihan yang rumit, memahami
interkoneksi antara sistem. Siswa juga menggunakan kemampuan yang
dimilikinya untuk berusaha menyelesaikan permasalahan yang dihadapinya
dengan mandiri, siswa juga memiliki kemampuan untuk menyusun dan
mengungkapkan, menganalisa, dan menyelesaikan masalah. Susanto (2013:126)
mengatakan bahwa keterampilan berpikir kritis perlu dikembangkan dalam diri
siswa karena melalui keterampilan berpikir kritis, siswa dapat lebih mudah
memahami konsep, peka terhadap masalah sehingga dapat memahami dan
menyelesaikan masalah tersebut. Keterampilan berpikir kritis dapat
dikembangkan salah satunya melalui proses pembelajaran ilmu pengetahuan alam
(IPA) berbasis STEM.
Ilmu pengetahuan alam diartikan sebagai ilmu pengetahuan yang
mempelajari tentang alam sekitar serta benda-benda yang berada di dalamnya.
Menurut Carin dan Sund, IPA merupakan pengetahuan yang sistematis dan
tersusun secara teratur, berlaku umum (universal) dan berupa kumpulan data hasil

1
observasi dan eksperimen. Pembelajaran IPA diharapkan dapat memberikan ruang
kepada siswa untuk dapat menemukan fakta-fakta, membangun konsep-konsep
dan teori-teori sehingga mampu mendorong siswa mengembangkan keterampilan
berpikir kritis dan sikap ilmiah dalam pembelajaran yang berguna untuk
melanjutkan pendidikan maupun untuk hidup di tengah masyarakat. Dalam
prosesnya diharapkan dapat memperkuat kompetensi siswa dari sisi pengetahuan,
keterampilan dan sikap sesuai rancangan kurikulum 2013. Oleh karena itu,
pembelajaran IPA seharusnya dibelajarkan secara konstekstual yang dalam
prosesnya lebih menekankan pada pemberian pengalaman secara langsung yang
terkait dengan dunia nyata siswa agar siswa dapat mengkonstruksi sendiri
pengetahuannya melalui aktifitas berpikir kritis sehingga pemahaman tentang
materi yang dipelajari akan terekam lebih lama dalam ingatan siswa. Pembelajarn
IPA dengan mengaitkan situasi dunia nyata siswa dapat diterapkan melalui
pembelajaran berbasis STEM. Pembelajaran berbasis STEM merupakan
pembelajaran yang dapat membantu siswa untuk menerapkan pengetahuan yang
mereka miliki ke dalam situasi nyata di kehidupannya. Selain itu, pembelajaran
berbasis STEM fokus pada pengalaman belajar siswa yang mungkin akan mereka
butuhkan di masa yang akang datang, seperti dunia karir (Glancy & Moore, 2013).
Berdasarkan hasil observasi dan wawancara pada siswa , diketahui bahwa
keterampilan berpikir kritis yang diharapkan dimiliki siswa masih belum
terwujud. Hal tersebut dibuktikan dengan proses pembelajaran yang masih kurang
bergairah dan memotivasi siswa untuk mengembangkan keterampilan berpikir
kritis. Kebanyakan siswa tidak dapat mengungkapkan gagasan yang jelas dan
mentransfer pengetahuan mereka untuk memecahkan masalah dunia nyata di
kelas. Salah satu penyebabnya karena materi pembelajaran IPA yang cukup
abstrak dan dalam membelajarkannya diperlukan alat bantu yang mampu
meningkatkan pengalaman belajar agar menjadi lebih nyata. Untuk itu,
keberadaan media pembelajaran menjadi bagian penting yang harus disiapkan
oleh guru dan sangat diperlukan dalam rangka mengoptimalkan proses
pembelajaran, yang pada gilirannya akan dapat mengembangkan keterampilan
berpikir kritis siswa . Media pembelajaran merupakan alat atau perantara yang
dapat digunakan untuk menyampaikan materi dan memudahkan proses belajar-

2
mengajar sehingga komunikasi antara guru dan siswa lebih efektif. Melalui
penggunaan media dalam pembelajaran, materi yang bersifat abstrak dapat
menjadi lebih konkret serta mudah dipahami. Penggunaan media pembelajaran
yang menarik dapat menciptakan pengalaman belajar lebih berkesan karena dapat
langsung memberikan pengalaman nyata bagi siswa. Penerapan media dan
teknologi akan membantu proses pembelajaran untuk mencapai tujuan
pembelajaran sesuai penelitian Ogott& Odera (2012) bahwa media dan teknologi
membantu 70% tercapainya tujuan pembelajaran. Temuan ini sesuai dengan
pendapat Drent dan Meelissen (2007) yang menyatakan bahwa Media dan
Teknologi harus digunakan sebagai alat untuk mendukung tujuan pendidikan
seperti keterampilan untuk mencari dan menilai informasi, kerja sama,
komunikasi dan pemecahan masalah yang penting untuk persiapan siswa dalam
memperoleh pengetahuan. Sebenarnya, penggunaan media dan teknologi yang
inovatif dapat memfasilitasi pembelajaran berpusat pada siswa (Drent, 2005).
Oleh karena itu, setiap guru kelas harus mengintegrasikan dan menggunakan
media pembelajaran untuk meningkatkan pembelajaran siswa mereka di setiap
mata pelajaran karena dapat melibatkan pemikiran, pengambilan keputusan,
pemecahan masalah dan perilaku penalaran siswa (Grabe & Grabe, 2001).
Berdasarkan pemikiran di atas, maka perlu dilakukan penelitian tentang
“Aldestina Berbantuan Youtube Sebagai Media Pembelajaran Berbasis STEM
Untuk Meningkatkan Keterampilan Berpikir Kritis Siswa ”

1.2 Rumusan Masalah


Berdasarkan latar belakang di atas, maka rumusan masalah dalam penelitian
ini adalah: Apakah penggunaan aldestina berbantuan youtube dapat meningkatkan
keterampilan berpikir kritis siswa

1.3 Tujuan
Tujuan penelitian ini adalah untuk menganalisis penggunaan aldestina
berbantuan youtube dalam meningkatkan keterampilan berpikir kritis siswa

3
1.4 Manfaat
a. Bagi Guru
1. memudahkan guru dalam menyampaikan materi pembelajaran;
2. memberikan alternatif media pembelajaran yang mudah dibuat dan
diaplikasikan;
3. Bagi Siswa
1. memudahkan siswa dalam memahami dan membentuk sendiri
pengetahuannya;
2. materi yang diajarkan akan terekam lebih lama dalam ingatan siswa ;
4. Bagi Sekolah
1. hasil penelitian merupakan sumbangan bagi sekolah dalam hal
perbaikan dan peningkatan mutu pembelajaran.
2. sebagai literasi bagi mata pelajaran lain menciptakan media
pembelajaran.

1.5 Dampak
Dampak yang diharapkan dari penelitian ini, yaitu
1. membuat guru menjadi semakin kreatif dan inovatif dalam menciptakan media
pembelajaran;
2. menjadikan proses pembelajaran semakin menyenangkan;
3. meningkatkan minat dan motivasi belajar siswa dalam pembelajaran IPA;
4. meningkatkan pemahaman siswa tentang lapisan atmosfer bumi karena
pemodelan menjadikan gambaran tentang atmosfer bumi menjadi lebih nyata;
5. meningkatkan hasil belajar IPA siswa .

4
BAB II
LANDASAN TEORI

2.1 Pembelajaran IPA


Pembelajaran dapat diartikan sebagai proses pengaturan lingkungan yang
diarahkan untuk mengubah perilaku siswa kearah yang positif dan lebih baik
sesuai dengan potensi dan perbedaan yang dimiliki siswa (Sanjaya, 2005:78).
Pembelajaran pada hakekatnya bertujuan untuk meningkatkan kemampuan
kognitif, afektif, dan psikomotor yang dikembangkan melalui pengalaman belajar.
Pembelajaran merupakan proses belajar mengajar untuk memperoleh
pengetahuan, ketrampilan, dan sikap. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa
pembelajaran adalah suatu proses belajar mengajar yang melibatkan semua aspek
yang berhubungan dengan belajar agar dapat mencapai tujuan tertentu.
Ilmu pengetahuan alam adalah ilmu pengetahuan yang mempelajari alam
semesta beserta isinya atau diartikan “suatu ilmu yang mempelajari gejala dan
peristiwa atau fenomena alam serta berusaha untuk mengungkap segala rahasia
dan hukum semesta. IPA berhubungan dengan cara mencari tahu tentang alam
secara sistematis, sehingga bukan hanya penguasaan kumpulan pengetahuan yang
berupa fakta, konsep, atau prinsip saja tetapi juga merupakan suatu proses
penemuan” (Depdiknas, 2006). Pendidikan IPA diharapkan menjadi sarana bagi
siswa untuk mempelajari diri sendiri dan alam sekitar serta menerapkannya di
dalam kehidupan sehari-hari. Perkembangan IPA selanjutnya tidak hanya ditandai
oleh adanya kumpulan fakta saja, tetapi juga munculnya “metode ilmiah”
(scientific methods) yang terwujud melalui suatu rangkaian ”kerja ilmiah”
(working scientifically), nilai dan “sikap ilmiah” (scientific attitudes). Merujuk
pada pengertian IPA di atas, maka hakikat IPA meliputi empat unsur, yaitu: (1)
produk; (2) proses; (3) aplikasi; dan (4) sikap (Rianawaty, I, 2013)
Pembelajaran IPA menekankan pada pemberian pengalaman langsung
untuk mengembangkan kemampuan agar siswa memahami alam sekitar melalui
proses mencari tahu dan berbuat sehingga siswa akan memperoleh pengetahuan
yang lebih mendalam. Keterampilan dalam mencari tahu atau berbuat tersebut
dinamakan keterampilan proses penyelidikan atau “inquiry skill” yang meliputi

5
mengamati, mengukur, menggolongkan, mengajukan pertanyaan, menyusun
hipotesis, merencanakan eksperimen untuk menjawab pertanyaan,
mengklarifikasikan, mengolah dan menganalisis data, menerapkan ide pada situasi
baru, menggunakan peralatan sederhana serta mengkomunikasikan informasi
dalam berbagai cara yaitu dengan gambar, lisan, tulisan dan sebagainya.
Berdasarkan uraian diatas dapat disimpulkan bahwa pembelajaran IPA
merupakan suatu proses kegiatan belajar dan mengajar yang melibatkan guru dan
siswa untuk memperoleh pengetahuan, ketrampilan, dan untuk mengubah
perilaku siswa kearah yang positif dan lebih baik sesuai dengan potensi dan
perbedaan yang dimiliki siswa dalam mempelajari alam, yaitu mengenai gejala
dan peristiwa atau fenomena alam serta interaksi yang ada di sekitar siswa .

2.2 Pembelajaran Berbasis STEM


STEM merupakan akronim dari science,technology, engineering, dan
mathematics. Pendidikan STEM adalah pendekatan dalam pendidikan di mana
Sains, Teknologi, Teknik, Matematika terintegrasi dengan proses pendidikan
berfokus pada pemecahan masalah dalam kehidupan sehari-hari yang nyata serta
dalam kehidupan profesional. Pendidikan STEM menunjukkan kepada peserta
didik bagaimana konsep, prinsip, teknik sains, teknologi, teknik dan matematika
(STEM) digunakan secara terintegrasi untuk mengembangkan produk, proses, dan
sistem yang bermanfaat bagi kehidupan manusia.
Pembelajaran berbasis STEM merupakan gerakan global dalam praktik
pembelajaran yang mengintegrasikan dengan berbagai pola integrasi untuk
mengembangkan kualitas SDM yang sesuai dengan tututan keterampilan Abad ke-
21. Pembelajaran sains berbasis pendidikan STEM kompatibel dengan sistem
kurikulum yang berlaku di Indonesia masa kini. Pembelajaran sains berbasis
STEM adalah pembelajaran materi pokok sains yang di dalamnya terintegrasi
perancangan desain- desain sistem dan penggunaan teknologi untuk pemecahan
masalah nyata. Dengan demikian diharapkan pembelajaran sains berbasis
pendidikan STEM berkontribusi pada peningkatan daya saing Indonesia.
Implementasi pembelajaran sains berbasis pendidikan STEM menuntut pergeseran
moda pembelajaran dari pembelajaran berpusat pada guru ke pembelajaran

6
berpusat pada peserta didik, dari pembelajaran individual ke arah pembelajaan
kolaboratif dan menekankan aplikasi pengetahahuan sains, kreativitas dan
pemecahan masalah (Harry Firman, 2016). Pendidikan sains berbasis STEM
menuntut pergeseran moda proses pembelajaran dari moda konvensional yang
berpusat pada guru (teacher centered) yang mengandalkan transfer pengetahuan
ke arah moda pembelajaran berpusat pada peserta didik (student centered) yang
mengandalkan keaktifan, hands-on, dan kolaborasi peserta didik. Pembelajaran
sains berbasis STEM perlu dilaksanakan dalam unit-unit pembelajaran berbasis
masalah (problem based learning), yang di dalamnya peserta didik ditantang
secara kritis, kreatif, dan inovatif untuk memecahkan masalah nyata, yang
melibatkan kegiatan kelompok (tim) secara kolaboratif. Pembelajaran sains
berbasis STEM dalam kelas didesain untuk memberi peluang bagi peserta didik
untuk mengaplikasikan pengetahuan akademik dalam dunia nyata
Dalam konteks pendidikan dasar dan menengah, pendidikan STEM
bertujuan mengembangkan peserta didik yang STEM literate (Bybee, 2013),
dengan rincian sebagai berikut.
1) memiliki pengetahuan, sikap, dan keterampilan untuk mengidentifikasi
pertanyaan dan masalah dalam situasi kehidupannya, menjelaskan fenomena
alam, mendesain, serta menarik kesimpulan berdasar bukti mengenai isu-isu
terkait STEM;
2) memahami karakteristik khusus disiplin STEM sebagai bentuk-bentuk
pengetahuan, penyelidikan, dan desain yang digagas manusia;
3) memiliki kesadaran bagaimana disiplindisiplin STEM membentuk lingkungan
material, intelektual dan kultural,
4) memiliki keinginan untuk terlibat dalam kajian isu-isu terkait STEM (misalnya
efisiensi pemisahan campuran, kualitas lingkungan, keterbatasan sumberdaya
alam) sebagai warga negara yang konstruktif, peduli, serta reflektif dengan
menggunakan gagasan-gagasan sains, teknologi, rekayasa, dan matematika.

2.3 Media Pembelajaran


Media diartikan sebagai segala sesuatu yang membawa informasi antara
sumber dan penerima atau dengan kata lain dapat digunakan untuk menyalurkan

7
pesan, merangsang pikiran, perasaan, perhatian dan kemauan siswa sehingga
dapat mendorong proses pembelajaran. Penggunaan media dalam pembelajaran
bertujuan untuk meningkatkan pengalaman belajar agar menjadi lebih konkret
(Sumiati & Asra, 2007). Menurut Briggs (dalam Sanaky, 2011:3) media adalah
“wahana atau alat fisik yang dapat menyajikan pesan serta merangsang
pembelajar (siswa ) untuk belajar”. Sedangkan “pembelajaran” dapat diartikan
sebagai upaya untuk membelajarkan pebelajar (siswa ). Membelajarkan berarti
usaha untuk membuat seseorang belajar. Dalam upaya pembelajaran terjadi proses
komunikasi antara pembelajar (komunikan) dengan guru (komunikator). Dari
uraian diatas disimpulkan bahwa media pembelajaran adalah segala sesuatu yang
dapat digunakan untuk memudahkan proses pembelajaran dalam rangka
mengefektifkan komunikasi dan interaksi antara guru dansiswa sehingga
memudahkan siswa memahami materi pelajaran dan untuk meningkatkan
motivasi belajar siswa . Oleh karena itu penggunaan media menjadi bagian yang
tidak terpisahkan dalam proses pembelajaran demi tercapainya tujuan
pembelajaran. Disamping itu, kemampuan menggunakan media pembelajaran
yang sesuai dengan karakteristik siswa dan mata pelajaran yang diampu
merupakan salah satu kompetensi inti pedagogik guru.
1. Fungsi Media dalam Pembelajaran
Media pembelajaranmemiliki 2 fungsi utama yaitu sebagai alat bantu
pembelajaran dan sebagai media sumber belajar. Oleh karena itu, penggunaan
media pembelajaran yang tepat dapat membawa keberhasilan dalam proses
pembelajaran. Menurut Levie dan Lentz (1982) dalam (Sanaky, 2011),
menyatakan bahwa media pembelajaran khususnya media visual memiliki empat
fungsi sebagai berikut.
1) Fungsi atensiyaitu menarik perhatian siswa untuk berkonsentrasi pada isi
pembelajaran.
2) Fungsi afektif yaitu menggugah emosi dan sikap pembelajar.
3) Fungsi kognitif yaitu memperlancar pencapaian tujuan untuk memahami dan
mendengar informasi atau pesan yang terkandung dalam gambar (lambang
visual).

8
4) Fungsi compensations yaitu membantu pembelajar yang lemah dalam
membaca untuk mengorganisasikan informasi dalam teks dan
mengingatkannya kembali.

Penggunaan media pembelajaran juga dapat mempertinggi proses dan


hasil belajar siswa , hal ini terjadi antara lain karena :
1) media pembelajaran dapat menarik perhatian siswa , sehingga menumbuhkan
motivasi belajar;
2) bahan pengajaran lebih jelas maknanya, sehingga guru dapat menguasai tujuan
pembelajaran dengan baik;
3) metode pengajaran yang digunakan akan bervariasi;
4) pembelajaran akan terpusat pada siswa (student center)sehingga siswa lebih
banyak melakukan aktivitas belajar; dan
5) sesuai dengan taraf berpikir siswa , dimulai dari taraf berpikir konkret menuju
abstrak, dimulai dari yang sederhana menuju berpikir yang kompleks. Melalui
penggunaan media pembelajaran, materi yang bersifat abstrak dapat
dikonkretkan, dan materi yang kompleks dapat lebih disederhanakan.(Sanaky,
2011)

2. Manfaat Media dalam Pembelajaran


Pengunaan media dalam pembelajaran memiliki berbagai manfaat.
Menurut Sumiati & Asra (2007 : 163-164), penggunaan media dalam
pembelajaran memiliki manfaat antara lain :
a) memberikan gambaran materi atau obyek yang abstrak menjadi konkret
karena dapat dilihat, dirasakan atau diraba;
b) memberikan pengalaman nyata dan langsung karena siswa dapat
berkomunikasi dan berinteraksi dengan lingkungan belajarnya;
c) mempelajari materi pembelajaran secara berulang-ulang karena media dapat
digunakan berulang-ulang kali;
d) memungkinkan adanya persamaan pendapat dan persepsi yang benar terhadap
suatu materi pembelajaran atau obyek;

9
e) menarik perhatian siswa , sehingga membangkitkan minat, motivasi, aktivitas,
dan kreativitas belajar siswa ;
f) membantu siswa belajar secara individual, kelompok, atau klasikal;
g) materi pembelajaran lebih lama diingat dan mudah untuk diungkakan kembali
dengan cepat dan tepat;
h) mempermudah dan mempercepat guru dalam menyajikan materi pembelajaran
dalam proses pembelajaran, sehingga memudahkan siswa untuk mengerti dan
memahaminya; dan
i) mengatasi keterbatasan ruang, waktu dan indera.

2.4 Media Pembelajaan Visual


Media pembelajaran visual yaitu jenis media yang menggunakan
kemampuan indera mata atau penglihatan (visual). Jenis media pembelajaran ini
menghasilkan pesan berupa bentuk atau rupa yang dapat dilihat. Contoh : gambar,
poster, grafik (Sumiati & Asra, 2007: 161). Sedangkan Amanah, S. (2016:14)
menyatakan bahwa media pembelajaran visual adalah media pembelajaran baik
dalam bentuk alat, metode, atau teknik yang dapat dilihat. Edgar Dale (dalam
Yusuf dalam Amanah, S. 2016:14) menggambarkan pentingnya visualisasi dan
verbalistis dalam pengalaman belajar yang disebut “Kerucut pengalaman Edgar
Dale”.

Gambar a. Kerucut Pengalaman/Cone of Experiences Edgar Dale


Sumber : Amanah, S. (2016: 14)

10
Berdasarkan kerucut pengalaman Edgar Dale diketahui bahwa semakin
tinggi tingkatan verbalisme maka semakin abstrak konsep yang dijelaskannya.
Demikian pula sebaliknya, semakin rendah tingkat verbalisme maka semakin
kongkret konsep yang dijelaskan dalam suatu proses pembelajaran.

2.5 Youtube
YouTube adalah sebuah situs website media sharing video online terbesar
dan paling populer di dunia internet. Saat ini pengguna youtube tersebar di seluruh
dunia dari berbagai kalangan usia, dari tingkat anak-anak sampai dewasa. Para
pengguna youtube dapat mengupload video, search video, menonton video,
diskusi/tanya jawab tentang video dan sekaligus berbagi klip video secara gratis.
Setiap hari ada jutaan orang yang mengakses youtube sehingga tidak salah jika
Youtube sangat potensial untuk dimanfaatkan sebagai media pembelajaran.
Tujuan memanfaatkan youtube sebagai media pembelajaran adalah untuk
menciptakan kondisi dan suasana pembelajaran yang menarik, menyenangkan dan
interaktif. Video pembelajaran di youtube dapat dimanfaatkan untuk pembelajaran
interaktif di kelas, baik untuk siswa maupun guru itu sendiri melalui presentasi
secara online maupun offline. Pemanfaatan youtube sebagai media pembelajaran
dapat digunakan setiap saat tanpa dibatasi olah ruang dan waktu dengan syarat
komputer atau media presentasi terhubung dengan internet. Mengapa memilih
youtube sebagai media pembelajaran? Karena youtube memiliki beberapa
keunggulan sebagai media pembelajaran yaitu :
1. Potensial yaitu youtube merupakan situs yang paling poluper di dunia internet
saat ini yang mampu memberikan edit value terhadap education/pendidikan.
2. Praktis yaitu youtube mudah digunakan dan dapat diikuti oleh semua kalangan
termasuk siswa dan guru
3. Informatif yaitu youtube memberikan informasi tentang perkembangan ilmu
pendidikan, teknologi, kebudayaan, dll
4. Interaktif yaitu youtube memfasilitasi kita untuk berdiskusi ataupun
melakukan tanya jawab bahkan mereview sebuah video pembelajaran.

11
5. Sheareable yaitu youtube memiliki fasilitas link HTML, Embed kode video
pembelajaran yang dapat di sheare di jejaring sosial seperti facebook, twitter
dan juga blog/website.
6. Ekonomis yaitu youtube gratis untuk semua kalangan.
(Sukani, 2012)

2.6 Keterampilan Berpikir Kritis


Abad 21 membutuhkan kemampuan berpikir yang lebih tinggi seperti
berpikir kritis, berpikir kreatif, pemecahan masalah (Kalelioglu & Gulbahar,
2014). Menurut Riechman & Simon (2013) berpikir kritis antara lain pemecahan
masalah, pemikiran analitis dan evaluasi (menilai alternatif yang mungkin,
menilai argumen, menimbang bukti, kesadaran akan pendapat yang berbeda,
menemukan penyebab, mengevaluasi kemungkinan, menggunakan informasi
untuk memecahkan masalah, kreativitas, inovasi, dan mampu menghasilkan ide
baru dari ide lama). Berpikir adalah aktivitas seseorang yang mencari jawaban
yang tepat, menyaring berbagai jenis data atau informasi, memecahkan masalah,
dan memutuskan sesuatu (Colley et al., 2012). Berpikir kritis adalah keterampilan
yang harus dikuasai dan diajarkan mengenai cara berpikir tentang sesuatu yang
masuk akal dipusatkan pada penentuan apa yang harus dipercaya atau dilakukan
(Ennis, 2010; Ennis, 2011; Facione, 2013). Berpikir kritis digunakan untuk
menilai informasi apa pun, menjelaskan alasannya, dan mampu mengatasi
masalah yang tidak diketahui (Thomas, 2011), sehingga setiap individu dapat
memahami konten atau informasi apapun tentang hal tertentu (Zane, 2013).
Berpikir kritis mencakup keterampilan dalam mengkonseptualisasikan,
menerapkan, menganalisis, mensintesis, dan atau mengevaluasi informasi yang
dikumpulkan dari, atau dihasilkan oleh pengamatan, pengalaman, refleksi,
penalaran, atau komunikasi sebagai panduan untuk keyakinan dan tindakan,
mengevaluasi informasi untuk mencapai jawaban atau kesimpulan. (Peter 2012;
Almubaid, 2014).
Manusia membutuhkan keterampilan yang digunakan untuk berkompetisi
termasuk: 1) kemampuan berpikir yang mencakup pemikiran kritis, pemecahan
masalah, kreativitas, dan metakognisi; 2) kemampuan komunikasi dan kolaborasi

12
yang mampu berkomunikasi dan berkolaborasi secara efektif dengan berbagai
pihak; 3) keterampilan kreativitas dan inovasi yang mampu mengembangkan
kreativitasnya untuk menghasilkan terobosan inovatif; 4) Mampu dalam teknologi
informasi dan komunikasi untuk meningkatkan kinerja dan aktivitas kehidupan
sehari-hari; 5) Keterampilan belajar kontekstual sebagai bagian dari
pengembangan pribadi; Dan 6) keterampilan bidang informasi dan media
komunikasi untuk menyampaikan gagasan, melaksanakan kegiatan kolaborasi,
dan interaksi dengan berbagai pihak (Greenstein, 2012).
Berpikir kritis adalah konsep yang luas, dan telah menghasilkan berbagai
definisi dan terminologi oleh para ahli. Kenyataannya, menemukan definisi yang
diterima hampir tidak mungkin, dan keragaman penafsiran ini terkadang dapat
menciptakan tantangan bagi guru saat mencoba mengembangkan keterampilan
berpikir kritis pada siswa (Rear, 2010).
Abrami dkk. (2008) melakukan meta-analisis pengembangan berpikir kritis
dan pengajaran, menemukan bahwa untuk meningkatkan keterampilan berpikir
kritis siswa , guru harus secara sengaja memasukkan keterampilan berpikir kritis
ke dalam tujuan pembelajaran. Temuan ini mengungkapkan bahwa guru
mengharapkan pemikiran kritis akan terjadi secara alamiah, namun jika siswa
tidak tertantang secara terus menerus, bagaimana mereka akan menggunakan
pemikiran kritis di luar kelas. Dibawah ini disajikan tabel indikator berpikir kritis.

Tabel 2.1 Indikator berpikir kritis


Berpikir Sub berpikir Penjelasan
Kritis kritis
1. Memberikan 1. Memfokuskan a. Mengidentifikasi atau merumuskan
penjelasan pertanyaan pertanyaan
sederhana b. Mengidentifikasi atau merumuskan
kriteria untuk mempertimbangkan
jawaban yang mungkin
2. Menganalisis a. Mengidentifikasi kesimpulan
argumen b. Mengidentifikasi alasan yang
dinyatakan

13
c. Mengidentifikasi alasan yang tidak
dinyatakan
d. Mencari persamaan dan perbedaan
e. Mengidentifikasi kerelevanan dan
tidak relevan
f. Mencari struktur argumen
g. Merangkum
3. Bertanya dan a. Mengapa?
menjawab b. Apa intinya?
pertanyaan c. Apa artinya?
tentang suatu d. Apa contohnya?
penjelasan dan e. Apa bukan contohnya?
tantangan f. Bagaimana menerapkannya?
g. Perbedaan apa yang
menyebabkannya?
h. Apa faktanya?
i. Benarkah yang anda katakan?
j. Akankah anda menyatakan lebih dari
itu?
2. Membangun 4. Mempertimban a. Keahlian
ketrampilan gkan b. Tidak ada konflik interest
dasar kredibilitas c. Kesepakatan antar sumber
suatu sumber d. Repotasi
e. Menggunakan prosedur yang baku
f. Mengetahui prosedur yang baku
g. Mampu memberi alasan
h. Kebiasaan berhati-hati
5. Mengobservasi a. Ikut terlibat dalam menyimpulkan
dan b. Dilaporkan oleh pengamat sendiri
mempertimbang c. Mencatat hal-hal yang diinginkan
kan hasil d. Penguatan dan kemungkinan
observasi penguatan

14
e. Kondisi akses yang baik
f. Penggunaan teknologi yang
kompeten
g. Kepuasan observer yang kredibilitas
baik
3. Kesimpulan 6. Membuat a. Kelompok yang logis
(inference) deduksi dan b. Kondisi yang logis
mempertimbang c. Interpretasi pernyataan
kan hasil
deduksi
7. Membuat a. Membuat generalisasi
induksi dan b. Membuat kesimpulan dan hipotesis
mempertimbang c. Investigasi
kan induksi d. Kriteria berdasarkan asumsi
8. Membuat dan a. Latar belakang fakta
mempertimbang b. Konsekuensi
kan nilai c. Penerapan prinsip-prinsip
keputusan d. Memikirkan alternatif
e. Menyeimbangkan, memberatkan dan
memutuskan
4. Membuat 9. Mendefinisikan a. Bentuk: sinonim,klasifikasi, rentang,
penjelasan istilah, eksprresi yang sama, operasional dan
lebih lanjut mempertimbang contoh dan bukan contoh
kan definisi b. Strategi definisi: aksi,
tindakan,pengidentifikasian
10. Mengidentifik a. Alasan yang tidak dinyatakan
asi asumsi b. Asumsi yang dibutuhkan,
membangun argumen
5. Strategi dan 11. Memutuskan a. Mendefinisikan suatu masalah
taktik suatu tindakan b. Menyelesaikan suatu kriteria untuk
membuat solusi
c. Merumuskan alternatif

15
d. Memutuskan hal-hal yang akan
dilakukan
e. Mereviev
f. Memonitor implementasi
12. Berinteraksi a. Mengembangkan dan menanggapi
dengan orang konsep yang keliru
lain b. Strategi logis
c. Strategi retorika
d. Mempresentasikan sebuah pendapat
baik lisan maupun tulisan
Sumber Costa (1985:54)

16
BAB III
METODE PENELITIAN

3.1 Ide Dasar


Penelitian ini merupakan best practice yang dimiliki oleh peneliti. Best
practice ini merupakan praktik proses pembelajaran terbaik yang telah dilakukan
oleh peneliti dan menghasilkan hasil yang nyata bagi peserta didik. Pada saat
proses pembelajaran materi pemisahan campuran (destilasi), siswa banyak yang
mengalami kesulitan dalam memahami konsep. Berdasarkan fakta tersebut
pembelajaran berjalan tidak optimal dan kurang bersemangat yang mengakibatkan
keterampilan berpikir kritis siswa rendah. Hal ini berakibat mereka kesulitan
dalam mengkonstruksi pengetahuan mereka sendiri sehingga tujuan pembelajaran
tidak tercapai.
Bertolak dari teori konstruktivisme yang memandang bahwa ilmu
pengetahuan harus dibangun oleh siswa di dalam benak sendiri melalui
pengembangan proses mentalnya. Berdasarkan teori kognitif Piaget, dapat
disimpulkan bahwa siswa kelas VII berada dalam tahap peralihan dari tahap
operasional konkret menuju operasional formal sehingga penggunaan alat bantu
dalam pembelajaran merupakan suatu keniscayaan. Disamping itu pembelajaran
berbasis STEM mengamanatkan bahwa pembelajaran dengan memanfaatkan
teknologi internet sangat relevan dengan perkembangan era revolusi 4.0.
Konsep dasar dalam pengembangan media aldestina berbantuan youtube
ini adalah untuk memberikan gambaran nyata proses pemisahan campuran dengan
cara destilasi dimana dua cairan yang memiliki titik didih berbeda akan
dipisahkan. Aldestina merupakan akronim dari alat destilasi sederhana yang
berfungsi sebagai alat peraga yang mampu meningkatkan pengalaman belajar
siswa menjadi lebih konkret sesuai dengan dunia nyata. Disamping itu, untuk
membantu proses konstruksi pengetahuan siswa maka penggunaan alat destilasi
sederhana dikombinasikan dengan media interaktif yang diambil dari youtube
sehingga dapat memberikan tampilan visual yang nyata dan menarik minat
pengguna sehingga pesan yang ingin disampaikan dapat tercapai. Pembuatan alat
destilasi sederhana ini dapat memanfaatkan barang-barang bekas yang ada di

17
lingkungan sekitar sehingga secara tidak langsung siswa memperoleh literasi
lingkungan mengenai metode reuse barang-barang yang sudah tidak berguna yang
pada akhirnya akan mengurangi terjadinya pencemaran lingkungan. Disamping
itu, media pembelajaran alat destilasi sederhana ini sangat mudah dalam
penggunaan dan penyimpanan karena tidak memakan banyak tempat.

3.2 Rancangan Karya Inovasi Pembelajaran


Media yang digunakan dalam penelitian ini adalah aldestina (alat
destilasi sederhana) berbantuan youtube. Alat destilasi sederhana ini
rancangannya mirip dengan alat destilasi yang biasa digunakan untuk praktik di
laboratorium. Alat praktik destilasi yang ada di laboratorium sebagian besar telah
usang bahkan tidak dapat dimanfaatkan kembali. Melalui inovasi pembuatan alat
praktik dari barang bekas pakai kesulitan pengadaan alat peraga IPA yang pada
umumnya berharga mahal dapat disiasati melalui pembuatan alat dari barang
bekas pakai yang bisa didapatkan dari lingkungan sekitar. Walaupun alat peraga
pengganti dibuat dengan barang bekas pakai tetapi fungsinya tetap dapat
menggantikan alat peraga pabrikan yang berharga cukup mahal. Alat peraga
distilasi pabrikan dibanderol dengan harga sekitar Rp 1.750.000 – Rp 3.500.000

Gambar 5. Alat Distilasi Pabrikan berharga 1.750.000 – Rp 3.500.000

18
Aldestina (alat destilasi sederhana) dibuat dengan menggunakan barang-
barang bekas pakai yaitu :
1. Alas tegak dudukan alat : papan tebal atau triplek ukuran (40 x 55 cm) 1 buah
2. Alas dasar alat : papan tebal atau triplek (ukuran 40x20 cm) 1 buah
3. Tabung pendingin : botol plastik bekas air mineral volume 500 mL (sebagai
alternatif labu pendingin Leibig) 1 buah
4. Pipa pengalir distilat : pipa plastik diameter 0,9 cm, panjang 65 cm sebanyak 1
buah
5. Tabung didih : tabung reaksi tahan panas diameter 1,2 cm, panjang cm atau
lampu wolfram bening (sebagai alternative labu didih) sebanyak 1 buah
6. Pengalir keluar-masuk air : selang plastik transparan diameter 0,9 cm, panjang
30 cm sebanyak 2 buah
7. Wadah untuk sumber air mengalir : botol plastik bekas air mineral volume 600
mL sebanyak 1 buah
8. Penyangga gantungan wadah/botol air : tali plastik
9. Penyangga dudukan pendingin : tali plastik pengikat 1 buah
10. Penyangga tabung didih : kawat
11. Karet penyumbat tabung didih: karet gas yang ukurannya disesuaikan dengan
ukuran tabung reaksi atau plastisin
12. Penampung air distilat dan air dari pendingin : gelas plastik bekas air mineral
2 buah
13. Pembakar spiritus : botol bekas wadah minuman 1 buah
14. Sumbu api : sumbu kompor panjang 10 cm 1 buah
15. Bahan bakar : spiritus
Setelah semua alat dan baha tersedia, rangkailah alat dan bahan seperti
pada gambar dibawah ini :

19
Cara Kerja Alat Distilasi Sederhana (Aldestina)
Distilasi atau penyulingan adalah suatu metode pemisahan bahan kimia
berdasarkan perbedaan kecepatan atau kemudahan menguap bahan atau
didefinisikan teknik pemisahan campuran zat cair yang didasarkan pada
perbedaan titik didih zat. Prinsip kerja alat distilasi adalah pemisahan campuran
dengan cara penyulingan dilakukan dengan dua proses, yaitu penguapan dan
pengembunan.Penguapan dilakukan melalui pemanasan campuran sampai salah
satu komponen mendidih dan menguap. Pengembunan dilakukan melalui
pendinginan uap yang dihasilkan sehingga uap berubah menjadi titik-titik air yang
merupakan cairan murni terpisah dari campurannya.
Cara kerja alat distilasi sederhana dari barang bekas pakai ini yaitu
campuran zat (yang memiliki titik didih berbeda) dipanaskan dalam tabung
pendidih dengan pemanas yang dibuat dari botol bekas minuman sebagai
pengganti pemanas spiritus.Pemanasan dilakukan sampai ada salah satu
komponen yang mendidih sehingga menguap menjadi gas. Zat yang memiliki titik
didih lebih rendah akan menguap lebih dulu. Gas hasil pemanasan kemudian
disalurkan melalui pipa plastik kedalam pipa pendingin/kondensor yang dibuat
dari botol plastik 500mL dan dialiri air di bagian luarnya. Hal ini bertujuan untuk
menurunkan temperatur sehingga gas yang lewat akan mengalami pendinginan
(kondensasi). Air pendingin yang mengalir ke dalam kondensor akan menyerap
kalor sehingga ikut meningkat suhunya. Oleh karena itu air pendingin harus
dikeluarkan dan diganti dengan air baru supaya suhu di dalam kondensor tetap
dingin. Proses pendinginan (pengembunan) ini yang akan merubah uap air hasil
pemanasan menjadi titik-titik air atau embun. Embun yang terbentuk berupa
cairan murni akan mengalir dan ditampung dalam suatu labu destilat (gelas air
mineral). Hasil proses distilasi yang berupa cairan murni disebut distilat.

3.3 Proses Penemuan/ Pembaharuan


Alat destilasi sederhana ini dibuat sebagai replika dari alat destilasi
pabrikan yang umumnya jarang dimiliki oleh sekolah ataupun telah usang dan
tidak dapat digunakan lagi. Pembaharuan alat ini telah dilakukan 2 kali yaitu pada
alat destilasi yang dibuat pertama kali kurang efektif karena ukuran yang terlalu

20
besar sehingga menyulitkan penyimpanan dan penggunaan penyangga karet pada
tabung pendidih yang dapat meleleh. Disamping itu tabung pendidih yang
menggunakan tabung reaksi terkadang tidak dimiliki oleh sekolah.

Pembaharuan berikutnya dengan memperhitungkan ukuran sehingga lebih


ergonomis dan menggunakan alat-alat yang lebih layak sehingga lebih mudah
dalam proses penyimpanan

21
3.4 Aplikasi Praktis dalam Pembelajaran
Distilasi atau penyulingan adalah suatu metode pemisahan bahan kimia
berdasarkan perbedaan kecepatan atau kemudahan menguap bahan atau
didefinisikan teknik pemisahan campuran zat cair yang didasarkan pada
perbedaan titik didih zat. Proses pemisahan campuran dengan cara penyulingan
dilakukan dengan dua proses, yaitu penguapan dan pengembunan (Sugiyarto, T,
2008:134). Dalam penyulingan, campuran zat dipanaskan sampai ada salah satu
komponen yang mendidih sehingga menguap menjadi gas. Zat yang memiliki titik
didih lebih rendah akan menguap lebih dulu. Gas yang terbentuk kemudian
disalurkan kedalam pipa pendingin (kondensor) yang dialiri air di bagian luarnya.
Hal itu dilakukan untuk menurunkan temperatur sehingga gas yang lewat dapat
berubah menjadi tetes embun. Embun yang sudah berupa cairan murni akan
mengalir dan ditampung dalam suatu labu destilat. Hasil proses distilasi yang
berupa cairan murni disebut distilat.
Aldestina (alat destilasi sederhana) diaplikasikan di dalam proses
pembelajaran kurikulum 2013. Proses pembelajaran menggunakan pendekatan
STEM yang dapat menghubungkan materi yang dipelajari siswa dengan dunia
nyata sehingga siswa akan mendapat pengalaman langsung dalam pembelajaran.
Selain menggunakan aldestina, pembelajaran ini juga berbantuan media interaktif
yang didapat di situs youtube. Media interaktif youtube mampu menyuguhkan
animasi proses destilasi sehingga dapat menciptakan kondisi dan suasana
pembelajaran yang menarik, menyenangkan dan interaktif. Video pembelajaran di
youtube dapat dimanfaatkan untuk pembelajaran interaktif di kelas secara online
maupun offline. Pemanfaatan youtube sebagai media pembelajaran dapat
digunakan setiap saat tanpa dibatasi olah ruang dan waktu dengan syarat komputer
atau media presentasi terhubung dengan internet
Kegiatan pembelajaran menggunakan model pembelajaran berbasis
masalah (problem based learning). Pembelajaran berbasis masalah adalah
pembelajaran yang menggunakan masalah nyata dalam kehidupan sehari-hari
(otentik) untuk diselesaikan oleh peserta didik untuk mengembangkan
kemampuan berfikir kritis. Kegiatan pembelajaran sesuai model pembelajaran
problem based learning yaitu terdiri dari tahap : Orientasi terhadap masalah,

22
Orientasi belajar, Penyelidikan Individual maupun kelompok, Pengembangan dan
penyajian hasil penyelesaian masalah, Analisis dan evaluasi proses penyelesaian
masalah. Setelah proses pembelajaran, peserta didik diminta untuk menjawab tes
kemampuan pemikiran kritis dalam bentuk soal uraian mengenai materi destilasi.
Setting pembelajaran terlihat pada tabel kegiatan pembelajaran dibawah.
Tabel 1. Kegiatan Pembelajaran
Langkah Aloka
Pembelajaran si
Kegiatan Deskripsi Kegiatan
Model Problem Wakt
Based Learning u
Pendahuluan Motivasi dan 1. Guru memberi salam dilanjutkan 10
apersepsi dengan meminta salah seorang siswa menit
memandu doa, Siswa bersama guru
berdoa untuk memulai pelajaran.
2. Guru menanyakan kabar kepada siswa
dengan menanyakan “bagaimana kabar
anak-anak hari ini?” selanjutnya
mengabsen siswa yang tidak hadir.
3. Guru memotivasi dan memberi
apersepsi untuk menarik perhatian
siswa, dengan meminta salah seorang
siswa mencicipi air garam
4. Guru menyampaikan tujuan
pembelajaran dan keselamatan kerja
Kegiatan Orientasi 1. Guru menyajikan masalah nyata kepada 50
Inti terhadap siswa. Guru bertanya: bagaimana cara menit
masalah mengatasi air sumur yang cenderung
asin pada sumur masyarakat yang
tinggal di daerah pesisir? Perusahaan
air megumi menggunakan air laut
sebagai bahan dasar pada pembuatan air
kemasan.
2. Siswa diminta mengemukakan

23
sebanyak mungkin pendapat dan
pertanyaan.

Orientasi 3. Peserta didik (difasilitasi guru)


belajar memahami masalah nyata yang telah
disajikan yaitu mengidentifikasi apa
yang mereka ketahui, dan apa yang
perlu dilakukan untuk menyelesaikan
masalah. Peserta didik berbagi peran/
tugas untuk menyelesaikan masalah.

Penyelidikan 4. Peserta didik melakukan pengumpulan


individual data/informasi (pengetahuan, konsep,
mapun teori) melalui berbaai macam cara
kelompok untuk menemukan berbagai alternatif
penyelesaian masalah dengan berfikir
kritis melalui percobaan destilasi
menggunakan aldestina.
5. Putar Peserta didik memperhatikan
video animasi destilasi yang diputar
guru melalui youtube untuk
meningkatkan pemahaman siswa.

Pengembangan 6. Peserta didik (dibimbing guru)


dan penyajian menentukan penyelesaian masalah yang
hasil paling tepat dari alternatif pemecahan
penyelesaian maaslah yang peserta didik temukan.
masalah Peserta didik menyusun laporan hasil
penyelesaian masalah

Analisis dan 7. Peserta didik mempresentasikan hasil


evaluasi proses penyelesaian masalah, melakukan

24
penyelesaian refleksi dan evaluasi terhadap proses
masalah penyelesaian masalah yang dilakukan
Penutup 1. Siswa bersama guru mereview dan 20
membuat rangkuman hasil kegiatan menit
pembelajaran
2. Siswa dibimbing oleh menyimpulkan
hasil pembelajaran
3. Guru mendorong siswa untuk selalu
bersyukur atas karunia Tuhan yang
mengatur berbagai hal yang terjadi pada
pemisahan campuran
4. Guru memberikan penghargaan kepada
kelompok yang berkinerja baik.
5. Guru memberikan tes kemampuan
berfikir kritis untuk mengetahui sejauh
mana pengembangan pemikiran kritis
siswa terhadap materi yang telah
dipelajari.
6. Guru memberi tugas siswa untuk
mempelajari materi pertemuan
berikutnya.

3.5 Data Hasil Aplikasi Praktis Inovasi Pembelajaran


Tahap awal yang dilakukan adalah penilaian awal dengan menggunakan
soal berpikir kritis. Nilai keterampilan berpikir kritis sebelum penelitian adalah
sebesar 58. . Hasil penilaian awal sangatlah penting untuk memberikan informasi
tentang keterampilan berpikir kritis siswa. Dari hasil itu dibuat rencana untuk
mengimplementasikan inovasi pembelajaran dengan membuat: a) rencana
pelaksanaan pembelajaran; b) instrumen penelitian. Instrumen penelitian adalah
tes keterampilan berpikir kritis. Nilai keterampilan berpikir kritis setelah

25
penelitian adalah 80 seperti disajikan pada tabel 3.1. Hal ini berarti ada
peningkatan sebesar 20 poin.
Tabel 3.1 Nilai Keterampilan Berpikir Kritis
Sebelum Setelah
No Nama Keterangan
penelitian penelitian
70 90 Meningkat
1 DEWA GEDE PANJI ANANDA
GUSTI AYU PUTU KRISNA
65 85 Meningkat
2 VIRNANDINI
35 70 Meningkat
3 I DEWA MADE DWI PAYANA
I GUSTI AYU KADE INDAH
40 75 Meningkat
4 ROSIANA
I GUSTI AYU KADE
50 75 Meningkat
5 OKTAVIANI
I GUSTI AYU KOMANG
65 90 Meningkat
6 TRIYASTUTI
I GUSTI LANANG KOMANG
60 60 Tetap
7 PUTRA ARTAWAN
55 70 Meningkat
8 I GUSTI PUTU ADI PRAYOGA
I GUSTI PUTU DANAN
60 85 Meningkat
9 WIGUNA
I KADEK ADI RANGGA
70 85 Meningkat
10 WIBAWA
65 85 Meningkat
11 I KADEK RADITYA PRAMANA
55 80 Meningkat
12 I KETUT SUARDIANA
I KOMANG SATRIA
45 70 Meningkat
13 NARAYANA
75 90 Meningkat
14 I MADE GARBA
I PUTU DEDY PRATAMA
60 60 Tetap
15 PUTRA
65 85 Meningkat
16 I PUTU EKA ARDANA YASA
75 90 Meningkat
17 I PUTU GEDE DARMA PUTRA
45 80 Meningkat
18 I PUTU JUNISETIAWAN
60 60 Tetap
19 I PUTU WILLY RYAN KUSUMA
55 80 Meningkat
20 I PUTU WISNU BRAMANTA
60 75 Meningkat
21 I PUTU YOGA RADITYA
70 85 Meningkat
22 I WAYAN BUDIADNYANA
IDA AYU KOMANG NITA
65 90 Meningkat
23 APRILIA

26
IDA AYU PUTU LIA
65 90 Meningkat
24 APRILIANTINI
IDA BAGUS GEDE SANDI
65 75 Meningkat
25 DYANTARA
IDA BAGUS KADE NARENDRA
50 80 Meningkat
26 AGASTEYA
IDA BAGUS KETUT JULI
60 85 Meningkat
27 ANGGA MAHA PUTRA
IDA BAGUS PUTU CANDRA
55 80 Meningkat
28 APRIAWAN
70 90 Meningkat
29 NI MADE CITRA DEWI
NI PUTU BINTANG
70 85 Meningkat
30 CITRAWATI
Rata-rata 60 80

Tes keterampilan berpikir kritis disajikan dalam bentuk soal uraian


sebanyak 5 soal. setiap soal memiliki rentang skor dari 0-4 yang disediakan rubrik
untuk proses penilaiannya.

3.6 Analisis Hasil Aplikasi Praktis Inova si Pembelajaran


Penelitian ini mengambil materi pemisahan campuran secara destilasi.
Pada pembelajaran di tahun-tahun sebelumnya, konsep pemisahan campuran sulit
dimengerti oleh siswa karena masih dibelajarkan secara konvensional dengan
metode ceramah. Hal tersebut karena kurangnya alat peraga praktik untuk
membelajarkan konsep pemisahan campuran secara destilasi. Alat peraga praktik
yang ada di laboratorium umumnya sudah usang dan tidak layak digunakan. Oleh
karena itu, guru berinovasi membuat dan mengembangkan alat destilasi sederhana
dengan menggunakan bahan-bahan yang ada di lingkungan sekitar. Di tahun lalu,
alat destilasi sederhana ini telah digunakan tapi hasilnya tidak semaksimal saat ini,
hal tersebut karena adanya bantuan media animasi dari youtube yang
menggambarkan terjadinya proses destilasi sehingga pemahaman siswa terhadap
materi destilasipun semakin meningkat.
Berdasarkan hasil analisis nilai kemampuan berfikir kritis didapatkan nilai
rata-rata kemampuan berfikir kritis siswa sebelum pembelajaran sebesar 60 dan
setelah pembelajaran, nilai rata-rata kemampuan berfikir kritis siswa meningkat
menjadi 80. Dari hasil tersebut nampak bahwa penggunaan aldestina (alat destilasi

27
sederhana) berbantuan youtube efektif dalam meningkatkan kemampuan berfikir
kritis siswa. Materi pemisahan campuran secara destilasi merupakan materi yang
cenderung abstrak sehingga cukup sulit membangun pengetahuan siswa jika
hanya mengajar dengan metode ceramah tanpa menggunakan alat bantu
pembelajaran. Mengingat siswa kelas VII masih berada dalam tahap peralihan
dari tahap operasional konkret menuju tahap operasional fornal. Penggunaan
aldestina menekankan pada pemberian pengalaman langsung untuk
mengembangkan kompetensi siswa dalam menjelajahi dan memahami alam
sekitar secara ilmiah sehingga dapat membantu siswa untuk memperoleh
pemahaman yang lebih mendalam tentang alam sekitar. Melalui pembelajaran
secara kontekstual, siswa diharapkan dapat membangun sendiri pengetahuannya
sehingga siswa memiliki pemahaman lebih mendalam mengenai materi yang
diajarkan. Oleh karena itu ingatan siswa tentang materi yang diajarkan pun akan
tersimpan lama. Disamping itu dengan kemajuan teknologi saat ini, sangatlah
mudah untuk mencari animasi-animasi pembelajaran, salah satunya melalui
chanel youtube. Animasi pembelajaran ini berfungsi untuk menampilkan
gambaran proses terjadinya destilasi secara interaktif sehingga siswa akan lebih
tertarik dan lebih memahami materi yang dipelajari. Oleh karena itu keberadaan
media pembelajaran menjadi bagian penting yang harus disiapkan oleh guru dan
sangat diperlukan dalam rangka mengoptimalkan proses pembelajaran dan
meningkatkan kemampuan berfikir kritis siswa.
Keterampilan berpikir kritis merupakan hal penting yang harus dimiliki
siswa ketika memecahkan masalah dalam proses pembelajaran. Setiap melakukan
kegiatan pembelajaran, siswa harus menggunakan kemampuan dirinya untuk
berpikir sehingga menemukan ilmu baru. Kemampuan berpikir kritis adalah
proses terorganisasi yang melibatkan aktivitas mental seperti memecahkan
masalah, pengambilan keputusan, analisis asumsi dan inkuiri IPA sehingga
membantu siswa dalam menangani permasalahan yang muncul pada situasi baru.
Pembelajaran dengan upaya meningkatkan kemampuan berpikir kritis akan
lebih bermakna bila dalam prosesnya, pembelajaran dilakukan dalam sebuah
kebersamaan. Pembelajaran ini biasa kita sebut dengan pembelajaran kooperatif.
Melalui kegiatan pembelajaran kooperatif, siswa dilatih untuk bekerja sama,

28
berdiskusi, bertukar ide, saling mengungkapkan ide, saling memberi dan
menerima untuk memperoleh jawaban suatu persoalan. Aktivitas-aktivitas dalam
kelompok dapat menjadi sarana untuk meningkatkan keterampilan berpikir siswa.
Siswa yang belum tahu akan berupaya mencari tahu,sedang siswa yang sudah tahu
akan berupaya memberi tahu kepada kawannya yang memerlukan. Dengan
demikian melalui kegiatan pembelajaran kooperatif dapat menyediakan situasi
yang merangsang terlatihnya kemampuan berpikir kritis siswa.
Pembelajaran IPA seharusnya dibelajarkan secara konstekstual dan dapat
menghubungkan antara materi yang dibelajarkan dengan situasi di dunia nyata
melalui pembelajaran berbasis STEM. Pembelajaran berbasis STEM pada
pembelajaran ini nampak ketika siswa diberikan masalah nyata yang harus
diselesaikan siswa. Dengan demikian siswa dapat mengalami dan merasakan
secara langsung konsep atau fenomena yang dipelajari.

29
BAB IV
PENUTUP

4.1 Simpulan
Penggunaan aldestina berbantuan youtube dapat meningkatkan keterampilan
berpikir kritis. Berdasarkan hasil tes kemampuan berfikir kritis didapatkan
bahwa nilai rata-rata kemampuan berfikir kritis sebelum pembelajaran sebesar
60 dan setelah pembelajaran sebesar 80, terdapat peningkatan sebesar 20 poin.

A. Saran
1. Media pembelajaran aldestina sebaiknya dibuat oleh siswa dalam
kelompoknya agar didapatkan pemahaman konsep dan kamampuan
berfikir kritis yang lebih baik karena telah terjadi diskusi kelompok selama
proses pembuatannya.

30
DAFTAR PUSTAKA

Abrami, P. C., Bernard, R. M., Borokhovski, E., Wade, A., Surkes, M. A.,
Tamim, R., & Zhang, D. 2008. Instructional interventions affecting critical
thinking skills and dispositions: A stage 1 meta-analysis. Review Of
Educational Research 78, 1102-1134. DOI: 10.3102/0034654308326084

Ali, M. 1992. Guru Dalam Proses Belajar Mengajar. Bandung: Sinar Baru

Almubaid, H. 2014. Applying and Promoting Critical Thinking in Online


Education. The International Conference on E-Learning in the Workplace,
June 11th-13th, New York, NY, USA.

Arsyad, A. 2009.Media Pembelajaran. Jakarta: PT Rajagrafindo Persada

Bybee,R.W.,& Landes, N.M, 1988, What research says about new science
curriculums (BSCS) science and children.,

Colley, B., Bilics, A., & Lerch, C. (2012). Reflection: A Key Component to
Thinking Critically. The Canadian Journal for the Scholarship of Teaching
and Learning, 3(2), 1-19.

Costa, A. L. & Presseisen B.Z.1985. Glossary of Thiking Skills, in A.L, Costa


(Ed), Developing Minds: A Resourse Book for Teaching Thiking.
Alexandria: ASCD

Depdiknas.2006.Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan Dasar Mata Pelajaran


IPA.Jakarta: Depdiknas

Ennis, R.H. 2013. The Nature of Critical Thinking: Outlines of General Critical
Thinking Dispositions and Abilities (Online).http://www.criticalthinking.
net/longdefinition.html. diakses tanggal 20 April 2016

Facione, P. 2013. Critical Thinking: What It Is and Why It Counts. Insight


Assessment. Measured Reasons and The California Academic Press,
Millbrae, CA.

Greenstein, L. 2012. Assesing 21 st Century Skill, A Guide To Evaluating


Mastery and Authentic Learning. USA: Corwin A Sage Company

Isroi.Distilator Bioetanol. [serial on line]. 2015.http://isroi.com/jualanku/mini-


distilator/

Kalelioğlu, F., & Gülbahar, Y. 2014. The Effect of Instructional Techniques on


Critical Thinking and Critical Thinking Dispositions in Online Discussion.
Educational Technology & Society, 17 (1), 248–258.
www.ifets.info/journals/17_1/21.pdf diakses tanggal 17 April 2017

31
Peter, E. 2012. Critical Thinking: Essence for Teaching Mathematics and
Mathematics Problem Solving Skills. African Journal of Mathematics and
Computer Science Research, 5(3), 39-43.

PPPPTK IPA. Alat Peraga Praktik IPA. [serial on line].


2015.https://camplong.files.wordpress.com

Riechman, B. & Simon, E. 2013. Assimilation of 21 Century Skills in Teacher


Education Colleges in Israel’s Peripheral Zones. ISBN: 978-0-9853483-9-
7.Retrievedfromhttps://www.academia.edu/5570295/ASSIMILATION_O
F_21ST_CENTURY_SKILS_IN_TEACHEREDUCATION_COLLEGES
_IN_ISRAEL_S_PERIPHERAL_Z ONES

Rear, D. 2010. A Systematic Approach to Teaching Critical Thinking through


Debate. ELTWorldOnline.com, 2, 1-10

Sugiyarto, T. 2008. Ilmu Pengetahuan Alam Kelas VII. Jakarta : Pusat Perbukuan,
Departemen pendidikan Nasional

Sukani. 2012. Memanfaatkan youtube sebagai media pembelajaran yang


interaktif, menarik dan menyenangkan.

Warsito, B. 2008.Teknologi Pembelajaran Landasan dan Aplikasinya.Jakarta


:Rineka Cipta

Zane, T. 2013. Implementing Critical Thinking with Signature Assignments. Salt


Lake Community College, Spring.

Widiyatmoko,A. 2012.Pembelajaran Berbasis Proyek Untuk Mengembangkan


Alat Peraga IPA Dengan Memanfaatkan Barang Bekas Pakai. [serial on
line].http://journal.unnes.ac.id/index.php/jpii.

Wikipedia. Pembelajaran. http://id.m.wikipedia.org/wiku/Pembelajaran

Wikipedia. Distilasi. [serial on line].

http://id.m.wikipedia.org/wiku/Distilasi

https://www.sekolahmenyenangkan.org/kompetensi-siswa-abad-21/

http://guraru.org/guruberbagi/memanfaatkan_youtube_sebagai_media_pembelajar
an_yang_interaktif_menarik_dan_menyenangkan/

32
FOTO PENGGUNAAN ALDESTINA

33
34
35

Anda mungkin juga menyukai