Anda di halaman 1dari 11

PROPOSAL KEGIATAN SEMINAR NASIONAL

“BLOCKCHAIN 101: ASPEK HUKUM IMPLEMENTASI


TEKNOLOGI BLOCKCHAIN DALAM SEKTOR KEUANGAN DI
INDONESIA”

Departemen Hukum Dagang


Fakultas Hukum Universitas Gadjah Mada
2019

1
A. Nama Kegiatan
Seminar Nasional, dengan Judul: “Blockchain 101: Aspek Hukum Implementasi Teknologi
Blockchain dalam Sektor Keuangan di Indonesia”

B. Latar Belakang Kegiatan


Pertumbuhan Ekonomi Digital di era globalisasi menjadi katalis bagi inovasi teknologi
yang menyediakan efisiensi lebih bagi beragam sektor. Bagi sektor keuangan, efisiensi
mendorong para pemangku kepentingan untuk melakukan integrasi teknologi dalam model-
model bisnis konvensional.1 Salah satunya ialah teknologi blockchain. Blockchain lahir sebagai
respon terhadap status quo arsitektur jaringan konvensional yang pada umumnya memiliki
bentuk tersentralisasi (centralized). Atas gagasan tersebut, penggunaan teknologi blockchain
meningkat cukup signifikan selama empat tahun terakhir.2
Blockchain–atau dapat ditulis dengan redaksi "block chain"3–diartikan sebagai salah
satu jenis struktur data dari teknologi buku besar yang terdistribusi (distributed ledger
technology/DLT). Buku besar tersebut memuat informasi dalam blok-blok tertentu (block).
Block tersebut tersambung dalam susunan data secara berantai (data chain), tidak terputus, dan
dilindungi menggunakan kriptografi.4 Perlindungan kriptografi dihadirkan melalui fitur
cryptographic hash–rangkaian kode yang berfungsi untuk melakukan enkripsi suatu informasi
dari block sebelumnya5–dalam setiap block dengan catatan waktu dan data informasi yang telah
terverifikasi dalam buku besar.6
Blockchain membawa inovasi baru di antara arsitektur jaringan yang umumnya digunakan.
Sebagai contoh, industri perbankan Indonesia memiliki sistem Bank Indonesia-Real Time
Gross Settlement (BI-RTGS) untuk penyelesaian transaksi perbankan yang mana setiap data
transaksi ditransmisikan ke pusat pengolahan sistem RTGS (RTGS Central Computer/RCC)
di Bank Indonesia untuk proses penyelesaian akhir transaksi (settlement).7 Arsitektur jaringan


1
Irene Aldridge dan Steven Krawciw, 2017, What Investors Should Known About FinTech, High-Frequency
Trading, and Flash Crashes, Wiley, New Jersey, hlm. 13.
2
Statista, “Number of Blockchain wallet users worldwide from 1st quarter 2015 to 3rd quarter 2018”,
https://www.statista.com/statistics/647374/worldwide-blockchain-wallet-users/, diakses 10 Januari 2019.
3
Jerry Bristo dan Andrea Castillo, 2013, Bitcoin: A Primer for Policymakers, Mercatus Center, George Mason
University, Arlington, hlm. 4.
4
Arvind Narayanan, et al., 2016, Bitcoin and Cyptocurrency Technologies: A Comprehensive Introduction,
Princeton University Press, Princeton, hlm. 38.
5
Ibid.
6
Jerry Bristo dan Andrea Castillo, Op.Cit., hlm. 5.
7
Biro Pengembangan Sistem Pembayaran Nasional Bank Indonesia, “Sistem Bank Indonesia-Real Time Gross
Settlement (BI-RTGS)”, https://www.bi.go.id/id/sistem-pembayaran/sistem-setelmen/bi-
rtgs/Documents/SistemBIRTGS.pdf., diakses 11 Januari 2018.

2
tersebut mengusung konsep tersentralisasi (centralized), berbeda dengan blockchain yang
menggunakan konsep terdesentralisasi (decentralized).8
Walaupun blockchain terdesentralisasi, data transaksi dalam jaringan terjamin
validitasnya. Hal ini disebabkan para pihak dalam jaringan blockchain sendiri yang
memverifikasi data transaksi. Lebih lanjut, umumnya data yang sudah tervalidasi dan tercatat
dalam blockchain tidak dapat dibuah secara sepihak oleh satu node.9 Menurut Melanie Swan,
insentif seperti ini memberikan efisiensi untuk mengorganisir suatu infrastruktur melalui
automasi pengalokasian aset.10 Bagi pelaku usaha, utamanya dalam sektor teknologi dan
keuangan, pemanfaatan blockchain mampu melahirkan keunggulan kompetitif (competitive
advantage). Namun, di samping keuntungan yang ditawarkan blockchain, melihat
perkembangan teknologi blockchain yang sangat cepat, sektor keuangan diperkirakan akan
menjadi salah satu sektor yang terdisrupsi.11 Seperti halnya teknologi disruptif lainnya, terdapat
aspek implementasi blockchain yang menjadi penting untuk dipertimbangkan.12
Implementasi teknologi blockchain yang paling umum digunakan ialah virtual currency.13
Virtual currency berbasis blockchain pertama kali disebarluaskan oleh seorang pseudonim
bernama Satoshi Nakamoto pada tahun 2008 dengan nama Bitcoin.14 Bitcoin memiliki visi
sebagai sistem transaksi elektronik tanpa bersandar pada kepercayaan. Di sisi lain, terdapat
teknologi “kontrak pintar” (smart contract) berbasis blockchain. Smart contract merupakan
“kontrak” yang mampu dieksekusi secara otomatis tanpa perlu adanya campur tangan manusia
(self-executing contract).15 Semenjak protokol smart contract dipublikasikan oleh Ethereum
ke publik pada tahun 2015,16 teknologi smart contract kerap dimanfaatkan untuk penggalangan
dana secara daring (crowdfunding).17 Skema tersebut umumnya dikenal dengan istilah


8
Marc Pilkington, “Blockchain Technology: Principles and Applications”, Research Handbook on Digital
Transformations, disunting oleh F. Xavier Olleros dan Majlinda Zhegu. Edward Elgar, September, 2018, hlm. 10.
9
Stéphane Blemus, "Law and Blockchain: A Legal Perspective on Current Regulatory Trends Worldwide", Revue
Trimestrielle de Droit Financier (Corporate Finance and Capital Markets Law Review), RTDF No. 4, Desember,
2017, hlm. 1.
10
Melanie Swan, “Blockchain: Blueprint for a New Economy”, O’Reilly Media, Inc., Massachussets, hlm. 27.
11
Gareth W. Peters dan Efstathios Panayi, Understanding Modern Banking Ledgers through Blockchain
Technologies: Future of Transaction Processing and Smart Contracts on the Internet of Money,
arXiv:1511.05740v1 [cs.CY], November, 2015, hlm. 30.
12
Ibid.
13
Lam Pak Nian dan David Lee Kuo Chen, "Introduction to Bitcoin", dalam David Lee Kuo Chen 2015,
Handbook of Digital Currency: Bitcoin, Innovation, Financial Instruments and Big Data, Elsevier Inc.,
Singapore, hlm. 12.
14
Satoshi Nakamoto, “Bitcoin: A Peer-to-Peer Electronic Cash System”, https://bitcoin.org/bitcoin.pdf, hlm. 8.
15
Pedro Franco, 2014, Understanding Bitcoin: Cryptography, Engineering and Economics, John Wiley & Sons,
West Sussex, hlm. 19.
16
Emanuel Castilo, "Ethereum White Paper: A Next-Generation adn Decentralized Application Platform",
https://github.com/ethereum/wiki/wiki/White-Paper, diakses 14 Maret 2018.
17
Ethereum Foundation, Loc. Cit.

3
Penawaran Koin Perdana (Initial Coin Offering/ICO). ICO memberikan kemudahan bagi para
pelaku perusahan rintisan (startup) untuk mengumpulkan dana dari investor yang mana dana
tersebut diperuntukkan untuk pembangunan suatu proyek. Adapun pendapat dari Wulf A. Kaal
dan Marco Dell’Erba yang menyatakan ICO sebagai cara pendanaan efisien dengan biaya
minim serta sebagai model pembiayaan baru yang “mendemokrasikan” cara-cara pembiayaan
konvensional seperti menghilangkan peran pihak ketiga dalam mekanismenya.18
Selain kedua bentuk implementasi di atas, masih terdapat bentuk implementasi
teknologi blockchain di berbagai macam industri seperti hak kekayaan intelektual, kesehatan,
dan administrasi pemerintah. Meskipun demikan, sektor keuangan ialah sektor pertama dan
paling utama bagi implementasi teknologi blockchain.19 Dalam gempuran disrupsi perusahaan
teknologi finansial (financial technology) di sektor keuangan, para incumbent memerlukan
terobosan teknologi yang tepat untuk bertumbuh.20 Blockchain menjadi salah satu opsi ideal
bagi perusahaan konvensional seperti industri perbankan untuk bertahan dengan merevolusi
teknologi yang mendasari jalannya bisnis.21
Kendati adanya nilai tambah yang diekstrak dari implementasi teknologi blockchain,
masih terdapat permasalahan. Bagi Bitcoin, “serangan 51%” (51% attack) menjadi isu
keamanan utama dari sistem berbasis blockchain. Menanggapi hal tersebut, Ning Shi
berpendapat bahwasanya hal tersebut berpotensi terjadi akibat arsitektur jaringan blockchain.
Kekuatan komputasi dalam sistem Bitcoin dapat terkonsentrasi oleh satu pihak dibawah
mekanisme konsensus proof-of-work.22 Artinya, apabila terdapat satu pihak yang memiliki
kekuatan komputasi sebesar 51% dari keseluhruhan pihak lain dalam jaringan, maka pihak
tersebut dapat mengatur data transaksi yang tercatat pada buku besar. Hal ini dapat
23
disalahgunakan untuk memanipulasi transaksi yang tercatat. Selain itu, bagi ICO yang
memberikan kemudahan dalam penggalangan dana secara daring justru menjadi salah satu
modus operandi penipuan (scam) daring. Menurut Satis Group, 78% ICO yang dilaksanakan
pada tahun 2017 ialah penipuan.24 Oleh sebabnya, sentimen negatif masyarakat lahir bagi ICO,


18
Wulf A. Kaal dan Marco Dell'Erba, "Initial Coin Offerings: Emerging Practices, Risk Factors and Red Flags”,
U of St. Thomas (Minnesota) Legal Studies Research Paper, No. 17-18, November, 2017, hlm. 2.
19
Zhao et al., “Overview of Business Innovations and Research Opportunities in Blockchain and Introduction to
The Special Issue”, Financial Innovation, Springer Berlin Heidelberg
Desember, 2016, https://doi.org/10.1186/s40854-016-0049-2, hlm. 5.
20
Ibid.
21
Ye Guo dan Chen Liang, “Blockchain Application and Outlook in The Banking Industry, Financial Innovation,
Springer Berlin Heidelberg, Volume 2, Number 1, 2016, https://doi.org/10.1186/s40854-016-0034-9, hlm. 5.
22
Ning Shi, “A New Proof-of-Work Mechanism for Bitcoin”, Financial Innovation, Springer Berlin Heidelberg,
November, 2016, https://doi.org/10.1186/s40854-016-0045-6, hlm. 2.
23
Zhao et al., Loc.Cit., hlm. 3.
24
Satis Group, “Cryptoasset Market Coverage Inititation: Network Creation”, July 11, 2018, hlm. 24.

4
lebih lanjut, terhadap teknologi blockchain yang mendasarinya. Menyikapi persoalan di atas,
pemerintah perlu mempetimbangkan blockhain dengan persepsi yang tepat sehingga regulator
dapat menyusun pengaturan ideal bagi blockchain di masyarakat. Di Indonesia, perkembangan
blockchain dapat tercermin pada kehadiran Asosiasi Blockchain Indonesia.25 Adapun terdapat
wacana penggunaan teknologi blockchain bagi industri halal tanah air.26 Blockchain dinilai
sebagai kunci sukses bagi pengembangan sistem pembayarna di industri perbankan Indonesia.
Bagi regulator, hal ini tentu menjadi tantangan sekaligus kesempatan.
Beralih ke sudut pandang yuridis, secara umum pengaturan blockchain telah tercakup
pada Peraturan Bank Indonesia Nomor 19/12/PBI/2017 Tentang Penyelenggaraan Teknologi
Finansial, Peraturan Otoritas Jasa Keuangan Republik Indonesia Nomor 13/POJK.02/2018
Tentang Inovasi Keuangan Digital di Sektor Jasa Keuangan, dan Peraturan Otoritas Jasa
Keuangan Republik Indonesia Nomor 37/POJK.04/2018 Tentang Layanan Urun Dana melalui
Penawaran Saham Berbasis Teknologi Informasi. Akan tetapi, secara garis besar pengaturan
blockchain di Indonesia masih belum memiliki kerangka pengaturan komprehensif yang secara
khusus berkaitan dengan implementasi teknologi blockchain di Indonesia. Hal ini menjadi
polemik, mengingat potensi adanya ekses dari implementasi teknologi blockchain di Indonesia
apabila payung hukum belum mengakomodir secara menyeleruruh.
Dibandingkan dengan kerangka pengaturan di negara lain seperti Singapura maupun
Jepang, Indonesia masih tertinggal. Ketertinggalan ini menahan para pelaku-pelaku industri
untuk mengembangkan inovasi baru memanfaatkan blockchain. Padahal, sebagaimana yang
tertulis di atas, teknologi blockchain menawarkan beragam nilai tambah yang secara eksklusif
hanya dimiliki oleh teknologi bockchain. Pokok permasalahan tersebut menjadi tantangan bagi
para pemangku kepentingan, tak terkecuali institusi pendidikan tinggi untuk saat ini dan
kedepan. Memasuki era ekonomi digital Institusi pendidikan tinggi memiliki peran penting
dalam membantu perkembangan industri digital dengan cara mengedukasi dan menyiapkan
civitas akademis untuk dapat tetap kompeten di tengah perkembangan pesat teknologi. 27
Kualifikasi kerja yang dibutuhkan di masa yang akan datang tentunya berbeda dengan
kualifikasi kerja terdahulu. Kualifikasi kerja di masa mendatang menekankan pada
kemampuan digital (digital competence), pemecahan masalah (problem solving), dan


25
Asosiasi Blockchain Indonesia, https://asosiasiblockchain.co.id, diakses 12 Januari 2019.
26
Rehia Sebayang, CNBC Indeonsia, “Blockchain dan Big Data Digunakan dalam Industri Halal”,
https://www.cnbcindonesia.com/syariah/20181212110932-29-46003/blockchain-dan-big-data-digunakan-
dalam-industri-halal, diakses 12 Januari 2019.
27
The Role and Opportunities for Universitites in the Digital Economy. 2016. Available at:
https://blogs.cisco.com/education/the-role-and-opportunities-for-universities-in-the-digital-economy

5
komunikasi manusia dengan mesin (human-machine communication).28 Mengingat adagium
hukum het recht hinkt achter de feiten aan, hukum selalu tertinggal dengan peristiwanya atau
sesuatu hal yang akan diatur. Terdapat jarak antar hukum dan gejala sosial yang lahir di
masyarakat. Oleh karenanya, untuk memperkecil jarak tersebut Fakultas Hukum UGM sebagai
institusi pendidikan tinggi dirasa perlu untuk mengambil peran dalam menghadapi tantangan
ini dengan cara mengembangkan berbagai aspek pendidikan termasuk sumber daya manusia
dan program penunjang sebagai wadah untuk mendukung dan mempersiapkan civitas
akademika untuk dapat menghadapi tantangan di era ekonomi digital.
Berangkat dari latar belakang diatas, perlu diselenggarakan kegiatan yang dapat
menjadi wadah bagi diskursus antara ilmu hukum dengan ekonomi digital, secara khusus
teknologi blockchain. Seminar Hukum dan Ekonomi Digital dapat mempertemukan dan
menghasilakan berbagai persepektif baik dari segi teknis, praktis teknologi blockchain maupun
disiplin ilmu hukum untuk menghadapi permasalahan yang menjadi tema. Dibutuhkan peran
aktif dari civitas akademikda FH UGM dalam rangka membangun cakrawala berfikir yang
lebih meluas dan aktual di era Ekonomi Digital.

C. Tujuan Kegiatan
Seminar ini bertujuan untuk:
1. Menjadi wadah berbagi ilmu (knowledge sharing platform) bagi pemangku kepentingan
dengan Perguruan Tinggi.
2. Meningkatkan literasi digital (digital literacy) civitas akademika Fakultas Hukum
UGM.
3. Memperkuat kompetensi civitas akademika Fakultas Hukum UGM.

D. Bentuk Kegiatan
Bentuk kegiatan dalam materi ini ialah seminar, yang mana pembicara akan
memaparkan materi mengenai dasar-dasar dari teknis teknologi blockchain, potensi
implementasi teknologi blockchain dalam sektor keuangan di Indonesia, serta bagaimana aspek
hukum implementasi teknologi blockchain dalam sektor keuangan di Indonesia.


28
S.R Sorko, Rabel B at all. 2016. The Future of Employment – Challenges In Human Resources Through
Digitalization. University of Applied Sciences, Austria.

6
E. Target dan Arahan Materi
No. Pembicara Materi
Dasar-dasar teknis dan praktis teknologi
blockchain:
a. Distributed Ledger Technology (DLT);
b. Konsep dasar teknologi blockchain:
c. The Internet of Money dan Bitcoin;
New Economic Movement (NEM) d. Peran blockchain di era ekonomi
1.
Foundation digital;
e. Jenis tokens berbasis blockchain;
f. Smart Contract;
g. Pihak-pihak yang telah menggunakan
teknologi blockchain.
Public/Private
Aspek hukum implementasi teknologi
blockchain dalam sektor keuangan di
Indonesia:
a. Potensi implementasi DLT-based
CBDC di Indonesia dan implikasi
hukumnya;
Dosen Departemen Hukum Dagang
2. b. Potensi Implementasi penggunaan
FH UGM
Blockchain dalam Remittance/Cross-
Border Payments di Indonesia dan
implikasi hukumnya;
c. Potensi Implementasi penggunaan
Blockchain dalam Letter of Credit di
Indonesia dan implikasi hukumnya.\
1. Implementasi teknologi Blockchain dalam
sector keuangan:
a. DLT-based Central Bank Digital
Currency (CBDC).
2. Aspek hukum implementasi teknologi
3. Bank Indonesia (BI) blockchain dalam sektor keuangan di
Indonesia:
a. Legalitas Bitcoin sebagai mata uang dan
sistem pembayaran di Indonesia;
b. Pengaturan virtual currency dan token
berbasis blockchain di negara lain.

7
1. Implementasi teknologi Blockchain dalam
sector keuangan:
a. Crowdfunding;
b. Security Tokens.
2. Aspek hukum implementasi teknologi
Blockchain dalam sektor keuangan di
Indonesia:
4. Otoritas Jasa Keuangan (OJK)
a. Legalitas pengunaan blockchain untuk
layanan urun dana berbasis teknologi
(crowdfunding) informasi di Indonesia;
b. Legalitas security tokens di Indonesia.
c. Perlindungan hukum pengguna produk
keuangan berbasis teknologi
blockchain.

F. Jadwal dan Tempat Pelaksanaan


Hari : Selasa
Tanggal : 26 Maret 2019
Jam : 08.30-12.30
Tempat : Ruang Sekip University Club Universitas Gadjah Mada

G. Rangkaian Kegiatan
Selasa, 26 Februari 2019
Waktu Kegiatan Durasi
08.00-08.30 Registrasi 90 Menit
08.30-08.35 Pembukaan oleh MC 5 Menit
Menyanyikan Lagu Kebangsaan “Indonesia
08.35-08.40 5 Menit
Raya”
Sambutan oleh Dekan Fakultas Hukum
08.40-08.45 5 Menit
UGM
Penyampaian materi dan tanya jawab (2 sesi)
Pembicara 1: NEM Foundation
Pembicara 2: Bank Indonesia
08.45-11.45 180 Menit
Pembicara 3: Otoritas Jasa Keuangan
Pembicara 4: Dosen Departemen Hukum
Dagang Fakultas Hukum UGM
11.45-11.50 Kesimpulan oleh Moderator 5 Menit

8
Penutupan oleh Ketua Departemen Hukum
11.50-12.00 10 Menit
Dagang
12.30-12.30 Makan Siang 30 Menit

H. Peserta
Jumlah peserta kegiatan ini sekitar 100 orang. Peserta seminar ialah:
1. Dosen
2. Mahasiswa S1, S2 dan S3
3. Birokrat
4. Pengamat dan peneliti hukum
5. Pengamat dan peneliti teknologi
6. Pengamat dan peneliti yang relevan dengan tajuk seminar

I. Penyelenggara
Penyelenggara kegiatan ini adalah Departemen Hukum Dagang Fakultas Hukum UGM.

J. Penutup
Demikianlah Terms of Reference kegiatan Seminar Nasional, dengan Judul: “Blockchain 101:
Aspek Hukum Implementasi Teknologi Blockchain dalam Sektor Keuangan di Indonesia”

9
RENCANA ANGGARAN BIAYA
SEMINAR NASIONAL
“BLOCKCHAIN 101: ASPEK HUKUM IMPLEMENTASI TEKNOLOGI BLOCKCHAIN
DALAM SEKTOR KEUANGAN DI INDONESIA”

No Pengunaan Dana Vol Satuan Harga Jumlah Keterangan

Biaya Gedung
(Bulaksumur Hall
1 1 Gedung IDR15,000,000 IDR15,000,000
University Club
UGM)

1. 1x coffee
break
2. 1 x makan
siang
Seminar Package 3. Screen +
2 (Half Day 120 Orang IDR 150,000 IDR 18,000,000 lcd
Seminar) 4. Air mineral
5 . Permen
6. Pajak dan
pelayanan
3 Snack Pembicara 5 Orang IDR20,000 IDR100,000
Tas furing,
4 Seminar kit 100 Paket IDR12,500 IDR1,250,000 blocknote A6,
pulpen, stiker
5 Plakat 5 Buah IDR120,000 IDR600,000
6 Banner (kecil) 2 Buah IDR90,000 IDR180,000 3mx1m
7 Backdrop 1 Buah IDR180,000 IDR180,000 3mx2m
8 X-Banner 1 Buah IDR100,000 IDR100,000
Kertas HVS
9 Alat tulis 5 Paket IDR20,000 IDR100,000
dan pulpen
10 Sertifikat 135 Lembar IDR4,000 IDR540,000
11 Co-card panitia 20 Buah IDR6,000 IDR120,000
Poster A3 Ivory
12 20 Buah IDR7,500 IDR150,000
210
Honor Pembicara
13 - - IDR10,245,000 IDR10,245,000
& Kepanitiaan
TOTAL IDR46,565,000

10
Scanned by CamScanner

11

Anda mungkin juga menyukai