Anda di halaman 1dari 35

Soal Evidence Based

Pengaruh Etik Biomedis dan Aplikasinya dalam Praktik Kebidanan

Nama Kelompok 7: Muthya Aulina Fahriyan


Ayu Gustian Dita Chyntari
Muhibah Ilaya
Poppy Indira Oktaviani
Aeolia Febrina Purbakancana
Novia Sari N

1. Dibawah ini yang termasuk hak pasien/klien adalah ………


a. mematuhi segala instruksi dokter,bidan,perawat yang merawatnya
b. mentaati segala peraturan dan tata tertib RS.
c. memenuhi hal-hal yang selalu disepakati.
d. mendapatkan perlindungan hukum atas terjadinya kasus mal
praktek.
e. melunasi semua imbalan atas jasa pelayanan RS.

2. Ny. S usia 25 tahun hamil Usia kehamilan 6 minggu datang ke


puskesmas dengan keluhan mual muntah dan pusing. Ny. S tersebut
merupakan keluarga tenaga medis di puskesmas tersebut. Ny.S meminta
kepada bidan untuk didahulukan karena sudah tidak tahan dengan
pusingnya. Bidan menolak permintaan tersebut dan meminta Ny.S
menunggu sesuai antrian. Prinsip dasar bioetik yang diterapkan bidan
tersebut adalah?
a. Beneficience
b. Nonmaleficience
c. Justice
d. Otonomi
e. Quality of life

3. Seorang bidan diwajibkan untuk tidak membahayakan kehidupan


pasiennya, baik disengaja maupun karena kelalaian. Manakah asas etika
berikut yang merupakan dasar pernyataan tersebut?
a. Autonomy
b. Fidelity
c. Truth telling
d. Beneficence
e. Non maleficence
4. Bidan Delima telah lama bertugas di suatu desa terpencil yang
sangat jauh dari kota. Sehari-harinya ia bertugas di sebuah puskesmas, hal
ini merupakan pekerjaan yang cukup melelahkan karena setiap harinya
banyak warga desa yang datang berobat karena puskesmas tersebut
merupakan satu-satunya sarana kesehatan yang ada. Nidan Delima
bertugas dari pagi hari sampai sore hari tetapi tidak menutup kemungkinan
ia harus mengobati pasien dimalam hari bila ada warga desa yang
membutuhkan pertolongannya atau ada pasien yang akan melahirkan.
Prinsip bioetik yang diterapkan bidan delima tersebut adalah ?
a. Beneficience
b. Non maleficience
c. Justice
d. Otonomi
e. Quality of life

5. Ny. P berusia 37 tahun telah memiliki anak 3 orang dengan umur


terkecil 3 tahun. Ny. P tersebut memiliki riwayat perdarahan dan riwayat
abortus, bidan menyarankan untuk menggunakan kontrasepsi tubektomi.
Tetapi ibu ingin berdiskusi dulu dengan suaminya. Bidan memperbolehkan
ibu untuk bediskusi dulu dengan suami nya . Prinsip bioetik apa yang
diterapkan bidan ?
a. Beneficience
b. Nonmaleficience
c. Justice
d. Autonomi
e. Honestly

6. Dibawah ini yang termasuk masalah etik yang berhubungan


dengan profesi adalah ?
a. Perawatan intensif pada bayi
b. Skreening bayi
c. Pengambilan keputusan
d. Transplantasi organ
e. Rekayasa genetika

7. Nn. R usia 16 tahun datang dengan keluarganya kepuskesmas.


Keluarga mengatakan bahwa Nn. R 2 hari yang lalu menjadi korban
pemerkosaan. Remaja tersebut sedih karena takut hamil, ingin terus
menyakiti dirinya dan kawatir akan masa depannya. Bidan memberikan
kontrasepsi darurat untuk Nn. R yang bertujuan untuk mencegah
kehamilan yang tidak dinginkan oleh remaja yang menjadi korban
pemerkosaan. Tindakan bioetik yang diterapkan bidan tersebut adalah ?
a. Autonomy
b. Fidelity
c. Truth telling
d. Beneficence
e. Justice

8. Dibawah ini yang tidak termasuk kewajiban seorang bidan adalah ?


a. mendapat perlindungan hukum dalam melaksanakan tugas
sesuai dengan profesinya
b. mendokmentasikan asuhan kebidanan yang diberikan
c. memberikan informasi yang akurat tentang tindakan yang akan
dilakukan serta resiko yang mungkin dapat timbul
d. mengikuti pekembangan ilmu pengetahuan dan tehnologi serta
menambah ilmu pengetahuanya melalui pendidikan formal atau
non formal
e. memberikan pelayanan asuhan kebidanan sesuai dengan standar
profesi dengan menghorati hak pasien

9. Ny. W datang ke klinik bidan swasta untuk menggunakan jenis KB


yang tidak dapat membuat kenaikan berat badannya, kemudian bidan
menjelaskan beberapa jenis KB yang dapat digunaknan sesuai dengan
keinginan Ny. W dan meminta Ny. W memilih sesuai dengan
kebutuhannya, Tindakan bioetik yang diterapkan bidan tersebut adalah ?

a. Autonomy
b. Fidelity
c. Truth telling
d. Beneficence
e. Justice

10. Pada saat pasien sadar, bidan menjelaskan keadaan dan tindakan
yang telah dilakukan.kaidah dasar bioetika yang manakah yang menjadi
dasar sikap bidan tersebut?

a. Berbuat baik / Beneficence


b. Azas kewajiban / Deontologi
c. Justice
d. Tidak merugikan / Non-maleficence
e. Otonomi

11. pasien laki-laki 64


D

tahun datang ke UGD


dengan keluhan
gangrene tungkai
kanan dan sudah
12.terdapat tanda
sepsis. Pasien
diketahui memiliki
riwayat stroke dan
kondisi mental
pasien
13.mengalami depresi
karena penyakit yang
kronis. Pasien juga
menderita hipertensi
dan DM.
14.dokter
menyerankan
untunk melakukan
amputasi namun
pasien menolak
dan memaksa
15.pulang. Apa
landasan dasar moral
dari saran dokter
untuk melakukan
amputasi:
16.A. Beneficiency
17.B. Non
maleficiency
18.C. Autonomy
19.D. Justice
20.E. Verac
21.pasien laki-laki 64
tahun datang ke UGD
dengan keluhan
gangrene tungkai
kanan dan sudah
22.terdapat tanda
sepsis. Pasien
diketahui memiliki
riwayat stroke dan
kondisi mental
pasien
23.mengalami depresi
karena penyakit yang
kronis. Pasien juga
menderita hipertensi
dan DM.
24.dokter
menyerankan
untunk melakukan
amputasi namun
pasien menolak
dan memaksa
25.pulang. Apa
landasan dasar moral
dari saran dokter
untuk melakukan
amputasi:
26.A. Beneficiency
27.B. Non
maleficiency
28.C. Autonomy
29.D. Justice
30.E. Verac
31.pasien laki-laki 64
tahun datang ke UGD
dengan keluhan
gangrene tungkai
kanan dan sudah
32.terdapat tanda
sepsis. Pasien
diketahui memiliki
riwayat stroke dan
kondisi mental
pasien
33.mengalami depresi
karena penyakit yang
kronis. Pasien juga
menderita hipertensi
dan DM.
34.dokter
menyerankan
untunk melakukan
amputasi namun
pasien menolak
dan memaksa
35.pulang. Apa
landasan dasar moral
dari saran dokter
untuk melakukan
amputasi:
36.A. Beneficiency
37.B. Non
maleficiency
38.C. Autonomy
39.D. Justice
40.E. Vera
Pengaruh Etik Biomedis dan Aplikasinya dalam Praktik Kebidanan

Mata kuliah : Evidance Based & Critical Thinking

Dosen pengampu : Happy Marthalena Simanungkalit, SST., M. Keb

Kelompok VII

Aeolia Febrina P. PO.62.24.2.16. 170

Ayu Gustian Dita C. PO.62.24.2.16.174

Muhibah Ilaya PO.62.24.2.16.197

Muthya Aulina F. PO.62.24.2.16.198

Poppy Indira O. PO.62.24.2.16.205

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA


BADAN PENGEMBANGAN DAN PEMBERDAYAAN SUMBER
DAYA MANUSIA KESEHATAN POLITEKNIK KESEHATAN
PALANGKARAYA PROGRAM STUDI SARJANA TERAPAN
KEBIDANAN
2020
KATA PENGANTAR

Segala puji Tuhan Yang Maha Esa telah memberikan kami kemudahan
sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini dengan tepat waktu. Tanpa
pertolongan-Nya tentunya kami tidak akan sanggup untuk menyelesaikan makalah
ini dengan baik.

Kami mengucapkan syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa atas limpahan
nikmat sehat-Nya, baik itu berupa sehat fisik maupun akal pikiran, sehingga kami
mampu untuk menyelesaikan pembuatan tugas makalah dari mata kuliah Evidence
Based & Critical Thinking dengan judul “Pengaruh Etik Biomedis dan
Aplikasinya dalam Praktik Kebidanan”.

Kami tentu menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna
dan masih banyak terdapat kesalahan serta kekurangan di dalamnya. Untuk itu,
kami mengharapkan kritik serta saran dari pembaca untuk makalah ini, supaya
makalah ini nantinya dapat menjadi makalah yang lebih baik lagi.Kami juga
mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah mambantu dalam
pengusunan makalah ini. Demikian, semoga makalah ini dapat bermanfaat.
Terima kasih.

Febuari, 2020

Penulis .

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR...................................................................................i

DAFTAR ISI.................................................................................................ii

BAB I PENDAHULUAN............................................................................1

A. Latar Belakang.....................................................................................1
B. Rumusan Masalah................................................................................2
C.Tujuan Penulisan...................................................................................2

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ................................................................3

A. Definisi Etik BiomedisTujuan Etik Biomedis......................................3


B. Tujuan Etik Biomedis...........................................................................4
C. Hak-Hak Serta Kewajiban Pasien dan Bidan........................................4
D. Etika Dan Pelaksanaannya Dalam Pelayanan Kebidanan....................7
E. Fungsi Fungsi Etika Dalam Pelayanan Kebidanan ..............................8
F. Masalah Dalam Bioetika Termasuk Pada Praktik Kebidanan...............9
G. Issu Etik Dalam Pelayanan Kebidanan.................................................11

BAB III PENUTUP......................................................................................14


A. Kesimpulan...........................................................................................14
B. Saran.....................................................................................................14

DAFTAR PUSTAKA

ii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Kemajuan teknologi yang semakin pesat membuat akses informasi
yang beredar seolah tak terbendung. Masyarakat semakin cerdas dalam
menentukan pilihan, yang salah satunya adalah pilihan dalam urusan
kesehatan. Dengan akses informasi yang tak terbatas inilah, masyarakat
semakin diperdalam pengetahuannya dalam bidang kesehatan, terutama
mengenai hak hak yang wajib mereka dapat dan bahkan mengenai
penyakit yang mereka derita.
Seorang tenaga kesehatan yang baik tentu harus memperhatikan hal
tersebut, agar bisa mengimbangi pasien yang datang untuk berobat
padanya. Penerapan kaidah bioetik merupakan sebuah keharusan bagi
seorang tenaga kesehatan yang berkecimpung didalam dunia medis, karena
kaidah bioetik adalah sebuah panduan dasar dan standar, tentang
bagaimana seorang tenaga kesehatan harus bersikap atau bertindak
terhadap suatu persoalan atau kasus yang dihadapi oleh pasiennya.
Kebidanan sendiri merupakan salah satu profesi tertua didunia yang
lahir sejak adanya peradaban umat manusia. Bidan lahir sebagai
perempuan terpercaya dalam mendampingi dan menolong ibu-ibu yang
melahirkan. Sikap etis profesional bidan akan mewarnai dalam setiap
langkahnya, termasuk dalam mengambil keputusan dalam merespon
situasi yang muncul dalam asuhan.
Kode etik adalah daftar kewajiban yang harus ditaati dan dbuat oleh
profesi tertentu itu serta mengikat semua anggotanya. Kode etik
sebenarnya bukan suatu hal yang baru. Sudah lama diusahakan untuk
mengatur tingkah laku moral suatu kelompok khusus dalam masyarakat
melalui ketentuan tertulis yang diharapkan akan dipegang teguh oleh
seluruh kelompok. zaman kita diwarnai suasana etis yang khusus, salah
satu buktinya adalah peranan dan dampak kode etik ini.
B. Rumusan Masalah
1. Apa itu etik biomedis?

1
2. Apa tujuan dari etik biomedis?
3. Apa saja hak-hak dan kewajiban pasien dan bidan?
4. Bagaimana etika dan pelaksanaannya dalam pelayanan kebidanan?
5. Apa fungsi fungsi etika dalam pelayanan kebidanan?
6. Apa masalah-masalah yang timbul dalam bioetika termasuk pada
praktik kebidanan ?

7. Apa saja issu etik dalam pelayanan kebidanan ?

C. Tujuan Penulisan
1. Memenuhi tugas mata kuliah evidence based & critical thinking
2. Mengetahui pengertian etik biomedis.
3. Mengetahui tujuan dari etik biomedis.
4. Mengetahui apa saja hak-hak dan kewajiban pasien dan bidan
5. Mengetahui bagaimana etika dan pelaksanaannya dalam pelayanan
kebidanan.
6. Mengetahui fungsi fungsi etika dalam pelayanan kebidanan
7. Mengetahui masalah-masalah apa saja yang timbul dalam bioetika
termasuk pada praktik kebidanan.
8. Mengetahui issu etik dalam pelayanan kebidanan

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2
A. Definisi Etik Biomedis
Sejak tiga dekade terakhir ini telah dikembangkan Bioetika atau yang
disebut juga dengan Etika Biomedis. Bioetika berasal dari kata Bios yang
berati kehidupan dan Ethos yang berarti norma-norma atau nilai-nilai
moral. Bioetika merupakan studi interdisipliner tentang masalah yang
ditimbulkan oleh perkembangan di bidang biologi dan ilmu kedokteran
baik skala mikro maupun makro, masa kini dan masa mendatang. Bioetika
mencakup isu-isu sosial, agama, ekonomi, dan hukum bahkan politik.
Bioetika selain membicarakan bidang medis, seperti abortus, euthanasia,
transplantasi organ, teknologi reproduksi butan, dan rekayasa genetik,
membahas pula masalah kesehatan, faktor budaya yang berperan dalam
lingkup kesehatan masyarakat, hak pasien, moralitas penyembuhan
tradisional, lingkungan kerja, demografi, dan sebagainya. Bioetika
memberi perhatian yang besar pula terhadap penelitian kesehatan pada
manusia dan hewan percobaan.
Menurut F. Abel, Bioetika adalah studi interdisipliner tentang
masalah-masalah yang ditimbulkan oleh perkembangan biologi dan
kedokteran, tidak hanya memperhatikan masalah-masalah yang terjadi
pada masa sekarang, tetapi juga memperhitungkan timbulnya masalah
pada masa yang akan datang. Etika biomedis dalam arti ini dedifinisikan
oleh International Association of Bioethics adalah studi tentang isu-isu
etis, sosial, hukum, dan isu-isu lain yang timbul dalam pelayanan
kesehatan dan ilmu-ilmu biologi.
Pengertian etika biomedis juga masih perlu dipilah lagi dalam isu-isu
etika medis tradisional yang sudah dikenal sejak ribuan tahun dan lebih
banyak menyakut hubungan individual dalam interaksi terapeutik antara
dokter dan pasien. Kemungkinan adanya masalah etika medis,
demikianlah yang dalam pelayanan di rumah sakit sekarang cepat oleh
masyarakat (media massa) dituding sebagai malpraktek.

B. Tujuan Etik Biomedis

3
Dalam 15 tahun terakhir bioetika cenderung mengarah pada isu-isu
tentang nilai-nilai dan etika yg timbul karena ilmu dan teknologi serta
biomedis. Misal dalam bidang medis bioetika mengarah pada hal-hal yang
boleh dilakukan atau tidak, seperti: Transplantasi organ tubuh, Kloning,
Aborsi, Bayi tabung, Euthanasia, Kontrasepsi, penelitian biomedis, dll.
Tujuan dari bioetika ini sendiri adalah:
a. Bioetika sangat diperlukan sebagai pengawal riset biologi dan
bioteknologi modern.
b. Pembelajaran bioetika diarahkan untuk mencegah dampak negatif yang
muncul dari teknologi.
c. Pembelajaran bioetika menunjukkan pada mahasiswa untuk menjadi
ilmuwan yang memiliki tanggung jawab sosial.
d. Pembelajaran bioetika dibutuhkan karena menekankan pada
pengembangan berpikir kritis untuk menentukan sisi baik dan buruk
atau dimensi etis dari biologi modern dan teknologi yang terkait
dengan kehidupan.
e. Pembelajaran bioetika dapat melatih mahasiswa menjadi ilmuwan
biologi yang dapat mempertimbangkan tindakan-tindakan yang akan
dilakukan.

C. Hak-Hak Serta Kewajiban Pasien dan Bidan


1. Hak Pasien
a. pasien berhak memperoleh informasi mengenai tata tertib dan
peraturan yang berlaku di RS.
b. Pasien berhak atas pelayanan yang manusiawi adil dan makmur.
c. Pasien berhak memperoleh pelayanan kebidanan sesuai dengan
profesi bidan tanpa diskriminasi.
d. Pasien berhak memperoleh asuhan kebidanan sesuai dengan profesi
bidan tanpa diskriminasi.
e. Pasien berhak memilih bidan yang akan menolongnya.
f. Pasien berhak mendapatkan informasi
g. Pasien berhak mendapat pendampingan suami selama proses
persalinan berlangsung.
h. Pasien berhak memilih dokter dan kelas perawatan sesuai dengan
keinginannya.

4
i. Pasien berhak dirawat oleh dokter yang secara bebas menentukan
pendapat kritis dan mendapat etisnya tanpa campur tangan dari
pihak luar.
j. Pasien berhak menerima konsultasi kepada dokter lain yang
terdaftar di RS tsb
k. Pasien berhak meminta atas “privacy” dan kerahasiaan penyakit
yang diderita termasuk data data medisnya.
l. Pasien berhak mendapat informasi
m. Pasien berhak menyetujui atas tindakan yang akan dilakukan oleh
dokter sehubungan dengan penyakit yang dideritanya.
n. Pasien berhak meolak tindakan yang hendak dilakukan terhadap
dirinya.
o. Pasien berhak didmpingi keluarganya dalam keadaan kritis.
p. Pasien berhak menjalankan ibadah sesuai agama.
q. Pasien berhak atas keamanan dan keselamatan dirinya selama
perawatan di RS.
r. Pasien berhak menerima arau menolak imbingan moril atau
spiritual.
s. Pasien berhak mendapatkan perlindungan hukum atas terjadinya
kasus mal praktek.
t. Hak untuk menentukan diri sendiri.
u. Pasien berhak melihat rekam medik.

2. Kewajiban Pasien
a. Pasien dan keluarganya berkewajiban untuk mentaati segala
peraturan dan tata tertib RS.
b. Pasien berkewajiban untuk mematuhi segala instruksi
dokter,bidan,perawat yang merawatnya.,
c. Pasien dan atau penanggungnya berkewajiban untuk melunasi
semua imbalan atas jasa pelayanan RS.
d. Pasien dan atau penanggungnya berkewajiban memenuhi hal-hal
yang selalu disepakati.
3. Hak Bidan
a. Bidan berhak mendapat perlindungan hukum dalam melaksanakan
tugas sesuai dengan profesinya.
b. Bidan berhak untuk bekerja sesuai dengan sesuai dengan standar
profesi pada setiap tingkat/jenjang pelayanan kesehatan

5
c. Bidan berhak menolak keinginan pasien/klien dan keluarga yang
bertentangan dengan paraturan perundangan dan kode etik profesi
d. Bidan berhak atas privasi/kedirian dan menuntut apabila nama baik
dicemarkan baik oleh pasien, keluarga maupun profesi lain
e. Bidan berhak atas kesempatan untuk meningkatkan diri baik
melalui pendidikan maupun pelatihan.
f. Bidan berhak atas kesempatan untuk untuk meningkatkan jenjang
karir dan jabatan yang sesuai.
g. Bidan berhak mendapat kompensasi dan kesejahteraan yang sesuai.
4. Kewajiban Bidan
a. Bidan wajib mematuhi kewajiban RS.
b. Bidan wajib memberikan pelayanan asuhan kebidanan sesuai
dengan standar profesi dengan menghorati hak pasien.
c. Bidan wajib merujuk pasien dengan penyulit kepada dokter yang
mempunyai kemampuan sesuai dengan kebutuhan pasien.
d. Bidan wajib memberi kesempatan kepada pasien untuk didampingi
oleh suami/keluarga.
e. Bidan wajib memberi kesempatan kepada pasien untuk
menjalankan ibadah sesuai dengan keyakinannya.
f. Bidan wajib merahasiakan segala sesuatu yang diketahuinya
tentang seorang pasien.
g. Bidan wajib memberikan informasi yang akurat tentang tindakan
yang akan dilakukan serta resiko yang mungkin dapat timbul.
h. Bidan wajib meminta persetujuan tertulis.
i. Bidan wajib mendokmentasikan asuhan kebidanan yang diberikan.
j. Bidan wajib mengikuti pekembangan ilmu pengetahuan dan
tehnologi serta menambah ilmu pengetahuanya melalui pendidikan
formal atau non formal.
k. Bidan wajib bekerja sama dengan profesi lain dalam memberikan
asuhan kebidanan.

D. Etika Dan Pelaksanaannya Dalam Pelayanan Kebidanan

Pelayanan kebidanan tergantung bagaimana struktur sosial budaya


masyarakat dan teramasuk kondisi sosial ekonomi, sosial
demografi.keadilan dalam pelayanan dimulai dari: pemenuhan kebutuhan

6
klien sesuai, sumber daya pelayanan kebidanan untuk meningkatkan
pelayanan kebidanan dan keterjangkauan tempat pelayanan. Pelayanan
kebidanan meliputi aspek biopsikososial spiritual dan kultural. Pasien
memerlukan bidan yang mempunyai karakter semangat melayani,
simpati,empati,ikhlas,memberi kepuasan.

Dimensi kepuasan pasien meliputi 2 hal :

1. Kepuasan mengacu penerapan kode etik dan standar pelayanan profesi


2. Kepuasan yang mengacu pada penerapan semua persyaratan
pelayanan kebidanan

Pelaksanaan etika dalam pelayanan kebidanan, mencakup :

1. Etika dalam pelayanan kontrasepsi


Pemilihan alat kontrsepsi merupakan hak klien dan suami untuk
merencanakan pengaturan kelahiran mereka. Tujuan konseling
kontrasepsi adalah:
a. Agar calon akseptor mampu memahami manfaat KB bagi dirinya
dan keluarga
b. Calon akseptor mempunyai pengetahuan yang baik tentang alasan
menggunakan KB dan segala hal yang berkaitan dengan
kontrasepsi
2. Etika dalam penelitian kebidanan
Menurut kode etik bidan internasional adalah bahwa bidan
seharusnya meningkatkan pengetahuannya melalui berbagai proses
seperti dari pengalaman pelayanan kebidanan dan dari riset kebidanan.
Bidan wajib mendukung penelitian yang bertujuan memajukan ilmu
pengetahuan kebidanan. Bidan harus siap untukmengadakan
penelitian dan siap untuk memberikan pelayanan berdasarkan hasil
penelitian. Pada dasarnya penelitian bertujuan untuk :
a. Memajukan ilmu pengetahuan dalam kaitan untuk meningkatkan
pelayanan.
b. Kemajuan dalam bidang penelitian itu sendiri

7
E. Fungsi Fungsi Etika Dalam Pelayanan Kebidanan
1. Menjaga otonomi dari setiap individu khususnya Bidan dan Klien
2. Menjaga kita untuk melakukan tindakan kebaikan dan mencegah
tindakan yg merugikan/membahayakan orang lain
3. Menjaga privacy setiap individu
4. Mengatur manusia untuk berbuat adil dan bijaksana sesuai dengan
porsinya
5. Dengan etik kita mengatahui apakah suatu tindakan itu dapat diterima
dan apa alasannya
6. Mengarahkan pola pikir seseorang dalam bertindak atau dalam
menganalisis suatu masalah
7. Mendapatkan informasi tenfang hal yg sebenarnya
8. Memberikan petunjuk terhadap tingkah laku/perilaku manusia antara
baik, buruk, benar atau salah sesuai dengan moral yg berlaku pada
umumnya
9. Berhubungan dengans pengaturan hal-hal yg bersifat abstrak
10. Memfasilitasi proses pemecahan masalah etik
11. Mengatur hal-hal yang bersifat praktik
12. Mengatur tata cara pergaulan baik di dalam tata tertib masyarakat
maupun tata cara di dalam organisasi profesi
13. Mengatur sikap, tindak tanduk orang dalam menjalankan tugas
profesinya yg biasa disebut kode etik profesi.

F. Masalah Yang Timbul Dalam Bioetika Termasuk Pada Praktik


Kebidanan
Kaidah kbioetik merupakan sebuah hukum mutlak bagi seorang bidan
atau tenaga kesehatan lain. Seorang tenaga kesehatan wajib mengamalkan
prinsip prinsip yang ada dalam kaidah tersebut, tetapi pada beberapa
kasus, karena kondisi berbeda, satu prinsip menjadi lebih penting dan sah
untuk digunakan dengan mengorbankan prinsip yang lain. Kondisi seperti
ini disebut Prima Facie. Kaidah kedokteran Indonesia, dengan
mengadopsi prinsip etika kedokteran barat, menetapkan bahwa, praktik
kedokteran dan medis lain di Indonesia mengacu kepada kepada 4 kaidah

8
dasar moral yang sering juga disebut kaidah dasar etik biomedis, yaitu:
Beneficence, Non - Maleficence, Justice dan Autonomi.

1. Beneficence
Dalam arti bahwa seorang tenaga kesehatan berbuat baik,
menghormati martabat manusia, tenaga kesehatan tersebut harus
berusaha maksimal agar pasiennya tetap dalam kondisi sehat.
Perlakuan terbaik kepada pasien merupakan poin utama dalam kaidah
ini. Kaidah beneficence menegaskan peran tenaga kesehatan untuk
menyediakan kemudahan dan kesenangan kepada pasien mengambil
langkah positif untuk memaksimalisasi akibat baik daripada hal yang
buruk.
2. Non-maleficent
Non-malficence adalah suatu prinsip yang mana seorang tenaga
kesehatan tidak melakukan perbuatan yang memperburuk pasien dan
memilih pengobatan yang paling kecil resikonya bagi pasien yang
dirawat atau diobati olehnya. Pernyataan kunoFist, do no harm, tetap
berlaku dan harus diikuti.
3. Autonomi
Dalam kaidah ini, seorang tenaga kesehatan wajib menghormati
martabat dan hak manusia. Setiap individu harus diperlakukan sebagai
manusia yang mempunyai hak menentukan nasib sendiri. Dalam hal
ini pasien diberi hak untuk berfikir secara logis dan membuat
keputusan sendiri. Autonomi bermaksud menghendaki, menyetujui,
membenarkan, membela, dan membiarkan pasien demi dirinya
sendiri.
4. Justice
Keadilan atau Justice adalah suatu prinsip dimana seorang tenaga
kesehatan wajib memberikan perlakuan sama rata serta adil untuk
kebahagiaan dan kenyamanan pasien tersebut. Perbedaan tingkat
ekonomi, pandangan politik, agama, kebangsaan, perbedaan

9
kedudukan sosial, kebangsaan, dan kewarganegaraan tidak boleh
mengubah sikap dan pelayanan tenaga kesehatan terhadap pasiennya.

Selain 4 kaidah dasar etik biomedis diatas, terdapat juga kaidah atau
prinsip Utama Bioetika antara lain:

a. Respek terhadap hidup dan kehidupan (bioetika sangat menghargai


kehidupan yg menganggap bahwa kehidupan bukan sekedar
reaksikimia fisika biasa)
b. Perlunya keseimbangan antara risiko dan manfaat (keputusan yg
diambil hrs mempertimbangkan keuntungan/manfaat dan segi
kerugian/resikonya)
c. Adanya suatu kesepakatan bahwa etika tidak sesederhana alamiah
(Problem etika tidak mudah utk mendapat penyelesaian, krn
keputusan etika yg diambil dipengaruhi antara lain: ideologi,
kepentingan, polapikir dan tujuan).

G. Issu Etik Dalam Pelayanan Kebidanan

Merupakan topik yang penting yang berkembang di masyarakat


tentang nilai manusia dalam menghargai suatu tindakan yang berhubungan
dengan segala aspek kebidanan yang menyangkut baik dan buruknya.
Beberapa pembahasan masalah etik dalm kehidupan sehari hari adalah
sebagai berikut:

a. Persetujuan dalam proses melahirkan.


b. Memilih atau mengambil keputusan dalam persalinan.
c. Kegagalan dalam proses persalinan.
d. Pelaksanan USG dalam kehamilan.
e. Konsep normal pelayanan kebidanan
f. Bidan dan pendidikan seks.
g. Agama / kepercayaan.
h. Hubungan dengan pasien.
i. Hubungan tenaga kesehatan lainnya dengan bidan.
j. Kebenaran.
k. Pengambilan keputusan.
l. Pengambilan data.
10
m. Kematian.
n. Kerahasiaan.
o. Aborsi.
p. AIDS.
q. In Vitro fertilization

Contoh masalah etik yang berhubungan dengan teknologi:

1. Perawatan intensif pada bayi.


2. Skreening bayi.
3. Transplantasi organ.
4. Teknik reproduksi dan kebidanan

Contoh masalah etik yang berhubungan dengan profesi:

1. Pengambilan keputusan dan penggunaan etik.


2. Otonomi bidan dan kode etik profesional.
3. Etik dalam penelitian kebidanan.
4. Penelitian tentang masalah kebidanan yang sensitif

Contoh Masalah Bioetika pada

1. Kontrasepsi:

Kontrasepsi adalah : sebagai suatu cara untuk mencegah terjadinya


kehamilan sebagai akibat pertemuan antara sel telur dengan sperma. Ny. S
datang ke BPM Mutiara menggunakan mobil mewah, dia ingin menggunakan
alat kontrasepsi jangka panjang. Tanpa menjelaskan terlebih dahulu, bidan T
langsung menyarankan Ny. S untuk menggunakan AKDR dengan merk
tertentu (yg mahal).

Apakah bidan tersebut menggunakan prinsip Bioetika?

a. Aspek Etika Metode Kontrasepsi:

1. Cara alamiah
Misal sanggama terputus : sebagian pemuka cara ini menjadi
alternatif yang secara moral dapat diterima, namun bagi pasutri nampak

11
sebagai pembatasan yang menyulitkan, sehingga tingkat
keberhasilannya rendah, karena jarang orang mau mengorbankan
kesenangan seksualnya untuk lebih berfikir rasional mengenai
kesejahteraan keluarga.
2. Alat-alat Kontrasepsi (Kondom, Pil, Suntik, Implan, IUD,
MOW/MOP )
Alat kontrasepsi ini selalu dianggap sebagai juru selamat bagi
mereka yang tidak menginginkan kehamilan dan mengurangi risiko
aborsi jika terjadi kehamilan diluar rencana. Dampak yang kurang
menyenangkan alat kontrasepsi: Menyumbang terjadinya
Penyimpangan moral : seks bebas, seks diluar nikah, perselingkuhan.
Apalagi bisa akses memperoleh alat kontrasepsi dipermudah misalnya
ATM kondom, Pil KB dijual tanpa resep dll. Kontrasepsi juga
berdampak kekerasan dan diskriminasi gender, mengingat karena
peserta KB sebagian besar wanita (Alat kontrasepsi pria terbatas hanya
kondom dan vasektomi) Vasektomi berdampak pada faktor budaya yang
merendahkan pria karena dipersamakan dengan kebirian, sdgkan
kondom dirasa membuat pria kurang nyaman. Shg ada justifikasi yg
wajib menggunakan kontrasepsi adalah wanita, pdhal dlm hak azasi
manusia wanita, pria mempunyai hak yang sama.

2. Aborsi

a. Definisi Aborsi

Aborsi atau abortus adalah pengeluaran (secara paksa) janin dalam


kandungan sebelum mampu hidup di luar kandungan. Hal ini
merupakan bentuk pembunuhan karena janin tidak diberi kesempatan
untuk tumbuh di dalam kandungan. Aborsi disebut dengan istilah
Abortus Provocatus. Abortus provocatus adalah pengguguran
kandungan yang disengaja, terjadi karena perbuatan manusia yang
berusaha menggugurkan kandungan yang tidak diinginkan, meliputi
abortus provocatus medicinalis dan abortus provocatus criminalis.

12
Abortus provocatus medicinalis yaitu pengguguran kandungan yang
dilakukan berdasarkan alasan/pertimbangan medis. Sedangkan abortus
provocatus criminalis yaitu penguguran kandungan yang dilakukan
dengan sengaja dengan melanggar ketentuan hukum yang berlaku.

b. Peraturan Tentang Aborsi

Pengaturan mengenai abortus provocatus di Indonesia telah diatur


dalam peraturan perundang-undangan yaitu Kitab Undang-Undang
Hukum Pidana :

khususnya dalam Pasal 346, Pasal 347, Pasal 348, serta Pasal 349 :

1. Pasal 346
Seorang wanita yang sengaja menggugurkan atau mematikan
kandungannya atau menyuruh orang lain untuk itu, diancam dengan
pidana penjara paling lama empat tahun.
2. Pasal 347
(1) Barang siapa dengan sengaja menggugurkan atau mematikan
kandungan seorang wanita tanpa persetujuannya, diancam
dengan pidana penjara paling lama dua belas tahun.
(2) Jika perbuatan itu mengakibatkan matinya wanita tersebut
diancam dengan pidana penjara paling lama lima belas tahun.
3. Pasal 348
(1) Barang siapa dengan sengaja menggugurkan atau mematikan
kandungan seorang wanita dengan persetujuannya, diancam
dengan pidana penjara paling lama lima tahun enam bulan.
(2) Jika perbuatan itu mengakibatkan matinya wanita tersebut,
diancam dengan pidana penjara paling lama tujuh tahun.
4. Pasal 349
Jika seorang dokter, bidan atau juru obat membantu melakukan
kejahatan berdasarkan pasal 346, ataupun melakukan atau membantu
melakukan salah satu kejahatan yang diterangkan dalam pasal 347
dan 348, maka pidana yang ditentukan dalam pasal itu dapat
ditambah dengan sepertiga dan dapat dicabut hak untuk menjalankan
pencarian dalam mana kejahatan dilakukan.

13
Undang-undang Nomor 36 tahun 2009 tentang Kesehatan
memberikan pengecualian sebagaimana diatur dalam Pasal 75, Pasal
76 dan Pasal 77 sebagai berikut :
1. Pasal 75
(1) Setiap orang dilarang melakukan aborsi.
(2) Larangan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat
dikecualikan berdasarkan:
Indikasi kedaruratan medis yang dideteksi sejak usia dini
kehamilan, baik yang mengancam nyawa ibu dan/atau janin,
yang menderita penyakit genetik berat dan/atau cacat bawaan,
maupun yang tidak dapat diperbaiki sehingga menyulitkan
bayi tersebut hidup di luar kandungan; atau kehamilan akibat
perkosaan yang dapat menyebabkan trauma psikologis bagi
korban perkosaan.
(3) Tindakan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) hanya dapat
dilakukan setelah melalui konseling dan/atau penasehatan pra
tindakan dan diakhiri dengan konseling pasca tindakan yang
dilakukan oleh konselor yang kompeten dan berwenang.
(4) Ketentuan lebih lanjut mengenai indikasi kedaruratan medis
dan perkosaan, sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dan ayat
(3) diatur dengan Peraturan Pemerintah.

2. Pasal 76
Aborsi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 75 hanya dapat
dilakukan:
Sebelum kehamilan berumur 6 minggu dihitung dari hari pertama
haid terakhir, kecuali dalam hal kedaruratan medis. Oleh tenaga
kesehatan yang memiliki keterampilan dan kewenangan yang
memiliki sertifikat yang ditetapkan oleh menteri. Dengan
persetujuan ibu hamil yang bersangkutan, izin suami, kecuali
korban perkosaan, dan Penyedia layanan kesehatan yang memenuhi
syarat yang ditetapkan oleh Menteri.
3. Pasal 77
Pemerintah wajib melindungi dan mencegah perempuan dari aborsi
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 75 ayat (2) dan ayat (3) yang

14
tidak bermutu, tidak aman, dan tidak bertanggung jawab serta
bertentangan dengan norma agama dan ketentuan peraturan
perundang-undangan.

3. Euthanasia
a. Definisi Euthanasia
Eutanasia (dari bahasa Yunani: ευθανασία -ευ, eu yang artinya "baik",
dan θάνατος, thanatos yang berarti kematian) adalah praktik
pencabutan kehidupan manusia atau hewan melalui cara yang
dianggap tidak menimbulkan rasa sakit atau menimbulkan rasa sakit
yang minimal, biasanya dilakukan dengan cara memberikan suntikan
yang mematikan.
b. Peraturan Tentang Euthanasia
Berdasarkan hukum di Indonesia maka eutanasia adalah sesuatu
perbuatan yang melawan hukum, hal ini dapat dilihat pada peraturan
perundang-undangan yang ada yaitu pada Pasal 344 Kitab Undang-
undang Hukum Pidana yang menyatakan bahwa "Barang siapa
menghilangkan nyawa orang lain atas permintaan orang itu sendiri,
yang disebutkannya dengan nyata dan sungguh-sungguh, dihukum
penjara selama-lamanya 12 tahun". Dengan demikian, hukum yang
berlaku di negara kita memang tidak mengizinkan tindakan eutanasia
oleh siapa pun. "Euthanasia” hingga saat ini tidak sesuai dengan etika
yang dianut oleh bangsa dan melanggar hukum positif yang masih
berlaku yakni KUHP.

4. Transplantasi Organ
a. Definisi Transplantasi Organ
Transplantasi adalah rangkaian tindakan medis untuk memindahkan
organ atau jaringan tubuh manusia yang berasal dari tubuh orang lain
atau tubuh sendiri dalam rangka pengobatan untuk menggantikan
organ dan atau jaringan tubuh yang tidak berfungsi dengan baik ( UU

15
RI No. 23 Tahun 1992 tentang Kesehatan Bab I Pasal 1 Ayat 5). Selain
itu, transplantasi adalah pergantian organ atau jaringan tubuh yang
tidak lagi berfungsi dengan organ atau jaringan sehat yang berasal dari
tubuh sendiri atau orang lain.
b. Peraturan Tentang Transplantasi Organ
Dari segi hukum, transplantasi organ, jaringan dan sel tubuh
dipandang sebagai suatu usaha mulia dalam upaya menyehatkan dan
mensejahterakan manusia. Dalam PP No. 18 tahun 1981 tentang
bedah mayat klinis, bedah mayat anatomis dan transplantasi alat serta
jaringan tubuh manusia, tercantum pasal-pasal tentang transplantasi
sebagai berikut :
1. Pasal –Pasal
a. Pasal 1
1) Alat tubuh manusia adalh kumpulan jarinan-jaringan tubuh
yang dibentuk oleh beberapa jenis sel dan mempunyai bentuk
serta faal (fungsi) tertentu untuk tubuh tersebut.
2) Jaringan adalah kumpulan sel-sel yang mempunyai bentuk dan
faal (fungsi) yang sama dan tertentu.
3) Transplantasi adalah rangkaian tindakan kedokteran untuk
pemindahan dan atau jaringan tubuh manusia yang berasal dari
tubuh orang lain dalam rangka pengobatan untuk
menggantikan alat dan atau jaringan tubuh yang tidak
berfungsi dengan baik.
4) Donor adalah orang yang menyumbangkan alat atau jaringan
tubuhnya kepada orang lain untuk keperluan kesehatan.
5) Meninggal dunia adalah keadaan insani yang diyakini oleh ahli
kedokteran yang berwenang bahwa fungsi otak, pernafasan,
dan atau denyut jantung seseorang telah berhenti.
2. BAB V Pasal 10

16
Transplantasi alat dan atau jaringan tubuh manusia dilakukan
dengan memperhatikan ketentuan-ketentuan sebagaimana
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 (a) dan (b), yaitu dengan
persertujuan tertulis penderita dan/atau keluarganya yang terdekat
setelah penderita meninggal dunia.

a. Pasal 11

1) Transplantasi alat dan atau jaringan tubuh manusia hanya


boleh dilakukan oleh dokter yang ditunjuk oleh Menteri
Kesehatan.
2) Transplantasi alat dan atau jaringan tubuh manusia tidak
boleh dilakukan oleh dokter yang merawat atau yang
mengobati donor yang bersangkutan.
b. Pasal 12

Dalam rangka transplantasi, penentuan saat mati ditentukan


oleh 2 (dua) orang dokter yang tidak ada sangkut paut medik
dengan dokter yang melakukan transplantasi.

c. Pasal 13

Persetujuan tertulis sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 (a),


Pasal 14 dan Pasal 15 dibuat di atas kertas bermeterai dengan 2
(dua) orang saksi.

d. Pasal 14

Pengambilan alat dan atau jaringan tubuh manusia untuk


keperluan transplantasi atau Bank Mata dari korban kecelakaan
yang meninggal dunia, dilakukan dengan persetujuan tertulis
keluarga yang terdekat.

e. Pasal 15

17
1)Sebelum persetujuan tentang transplantasi alat atau jaringan
tubuh manusia diberikan oleh donor hidup, calon donor
yang bersangkutan terlebih dahulu diberi tahu oleh dokter
yang merawatnya, termasuk dokter konsultan mengenai
operasi, akibat-akibatnya, da kemungkinan-kemungkinan
yang dapat terjadi.
2)Dokter sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) harus yakin
benar, bahwa calon donor yang bersangkutan telah
menyadari sepenuhnya arti dari pemberitahuan tersebut.

c. Undang-Undang Tentang Transplantasi Organ


Undang-undang yang mengatur tentang transplantasi beserta sanksi
atas pelanggarannya juga terdapat pada UU RI No. 23 tahun 1992
tentang kesehatan dan peraturan periklanan yang turut mendukung
dilaksanakannya tranplantasi organ secara baik adalah sebagai
berikut :
a. UU RI No. 23 Tahun 1992 tentang kesehatan Pasal 33 :
1. Dalam penyembuhan penyakit dan pemulihan kesehatan
dapat dilakukan transplantasi organ dan atau jaringan tubuh,
transfusi darah, implan obat dan atau alat kesehatan serta
bedah plastik dan rekonstruksi.
2. Tranplantasi organ dan atau jaringan tubuh serta transfusi
darah sebagamana dimaksud dalam ayat (1) dilakukan
hanya untuk tujuan kemanusiaan dan dilarang untuk tujuan
komersil
b. UU RI No. 23 Tahun 1992 tentang kesehatan Pasal 34 :
1. Transplantasi organ dan atau jaaringan tubuh hanya dapat
dilakukan oleh nakes yang mempunyai keahlian dan
kewenangan untuk itu dilakukan disarana tertentu.

18
2. Pengambilan organ dan atau jaringan tubuh dari seorang donor
harus memperhatikan kesehatan donor yang bersangkutan dan
ada persetujuan donor dan ahli waris atau keluarganya.
3. Diatur syarat dan tata cara pengambilan organ.
c. UU RI No. 23 Tahun 1992 tentang kesehatan Pasal 72 ayat 3 :
Barangsiapa dengan sengaja melakukan perbuatan dengan tujuan
komersial dalam pelaksanaan transplantasi organ, tubuh atau
jaringan tubuh atau transfusi darah sebagaimana dimaksud dalam
pasal 33 ayat 2, dipidana dengan pidana penjara paling lama 15
tahun dan dipidana denda paling banyak 300 juta.
d. Peraturan Pemerintah/PP No.18 Tahun 1981 tentang bedah mayat
klinis dan bedah mayat antomis serta transplantasi alat atau
jaringan tubuh manusia oleh Presiden RI.
e. Persatuan Perusahaan Periklanan Indonesia tentang ketentuan tata
krama periklanan organ tubuh, transplantasi dan darah menyatakan
bahwa organ tubuh transplantasi seperti ginjal, jantung, kornea dan
lain-lain maupun darah manusia tidak boleh diiklankan baik untuk
tujuan pembeli maupun penjual.

BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
Teknologi telah berkembang yang memunculkan berbagai problem
etika. Institusi-institusi telah membahas masalah bioetika seperti
transpalasi organ tubuh, pembuahan in vitro, jantung buatan, abortus,
penguasaan kelahiran, alokasi sumber daya, rekayasa genetik, pengubahan
perilaku, dan problem-problem yang berkaitan dengan kematian. Karena
bioetika menyelidiki dimensi etis dari masalah-masalah teknologi, ilmu

19
kedokteran, dan biologi, sejauh diterapkan pada kehidupan, maka mau
tidak mdau cakupannya luas sekali.
Prinsip-prinsip dalam bioetik tersebut dapat diterapkan dalam
menghadapi pasien, sehingga terciptanya situasi yang,baik bagi hubungan
pasien dan bidan dalam pelayanan kesehatan demi kesembuhan pasien.

B. Saran

Dalam melaksanakan pelayanan kebidanan, bidan harus berpedoman


pada kaidah-kaidah etik biomedis serta memperhatikan hak-hak pasien
juga. Agar terciptanya pelayanan yang berkualitas dan terhindar dari isu-
isu yang tidak benar.

DAFTAR PUSTAKA

Bertens,K. (1990). Prospek Perkembangan Bioetika di Indonesia. Jakarta:Makalah


Kongres Persi.

Bertens, K. 2011. Etika Biomedis. Yogyakarta: Penerbit Kanisius.

Jones, S. 2000. Ethics ang Midwifery. New York : Molbes.

Marimbi, Hanum.2008. Etika dan Kode Etik Profesi Kebidanan, Mitra Cendikia
Press. Jogjakarta

20
Fadl, Abul Mohsin Ebrahim. Kloning, Euthanasia, Transfusi darah, Transplantasi
Organ, dan Eksperimen pada Hewan. Telaah Fikih dan Bioetika Islam. Serambi.
Jakarta. 2004.

21

Anda mungkin juga menyukai