Anda di halaman 1dari 24

I.1.

1 Gas Removing System

Uap yang berasal dari perut bumi tidaklah seluruhnya murni, namun mengadung zat-
zat padat atau gas yang terlarut menjadi non condensable gas (NCG). Kandungan NCG di
setiap sumur berbeda, di PLTP Kamojang sebesar 0,3% seperti dijabarkan di Tabel III.1
berikut ini.
Tabel II.1 Kandungan NCG di PLTP Kamojang Unit 2
(Sumber : Data Bagian K3 April – Juni 2015 PT. Indonesia Power UPJP Kamojang)

Kandungan NCG Persentase (%)

H2S 4,89

CO2 91,662

O2 <0,0001

N2 3,245

Gas removing system yang digunakan di PLTP Kamojang Unit 2 ini terdiri dari
beberapa komponen, yakni:
 Steam jet ejector (tingkat pertama)
 Steam jet ejector (tingkat kedua)
 Intercondensor
 Aftercondensor

Empat komponen tersebut bekerja sama dalam satu sistem ekstraksi gas. Terdiri dari
dua bagian, bagian pertama yakni steam jet ejector tingkat pertama dan interkondensor yang
mengekstraksikan NCG dari main condensor. Kemudian bagian kedua yakni steam jet
ejector tingkat kedua dan aftercondensor untuk mengekstraksikan NCG dari intercondensor
bila masih terdapat NCG disana. Tujuannya dibuat dua tingkat adalah untuk meminimalisir
terbuangnya kandungan air ke udara, agar gas yang terbuang benar-benar hanya kandungan
NCG murni yang tidak mengandung air. Skema Gas Removing System terlihat di Gambar
III.12 di bawah ini.
Gambar II.1 Skema Gas Removal System[6]

I.2 Sistem Pembangkitan Listrik di PLTP Kamojang

Gambar II.2 Skema pembangkitan listrik di PT. Indonesia Power Kamojang


(Sumber: PT. Indonesia Power UPJP Kamojang)
Dapat diperhatikan dari Gambar III.13 merupakan skema pembangkitan di PT.
Indonesia Power UPJP Kamojang. Uap yang dipasok melalui 32 sumur dari Pertamina
kemudian dialirkan ke steam receiving header yang berfungsi untuk menjaga pasokan uap
agar selalu konstan dengan tekanan 6,5 bar dan aliran 400 ton/jam, walaupun terjadi
gangguan di sumur produksi. Jika terdapat kelebihan aliran uap, maka kelebihan tersebut
akan dibuang ke atmosfer melalui vent valve/vent structure. Selanjutnya uap dialirkan ke
separator dan demister untuk memisahkan uap dari zat padat, silika, juga bulir-bulir air yang
terbawa. Hal ini untuk menjaga agar uap yang masuk ke turbin adalah uap kering dan
menghindari terjadinya vibrasi dan erosi serta pembentukan kerak pada sudu turbin.

Uap yang telah disaring tersebut kemudian dialirkan ke turbin dengan tekanan 6,5
bar melalui Governor Valve. Didalam turbin dengan kapasitas 55 MW ini, terjadi konversi
energi panas menjadi energi mekanik, uap tersebut memutar sudu-sudu turbin yang dikopel
dengan generator. Putaran dengan kecepatan 3000 rpm menghasilkan listrik dengan arus 3
phasa, frekuensi 50 Hz, dan tegangan 11,8 kV. Kemudian tegangan 11,8 kV ini dinaikkan
dengan step up trafo hingga 150 kV dan selanjutnya dihubungkan dengan interkoneksi Jawa-
Bali.

Selanjutnya uap bekas yang keluar dari turbin akan masuk ke kondensor. Kondensor
yang digunakan adalah dengan tipe direct contact. Tipe ini dipilih karena dinilai lebih
ekonomis. Di kondensor terjadi proses kondensasi. Steam yang keluar dari turbin, akan
dikondensasi menjadi fasa cair. Untuk itu, kondensor harus dalam keadaan vakum. Kondisi
vakum dapat tercapai dengan bantuan steam jet ejector yang akan menghisap gas yang tidak
dapat terkondensasi (NCG) untuk dikeluarkan dari kondensor dan disalurkan ke inter
condensor. Dari inter condensor steam yang telah berubah fasa menjadi cair kembali lagi ke
kondensor, jika masih ada kandungan NCG didalamnya maka akan dihisap oleh second
steam jet ejector untuk disalurkan ke after condensor. Setelah itu dari after condensor
kembali lagi ke kondensor, jika masih ada kandungan NCG maka akan dibuang ke atmosfer
melalui cooling tower.

Air hasil kondensasi di kondensor kemudian disalurkan kedalam (Hot Water Basin)
yang berada dibagian atas cooling tower. Bak tersebut dilengkapi dengan nozzle untuk
memancarkan air sehingga menjadi butiran-butiran halus dan didinginkan dengan cara
kontak langsung dengan udara pendingin. Kemudian dari proses tersebut, air akan turun
untuk seterusnya ditampung di Cool Water Basin yang terdapat dibagian bawah cooling
tower. Sebagian dari cool water basin akan dipompakan oleh menuju inter dan after
condensor. Dan sebagian lagi diinjeksikan kedalam primary pump perut bumi untuk
menjaga ketersediaan air didalam bumi.

I.3 Steam Jet Ejector

Steam jet ejector merupakan salah satu perangkat untuk mengekstrasikan NCG dari
kondensor, karena NCG dapat meningkatkan tekanan di dalam kondensor hingga kondisi
vakum tidak tercapai. Kondisi vakum yakni kondisi dibawah 1 atm. Hal ini agar tekanan dan
entalpi di dalam kondensor bernilai rendah sehingga dihasilkan daya keluaran turbin yang
efisien.

Steam jet ejector memanfaatkan aliran fluida dari uap primer (primary fluid/motive)
yang bertekanan dan bertemperatur tinggi yang masuk melalui nozzle kemudian keluar
dengan kecepatan supersonic sehingga dapat menarik aliran secondary fluid/gas NCG yang
bertemperatur rendah serta bertekanan rendah yang masuk melalui suction chamber. Karena
perbedaan tekanan ini, maka gas NCG tersebut dapat terhisap dan diekstraksikan dari
kondensor. Gambar III.14 merupakan Steam Jet Ejector di PT. Indonesia Power UPJP
Kamojang.

Gambar II.3 Steam jet ejector di PT. Indonesia Power UPJP Kamojang Unit 2
(Sumber : Dokumentasi pribadi)
Steam jet ejector secara umum dikategorikan kedalam empat tipe dasar yaitu:
 Ejector satu tingkat
 Ejector bertingkat tanpa kondensasi
 Ejector bertingkat dengan kondensasi
 Ejector bertingkat dengan keduanya, kondensasi dan tidak kondensasi

Jenis steam jet ejector yang digunakan di PLTP Kamojang ini adalah steam jet
ejector dua tingkat dengan kondensasi, proses kondensasi dibantu oleh perangkat
intercondensor dan aftercondensor sebelum kemudian dibuang ke atmosfer melalui cooling
tower.

Diantara kelebihan steam jet ejector adalah sederhana dan tidak rumit, ekonomis,
serta efektif untuk mengevakuasi gas dengan volume cukup besar, serta lebih tahan lama
karena tidak ada bagian yang bergerak.

I.3.1 Bagian-Bagian Steam Jet Ejector

Konvergen Diffuser
Mixing Nozzle
Diffuser throat
chamber

Motive steam

Inlet gas or liquid

Gambar II.4 Konstruksi Steam Jet Ejector


(Sumber : www.evaporatorsplant.com)

Steam jet ejector terdiri dari tiga bagian utama yakni nozzle, mixing chamber, dan
diffuser, seperti dijelaskan pada Gambar III.15 di atas.

I.3.1.1 Nozzle

Nozzle merupakan suatu saluran keluaran yang mengekspansikan motive fluid (fluida
bergerak) yang disalurkan dari demister, serta mengubah aliran fluida yang memiliki tekanan
tinggi menjadi berkecepatan tinggi sehingga tekanannya rendah. Hal tesebut berdasarkan
prinsip Bernoulli yakni “suatu aliran fluida dengan kecepatan tinggi maka tekanannya akan
rendah dan ketika kecepatannya rendah maka tekanannya akan tinggi”. Ketika motive steam
melewati bagian yang menyempit di nozzle maka kecepatan aliran akan tinggi sedangkan
tekanannya rendah, hal ini menyebabkan perbedaan tekanan sehingga gas NCG akan
terhisap keluar dari kondensor.

I.3.1.2 Mixing Chamber

Merupakan ruang pencampuran antara fluida primer dan fluida sekunder. Dimana
fluida primer yang berasal dari saluran uap utama akan diekspansikan melalui nozzle dan
fluida gas dari kondensor masuk melalui suction sehingga di mixing chamber ini, gas NCG
yang ingin dievakuasi tercampur dan terbawa oleh aliran uap dari nozzle karena kecepatan
yang sangat cepat dan perbedaan tekanan.

I.3.1.3 Diffuser

Diffuser merupakan sebuah saluran dengan penampang melintang yang berfungsi


untuk menstabilkan aliran. Diffuser memiliki dua bagian yakni bagian leher diffuser dan
bagian konvergen diffuser. Campuran uap dan NCG akan di stabilkan melalui bagian
konvergen diffuser.

I.3.2 Prinsip Kerja Steam Jet Ejector

Mixing 4
2 chamber 3

Gambar II.5 Bagian-bagian Steam jet ejector


(Sumber: https://upload.wikimedia.org/wikipedia/commons/b/b4/Ejector_or_Injector.png)

Pada steam jet ejector, yang dijelaskan pada Gambar III.16, terdapat dua aliran
fluida. Pertama, yakni fluida primer/motive steam atau uap primer yang dipasok dari aliran
uap utama yang berasal dari demister dan memiliki tekanan serta temperatur yang tinggi.
Kedua, fluida sekunder atau gas NCG yang harus dievakuasi dari kondensor. Pada steam jet
ejector tidak ada komponen yang bergerak, namun menggunakan prinsip perubahan
kecepatan dan tekanan dari aliran fluida yang melewati penampang dengan luasan yang
berbeda-beda.

Motive steam (uap primer) dengan tekanan yang tinggi dipasok dari saluran uap
utama melalui nozzle, disini uap dengan tekanan tinggi akan berubah menjadi berkecepatan
tinggi karena adanya perbedaan diameter atau luasan pada nozzle (1) kemudian gas yang
terhisap dari kondensor masuk melalui bagian suction, gas ini terhisap karena adanya
perbedaan tekanan (2) kemudian keduanya tercampur di mixing chamber (3) dan melewati
diffuser, dalam diffuser kecepatan tinggi diubah lagi menjadi tekanan tinggi karena ada
penyempitan saluran (4) lalu kemudian keluar melalui discharge (5).
BAB II
PENGOLAHAN DATA DAN PEMBAHASAN

II.1 Data Pengamatan Steam Jet Ejector Tingkat Pertama Unit 2

Data yang diamati yakni data desain serta aktual pada steam jet ejector tingkat
pertama pada Unit 2 di PT. Indonesia Power UPJP Kamojang. Pengambilan data aktual
dilaksanakan selama dua puluh hari tepatnya pada tanggal 5 – 24 Agustus 2015 yang
diperoleh dari control room.

Berikut ini merupakan data yang dibutuhkan dalam perhitungan, yakni pada Tabel
IV.1 di bawah ini.

Tabel II.1 Parameter yang dibutuhkan untuk mencari tekanan pada diffuser

Parameter Simbol Satuan


Laju aliran gas NCG me kg/s
Laju aliran motive steam mp kg/s
Tekanan gas NCG Pe bar
Tekanan motive steam Pp bar
Temperatur gas NCG Te K
Temperatur motive steam Tp K
Koefisien isentropic ekspansi 𝜸 -
Efisiensi nozzle 𝜼n -
Efisiensi diffuser 𝜼d -
Tekanan dititik 2 P2 bar
Tekanan dititik 4 P4 bar

Melalui parameter yang telah ditentukan tersebut, maka didapatlah data desain untuk
steam jet ejector tingkat 1 di Unit 2 PT. Indonesia Power UPJP Kamojang, yakni pada tabel
IV.2 dibawah ini:
Tabel II.2 Data Desain 1st Stage Steam Jet Ejector Unit 2

Parameter Nilai Keterangan


Laju aliran gas NCG (me) 0,8086 kg/s -
Laju aliran motive steam (mp) 1,6469 kg/s -
Tekanan gas NCG (Pe) 0,1 bar -
Tekanan motive steam (Pp) 6,5 bar -
Temperatur gas NCG (Te) 45,768 oC 318,768 K
Temperatur motive steam (Tp) 162,043 oC 435,043 K
Koefisien isentropic ekspansi (𝜸) 1,3 -
Efisiensi nozzle (𝜼n) 0,95 (asumsi)
Efisiensi diffuser (𝜼d) 095 (asumsi)
Tekanan dititik 2 (P2) 0,1 bar (asumsi)
Tekanan dititik 4 (P4) 0,1 bar (asumsi)

Berdasarkan data desain yang didapatkan melalui spesifikasi alat di PT. Indonesia
Power UPJP Kamojang pada Tabel IV.2 maka dapat dihitung nilai tekanan keluaran diffuser
menggunakan persamaan yang telah dijabarkan pada BAB II, yang kemudian akan dianalisis
dan dibandingkan dengan kondisi aktual alat pada saat ini.
II.1.1 Perhitungan Data Desain

Gambar II.1 Diagram alir fluida dalam stram jet ejector [8]

Dengan memperhatikan Gambar IV.1 yang menggambarkan skema aliran fluida di


dalam steam jet ejector serta data pada tabel IV.2 serta persamaan yang telah dijabarkan
pada BAB II, untuk mengetahui nilai tekanan diffuser yakni melalui langkah sebagai berikut:
a. Menghitung nilai Mach Number dititik 2 (Me2), yakni ketika NCG masuk ke
suction chamber, dengan menggunakan persamaan (6) di bawah ini:

2 Pe (γ−(1/γ))
Me2 = √ [( ) − 1]
(γ − 1) P2

2 0,1 (1,3−(1/1,3))
Me2 = √ [( ) − 1]
(1,3 − 1) 0,1

Me2 = 0

b. Menghitung nilai Mach Number untuk motive steam di titik 2 (Mp2), ketika
motive steam atau uap primer masuk ke suction chamber melalui nozzle, maka
diperhitungkan efisiensi nozzle, melalui persamaan (7) berikut:

n Pp (γ−(1/γ))
Me2 = √(γ−1) [(P ) − 1]
2

2x0,95 6,5 (1,3−(1/1,3))


Me2 = √ [( ) − 1]
(1,3 − 1) 0,1

Me2 = 7,19207

c. Menghitung nilai mach number kritis gas NCG di titik 2 (Me2), dengan
menggunakan persamaan (8) berikut:

Me22 (γ + 1)
Me2 ∗= √
Me22 (γ − 1) + 2

0 . (1,3 + 1)
Me2 ∗= √ =0
0 . (1,3 − 1) + 2

d. Menghitung nilai mach number kritis motive steam di titik 2 (Mp2), dengan
menggunakan persamaan (9) berikut:

Mp22 (γ + 1)
Mp2 ∗= √
Mp22 (γ − 1) + 2

7,192072 (1,3 + 1)
Mp2 ∗= √
7,192072 (1,3 − 1) + 2

Mp2* = 2,60602

e. Menghitung nilai entraiment ratio (w), yakni perbandingan antara laju aliran gas
NCG dengan laju aliran motive steam, dengan persamaan (10):
me
w=
mp

0,8086
w= = 0,49098
1,6469

f. Menghitung nilai mach number di titik 4 yakni ketika gas NCG telah bercampur
dengan motive steam di bagian throat, maka dihitung dengan menggunakan
persamaan (11):

Mp2 ∗+wMe2 ∗√Te /Tp


M4 =
√(1+w)(1+wTe ⁄Tp

2,60602 + 0,49098 x 0 √318,768/435,043


M4 =
√(1 + 0,49098)(1 + 0,49098 x 318,768⁄435,043

2,60602
M4 = = 1,83025
1,42385

g. Menghitung mach number di titik 5, yakni ketika campuran gas NCG dan motive
steam memasuki bagian diffuser, dihitung dengan menggunakan persamaan (12):
2
M42 +
(γ − 1)
M5 =

(γ − 1 M42 ) − 1

2
1,830252 +
(1,3 − 1)
M5 =
2 x 1,3
( 1,830252 ) − 1
1,3 − 1
10,01648
M5 = = 0,357326
28,03173

h. Menghitung tekanan di titik 5 (P5), dimana terjadi perubahan tekanan dan


kecepatan karena campuran fluida mulai memasuki diffuser yang memiliki luas
penampang berbeda, dihitung dengan persamaan (13):

1 + γM42
P5 = P4 [ ]
1 + γM52
1 + (1,3 x 1,830252 )
P5 = 0,1 [ ]
1 + (1,3 x 0,3573262 )

P5 = 0,459 bar

i. Menghitung tekanan keluaran diffuser (Pc), dengan menggunakan persamaan (14)


berikut:

γ
⁄(γ−1)
ηd (γ − 1) 2
Pc = P5 [ M5 + 1]
2
1,3⁄
0,95 (1,3 − 1) (1,3−1)
Pc = 0,459 [ 0,357322 + 1]
2

Pc = 0,4963 bar

II.1.2 Perhitungan Data Aktual

Data yang digunakan dalam perhitungan dan analisis ini, diambil pada tanggal 5 –
24 Agustus 2015. Namun, data yang dijadikan acuan perhitungan data aktual yakni data
operasi steam jet ejector tingkat satu di Unit 2 pada tanggal 10 Agustus 2015 pada pukul
19.00 WIB, seperti dijabarkan pada tabel IV.3 dibawah ini:
Tabel II.3 Data Aktual Steam Jet Ejector Tingkat pertama Unit 2

Parameter Nilai Keterangan


Laju aliran gas NCG (me) 0,8086 kg/s -
Laju aliran motive steam (mp) 1,6469 kg/s -
Tekanan gas NCG (Pe) 0,17 bar -
Tekanan motive steam (Pp) 5,7 bar -
Temperatur gas NCG (Te) 33,5 oC 306,5 K
Temperatur motive steam (Tp) 163 oC 436 K
Koefisien isentropic ekspansi (𝜸) 1,3 -
Efisiensi nozzle (𝜼n) 0,95 (asumsi)
Efisiensi diffuser (𝜼d) 095 (asumsi)
Tekanan dititik 2 (P2) 0,1 bar (asumsi)
Tekanan dititik 4 (P4) 0,1 bar (asumsi)
a. Menghitung nilai Mach Number dititik 2 (Me2), yakni ketika NCG masuk ke suction
chamber, dengan menggunakan persamaan (6) dibawah ini:

2 Pe (γ−(1/γ))
Me2 =√ [( ) − 1]
(γ − 1) P2

2 0,17 (1,3−(1/1,3))
Me2 = √ [( ) − 1]
(1,3 − 1) 0,1

Me2 = 1,4726

b. Menghitung nilai Mach Number untuk motive steam di titik 2 (Mp2), ketika motive steam
atau uap primer masuk ke suction chamber melalui nozzle, maka diperhitungkan
efisiensi nozzle, melalui persamaan (7) berikut:

n Pp (γ−(1/γ))
Me2 = √(γ−1) [(P ) − 1]
2

2x0,95 5,7 (1,3−(1/1,3))


Me2 =√ [( ) − 1]
(1,3 − 1) 0,1

Me2 = 6,9149

c. Menghitung nilai mach number kritis gas NCG dititik 2 (Me2), dengan menggunakan
persamaan (8) berikut:

Me22 (γ + 1)
Me2 ∗= √
Me22 (γ − 1) + 2

1,47262 . (1,3 + 1)
Me2 ∗= √
1,47262 . (1,3 − 1) + 2

Me2 * = 1,3718

d. Menghitung nilai mach number kritis motive steam di titik 2 (Mp2), dengan
menggunakan persamaan (9) berikut:

Mp22 (γ + 1)
Mp2 ∗= √
Mp22 (γ − 1) + 2

6,91492 (1,3 + 1)
Mp2 ∗= √
6,91492 (1,3 − 1) + 2

Mp2* = 2,5939

e. Menghitung nilai entraiment ratio (w), yakni perbandingan antara laju aliran gas NCG
dengan laju aliran motive steam, dengan persamaan (10):
me
w=
mp

0,8086
w= = 0,49098
1,6469

f. Menghitung nilai mach number dititik 4 yakni ketika gas NCG telah bercampur dengan
motive steam dibagian throat, maka dihitung dengan menggunakan persamaan (11):

Mp2 ∗+wMe2 ∗√Te /Tp


M4 =
√(1+w)(1+wTe ⁄Tp

2,5939 + 0,49098 x 1,3718 √306,5/436


M4 =
√(1 + 0,49098)(1 + 0,49098 x 306,5⁄436

3,15861
M4 = = 2,23037
1,41618

g. Menghitung mach number di titik 5, yakni ketika campuran gas NCG dan motive steam
memasuki bagian diffuser, dihitung dengan menggunakan persamaan (12):
2
M42 +
(γ − 1)
M5 =

(γ − 1 M42 ) − 1

2
2,230372 +
(1,3 − 1)
M5 =
2 x 1,3
(1,3 − 1 2,230372 ) − 1

11,6412
M5 = = 0,27643
42,11276

h. Menghitung tekanan di titik 5 (P5), dimana terjadi perubahan tekanan dan kecepatan
karena campuran fluida mulai memasuki diffuser yang memiliki luas penampang
berbeda, dihitung dengan persamaan (13):
1 + γM42
P5 = P4 [ ]
1 + γM52

1 + (1,3 x 2,230372 )
P5 = 0,1 [ ]
1 + (1,3 x 0,276432 )

P5 = 0,67924 bar

i. Menghitung tekanan keluaran diffuser (Pc), dengan menggunakan persamaan (14)


berikut:

γ
⁄(γ−1)
ηd (γ − 1) 2
Pc = P5 [ M5 + 1]
2
1,3⁄
0,95 (1,3 − 1) (1,3−1)
Pc = 0,67924 [ 0,276432 + 1]
2

Pc = 0,71187 bar

II.2 Analisa Perhitungan Data Desain

Berdasakan perhitungan untuk data desain pada steam jet ejector tingkat satu, didapatkan
hasil sebagai berikut:

Tabel II.4 Hasil Perhitungan Data Desain

Me2 Mp2 Me2* Mp2* w M4 M5 P5 Pc


0 7,19207 0 2,60602 0,49098 1,83025 0,35732 0,459 0,4963

Berdasarkan hasil perhitungan pada data desain, didapatkan nilai mach number dititik dua
untuk gas NCG bernilai nol. Dimana jika M < 0,3 maka aliran bersifat incompresible dan nilai
densitasnya diabaikan. Sedangkan untuk motive steam dititik dua, mach number bernilai tinggi
yakni 7,9207 artinya terjadi shock dengan aliran hypersonic yang sangat cepat. Tingginya
kecepatan berbanding terbalik dengan tekanan, dimana pada titik 2 motive steam memiliki tekanan
yang rendah. Karena perbedaan tekanan itulah maka gas NCG yang memiliki tekanan yang lebih
tinggi tertarik oleh aliran motive steam yang berkecepatan tinggi dan tekanan rendah sehingga
bercampur di mixing chamber.

Pada titik 4, nilai mach number nya sebesar 1,83025 artinya aliran bersifat supersonic. Pada
titik ini kedua fluida telah bercampur dan memiliki tekanan serta kecepatan yang sama. Sementara
dititik 5 nilai mach number-nya sebesar 0,35732 artinya terjadi penurunan kecepatan dikarenakan
aliran memasuki area diffuser yang memiliki luas penampang yang lebih besar.

Dengan nilai asumsi P2 dan P4 sebesar 0,1 bar, didapatkan tekanan dititik 5 sebesar 0,459,
sehingga diketahui nilai tekanan pada diffuser sebesar 0,4963 bar dimana kenaikan tekanan terjadi
karena ada perluasan area, sehingga dari sini gas NCG akan dievakuasi keluar melalui discharge
dan akan memasuki intercondensor untuk dikondensasikan kembali.

II.3 Analisa Perhitungan Data Aktual

Hasil perhitungan data aktual disajikan dalam tabel 4.5 dibawah ini:
Tabel II.5 Hasil Perhitungan Data Aktual dan Desain

Data Me2 Mp2 Me2* Mp2* w M4 M5 P5 Pc


Aktual 1,47 6,91 1,37 2,59 0,49 2,23 0,27 0,67 0,71
Desain 0 7,19 0 2,60 0,49 1,83 0,35 0,45 0,49

Pada hasil perhitungan untuk data aktual, didapatkan nilai mach number dititik 2 untuk
aliran gas NCG yang memasuki suction yakni sebesar 1,47 dimana aliran supersonic. Hal ini
dipengaruhi pula oleh peningkatan tekanan gas NCG yang memasuki suction yakni sebesar 0,17
bar, lebih tinggi dari kondisi desain 0,1 bar.
Berbeda halnya dengan mach number untuk motive steam dititik 2, mengalami penurunan
yakni sebesar 6,91 dibanding dengan kondisi desain sebesar 7,19. Hal ini terjadi karena adanya
penurunan tekanan motive steam dari kondisi desain sebesar 6,5 bar menjadi 5,7 bar.

Kenaikan nilai mach number dititik 4 juga dipengaruhi oleh kenaikan tekanan gas NCG
sehingga nilai mach number dititik 4 sebesar 2,23 dibandingkan dengan nilai desain sebesar 1,83.
Nilai mach number sebanding dengan kecepatan aliran, semakin tinggi nilai mach number nya,
artinya kecepatannya semakin tinggi, namun berbanding terbalik dengan tekanannya.

Perubahan nilai mach number juga dipengaruhi oleh perubahan luasan area/geometri steam
jet ejector. Perubahan luasan tersebut dimanfaatkan untuk mengkonversi tekanan tinggi menjadi
kecepatan tinggi sehingga menimbulkan perbedaan tekanan yang dapat mengevakuasi gas NCG
dari kondensor

Sedangkan dititik 5, ketika aliran mulai memasuki bagian diffuser, mach number nya
menurun seiring dengan kenaikan tekanan yang terjadi. Maka, ketika aliran memasuki area diffuser
yang semakin meluas, tekanan akan semakin tinggi ditandai dengan nilai tekanan keluaran diffuser
sebesar 0,71. Nilai ini cukup tinggi dibandingan dengan kondisi desain sebesar 0,49. Kenaikan
tekanan pada diffuser ini menunjukkan adanya penurunan kinerja steam jet ejector.

Hasil perhitungan selengkapnya untuk data aktual pada tanggal 5 – 24 Agustus 2015 pada
pukul 19.00 WIB dapat dilihat pada Gambar IV.2 di bawah ini:
Grafik Tekanan Keluaran Diffuser
0.72
Tekanan diffuser (Pc) (bar)

0.71
tekanan diffuser (Pc)

0.7
0 2 4 6 8 10 12 14 16 18 20 22 24 26
Tanggal (Agustus 2015)

Gambar II.2 Grafik Tekanan Keluaran diffuser (Pc) pada Agustus 2015

Gambar IV.2 menjelaskan mengenai grafik tekanan keluaran diffuser. Dapat diamati bahwa
tekanan diffuser mengalami kenaikan yang cukup tinggi berkisar di angka 0,71 bar. Hal ini menjadi
indkasi penurunan kinerja ejector. Jadi, penurunan kinerja steam jet ejector dipengaruhi oleh
kondisi aktual yang tidak sesuai lagi dengan kondisi desainnya seperti tekanan motive steam dan
tekanan NCG.
II.4 Analisa Perbandingan Tekanan Diffuser Data Desain dan Aktual

Grafik Perbandingan Perhitungan Tekanan diffuser


Data Desain dan Aktual
0.8
Tekanan diffuser (Pc)

0.6

0.4
Aktual
0.2 Desain

0
0 3 6 9 12 15 18 21 24 27
Tanggal (Agustus 2015)

Gambar II.3 Perbandingan Tekanan Diffuser Desain dan Aktual

Tekanan keluaran diffuser pada kondisi aktual telah mengalami kenaikan yakni sebesar
0,71 sedangkan kondisi desain sebesar 0,49. Artinya telah terjadi penurunan kinerja steam jet
ejector sebesar 43,43%. Penurunan yang sangat signifikan ini dikarenakan beberapa faktor yang
mempengaruhi diantaranya karena kenaikan nilai tekanan dan temperatur yang telah melebihi
desain yang telah ditentukan. Seperti diperlihatkan pada Gambar IV.4 di bawah ini yang
memperlihatkan perbandingan tekanan NCG data aktual dan data desain, dimana tekanan
aktualnya mengalami kenaikan dari tekanan desainnya yakni berkisar 0,16 bar dari yang
seharusnya 0,1 bar.
Tekanan NCG Aktual dan Desain
0.27

0.18
Tekanan NCg (bar)

Aktual
0.09
Desain

0
0 5 10 15 20 25 30
Agustus 2015

Gambar II.4 Grafik Tekanan NCG Aktual dan Desain

Dapat dilihat pada Gambar IV.3 diatas, perbandingan tekanan diffuser kondisi desain dan
aktual. Kinerja steam jet ejector sangat berpengaruh terhadap kondisi kerja kondensor. Dimana
kenaikan tekanan keluar diffuser yang tinggi merupakan indikasi terjadinya kenaikan tekanan
kondensor. Jika tekanan pada kondensor mengalami kenaikan, maka hal ini akan berpengaruh
terhadap efisiensi turbin dan sistem secara keseluruhan. Dapat diamati pada grafik 4.3 dibawah
ini:

Tekanan Kondensor Aktual dan Desain


0.2
Tekanan Kondesor (bar abs)

0.1
Aktual
Desain

0
0 5 10 15 20
Agustus 2015

Gambar II.5 Tekanan Kondensor Aktual dan Desain Unit 2 pada Agustus 2015
Pada Gambar IV.5 menunjukkan grafik tekanan kondesor data aktual dan desain, dapat
diamati bahwa tekanan kondensor mengalami kenaikan dari kondisi desain, dimana tekanan pada
desain kondensor sebesar 0,1 bar dan kondisi aktual berkisar 0,12 – 0,14 bar. Artinya penurunan
kinerja steam jet ejector berpengaruh terhadap menurunnya tingkat kevakuman kondensor
(tekanan mengalami kenaikan). Untuk itu, perlu diperhatikan parameter tekanan motive steam,
tekanan NCG, serta tekanan diffuser agar berada pada kondisi desainnya, untuk mempertahankan
tekanan vakum kondensor pada kondisi desain yang seharusnya. Kevakuman kondesor
berpengaruh terhadap penurunan Δh turbin sehingga hal ini akan berdampak terhadap penurunan
efisiensi turbin dan sistem secara keseuruhan.

Anda mungkin juga menyukai