PENDAHULUAN
(kuratif) guna mencapai derajat masyarakat yang optimal. Hal ini diperlukan kesiapan
ketrampilan tenaga kesehatan dan di dukung peran serta dari masyarakat. Sarana dan
prasarana pelayanan kesehatan yang mempertahankan hidup sehat harus dapat dilakukan
sedini mungkin. Khususnya bagi orang tua yang harus menjaga kondisi kesehatan
anaknya, yang dapat menyebabkan berbagai masalah yang dapat menganggu pada sistem
organ tubuh manusia, salah satunya sistem pernafasan. Jika diabaikan akan
tubuh tidak bisa bekerja. Karena inilah, selain penyebaran infeksi, dengan sumber utama
bakteri, virus, mikroplasma, jamur, berbagai senyawa kimia maupun partikel. Pneumonia
merupakan masalah kesehatan didunia karena angka kematiannya tinggi, tidak saja di
negara berkembang tetapi juga di negara maju seperti Amerika Serikat, Kanada, dan
Menurut WHO pneumonia adalah penyebab kematian terbesar pada anak di seluruh
dunia. Pneumonia membunuh 1,4 juta anak di bawah usia lima tahun. Pneumonia
membunuh lebih banyak anak di banding penyakit lain di dunia. WHO memperkirakan
1
angka kejadian pneumonia di negara berkembang dengan angka kematian bayi 40 per
1000 kelahiran hidup adalah 15 % - 20% per tahun pada golongan usia balita. Kejadian di
Indonesia pada balita diperkirakan antara 10% - 20% per tahun. Menurut perkiraan bahwa
10% dari penderita pneumonia akan meninggal bila tidak diberi pengobatan, bila hal ini di
benarkan maka ada sekitar 250.000 kematian akibat pneumonia setiap tahunnya.
Pneumonia menyebabkan 2 juta kematian (1 kematian tiap 15 detik) dari 9 juta kematian
49,45%. Tahun 2009 sebanyak 49,23% dan tahun 2010 menurun hingga mencapai
Pneumonia di Indonesia juga terkait erat dengan status gizi, status imunisasi, lama
pemberian ASI dan lingkungan tempat tinggal (polusi di dalam dan luar ruangan),
ventilasi, kepadatan hunian, jenis bahan bakar yang di pakai, dan kebiasaan merokok
(Kementrian Kesehatan RI, 2010).Serta lantai dan kondisi dinding rumah dan tingkat
Berdasarkan data yang penulis dapatkan dari Puskesmas Toili I Kecamata Moilong
diketahui bahwa data tahun 2018 terdapat 56 kasus pneumonia. Dari 56 kasus tersebut 51
kasus terdiri dari anak usia 1-4 tahun dan 5 kasus terdiri dari anak usia kurang dari 1
tahun yang menderita pneumonia. Sedangkan data pada tahun 2019 menunjukkan
terdapat peningkatan jumlah penderita pneumonia menjadi 115 kasus pneumonia. Dari
115 kasus tersebut 72 kasus terdiri dari anak usia 1-4 tahun dan 43 kasus terdiri dari anak
Bahaya dari pneumonia itu sendiri adalah bisa terjadinya efusi pleura ketika
penumpukan cairan dan dahak memunuhi lapisan dinding dada, endokartitis adalah
2
infeksi lapisan dalam jantung, kegagalan pernafasan kondisi ini terjadi ketika ada
peradangan parah pada dinding paru-paru menyebabkan aliran udara ke seluruh tubuh
terhambat.
Dari hasil laporan kasus ini penulis berharap dapat memberikan manfaat:
Tinggi dengan melakukan asuhan keperawatan anak pada kasus pneumonia secara
tepat.
3
1.3.2 Bagi Perawat
Sebagai panduan perawat dalam pengelolaan kasus pneumonia. Selain itu,juga bisa
menjadi informasi bagi tenaga kesehatan lain terutama dalam pengelolaan kasus
yang bersangkutan.
dengan tepat.
4
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Definisi
pada bayi dan masa kanak-kanak awal (Wong, 2008). Pneumonia adalah inflamasi atau
infeksi pada parenkim paru. Pneumonia disebabkan oleh satu atau lebih agens berikut :
virus, bakteri (mikoplasma), fungi, parasit, atau aspirasi zat asing (Betz & Sowden,
2009).
Pneumonia adalah salah satu penyakit infeksi saluran pernafasan bawah akut
(ISNBA) dengan batuk dan disertai dengan sesak nafas disebabkan aden infeksius
seperti virus, bakteri, mycoplasma (fungi), dan aspirasi substansi asing,berupa radang
paru-paru yang disertai eksudasi dan konsolidasi (Nurarif & Kusuma, 2013).
penyakit infeksi saluran pernafasan bawah akut (ISNBA) dengan gejala batuk dan
disertai dengan sesak nafas yang disebabkan agen infeksius seperti virus, bakteri,
mycoplasma (fungi), dan aspirasi substansi asing, berupa radang paru-paru yang disertai
2.2 Etiologi
sebagian kecil oleh penyebab lain seperti hidrokarbon (minyak tanah, bensin, atau
sejenisnya) dan masuknya makanan, minuman, susu, isi lambung ke dalam saluran
5
berdasarkan golongan umur, berat ringannya penyakit dan penyulit yang menyertainya
terutama Respiratory Syncial Virus (RSV) yang mencapai 40%, sedangkan golongan
(droplet), kemudian terjasi penyebaran mikroorganisme dari saluran nafas bagian atas
ke jaringan (parenkim) paru dan sebagian kecil karena penyebaran melalui aliran darah
Tanda –tanda klinis utama pneumonia menurut (Betz & Sowden, 2009) meliputi hal-
hal berikut :
1) Batuk
2) Dispnea
3) Takipea
supraklavikula
8) Nyeri abdomen (disebabkan oleh iritasi diafragma oleh paru terinfeksi didekatnya)
9) Batuk paroksismal mirip pertusis (sering terjadi pada anak yang lebih kecil)
11) Demam
12) Ronchi
6
13) Sakit kepala
15) Menggigil
16) Berkeringat
2.4.1 Anatomi
a. Nares Anterior
anterior memuat sejumlah kelenjar sebaseus yang ditutupi bulu kasar. Kelenjar-
7
b. Rongga Hidung
Rongga hidung dilapisi selaput lendir yang sangat kaya akan pembuluh
darah, bersambung dengan lapisan faring dan selaput lendir semua sinus yang
epitelium silinder dan sel spitel berambut yang mengandung sel cangkir atau
sel lendir. Sekresi sel itu membuat permukaan nares basah dan berlendir. Di
atas septum nasalis dan konka, selaput lendir ini paling tebal, yang diuraikan di
bawah. Tiga tulang kerang (konka) yang diselaputi epitelium pernafasan, yang
dilaluinya, udara menjadi hangat, dan karena penguapan air dari permukaan
c. Faring (tekak)
Faring adalah pipa berotot yang berjalan dari dasar tengkorak sampai
d. Laring (tenggorok)
Laring terdiri atas kepingan tulang rawan yang diikat bersama oleh
8
ligamen dan membran. Yang terbesar di antaranya ialah tulang rawan tiroid,
jakun, yaitu sebelah depan leher. Laring terdiri atas dua lempeng ataunlamina
Tulang rawan krikoid terletak dibawah tiroid, bentuknya seperti cincin mohor
lingkaran lengkap). Tulang rawan lainnya adalah kedua tulang rawan aritenoid
yang menjulang di sebelah belakang krikoid, kanan dan kiri tulang rawan
dan di tempat ini bercabang menjadi dua bronkus (bronki). Trakea tersusun atas
enam belas sampai dua puluh lingkaran tak lengkap berupa cincin tulang rawan
yang di ikat bersama oleh jaringan fibrosa dan yang melengkapi lingkaran
disebelah belakang trakea, selain itu juga memuat beberapa jaringan otot.
Trakea dilapisi selaput lendir yang terdiri atas epitelium bersilia dan sel
cangkir. Silia ini bergeak menuju ke atas ke arah laring, maka dengan gerakan
ini debu dan butir-butir halus lainnya yang larut masuk bersama dengan
Bronkus merupakan lanjutan dari trakhea ada dua buah yang terdapat
trakhea dan dilapisi oleh jenis sel yang sama. Bronkus-bronkus itu berjalan ke
9
bawah dan ke samping ke arah tampak paru-paru. Bronkus kanan lebih pendek
dan lebih besar daripada bronkus kiri, terdiri dari 6-8 cincin, mempunyai 3
cabang. Bronkus kiri lebih panjang dan lebih ramping dari yang kanan, terdiri
g. Paru-paru
Paru-paru ada dua , dan merupakan alat pernafasan utama. Paru- paru
mengisi rongga dada. Terletak disebelah kanan dan kiri dan ditengah
dipisahkan oleh jantung beserta pembuluh darah besarnya dan struktur lainnya
kerucut dengan apeks (puncak) di atas dan muncul sedikit lebih tinggi daripada
klavikula di dalam dasar leher. Pangkal paru-paru duduk di atas landai rongga
belakang yang menyentuh tulang belakang, dan sisi depan yang menutupi
2.4.2 Fisiologi
Menurut (Pearce, 2011) fungsi paru-paru ialah pertukaran gas oksigen dan
oksigen dipungut melalui hidung dan mulut pada waktu bernafas, oksigen masuk
melalui trakea dan pipa bronkial ke alveoli, dan dapat berhubungan erat dengan
10
Hanya satu lapisan membran, yaitu membran alveoli-kapiler, yang
oleh haemoglobin sel darah merah dan di bawa ke jantung. Dari sini dipompa di
dalam arteri ke semua bagian tubuh. Darah meninggalkan paru-paru pada tekanan
oksigen 100 mm Hg dan pada tingkat ini hemoglobin 95% jenuh oksigen.
pipa bronkial dan trakea, dinapaskan keluar melalui hidung dan mulut.
eksterna :
1) Ventilasi Pulmoner, atau gerak pernafasan yang menukar udara dalam alveoli
3) Distribusi arus udara dan arus darah sedemikian sehingga dalam jumlah tepat
4) Difusi gas yang menembusi membran pemisah alveoli dan kapiler. CO2 lebih
Semua proses ini telah diatur sedemikian rupa sehingga darah yang
meninggalkan paru-paru menerima jumlah tepat CO2 dan O2. Pada waktu gerak
badan, lebih banyak darah datang di paru-paru membawa terlalu banyak CO2 dan
terlampau sedikit O2; jumlah CO2 itu tidak dapat dikeluarkan, maka
11
2.5 Patofisiologi
Pneumonia adalah hasil dari proliferasi patogen mikrobial di alveolar dan respons
pernapasan bawah. Salah satunya adalah melalui aspirasi orofaring. Aspirasi dapat
terjadi pada kaum geriatri saat tidur atau pada pasien dengan penurunan kesadaran.
Melalui droplet yang teraspirasi banyak patogen masuk. Pneumonia sangat jarang
Faktor mekanis host seperti rambut nares, turbinasi dan arsitektur trakeobronkial
pernapasan. Faktor lain yang berperan adalah refleks batuk dan refleks tersedak yang
Makrofag lalu akan menginisiasi repons inflamasi host. Pada saat ini lah
manifestasi klinis pneumonia akan muncul. Respons inflamasi tubuh akan memicu
Factor) yang akan menghasilkan demam. Neutrofil akan bermigrasi ke paru paru dan
inflamasi dan neutrofil akan menyebabkan kebocoran kapiler alveolar lokal. Bahkan
eritrosit dapat keluar akibat kebocoran ini dan menyebabkan hemoptisis. Kebocoran
kapiler ini menyebabkan penampakan infiltrat pada hasil radiografi dan rales pada
12
yang biasanya muncul pada alveoli yang terisi cairan hal ini akan menyebabkan
hipoksemia berat. Jika proses ini memberat dan menyebabkan perubahan mekanisme
paru dan volume paru dan shunting aliran darah sehingga berujung pada kematian.
2.6 Pathway
a. Dispanea
SDM Red Blood Count (RBC), SDP White
Blood count (WBC), dan cairan keluar b. Sianosis
Bersihan jalan nafas masuk c. Batuk
Partial
Daerah paru
Hipoksia
13
2.7 Pemeriksaan Penunjang
1) Sinar X
2) GDA
Tidak normal mungkin terjadi, tergantung pada luas paru yang terlibat dan penyakit
3) JDL Leukositosis
Biasanya ditemukan, meskipun sel darah putih rendah terjadi pada infeksi virus,
4) LED Meningkat
Fungsi paru hipoksia, volume menurun, tekanan jalan napas meningkat dan komplain
menurun
6) Bilirubin meningkat
berat, bisa diberikan antibiotik per oral (lewat mulut) dan tetap tinggal di rumah.
Penderita anak yang lebih besar dan penderita dengan sesak nafas atau dengan penyakit
jantung dan paru-paru lainnya, harus dirawat dan antibiotik diberikan melalui infus.
14
Mungkin perlu di berikan oksigen tambahan, cairan intravena dan alat bantu nafas
mekanik.
1) Oksigen 1-2L/menit
3) Jumlah cairan sesuai berat badan, kenaikan suhu, dan status hidrasi
4) Jika sesak tidak terlalu berat dapat dimulai makanan enteral bertahap melalui selang
5) Jika sekresi lendir berlebihan dapat diberiikan inhalasi dengan salin normal dan beta
Anti biotik sesuai hasil biakan atau diberikan untuk kasus pneumonia community
base:
2.9 Komplikasi
a. Abses paru
15
b. Edusi pleural
c. Empisema
d. Gagal napas
e. Perikarditis
f. Meningitis
g. Atelektasis
h. Hipotensi
i. Delirium
j. Asidosis metabolik
k. Dehidrasi
Menurut (Nurarif & Kusuma, 2013) diagnosa yang mungkin muncul adalah :
b. Hipertemi
d. Intoleransi aktivitas
(Wong, 2008)
Intervensi:
16
b. Berikan suction sesuai indikasi
NOC :
NIC :
b. Observasi TTV
Intervensi :
17
e. Monitor mual muntah
2013)
NOC
a. Energi conversation
b. Activity tolerance
Kriteria hasil:
a. Berpartisipasi dalam aktivitas fisik tanpa disertai peningkatan tekanan darah, nadi,
dan RR
NIC
Activity Therapy
yang tepat.
c. Bantu untuk memilih aktivitas konsisten yang sesuai dengan kemampuam fisik,
18
e. Bantu untuk mendapatkan alat bantu dan aktivitas yang disukai
2013)
NOC
Kriteria hasil :
NIC
19
BAB 3
METODE PENELITIAN
Desain penelitian yang digunakan adalah studi kasus. Studi kasus yang menjadi
pokok bahasan penelitian ini adalah digunakan untuk mengeksplorasi masalah Asuhan
sangat perlu memberikan batasan istilah yang digunakan dalam penelitian ini sebagai
berikut :
pengkajian sampai evaluasi yang merupakan pekerjaan dari seseorang perawat dalam
menjalankan tugas dan kewajibannya serta peran dan fungsinya terhadap pasien dan
2) Klien adalah individu yang mencari atau menerima perawatan medis. Klien dalam
studi kasus ini adalah 2 klien dengan diagnosa medis dan masalah keperawatan yang
sama.
3) Pneumonia adalah salah satu penyakit peradangan akut parenkim paru yang biasanya
20
3.3. Partisipan
Partisipan merupakan sejumlah orang yang turut berperan serta dalam suatu kegiatan,
keikutsertaan dan peran serta. Subyek yang digunakan dalam penelitian ini adalah 2
klien yang mengalami diagnosa Penyakit Pneumonia Di Puskesmas Toili I. Klien yang
dipilih adalah :
3. 2 klien dan keluarga yang bersedia untuk dilakukan penelitian studi kasus.
1) Lokasi Penelitian
Moilong
2) Waktu Penelitian
Agar dapat diperoleh data yang sesuai dengan permasalahan dalam penelitian ini,
1. Wawancara adalah percakapan yang bertujuan, biasanya anatara dua orang yang
klien).
21
2. Observasi dan Pemeriksaan fisik
Observasi merupakan hasil perbuatan jiwa secara aktif dan penuh perhatian untuk
indera, tidak terbatas hanya pada apa yang dilihat (Saryono, 2013 dalam Muhklis
tersebut.
Pemeriksaan fisik pada studi kasus ini menggunakan pendekatan IPPA: inspeksi,
3. Studi dokumentasi
Studi dokumentasi adalah kegiatan mencari data atau variabel dari sumber berupa
catatan, transkip, buku, surat kabar, majalah, prasasti, notulen rapat, agenda, dan
sebagainya. Yang diamati dalam studi dokumentasi adalah benda mati ( Suryono,
2013 dalam Muhklis 2016). Dalam studi kasus ini menggunakan studi dokumentasi
berupa catatan hasil data rekam medis, revie literatur dan pemeriksaan diagnostik
Uji keabsahan data dimaksudkan untuk menguji kualitas data atau informasi yang
Disamping integritas peneliti (karena peneliti menjadi instrumen utama), uji keabsahan
a. Memperpanjang waktu pengamatan / tindakan; dalam studi kasus ini waktu yang di
22
tentukan adalah 3 hari, akan tetapi jika belum mencapai validitas yang diinginkan
maka waktu untuk mendapatkan data studi kasus diperpanjang satu hari. Sehingga
memperjelas data atau informasi yang telah diperoleh dari responden, adapan pihak
lain dalam studi kasus ini adalah keluarga klien, perawat dan perawat yang pernah
sampai dengan semua data terkumpul. Analisa data dilakukan dengan cara
dengan cara menarasikan jawaban-jawaban dari penelitian yang diperoleh dari hasil
penelitian. Teknik analisis digunakan dengan cara observasi oleh peneliti dan studi
dibandingkan teori yang ada sebagai bahan untuk memberikan rekomendasi dalam
intervensi tersebut (Tri, 2015 dalam Muhklis). Urutan dalam analisis adalah:
a. Pengumpulan data.
Data dikumpulkan dari hasil WOD (wawancara, observasi, dokumen). Hasil ditulis
23
b. Mereduksi data.
Data hasil wawancara yang terkumpul dalam bentuk catatan lapangan dijadikan
satu dalam bentuk transkrip. Data yang terkumpul kemudian dibuat koding yang
dibuat oleh peneliti dan mempunyai arti tertentu sesuai dengan topik penelitian yang
c. Penyajian data
Penyajian data dapat dilakukan dengan tabel, gambar, bagan maupun teks naratif.
responden.
d. Kesimpulan.
Dari data yang disajikan, kemudian data dibahas dan dibandingkan dengan hasil-
hasil penelitian terdahulu dan secara teoritis dengan perilaku kesehatan. Penarikan
Beberapa prinsip etik yang perlu diperhatikan dalam penelitian antara lain :
responsden. Pada informed consent juga perlu dicantumkan bahwa data yang
2) Anonimity (tanpa nama), dimana subjek mempunyai hak untuk meminta bahwa data
24
3) Rahasia (confidentiality),kerahasiaan yang diberikan kepada respoden dijamin oleh
25
BAB IV
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
tubuh tidak bisa bekerja. Karena inilah, selain penyebaran infeksi, dengan sumber utama
bertujuan Melakukan pengkajian pada klien dengan pneumonia, Melakukan analisa data
hasil pengkajian dan menetapkan diagnosa keperawatan pada klien dengan pneumonia,
terhadap pelaksanaan asuhan keperawatan yang telah dilakukan pada klien dengan
pneumonia.
Desain penelitian yang digunakan adalah studi kasus dan Subyek yang digunakan
dalam penelitian ini adalah 2 klien yang mengalami diagnosa Penyakit Pneumonia Di
Puskesmas Toili I.
4.2 Saran
1) Bagi Puskesmas
26
Diharapkan dapat memberikan pelayanan kepada pasien lebih optimal dan
Sebagai tempat menempuh ilmu keperawatan diharapkan hasil penelitian ini dijadikan
secara optimal
27
DAFTAR PUSTAKA
Betz & Sowden. 2009. Buku Saku Keperawatan Pediatri,edisi 5. Jakarta : EGC Corwin,
Elizabeth J. 2009. Buku Saku Patofisiologi. Jakarta : EGC
Hidayat, Alimul Aziz. 2008. Pengatar Ilmu Keperawatan Anak 1. Jakarta : Salemba Medika
Ikatan Dokter Anak Indonesia. 2010. Pedoman Pelayanan Medis. Jakarta : Bidang Penerbit
Ikatan Dokter Anak Indonesia
Lisnawati & Pangesti. 2012. Mediasains jurnal ilmial ilmu-ilmu kesehatan. Volume XI.
Purwokerto : Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah Purwokerto
Misnadiarly. 2008 . Penyakit Infeksi Saluran Nafas Pneumonia pada Anak, Orang Dewasa,
Usia Lanjut. Jakarta : Pustaka Obor Populer
Muttaqin, Arif. 2008. Asuhan Keperawatan Klien dengan gangguan respirasi. ` Jakarta :
Salemba Medika
Ngastiyah. 2005. Perawatan Anak Sakit, Edisi 2. Jakarta : EGC
Nurarif & Kusuma. 2013. Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarakan Diagnosa Medis &
NANDA NIC-NOC. Jakarta: Mediaction Publishing
Pearce, Evelyn C. 2009. Anatomi Dan Fisiologi Untuk Paramedis. Jakarta: Gramedia Pustaka
Utama
Riyadi, Sujono & Sukarmin. 2010. Asuhan Keperawatan Pada Anak Sakit.
Yogyakarta: Graha Ilmu
Supriyanto & Kaswandani. 2008. Buku ajar respirologi. Edisi I. Jakarta : EGC Suriadi. 2010.
Asuhan keperawatan pada anak. Edisi 2. Jakarta : EGC Syaifuddin. 2014. Anatomi
fisiologi. Edisi 4. Jakarta : EGC
Sylvia Andreason, Larraine Me Carty. 2007. Patofisiologi konsep klinis proses- proses
penyakit. Edisi 1 & 2. Jakarta : EGC
Tim pokja SDKI DPP PPNI. 2016. Standar Diagnosa Keperawatan Indonesia.
WHO, UNICEF. 2012. Pneumonia:The Forgotlen Killer of Children.Geneva:WHO Press
Widagno. 2011. Masalah Dan Tatalaksana Penyakit Infeksi Pada Anak. Jakarta : Sagung Seto
Widianto. 2011. Diagnosa keperawatan. Jakarta : EGC
Wilkinson, Judith M. 2007. Buku Saku Diagnosa Keperawatan Pada Keperawatan Pedriatri,
Editor Monica Ester, Edisi 3 Jakarta: EGC
Wong. 2008. Buku Ajar Keperawatan Pediatrik, Alih bahasa Andry Harmono.
28
29
30
31