Anda di halaman 1dari 32

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Menurut WHO upaya untuk mewujudkan derajat kesehatan masyarakat dapat

dilakukan dengan cara memelihara kesehatan.Upaya kesehatan masyarakat meliputi :

peningkatan kesehatan (promotif), pencegahan penyakit (preventif), dan penyembuhan

(kuratif) guna mencapai derajat masyarakat yang optimal. Hal ini diperlukan kesiapan

ketrampilan tenaga kesehatan dan di dukung peran serta dari masyarakat. Sarana dan

prasarana pelayanan kesehatan yang mempertahankan hidup sehat harus dapat dilakukan

sedini mungkin. Khususnya bagi orang tua yang harus menjaga kondisi kesehatan

anaknya, yang dapat menyebabkan berbagai masalah yang dapat menganggu pada sistem

organ tubuh manusia, salah satunya sistem pernafasan. Jika diabaikan akan

mengakitbatkan keadaan yang dapat menyebabkan kematian balita (Riyadi, 2010)

Pneumonia adalah infeksi yang menyebabkan paru-paru meradang. Kantung-kantung

kemampuan menyerap oksigen menjadi kurang. Kekurangan oksigen membuat sel-sel

tubuh tidak bisa bekerja. Karena inilah, selain penyebaran infeksi, dengan sumber utama

bakteri, virus, mikroplasma, jamur, berbagai senyawa kimia maupun partikel. Pneumonia

merupakan masalah kesehatan didunia karena angka kematiannya tinggi, tidak saja di

negara berkembang tetapi juga di negara maju seperti Amerika Serikat, Kanada, dan

negara-negara seperti Eropa (Misnadiarly, 2008).\

Menurut WHO pneumonia adalah penyebab kematian terbesar pada anak di seluruh

dunia. Pneumonia membunuh 1,4 juta anak di bawah usia lima tahun. Pneumonia

membunuh lebih banyak anak di banding penyakit lain di dunia. WHO memperkirakan

1
angka kejadian pneumonia di negara berkembang dengan angka kematian bayi 40 per

1000 kelahiran hidup adalah 15 % - 20% per tahun pada golongan usia balita. Kejadian di

Indonesia pada balita diperkirakan antara 10% - 20% per tahun. Menurut perkiraan bahwa

10% dari penderita pneumonia akan meninggal bila tidak diberi pengobatan, bila hal ini di

benarkan maka ada sekitar 250.000 kematian akibat pneumonia setiap tahunnya.

Pneumonia menyebabkan 2 juta kematian (1 kematian tiap 15 detik) dari 9 juta kematian

setiap tahunnya pada usia tersebut (WHO, 2012).

Presentase pneumonia di Indonesia pada tahun 2008 meningkat hingga mencapai

49,45%. Tahun 2009 sebanyak 49,23% dan tahun 2010 menurun hingga mencapai

39,38% dari jumlah balita di Indonesia (Depkes RI, 2012).

Pneumonia di Indonesia juga terkait erat dengan status gizi, status imunisasi, lama

pemberian ASI dan lingkungan tempat tinggal (polusi di dalam dan luar ruangan),

ventilasi, kepadatan hunian, jenis bahan bakar yang di pakai, dan kebiasaan merokok

(Kementrian Kesehatan RI, 2010).Serta lantai dan kondisi dinding rumah dan tingkat

klembaban (Yuwono, 2008).

Berdasarkan data yang penulis dapatkan dari Puskesmas Toili I Kecamata Moilong

diketahui bahwa data tahun 2018 terdapat 56 kasus pneumonia. Dari 56 kasus tersebut 51

kasus terdiri dari anak usia 1-4 tahun dan 5 kasus terdiri dari anak usia kurang dari 1

tahun yang menderita pneumonia. Sedangkan data pada tahun 2019 menunjukkan

terdapat peningkatan jumlah penderita pneumonia menjadi 115 kasus pneumonia. Dari

115 kasus tersebut 72 kasus terdiri dari anak usia 1-4 tahun dan 43 kasus terdiri dari anak

usia kurang dari 1 tahun.

Bahaya dari pneumonia itu sendiri adalah bisa terjadinya efusi pleura ketika

penumpukan cairan dan dahak memunuhi lapisan dinding dada, endokartitis adalah

2
infeksi lapisan dalam jantung, kegagalan pernafasan kondisi ini terjadi ketika ada

peradangan parah pada dinding paru-paru menyebabkan aliran udara ke seluruh tubuh

terhambat.

Penulis akan melakukan pemberian Asuhan Keperawatan Pasien Dengan Penyakit

Pneumonia Di Puskesmas Toili I Kecamatan Moilong Kabupaten Banggai

1.2 Tujuan Penulisan

Tujuan dari penulisan ini adalah:

1.2.1. Tujuan Umum

Menerapkan asuhan keperawatan pada klien dengan pneumonia secara komprehensif.

1.2.2. Tujuan Khusus

a. Melakukan pengkajian pada klien dengan pneumonia.

b. Melakukan analisa data hasil pengkajian dan menetapkan diagnosa keperawatan

pada klien dengan pneumonia.

c. Menerapkan rencana tindakan keperawatan pada klien dengan pneumonia.

d. Melakukan implementasi keperawatan pada klien dengan pneumonia.

e. Melakukan evaluasi terhadap pelaksanaan asuhan keperawatan yang telah dilakukan

pada klien dengan pneumonia.

1.3 Manfaat Penulisan

Dari hasil laporan kasus ini penulis berharap dapat memberikan manfaat:

1.3.1 Bagi Penulis

Mengaplikasikan ilmu yang didapat selama menempuh pendidikan di Perguruan

Tinggi dengan melakukan asuhan keperawatan anak pada kasus pneumonia secara

tepat.

3
1.3.2 Bagi Perawat

Sebagai panduan perawat dalam pengelolaan kasus pneumonia. Selain itu,juga bisa

menjadi informasi bagi tenaga kesehatan lain terutama dalam pengelolaan kasus

yang bersangkutan.

1.3.3 Bagi Institusi Pendidikan

Dapat digunakan sebagai referensi untuk mengembangkan pendidikan

1.3.4 Bagi Mahasiswa

Memperluas dan menambah ilmu pengetahuan khususnya tentang pneumonia pada

anak dan diharapkan meningkatkan kemampuan untuk merawat pasien pneumonia

dengan tepat.

4
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Definisi

Pneumonia adalah inflamasi parenkim paru,merupakan penyakit yang sering terjadi

pada bayi dan masa kanak-kanak awal (Wong, 2008). Pneumonia adalah inflamasi atau

infeksi pada parenkim paru. Pneumonia disebabkan oleh satu atau lebih agens berikut :

virus, bakteri (mikoplasma), fungi, parasit, atau aspirasi zat asing (Betz & Sowden,

2009).

Pneumonia adalah salah satu penyakit infeksi saluran pernafasan bawah akut

(ISNBA) dengan batuk dan disertai dengan sesak nafas disebabkan aden infeksius

seperti virus, bakteri, mycoplasma (fungi), dan aspirasi substansi asing,berupa radang

paru-paru yang disertai eksudasi dan konsolidasi (Nurarif & Kusuma, 2013).

Berdasarkan pengertian diatas dapat disimpulkan pneumonia adalah salah satu

penyakit infeksi saluran pernafasan bawah akut (ISNBA) dengan gejala batuk dan

disertai dengan sesak nafas yang disebabkan agen infeksius seperti virus, bakteri,

mycoplasma (fungi), dan aspirasi substansi asing, berupa radang paru-paru yang disertai

eksudasi dan konsolidasi.

2.2 Etiologi

Sebagian besar penyebab pnuomonia adalah mikroorganisme (virus, bakteri), dan

sebagian kecil oleh penyebab lain seperti hidrokarbon (minyak tanah, bensin, atau

sejenisnya) dan masuknya makanan, minuman, susu, isi lambung ke dalam saluran

pernafasan (aspirasi). Berbagai penyebab pneumonia tersebut dikelompokan

5
berdasarkan golongan umur, berat ringannya penyakit dan penyulit yang menyertainya

(komplikasi). Mikroorganisme tersering sebagai penyebab pneumonia adalah virus

terutama Respiratory Syncial Virus (RSV) yang mencapai 40%, sedangkan golongan

bakteri yang ikut berperan terutama Streptococcus Pneumoniae dan Haemophilus

Influenzae type B (Hib). Awalnya, mikroorganisme masuk melalui percikan ludah

(droplet), kemudian terjasi penyebaran mikroorganisme dari saluran nafas bagian atas

ke jaringan (parenkim) paru dan sebagian kecil karena penyebaran melalui aliran darah

2.3 Tanda dan Gejala

Tanda –tanda klinis utama pneumonia menurut (Betz & Sowden, 2009) meliputi hal-

hal berikut :

1) Batuk

2) Dispnea

3) Takipea

4) Pucat, tampilan kehitaman,atau sianosis (biasanya tanda lanjut)

5) Melemah atau kehilangan suara nafas

6) Retaksi dinding toraks: interkostal, substernal, diafragma,atau

supraklavikula

7) Napas cuping hidung

8) Nyeri abdomen (disebabkan oleh iritasi diafragma oleh paru terinfeksi didekatnya)

9) Batuk paroksismal mirip pertusis (sering terjadi pada anak yang lebih kecil)

10) Anak-anak yang lebih besar tidak nampak sakit

11) Demam

12) Ronchi

6
13) Sakit kepala

14) Sesak nafas

15) Menggigil

16) Berkeringat

Gejala lainnya yang mungkin ditemukan:

1) Kulit yang lembab

2) Mual dan muntah

2.4 Anatomi dan Fisiologi

Gambar 2.1. Struktur Sistem Respirasi (Nurarif & Kusuma, 2013)

2.4.1 Anatomi

Struktur tubuh yang berperan dalam sistem pernafasan yaitu:

a. Nares Anterior

Adalah saluran-saluran di dalam lubang hidung. Saluran-saluran itu

bermuara di dalam lubang hidung. Saluran-saluran itu bermuara ke dalam

bagian yang dikenal sebagai vestibulum (rongga) hidung. Vestibulum ini

dilapisi epitelium bergaris yang bersambung dengan kulit. Lapisan nares

anterior memuat sejumlah kelenjar sebaseus yang ditutupi bulu kasar. Kelenjar-

kelenjar itu bermuara ke dalam rongga hidung (Syaifuddin, 2014).

7
b. Rongga Hidung

Rongga hidung dilapisi selaput lendir yang sangat kaya akan pembuluh

darah, bersambung dengan lapisan faring dan selaput lendir semua sinus yang

mempunyai lubang masuk ke dalam rongga hidung. Daerah pernafasan dilapisi

epitelium silinder dan sel spitel berambut yang mengandung sel cangkir atau

sel lendir. Sekresi sel itu membuat permukaan nares basah dan berlendir. Di

atas septum nasalis dan konka, selaput lendir ini paling tebal, yang diuraikan di

bawah. Tiga tulang kerang (konka) yang diselaputi epitelium pernafasan, yang

menjorok dari dinding lateral hidung ke dalam rongga, sangat memperbesar

permukaan selaput lendir tersebut.

Sewaktu udara melalui hidung, udara disaring oleh bulu-bulu yang

terdapat di dalam vestibulum. Karena kontak dengan permukaan lendir yang

dilaluinya, udara menjadi hangat, dan karena penguapan air dari permukaan

selaput lendir, udara menjadi lembap (Syaifuddin, 2014).

c. Faring (tekak)

Faring adalah pipa berotot yang berjalan dari dasar tengkorak sampai

persambungannya dengan dengan esofagus pada ketinggian tulang rawan

krikoid. Maka letaknya di belakang hidung (nasofaring), di belakang mulut

(orofaring) dan di belakang laring (faring-laringeal) (Syaifuddin, 2014).

d. Laring (tenggorok)

Terletak di depan bagian terendah faring yang memisahkannya dari

kolumna vertebra, berjalan dari faring sampai ketinggian vertebra servikalis

dan masuk ke dalam trakea di bawahnya

Laring terdiri atas kepingan tulang rawan yang diikat bersama oleh

8
ligamen dan membran. Yang terbesar di antaranya ialah tulang rawan tiroid,

dan disebelah depannya terdapat benjolan subkutaneus yang dikenal sebagai

jakun, yaitu sebelah depan leher. Laring terdiri atas dua lempeng ataunlamina

yang bersambung di garis tengah. Di tepi atas terdapat lekukan berupa V.

Tulang rawan krikoid terletak dibawah tiroid, bentuknya seperti cincin mohor

di sebelah belakang (ini adalah tulang rawan satu-satunya yang berbentuk

lingkaran lengkap). Tulang rawan lainnya adalah kedua tulang rawan aritenoid

yang menjulang di sebelah belakang krikoid, kanan dan kiri tulang rawan

kuneiform kornikulata yang sangat kecil (Syaifuddin, 2014).

e. Trakea ( batang tenggorok)

Trakea atau batang tenggorok kira-kira sembilan sentimeter panjangnya.

Trakea berjalan dari laring sampai kira-kira ketinggian vertebratorakalis kelima

dan di tempat ini bercabang menjadi dua bronkus (bronki). Trakea tersusun atas

enam belas sampai dua puluh lingkaran tak lengkap berupa cincin tulang rawan

yang di ikat bersama oleh jaringan fibrosa dan yang melengkapi lingkaran

disebelah belakang trakea, selain itu juga memuat beberapa jaringan otot.

Trakea dilapisi selaput lendir yang terdiri atas epitelium bersilia dan sel

cangkir. Silia ini bergeak menuju ke atas ke arah laring, maka dengan gerakan

ini debu dan butir-butir halus lainnya yang larut masuk bersama dengan

pernafasan dapat dikeluarkan.

f. Bronkus (cabang tenggorokan)

Bronkus merupakan lanjutan dari trakhea ada dua buah yang terdapat

pada ketinggian vertebratorakalis IV dan V mempunyai struktur serupa dengan

trakhea dan dilapisi oleh jenis sel yang sama. Bronkus-bronkus itu berjalan ke

9
bawah dan ke samping ke arah tampak paru-paru. Bronkus kanan lebih pendek

dan lebih besar daripada bronkus kiri, terdiri dari 6-8 cincin, mempunyai 3

cabang. Bronkus kiri lebih panjang dan lebih ramping dari yang kanan, terdiri

dari 9-12 cincin dan mempunyai 2 cabang. Bronkus bercabang-cabang, cabang

yang paling kecil disebut bronkiolus (bronkioli). Pada bronkioli terdapat

gelembung paru/gelembung hawa atau alveoli (Syaifuddin, 2014).

g. Paru-paru

Paru-paru ada dua , dan merupakan alat pernafasan utama. Paru- paru

mengisi rongga dada. Terletak disebelah kanan dan kiri dan ditengah

dipisahkan oleh jantung beserta pembuluh darah besarnya dan struktur lainnya

yang terletak didalam mediastinum. Paru-paru adalah organ yang berbentuk

kerucut dengan apeks (puncak) di atas dan muncul sedikit lebih tinggi daripada

klavikula di dalam dasar leher. Pangkal paru-paru duduk di atas landai rongga

toraks, diatas diafragma. Paru-paru mempunyai permukaan luar yang

menyentuh iga-iga, permukaan dalam yang memuat tampuk paru-paru, sisi

belakang yang menyentuh tulang belakang, dan sisi depan yang menutupi

sebagian sisi depan jantung

2.4.2 Fisiologi

Menurut (Pearce, 2011) fungsi paru-paru ialah pertukaran gas oksigen dan

karbondioksida. Pada pernafasan melalui paru-paru atau pernafasan eksterna,

oksigen dipungut melalui hidung dan mulut pada waktu bernafas, oksigen masuk

melalui trakea dan pipa bronkial ke alveoli, dan dapat berhubungan erat dengan

darah di dalam kapiler pulmonaris.

10
Hanya satu lapisan membran, yaitu membran alveoli-kapiler, yang

memisahkan oksigen dari darah. Oksigen menembus membran ini dandipungut

oleh haemoglobin sel darah merah dan di bawa ke jantung. Dari sini dipompa di

dalam arteri ke semua bagian tubuh. Darah meninggalkan paru-paru pada tekanan

oksigen 100 mm Hg dan pada tingkat ini hemoglobin 95% jenuh oksigen.

Didalam paru-paru CO2, salah satu hasil buangan metabolisme, menembus

membran alveoler-kapiler dari kapiler-kapiler darah ke alveoli, dan setelah melalui

pipa bronkial dan trakea, dinapaskan keluar melalui hidung dan mulut.

Empat proses yang berhubungan dengan pernafasan pulmoner atau pernafasan

eksterna :

1) Ventilasi Pulmoner, atau gerak pernafasan yang menukar udara dalam alveoli

dengan udara luar

2) Arus darah melalui paru-paru

3) Distribusi arus udara dan arus darah sedemikian sehingga dalam jumlah tepat

dapat mencapai semua bagian tubuh

4) Difusi gas yang menembusi membran pemisah alveoli dan kapiler. CO2 lebih

mudah berdifusi daripada O2.

Semua proses ini telah diatur sedemikian rupa sehingga darah yang

meninggalkan paru-paru menerima jumlah tepat CO2 dan O2. Pada waktu gerak

badan, lebih banyak darah datang di paru-paru membawa terlalu banyak CO2 dan

terlampau sedikit O2; jumlah CO2 itu tidak dapat dikeluarkan, maka

konsentrasinya dalam darah arteri bertambah. Hal ini merangsang pusat

pernafasan dalam otak untuk memperbesar kecepatan dan dalamnya pernafasan.

Penambahan ventilasi ini mengeluarkan CO2 dan memungut lebih banyak O2

11
2.5 Patofisiologi

Pneumonia adalah hasil dari proliferasi patogen mikrobial di alveolar dan respons

tubuh terhadap patogen tersebut. Banyak cara mikroorganisme memasuki saluran

pernapasan bawah. Salah satunya adalah melalui aspirasi orofaring. Aspirasi dapat

terjadi pada kaum geriatri saat tidur atau pada pasien dengan penurunan kesadaran.

Melalui droplet yang teraspirasi banyak patogen masuk. Pneumonia sangat jarang

tersebar secara hematogen

Faktor mekanis host seperti rambut nares, turbinasi dan arsitektur trakeobronkial

yang bercabang cabang mencegah mikroorganisme dengan mudah memasuki saluran

pernapasan. Faktor lain yang berperan adalah refleks batuk dan refleks tersedak yang

mencegah aspirasi. Flora normal juga mencegah adhesi mikroorganisme di orofaring.

Saat mikroorganisme akhirnya berhasil masuk ke alveolus, tubuh masih memiliki

makrofag alveolar. Pneumonia akan muncul saat kemampuan makrofag membunuh

mikroorganisme lebih rendah dari kemampuan mikroorganisme bertahan hidup.

Makrofag lalu akan menginisiasi repons inflamasi host. Pada saat ini lah

manifestasi klinis pneumonia akan muncul. Respons inflamasi tubuh akan memicu

penglepasan mediator inflamasi seperti IL (interleukin) 1 dan TNF ( Tumor Necrosis

Factor) yang akan menghasilkan demam. Neutrofil akan bermigrasi ke paru paru dan

menyebabkan leukositosis perifer sehingga meningkatkaan sekresi purulen. Mediator

inflamasi dan neutrofil akan menyebabkan kebocoran kapiler alveolar lokal. Bahkan

eritrosit dapat keluar akibat kebocoran ini dan menyebabkan hemoptisis. Kebocoran

kapiler ini menyebabkan penampakan infiltrat pada hasil radiografi dan rales pada

auskultasi serta hipoxemia akibat terisinya alveolar.

Pada keadaan tertentu bakteri patogen dapat menganggu vasokonstriksi hipoksik

12
yang biasanya muncul pada alveoli yang terisi cairan hal ini akan menyebabkan

hipoksemia berat. Jika proses ini memberat dan menyebabkan perubahan mekanisme

paru dan volume paru dan shunting aliran darah sehingga berujung pada kematian.

2.6 Pathway

Inhalasi microba dengan jalan


a. Melalui udara
b. Aspirasi Organisme dari
naso faring
c. hematoma

Nyeri Pleuritis a. Panas dan demam


Reaksi inflamasi b. Anoreksia pausea vomit
c. Nyeri dada

Pleuritis Pain Membran paru- paru meradang dan

a. Dispanea
SDM Red Blood Count (RBC), SDP White
Blood count (WBC), dan cairan keluar b. Sianosis
Bersihan jalan nafas masuk c. Batuk

Resiko penyebar Sekresi ,oedema &

Partial

Daerah paru

Luas permukaan Penurunan ratio ventilasi


dan

Gangguang Kapasitas defusi


pertukaran gas menurun

Hipoksia

Skema pohon masalah pneumonia meurut (Djodjodbroto, 2009)

13
2.7 Pemeriksaan Penunjang

Menurut (Misnadiarly, 2008) pemeriksaan diagnostik yang dapat dilakukan adalah :

1) Sinar X

Mengidenfikasi distribusi struktural (misal : lobar, bronchial), dapat juga menyatakan

abses luas/infiltrate, empiema (stapilococcus); infiltrasi menyebar atau terlokalisasi

(bacterial); atau penyebaran/perluasan infiltrate nodul (lebih sering virus). Pada

pneumonia mikoplasma sinar X dada mungkin lebih bersih.

2) GDA

Tidak normal mungkin terjadi, tergantung pada luas paru yang terlibat dan penyakit

paru yang ada.

3) JDL Leukositosis

Biasanya ditemukan, meskipun sel darah putih rendah terjadi pada infeksi virus,

kondisi tekanan imun.

4) LED Meningkat

Fungsi paru hipoksia, volume menurun, tekanan jalan napas meningkat dan komplain

menurun

5) Elektrolit Na dan CI mungkin rendah

6) Bilirubin meningkat

7) Aspirasi / biopsi jaringan paru

2.8 Penatalaksanaan Keperawatan

Menurut (Misnadiarly, 2008), kepada penderita yang penyakitnya tidak terlalu

berat, bisa diberikan antibiotik per oral (lewat mulut) dan tetap tinggal di rumah.

Penderita anak yang lebih besar dan penderita dengan sesak nafas atau dengan penyakit

jantung dan paru-paru lainnya, harus dirawat dan antibiotik diberikan melalui infus.

14
Mungkin perlu di berikan oksigen tambahan, cairan intravena dan alat bantu nafas

mekanik.

Kebanyakan penderita akan memberikan respons terhadap pengobatan dan

keadaannya membaik dalam waktu 2 minggu.

Penatalaksanaan pada pneumonia bergantung pada penyebab, sesuai yang di

tentukan oleh pemeriksaan sputum mencakup :

1) Oksigen 1-2L/menit

2) IVFD dekstrose 10% :Nacl 0,9% = 3: 1,+ KCI10 mEq/500 ml cairan

3) Jumlah cairan sesuai berat badan, kenaikan suhu, dan status hidrasi

4) Jika sesak tidak terlalu berat dapat dimulai makanan enteral bertahap melalui selang

nasogastrik dengan feeding drip.

5) Jika sekresi lendir berlebihan dapat diberiikan inhalasi dengan salin normal dan beta

agonis untuk memperbaiki transport mukosilier.

6) Koreksi gangguan keseimbangan asam basa dan elektrolit

Anti biotik sesuai hasil biakan atau diberikan untuk kasus pneumonia community

base:

a. Ampisillin 100 mg/kgBB/hari dalam 4 kali pemberian

b. Kloramfenikol 75 mg/kgBB/hari dalam 4 hari pemberian

Untuk kasus pneumonia hospital base:

a. Sefaktosin 100mg/kgBB/hari dalam 2 kali pemberian

b. Amikasin 10-15 mg/kgBB/hari dalam 2 kali pemberian

2.9 Komplikasi

Menurut (Misnadiarly, 2008) komplikasi pada pneumonia yaitu :

a. Abses paru

15
b. Edusi pleural

c. Empisema

d. Gagal napas

e. Perikarditis

f. Meningitis

g. Atelektasis

h. Hipotensi

i. Delirium

j. Asidosis metabolik

k. Dehidrasi

2.10 Diagnosa Keperawatan

Menurut (Nurarif & Kusuma, 2013) diagnosa yang mungkin muncul adalah :

a. Ketidakefektifan bersihan jalan nafas

b. Hipertemi

c. Ketidakefektifan pola nafas

d. Intoleransi aktivitas

e. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh

2.11 Fokus Intervensi

1) Ketidakefektifan bersihan jalan nafas berhubungan dengan penumpukan sekret

(Wong, 2008)

Tujuan : Mempertahankan jalan nafas dan sekret dapat keluar Kriteria

hasil : Pernafasan normal 50-60 x/menit

Intervensi:

a. Monitor tanda-tanda vital

16
b. Berikan suction sesuai indikasi

c. Beri posisi yang nyaman

d. Anjurkan untuk minum yang banyak

e. Kolaborasi terapi Nebulizer sesuai dengan ketentuan

2) Hipertermi berhubungan dengan proses penyakit (Wilkinson, 2007)

NOC :

a. Suhu tubuh dalam rentang normal

b. Nadi dan rr dalam rentang normal

c. Tidak ada perubahan warna kulit

NIC :

a. Monitor temperatur suhu tubuh

b. Observasi TTV

c. Anjurkan keluarga untuk memberi minum banyak

d. Berikan kompres pada lipatan axila dan paha

e. Berikan antipiretik sesuai program tim medis

3) Ketidakseimbangan nutrisi : kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan

anoreksia, mual, muntah (Nurarif & Kusuma, 2013)

Tujuan : Mempertahankan masukan nutrisi yang adekuat Kriteria

hasil : Menunjukan BB stabil

Intervensi :

a. Kaji adanya alergi makanan

b. Monitor asupan nutrisi

c. Monitor adanya penurunan BB

d. Monitor tugor kulit

17
e. Monitor mual muntah

f. Berikan informasi tentang kebutuhan tubuh

g. Kolaborasi dengan tim medis untuk pemberian terapi obat

h. Kolaborasi dengan ahli gizi untuk pemberian diit

4) Intolernsi Aktivitas berhubungan dengan kelemahan(Nurarif & Kusuma,

2013)

NOC

a. Energi conversation

b. Activity tolerance

c. Self care : ADLs

Kriteria hasil:

a. Berpartisipasi dalam aktivitas fisik tanpa disertai peningkatan tekanan darah, nadi,

dan RR

b. Mampu melakukan aktivitas sehari-hari (ADLs) secara mandiri

c. Tanda-tanda vital normal

NIC

Activity Therapy

a. Kolaborasi dengan tenaga rehabilitasi medik dalam merencanakan program terapi

yang tepat.

b. Bantu klien untuk mengidentifikasi aktivitas yang mampu dilakukan

c. Bantu untuk memilih aktivitas konsisten yang sesuai dengan kemampuam fisik,

psikologi, dan sosial

d. Bantu untuk mengidentifikasi dan mendapatkan sumber yang di perlukan untuk

aktivitas yang di inginkan

18
e. Bantu untuk mendapatkan alat bantu dan aktivitas yang disukai

f. Bantu untuk mengidentifikasi aktivitras yang di sukai

g. Bantu klien untuk membuat jadwal di waktu luang

5) Ketidakefektifan pola nafas berhubungan dengan hiperventilasi (Nurarif & Kusuma,

2013)

NOC

a. Respiratory status : Ventilation

b. Respiratory status : Airway patency

Kriteria hasil :

a. Mendemostrasikan batuk efektif

b. Menunjukan jalan nafas yang paten

c. Tanda-tanda vital dsalam rentang normal

NIC

a. Buka jalan nafas dengan teknik chin lift

b. Posisikan pasien memaksimalkan ventilasi

c. Lakukan fisioterapi data jika perlu

d. Keluarkan sekret dengan batuk atau suction

e. Auskultrasi suara nafas, catat adanya suara tambahan

f. Monitor respirasi dan status O2

19
BAB 3

METODE PENELITIAN

3.1. Desain Penelitian

Desain penelitian yang digunakan adalah studi kasus. Studi kasus yang menjadi

pokok bahasan penelitian ini adalah digunakan untuk mengeksplorasi masalah Asuhan

Keperawatan Pada Pasien dengan Penyakit Pneumonia di Puskesmas toili I Kecamatan

Moilong Kabupaten Banggai.

3.2. Batasan Istilah

Untuk menghindari kesalahan dalam memahami judul penelitian, maka peneliti

sangat perlu memberikan batasan istilah yang digunakan dalam penelitian ini sebagai

berikut :

1) Asuhan keperawatan merupakan serangkaian kegiatan yang dilakukan dari

pengkajian sampai evaluasi yang merupakan pekerjaan dari seseorang perawat dalam

menjalankan tugas dan kewajibannya serta peran dan fungsinya terhadap pasien dan

dilaksanakan berdasarkan kaidah-kaidah ilmu keperawatan

2) Klien adalah individu yang mencari atau menerima perawatan medis. Klien dalam

studi kasus ini adalah 2 klien dengan diagnosa medis dan masalah keperawatan yang

sama.

3) Pneumonia adalah salah satu penyakit peradangan akut parenkim paru yang biasanya

dari infeksi saluran pernafasan bawah akut.

20
3.3. Partisipan

Partisipan merupakan sejumlah orang yang turut berperan serta dalam suatu kegiatan,

keikutsertaan dan peran serta. Subyek yang digunakan dalam penelitian ini adalah 2

klien yang mengalami diagnosa Penyakit Pneumonia Di Puskesmas Toili I. Klien yang

dipilih adalah :

1. 2 klien yang mengalami pneumonia.

2. 2 klien yang mengalami masalah keperawatan gangguan pertukaran gas.

3. 2 klien dan keluarga yang bersedia untuk dilakukan penelitian studi kasus.

4. 2 klien yang baru masuk puskesmas Diruang perawatan selama 2 hari

3.4. Lokasi dan Waktu Penelitian

1) Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilakukan di ruang rawat inap di Puskesmas Toili I Kecamatan

Moilong

2) Waktu Penelitian

Pada studi kasus ini penelitian dimulai pada bulan Maret

3.5. Pengumpulan data

Agar dapat diperoleh data yang sesuai dengan permasalahan dalam penelitian ini,

sangatlah diperlukan teknik mengumpulkan data. Adapun teknik tersebut adalah :

1. Wawancara adalah percakapan yang bertujuan, biasanya anatara dua orang yang

diarahkan oleh seorang dengan maksud memperoleh keterangan. Dalam studi

kasus ini, peneliti menggunakan 2 jenis wawancara, yaitu autoanamnesa

(wawancara langsung dengan klien) dan anamnesa (wawancara dengan keluarga

klien).

21
2. Observasi dan Pemeriksaan fisik

Observasi merupakan hasil perbuatan jiwa secara aktif dan penuh perhatian untuk

menyadari adanya rangsangan. Pengamatan dapat dilakukan dengan seluruh alat

indera, tidak terbatas hanya pada apa yang dilihat (Saryono, 2013 dalam Muhklis

2016). Alasan peneliti melakukan observasi adalah untuk menyajikan gambaran

realistis perilaku atau kejadian, untuk menjawab pertanyaan, untuk membantu

mengerti perilaku manusia dan untuk evaluasi yaitu melakukan pengukuran

terhadap aspek tertentu untuk melaksanakan umpan balik terhadap pengukuran

tersebut.

Pemeriksaan fisik pada studi kasus ini menggunakan pendekatan IPPA: inspeksi,

palpasi, perkusi, Auskultasi pada sistem tubuh klien.

3. Studi dokumentasi

Studi dokumentasi adalah kegiatan mencari data atau variabel dari sumber berupa

catatan, transkip, buku, surat kabar, majalah, prasasti, notulen rapat, agenda, dan

sebagainya. Yang diamati dalam studi dokumentasi adalah benda mati ( Suryono,

2013 dalam Muhklis 2016). Dalam studi kasus ini menggunakan studi dokumentasi

berupa catatan hasil data rekam medis, revie literatur dan pemeriksaan diagnostik

dan data lain yang relevan.

3.6. Uji Keabsahan data

Uji keabsahan data dimaksudkan untuk menguji kualitas data atau informasi yang

diperoleh dalam penelitian sehingga menghasilkan data dengan validitas tinggi.

Disamping integritas peneliti (karena peneliti menjadi instrumen utama), uji keabsahan

data dilakukan dengan:

a. Memperpanjang waktu pengamatan / tindakan; dalam studi kasus ini waktu yang di

22
tentukan adalah 3 hari, akan tetapi jika belum mencapai validitas yang diinginkan

maka waktu untuk mendapatkan data studi kasus diperpanjang satu hari. Sehingga

yang diperlukan adalah 4 hari dalam studi kasus ini.

b. Metode triangulasi merupakan metode yang dilakukan peneliti pada saat

mengumpulkan dan menganalisis data dengan memanfaatkan pihak lain untuk

memperjelas data atau informasi yang telah diperoleh dari responden, adapan pihak

lain dalam studi kasus ini adalah keluarga klien, perawat dan perawat yang pernah

mengatasi masalah yang sama dengan klien.

3.7. Analisis Data

Analisis data dilakukan sejak peneliti di lapangan, sewaktu pengumpulan data

sampai dengan semua data terkumpul. Analisa data dilakukan dengan cara

mengemukakan fakta, selanjutnya membandingkan dengan teori yang ada dan

selanjutnya dituangkan dalam opini pembahasan. Teknik analisis yang digunakan

dengan cara menarasikan jawaban-jawaban dari penelitian yang diperoleh dari hasil

interpretasi wawancara mendalam yang dilakukan untuk menjawab rumusan masalah

penelitian. Teknik analisis digunakan dengan cara observasi oleh peneliti dan studi

dokumentasi yang menghasilkan data untuk selanjutnya diinterpretasikan oleh peneliti

dibandingkan teori yang ada sebagai bahan untuk memberikan rekomendasi dalam

intervensi tersebut (Tri, 2015 dalam Muhklis). Urutan dalam analisis adalah:

a. Pengumpulan data.

Data dikumpulkan dari hasil WOD (wawancara, observasi, dokumen). Hasil ditulis

dalam bentuk catatan lapangan, kemudian disalin dalam bentuk transkrip.

Data yang dikumpulkan terkait dengan data pengkajian, diagnosis, perencanaan,

tindakan/implementasi, dan evaluasi.

23
b. Mereduksi data.

Data hasil wawancara yang terkumpul dalam bentuk catatan lapangan dijadikan

satu dalam bentuk transkrip. Data yang terkumpul kemudian dibuat koding yang

dibuat oleh peneliti dan mempunyai arti tertentu sesuai dengan topik penelitian yang

diterapkan. Data obyektif dianalisis berdasarkan hasil pemeriksaan daiagnostik

kemudian dibandingkan nilai normal.

c. Penyajian data

Penyajian data dapat dilakukan dengan tabel, gambar, bagan maupun teks naratif.

Kerahasiaan dari responden dijamin dengan jalan mengaburkan identitas dari

responden.

d. Kesimpulan.

Dari data yang disajikan, kemudian data dibahas dan dibandingkan dengan hasil-

hasil penelitian terdahulu dan secara teoritis dengan perilaku kesehatan. Penarikan

kesimpulan dilakukan dengan metode induksi.

3.8. Etik Penelitian

Beberapa prinsip etik yang perlu diperhatikan dalam penelitian antara lain :

1) Informed Consent (persetujuan menjadi responden), dimana subjek harus

mendapatkan informasi secara lengkap tentang tujuan penelitian yang akan

dilaksanakan, mempunyai hak untuk bebas berpartisipasi atau menolak menjadi

responsden. Pada informed consent juga perlu dicantumkan bahwa data yang

diperoleh hanya akan dipergunakan untuk pengembangan ilmu.

2) Anonimity (tanpa nama), dimana subjek mempunyai hak untuk meminta bahwa data

yang diberikan harus dirahasiakan.Kerahasiaan dari responden dijamin dengan jalan

mengaburkan identitas dari responden atau tanpa nama (anonymity)

24
3) Rahasia (confidentiality),kerahasiaan yang diberikan kepada respoden dijamin oleh

peneliti (Nursalam, 2014).

25
BAB IV

PENUTUP

4.1 Kesimpulan

Pneumonia adalah infeksi yang menyebabkan paru-paru meradang. Kantung-kantung

kemampuan menyerap oksigen menjadi kurang. Kekurangan oksigen membuat sel-sel

tubuh tidak bisa bekerja. Karena inilah, selain penyebaran infeksi, dengan sumber utama

bakteri, virus, mikroplasma, jamur, berbagai senyawa kimia maupun partikel.

Penulis akan melakukan pemberian Asuhan Keperawatan Pasien Dengan Penyakit

Pneumonia Di Puskesmas Toili I Kecamatan Moilong Kabupaten Banggai, yang

bertujuan Melakukan pengkajian pada klien dengan pneumonia, Melakukan analisa data

hasil pengkajian dan menetapkan diagnosa keperawatan pada klien dengan pneumonia,

Menerapkan rencana tindakan keperawatan pada klien dengan pneumonia,

Melakukan implementasi keperawatan pada klien dengan pneumonia, Melakukan evaluasi

terhadap pelaksanaan asuhan keperawatan yang telah dilakukan pada klien dengan

pneumonia.

Desain penelitian yang digunakan adalah studi kasus dan Subyek yang digunakan

dalam penelitian ini adalah 2 klien yang mengalami diagnosa Penyakit Pneumonia Di

Puskesmas Toili I.

4.2 Saran

Berdasarkan kesimpulan diatas, maka penulis menyampaikan saran antara lain :

1) Bagi Puskesmas

26
Diharapkan dapat memberikan pelayanan kepada pasien lebih optimal dan

meningkatkan pelayanan mutu Puksesmas Toili I

2) Bagi pasien dan keluarga

Diharapkan keluarga selalu menggunakan masker apabila berpaparan langsung dengan

pasien Pneumonia karena untuk mengurangi resiko penularan

3) Bagi institusi Pendidikan

Sebagai tempat menempuh ilmu keperawatan diharapkan hasil penelitian ini dijadikan

sebagai acuhan dalam penelitian yang selanjutnya

4) Bagi penulis selanjutnya

Diharapkan penulis selanjutnya dapat menggunakan atau memanfaatkan waktu

sesfektif mungkin, sehingga dapat memberikan asuhan keperawatan kepada klien

secara optimal

27
DAFTAR PUSTAKA

Betz & Sowden. 2009. Buku Saku Keperawatan Pediatri,edisi 5. Jakarta : EGC Corwin,
Elizabeth J. 2009. Buku Saku Patofisiologi. Jakarta : EGC

Hidayat, Alimul Aziz. 2008. Pengatar Ilmu Keperawatan Anak 1. Jakarta : Salemba Medika
Ikatan Dokter Anak Indonesia. 2010. Pedoman Pelayanan Medis. Jakarta : Bidang Penerbit
Ikatan Dokter Anak Indonesia
Lisnawati & Pangesti. 2012. Mediasains jurnal ilmial ilmu-ilmu kesehatan. Volume XI.
Purwokerto : Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah Purwokerto
Misnadiarly. 2008 . Penyakit Infeksi Saluran Nafas Pneumonia pada Anak, Orang Dewasa,
Usia Lanjut. Jakarta : Pustaka Obor Populer
Muttaqin, Arif. 2008. Asuhan Keperawatan Klien dengan gangguan respirasi. ` Jakarta :
Salemba Medika
Ngastiyah. 2005. Perawatan Anak Sakit, Edisi 2. Jakarta : EGC
Nurarif & Kusuma. 2013. Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarakan Diagnosa Medis &
NANDA NIC-NOC. Jakarta: Mediaction Publishing
Pearce, Evelyn C. 2009. Anatomi Dan Fisiologi Untuk Paramedis. Jakarta: Gramedia Pustaka
Utama
Riyadi, Sujono & Sukarmin. 2010. Asuhan Keperawatan Pada Anak Sakit.
Yogyakarta: Graha Ilmu
Supriyanto & Kaswandani. 2008. Buku ajar respirologi. Edisi I. Jakarta : EGC Suriadi. 2010.
Asuhan keperawatan pada anak. Edisi 2. Jakarta : EGC Syaifuddin. 2014. Anatomi
fisiologi. Edisi 4. Jakarta : EGC
Sylvia Andreason, Larraine Me Carty. 2007. Patofisiologi konsep klinis proses- proses
penyakit. Edisi 1 & 2. Jakarta : EGC
Tim pokja SDKI DPP PPNI. 2016. Standar Diagnosa Keperawatan Indonesia.
WHO, UNICEF. 2012. Pneumonia:The Forgotlen Killer of Children.Geneva:WHO Press
Widagno. 2011. Masalah Dan Tatalaksana Penyakit Infeksi Pada Anak. Jakarta : Sagung Seto
Widianto. 2011. Diagnosa keperawatan. Jakarta : EGC
Wilkinson, Judith M. 2007. Buku Saku Diagnosa Keperawatan Pada Keperawatan Pedriatri,
Editor Monica Ester, Edisi 3 Jakarta: EGC
Wong. 2008. Buku Ajar Keperawatan Pediatrik, Alih bahasa Andry Harmono.

28
29
30
31

Anda mungkin juga menyukai