Anda di halaman 1dari 4

Reaksi kusta

Reaksi kusta adalah suatu episode akut di dalam perjalanan klinik penyakit kusta yang ditandai
dengan terjadinya reaksi radang akut (neuritis) yang kadang- kadang disertai dengan gejala
sistemik. Reaksi kusta dapat merugikan pasien kusta, oleh karena dapat menyebabkan kerusakan
syaraf tepi terutama gangguan fungsi sensorik (anestesi) sehingga dapat menimbulkan kecacatan pada
pasien kusta. Reaksi kusta dapat terjadi sebelum mendapat pengobatan, pada saat pengobatan,
maupun sesudah pengobatan, namun reakis kusta paling sering terjadi pada 6 bulan sampai satu
tahun sesudah dimulainya pengobatan.

Gambar 1.1

Reaksi Kusta

Reaksi kusta dapat dibagi atas dua kelompok yaitu:


1. Reaksi kusta tipe 1 (Reaksi Reversal = RR)

Reaksi imunologik yang sesuai adalah reaksi hipersensitivitas tipe IV dari Coomb & Gel
( Delayed Type Hypersensitivity Reaction ). Reaksi kusta tipe 1 terutama terjadi pada kusta
tipe borderline (BT, BB, BL) dan biasanya terjadi dalam 6 bulan pertama ataupun sedang
mendapat pengobatan. Pada reaksi ini terjadi peningkatan respon kekebalan seluler secara
cepat terhadap kuman kusta dikulit dan syaraf pada pasien kusta. Hal ini ber kaitan
dengan terurainya M.leprae yang mati akibat pengobatan yang diberikan. Antigen yang
berasal dari basil yang telah mati akan bereaksi dengan limfosit T disertai perubahan imunitas
selular yang cepat. Dasar reaksi kusta tipe 1 adalah adanya perubahan keseimbangan
antara imunitas selular dan basil. Diduga kerusakan jaringan terjadi akibat langsung reaksi
hipersensitivitas seluler terhadap antigen basil. 24 Pada saat terjadi reaksi, beberapa
penelitian juga menunjukkan adanya peningkatan ekspresi sitokin pro- inflamasi seperti TNF
- α , IL -1b, IL -6, IFN - γ dan IL - 12 dan sitokin immunoregulatory seperti TGF - β dan IL
-10 selama terjadi aktivasi dari makrofag. A ktivasi CD4 + limfosit (Th -1) menyebabkan
produksi IL-2 dan IFN - γ meningkat sehingga dapat terjadi lymphocytic infiltration pada kulit
dan syaraf. IFN γ dan TNF - α bertanggung jawab terhadap terjadinya edema ,
inflamasi yang menimbulkan rasa sakit dan kerusakan jaringan yang cepat.

2. Reaksi tipe 2 (Reaksi Eritema Nodosum Leprosum=ENL)

Reaksi kusta tipe 2 terutama terjadi pada kusta tipe lepromatous (BL, LL). Diperkirakan
50% pasien kusta tipe LL Dan 25% pasien kusta tipe BL mengalami episode ENL.
Umumnya terjadi pada 1 -2 tahun setelah pengobatan tetapi dapat juga timbul pada pasien kusta
yang belum mendapat pengo batan Multi Drug Therapy (MDT). ENL diduga merupakan
manifestasi pengendapan kompleks antigen antibodi pada pembuluh darah. Termasuk reaksi
hipersensitivitas tipe III menurut Coomb & Gel. Pada pengobatan, banyak basil kusta yang mati
dan hancur, sehingga banyak antigen yang dilepaskan dan bereaksi dengan antibodi IgG, IgM
dan komplemen C3 membentuk kompleks imun yang terus beredar dalam sirkulasi darah
dan akhirnya akan di endapkan dalam berbagai organ sehingga mengaktifkan sistem
komplemen Berbagai macam enzim dan bahan toksik yang menimbulkan destruksi jaringan akan
dilepaskan oleh netrofil akibat dari aktivasi komplemen. Pada ENL, dijumpai peningkatan
ekspresi sitokin IL -4, IL -5, IL 13 dan IL -10 (respon tipeTh- 2) serta peningkatan , IFN - γ
danTNF - α . IL-4, IL -5, IFN - γ ,TNF - α bertanggung jawab terhadap kenaikan suhu dan
kerusakan jaringan selama terjadi reaksi ENL. 25,27 Reaksi ENL cenderung berlangsung
kronis dan rekuren. Kronisitas dan rekurensi ENL menyebabkan pasien kusta akan tergantung
kepada pemberian steroid jangka panjang.
Gambar 1.2

Gambaran tipe reaksi yang terjadi dan hubungannya dengan tipe imunitas dalam spektrum
imunitas pasien kusta menurut Ridkey-Jopling Reaksi tipe 1 diperantarai oleh mekanisme imunitas
seluler. Reaksi tipe 2 diperantarai oleh mekanisme imunitas humoral

No Tipe 1 Tipe 2
1 Spektrum Borderline (BT, BB, BL) Lepromatous (BL, LL)
2 Lesi Kulit Nodul baru muncul berkelompok
3 Kerusakan Sering dan parah Tidsk terlalu parah
Saraf
4 Sistemik Tidak umum Demam, lemah, artralgia, dan
limfadenitis
5 Organ lain Iritis, orchitis, dan Sangat umum terjadi
glomerulonefritis tidak
terjadi
6 Pengulangan jarang Pengulangan biasanya terjadi
terjadi
7 AFB Tidak ditemukan Basil yang rusak
8 Investigasi Rutin : normal Urin : albuminuria
9 Patogenesis Reaksi antigen antibodi Reaksi antigen antibodi tipe 3
tipe 4 (Gel dan Coombs) (peningkatan IgG, IgM,C2 dan C3)
10 Histopatologi Edema dengan Edema dengan infiltrat neutrofil dan
pengurangan basil dan vaskulitis
peningkatan limfosit.
Granuloma tidak teratur.

Tabel . Perbedaan Antara Reaksi Tipe 1 dan Tipe 2

Anda mungkin juga menyukai