Tugas Bahasa Indonesia
Tugas Bahasa Indonesia
Semar Mantu
Ditulis oleh hery_wae
seperti itu, tidak boleh dibedakan harkat, martabat dan derajat. Persoalan
jodoh dan nasib adalah semata kehendak takdir. Meskipun sebagai wali
Siti Sundari, ia berhak menentukan syarat bibit bobot bebet. Akan tetapi
Prabu Kresna tidak gegabah dan sangat hati-hati menjatuhkan keputusan.
Demi dilihat Prabu Kresna gundah, Prabu Baladewa duta pinangan Prabu
Duryudana untuk Lesmana Mandrakumara memaksakan kehendak agar
lebih mendengar sarannya. Tentu Kresna akan lebih memandang
Baladewa daripada Petruk. Tidak akan memperkenankan Siti Sundari yang
ningrat itu diboyong Petruk yang hanya rakyat jelata. Prabu Kresna harus
berpihak kepadanya. Hitam di atas putih memberatkan itu. Apalagi
Lesmana Mandrakumara adalah putra seorang raja besar dengan
kedudukan terhormat. Sepantasnya apabila Siti Sundari dipersandingkan
dengan Lesmana Mandrakumara.
Akan tetapi, Petruk yang pintar berdiplomasi juga menawarkan logika
matang kepada Prabu Kresna. Ia menegaskan sebuah timbangan kepada
Prabu Kresna.
“Dalam urusan jodoh, apalah arti derajat dan pangkat? Jika naluri telah
terpisah dari nurani, perjodohan hanya akan membawa kehancuran.
Bukankah begitu, Paduka?”
Wayang Beber
Hadiah dari Raja Brawijaya yang kemudian diwariskan. Saat ini wayang
beber dimiliki oleh Mbah Mardi disimpan dan dilestarikan di Pacitan. Di
Wonosari, Ki Supar sebagai keturunan ketujuh Kyai Remeng Mangunjaya
yang menyimpannya. Biasanya cerita yang dilakonkan adalah cerita pada
masa kerajaan Kediri dan Majapahit.
Wayang disajikan dengan membentangkan layar atau kertas yang berupa
gambar. Menguraikan cerita lakon melalui gambar yang tertera pada kertas
atau layar tersebut.
Tahun 1378 Masehi terdapat tiga set cerita yakni Panji di Jenggala, Jaka
Karebet di Majapahit, dan Damarwulan dengan pewarnaan yang lebih
beragam dan penggambaran raja dan punggawa yang lebih terlihat.
Saat ini wayang beber tidak hanya menyajikan kisah Mahabharata dan
Ramayana saja, tapi adanya wayang kontemporer kisah mengenai
kehidupan masyarakat saat ini.
Ringkasan Cerita Mahabarata
Bharatayuda :
Pertempuran berlangsung selama 18 hari penuh. Dalam pertempuran itu,
banyak ksatria yang gugur, seperti misalnya Abimanyu, Durna, Karna,
Bisma, Gatotkaca, Irawan, Prabu Matswapati dan puteranya (Raden
Seta, Raden Utara, Raden Wratsangka), Bhogadatta, Sengkuni, dan
masih banyak lagi.
Selama 18 hari tersebut dipenuhi oleh pertumpahan darah dan
pembantaian yang mengenaskan. Pada akhir hari kedelapan belas, hanya
sepuluh ksatria yang bertahan hidup dari pertempuran, mereka adalah:
Lima Pandawa,Yuyutsu, Setyaki, Aswatama, Krepa dan Kartamarma.
Setelah perang berakhir, Yudistira dinobatkan sebagai Raja Hastinapura
bergelar Prabu Kalimataya Setelah memerintah selama beberapa lama, ia
menyerahkan tahta kepada cucu Arjuna, yaitu Parikesit. Kemudian,
Yudistira bersama Pandawa dan Drupadi mendaki gunung Himalaya
sebagai tujuan akhir perjalanan mereka. Di sana mereka meninggal dan
mencapai surga. (Diceritakan dalam kisah Pandawa Seda)
Parikesit memerintah Kerajaan Kuru dengan adil dan bijaksana. Ia
menikahi Madrawati dan memiliki putera bernama Janamejaya.
Janamejaya menikahi Wapushtama (Bhamustiman) dan memiliki putera
bernama Satanika. Satanika berputera Aswamedhadatta. Aswamedhadatta
dan keturunannya kemudian memimpin Kerajaan Wangsa Kuru di
Hastinapura.
Ciri-Ciri Hikayat
Adapun ciri-ciri hikayat, diantaranya yaitu:
Pralogis, artinya banyak cerita didalam hikayat tidak dapat di terima oleh akal
Menggunakan kata arkhais, yaitu kata-kata yang saat ini sudah tidak lazim digunakan,
seperti syahdan dan sebermula.
Kisah ini mirip dengan kejadian pada masa Nabi Sulaiman ketika masih muda.
Entah sudah berapa hari kasus seorang bayi yang diakui oleh dua orang ibu yang
sama-sama ingin memiliki anak. Hakim rupanya mengalami kesulitan memutuskan dan
menentukan perempuan yang mana sebenarnya yang menjadi ibu bayi itu.
Karena kasus berlarut-larut, maka terpaksa hakim menghadap Baginda Raja untuk
minta bantuan. Baginda pun turun tangan. Baginda memakai taktik rayuan. Baginda
berpendapat mungkin dengan cara-cara yang amat halus salah satu, wanita itu ada
yang mau mengalah. Tetapi kebijaksanaan Baginda Raja Harun Al Rasyid justru
membuat kedua perempuan makin mati-matian saling mengaku bahwa bayi itu adalah
anaknya. Baginda berputus asa.
Mengingat tak ada cara-cara lain lagi yang bisa diterapkan Baginda memanggil Abu
Nawas. Abu Nawas hadir menggantikan hakim. Abu Nawas tidak mau menjatuhkan
putusan pada hari itu melainkan menunda sampai hari berikutnya. Semua yang hadir
yakin Abu Nawas pasti sedang mencari akal seperti yang biasa dilakukan. Padahal
penundaan itu hanya disebabkan algojo tidak ada di tempat.
Keesokan hari sidang pengadilan diteruskan lagi. Abu Nawas memanggrl algojo dengan
pedang di tangan. Abu Nawas memerintahkan agar bayi itu diletakkan di atas meja.
“Apa yang akan kau perbuat terhadap bayi itu?” kata kedua perempuan itu saling
memandang. Kemudian Abu Nawas melanjutkan dialog.
“Sebelum saya mengambil tindakan apakah salah satu dari kalian bersedia mengalah
dan menyerahkan bayi itu kepada yang memang berhak memilikinya?”
“Tidak, bayi itu adalah anakku.” kata kedua perempuan itu serentak.
“Baiklah, kalau kalian memang sungguh-sungguh sama menginginkan bayi itu dan tidak
ada yang mau mengalah maka saya terpaksa membelah bayi itu menjadi dua sama
rata.” kata Abu Nawas mengancam.
“Jangan, tolong jangan dibelah bayi itu. Biarlah aku rela bayi itu seutuhnya diserahkan
kepada perempuan itu.” kata perempuan kedua. Abu Nawas tersenyum lega. Sekarang
topeng mereka sudah terbuka. Abu Nawas segera mengambil bayi itu dan langsurig
menyerahkan kepada perempuan kedua.
Abu Nawas minta agar perempuan pertama dihukum sesuai dengan perbuatannya.
Karena tak ada ibu yang tega menyaksikan anaknya disembelih. Apalagi di depan
mata. Baginda Raja merasa puas terhadap keputusan Abu Nawas. Dan .sebagai rasa
terima kasih, Baginda menawari Abu Nawas menjadi penasehat hakim kerajaan. Tetapi
Abu Nawas menolak. la lebih senang menjadi rakyat biasa.
Ciri-ciri Syair
Syair ini terdiri atas empat baris atau
larik dalam setiap baitnya
Setiap baris terdiri dari 8-14 suku kata
Dalam setiap bait syair, memberi arti
sebagai satu kesatuan
Syair bersajak a-a-a-a
Syair ini tidak mempunyai sampiran,
layaknya pantun. Jadi di dalam syair, semua baris mengandung isi dan makna
Makna dari syair ditentukan oleh bait-
bait selanjutnya
Bahasa syair berbentuk kiasan
Syair biasanya berisi tentang dongeng,
cerita, petuah dan nasihat
Pada syair, irama terjadi pada setiap
pertengahan baris (antara 4 sampai 6 suku kata)
Contoh Syair
Rajin-rajinlah beribadah
Janganlah lupa mengerjakann solat
Dan perbanyaklah engkau berzakat
Untuk bekal nanti di akhirat
Ciri-Ciri Gurindam
1. Gurindam hanya terdiri dari dua baris, tidak lebih pada tiap baitnya.
Contoh Gurindam
Apabila terpelihara mata,
sedikitlah cita-cita.
Apabila terpelihara kuping,
khabar yang jahat tiadalah damping.
Apabila terpelihara lidah,
nescaya dapat daripadanya faedah.
Bersungguh-sungguh engkau memeliharakan tangan,
daripada segala berat dan ringan.
Apabila perut terlalu penuh,
keluarlah fi’il yang tiada senonoh.
Anggota tengah hendaklah ingat,
di situlah banyak orang yang hilang semangat
Hendaklah peliharakan kaki,
daripada berjalan yang membawa rugi..