PMTS (Program Pencegahan HIV-AIDS melalui Transmisi Seksual) merupakan program
pencegahan HIV-AIDS yang dicetuskan oleh Komisi Penanggulangan AIDS Nasional (KPAN). Program ini bertujuan untuk melakukan pencegahan HIV secara komprehensif, integratif dan efektif pada populasi kunci yang salah satunya adalah WPS. Sedangkan tujuan khusus program PMTS antara lain : 1) mendorong terciptanya lingkungan yang kondusif dalam upaya pencegahan HIV bagi populasi WPS (indikator : pembentukan Pokja, peraturan lokal lokasi, program kerja); 2) mendorong praktek perilaku aman baik pada tingkat individu, kelompok dan komunitas pada populasi WPS (indikator : pendidik sebaya, kader lokasi, media Komunikasi, Informasi dan Edukasi (KIE), penyuluhan, Voluntary Counseling and TestingmobileatauVCT mobile) ; 3) memfasilitasi tersedianya kondom dan pelicin yang mudah diakses oleh WPS (indikator : manajemen kondom dan pelicin, outlet kondom dan pelicin); dan 4) mendorong tersedianya layanan IMS, HIV dan AIDS yang mudah diakses oleh WPS (persediaan layanan Infeksi Menular Seksual/ IMS, HIV, Profilaksis Pasca Pajanan/ PPP, Pencegahan Penularan dari Ibu ke Anak/ PPIA dan dukungan ODHA).
Kegiatan yang dilakukan meliputi dalam mencapai tujuan program meliputi 4 komponen, yaitu :
a. peningkatan peran positif pemangku kepentingan
b. komunikasi perubahan perilaku c. manajemen pasokan kondom dan pelican d. penatalaksanaan IMS dan HIV A. Peran Pemangku Kepentingan
peningkatan peran positif pemangku kepentingan di lokasi. Tujuan komponen ini
adalah menciptakan lingkungan yang kondusif yang mendukung perilaku hidup sehat, meningkatnya pemakaian kondom di lokasi dan menurunnya kasus IMS. Pengguna komponen ini adalah pihak yang mempunyai kekuasaan atau berpengaruh di lokasi yaitu mucikari. Komponen ini meliputi sosialisasi program PMTS, pemberian informasi dan layanan kesehatan dasar untuk WPS. Pada komponen ini diharapkan mucikari berperan aktif dalam menciptakan lingkungan yang sehat dan kondusif sehingga dengan adanya peran dari mucikari dapat menurunkan angka IMS di lokasi. Pelaksanaan program ini dilakukan secara bersama‐sama antara KPA, LSM, dan Dinkes setempat, melalui Pokja PMTS, dengan pembagian tanggung jawab sesuai bidang keahlian dan kewenangan masing‐masing, melalui pemakaian kondom konsisten dan penapisan rutin, diagnosis dini serta pengobatan IMS yang tepat.
B. Komunikasi perubahan perilaku
C. Pasukan Kondom
Penggunaan kondom secara konsisten merupakan salah satu indikator untuk
mengukur terjadinya perubahan perilaku seksual hal ini dikarenakan prevalensi IMS dan HIV/AIDS menurun dapat dilihat dari penggunaan kondom yang meningkat.